Anda di halaman 1dari 43

BUKU PENUNTUN

PRAKTIKUM HISTOLOGI
SEMESTER 6
BLOK EMS (Endocrin Musculoskeletal System) &
BLOK RPS (Reproductive System)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
TAHUN AJARAN
2020/2021
IDENTITAS PEMILIK

(WAJIB DIISI)

FOTO 3X4

Nama :...........................................................................................

NRP :...........................................................................................

Kelompok :...........................................................................................

Angkatan tahun :...........................................................................................

Tpt/ tgl lahir :...........................................................................................

Alamat :...........................................................................................

No. Telp :...........................................................................................


TIM PENYUSUN

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM HISTOLOGI SEMESTER 2


BLOK EMS (Endocrin Musculoskeletal System) &
BLOK RPS (Reproductive System)

Pelindung : dr. H. Taufik Fredrik Pasiak, M.Kes, M.Pd.I

(Dekan FK UPN Veteran Jakarta)


Penasehat : dr. Niniek Hardini, Sp.PA

(Wakil Dekan 1 FK UPN Veteran Jakarta)


Dr. dr. Feda Anisah Makkiyah, Sp. BS, M.Kes

(Wakil Dekan 2 FK UPN Veteran Jakarta)


drg. Nunuk Nugrohowati, MS

(Wakil Dekan 3 FK UPN Veteran Jakarta)


dr. Sri Wahyuningsih, M.Kes

(Ketua Jurusan FK UPN Veteran Jakarta)


dr. Mila Citrawati, M.Biomed
(Ketua Program Studi Sarjana Kedokteran FK UPN Veteran Jakarta)

Penyusun :
1. dr. Niniek Hardini, SpPA
2. Boenga NurCita, M.Sc
3. dr. Wahyunia Likhayati Septiana, M.Biomed
4. Rr. Ayu Fitri Hapsari, Ssi, MBiomed
5. Evayanti, S.Si
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karuniaNya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan buku penuntun praktikum histologi untuk Semester 6 blok
EMS dan RPS.
Buku ini disusun sebagai buku yang akan dipergunakan untuk panduan dan penilaian
mahasiswa saat mengikuti kegiatan di laboratorium Histologi.
Tujuan dari penyusuanan buku penuntun praktikum Histologi ini adalah untuk menjadi
panduan dalam pelaksanaan kegiatan dan memonitor setiap perkembangan mahasiswa.
Akhir kata, semoga buku penilaian ini dapat bermanfaat baik bagi pembimbing lab
activity maupun bagi mahasiswa serta sarana evaluasi bagi departemen Histologi. Bagi
mahasiswa sebagai penilaian kemajuan proses pembelajaran seperti pre-test, post test dan tugas
akan tercatat dalam buku ini. Bagi departemen Histologi, sebagai salah satu alat untuk
monitoring dan evaluasi pembelajaran.
Kami sangat mengharapkan saran dan masukan dari berbagai pihak demi
penyempurnaan buku ini di masa yang akan datang.

Jakarta, Febuari 2021

Penyusun
TATA TERTIB BAGI MAHASISWA SELAMA MELAKUKAN KEGIATAN DI
LABORATORIUM HISTOLOGI

1. Mahasiswa wajib hadir tepat waktu dari jadwal lab activity yang telah ditetapkan.
Toleransi keterlambatan adalah 15 menit, lewat dari waktu tersebut maka tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan lab activity.
2. Mahasiswa harus menggunakan jas laboratorium berwarna putih bersih yang rapi.
Rambut harus diikat (bagi mahasiswi).
3. Apabila mahasiswa tidak dapat mengikuti praktikum, karena sakit atau alasan lain maka
harus melaporkan ke dosen pembimbing praktikum dan memberikan dokumen
pendukung (surat sakit).
4. Mahasiswa tidak diperkenankan berpindah kelompok praktikum tanpa alasan yang jelas.
5. Mahasiswa diharuskan mengikuti pre test dan atau post test dengan batas kelulusan
adalah 70.
6. Pada saat melaksanakan praktium, mahasiswa harus mengamati semua preparat dengan
baik dan tertib.
7. Mahasiswa harus menjaga preparat maupun menggunakan mikroskop dengan baik.
Apabila memecahkan preparat yang ada, maka mahasiswa harus bertanggung jawab
mengganti preparat tersebut.
8. Setelah selesai melaksanakan praktikum, mahasiswa harus menggambar preparat yang
telah diamati dan dikumpulkan maksimal 2 hari setelah hari praktikum secara kolektif
(satu kelompok).
BLOK ENDOCRIN & METABOLIC SYSTEM (EMS)

DAFTAR PREPARAT

Nomor Nomor Preparat Sajian


1 39 Glandula Suprarenalis
2 40 Glandula Tiroid
3 41 Hipofisis Cerebri
4 68 Pankreas
SISTEM ENDOKRIN

Sistim endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar tanpa saluran keluar yang sekretnya
(Hormon) dicurahkan langsung kedalam sirkulasi darah atau limf. Umumnya kelenjar
endokrin menyimpan getahnya untuk sementara di intra sel, namun ada pula yang
menyimpannya didalam folikel seperti misalnya kelenjar tiroid, Karena itu kelenjar endokrin
selalu dilengkapi dengan banyak pembuluh kapiler darah. Setiap kelenjar endokrin
mensekresikan satu atau lebih substansi khusus disebut hormone. Hormon dilepaskan dari sel
kelenjar endokrin kedalam sirkulasi darah dan limf kemudian didistribusikan ke cairan
jaringan diseluruh tubuh.

Praktikum 1. Glandula Suprarenalis

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
39 Glandula Suprarenalis Kapsula fibrosa
Korteks: zona glomerulosa, zona fasikulata, zona
retikularis dan sinusoid.
Medula: Sel ganglion, sel kromafin, sinusoid, dan
vena medularis

Uraian
Pelajarilah kelenjar ini mulai dari bagian yang paling luar. Kelenjar ini mempunyai simpai
(kapsul) yang terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang disebut simpai fibrosa. Kadang simpai ini
mempunyai cabang ke dalam yang disebut trabekula. Kelenjar ini terdiri atas bagian kortek dan
medulla.

Kortek kelenjar suprerenalis terdiri atas tiga lapisan yang tidak berbatas tegas yakni lapisan
luar tipis disebut zona glomerulosa, lapisan tengah tebal disebut zona fasikulata dan lapisan
dalam disebut zona retikularis yakni langsung berhubungan dengan medulla. Sel pada lapisan
ini mensekresikan steroid hormone (mineral kortikoid, glukokortikoid dan hormone sex).

Zona glomerulosa: Bagian ini ada dibawah simpai fibrosa. Sel-selnya membentuk kelompok
mirip glomerulus. Bentuk sel bulat atau polygonal. Diantara kelompok sel terdapat sinusoid
dengan sel endotel nya. Zona ini mensekresi hormone mineral kortikoid terutama aldosterone
yang mengatur keseimbangan air dan elektrolit.

Zona fasikulata: Lapisan yang paling tebal, selnya besar, kuboid atau polyhedral, tersusun
radier. Inti terletak ditengah dan vesikuler (lembung) dan berinti dua. Sitoplasma basophil,
mengandung butir lemak. Pada pembuatan sajian, lemak hilang, sel disini sitoplasmanya
bervakuola dan mempunyai penampilan seperti busa disebut spongiosit, diantara deretan sel
terdapat sinusoid darah. Zona ini mensekresi hormone glukokortikoid (hidrokortison dan
kortison) berperan dalam metabolisme karbohidrat.

Zona retikularis: Bagian ini berbatasan dengan medulla, perbatasan nya tidak jelas.

Sel-sel tersusun berderet-deret dan deretan itu saling silang berjalinan satu sama lain
membentuk anyaman mirip jala. Sel-sel pada daerah ini mempunyai pigmen lipofusin yang
berwarna kuning coklat, diantara deretan sel terdapat sinusoid. Zona ini mensekresi hormone
estrogen dan progesterone juga hormone androgenic.

Medula
Mempunyai sel yang relative lebih besar dibandingkan dengan kortek. Sel bentuk nya
polygonal, tersusun dalam bentuk pita pendek dengan serar-serat retikulin diantaranya serta
mengandung butir kromafim bergranula berwarna coklat, ditemukan juga sel ganglion dengan
ciri sel saraf yang khas, sel ini besar, bulat dengan anak inti yang jelas. Sinusoid dapat
ditemukan dan vena kecil disebut vena medularis. Bagian ini mensekresi hormone
katekolamin, epinefrin dan norepinefrin, juga mengandung ATP karena pengaruh dari
preganglion sistim saraf simpatis.

Praktikum 2. Glandula Tiroid

Preparat Sajian Yang Harus Dicari


40 Glandula Tiroid Folikel kelenjar tiroid, substansia koloid, sel epitel
folikel, sel parafolikular
Jaringan ikat diantara folikel, pembuluh darah
Kelenjar paratiroid: sel oksifil dan sel principal
Uraian
Kelenjar tiroid yang terletak didaerah anterior leher, terdiri atas dua lobus lateralis yang
dihubungkan oleh bagian sempit yaitu ismus. Ismus terletak di muka tulang rawan trakea ke-
2 sampai ke- 4 dan lobus lateral terletak berhubungan dengan bagian superior trakea dan
dengan bagian inferior laring.

Fungsi kelenjar tiroid adalah pengaturan derajat metabolisme. Tiroksin meningkatkan


metabolisme sel yang mempengaruhi perkembangan, diferensiasi dan pertumbuhan. Kelenjar
tiroid juga memproduksi tirokalsitonin, suatu produk sel para folikular yang merupakan suatu
polipeptida yang secara aktif menurunkan kadar kalsium plasma dengan pengaruh langsung
pada tulang serta mencegah resorbsi tulang. Kelenjar tiroid mempunyai hubungan timbal balik
tertentu dengan hipofisis anterior, hormon tirotropik (TSH) merangsang lepasnya tiroksin.
Sekresi tirokalsitonin oleh sel-sel parafolikular tergantung pada kadar kalsium darah.
Kelenjar tiroid mempunyai banyak folikel yang besarnya tidak seragam. Di dalam folikel ini
terdapat substansi koloid yang merupakan suatu kelompok glycoprotein yang disebut
thyroglobulin (thyroid colloid). Pada sajian tampak berwarna merah homogen. Folikel dibatasi
oleh epitel selapis kubis tinggi atau rendah sampai gepeng tergantung aktifitas kelenjar. Pada
folikel yang giat (aktif), epitelnya tinggi dan tepian substansi koloid yang berbatasan dengan
epitel folikel tidak rata. Pada folikel yang rihat (tidak aktif), epitelnya gepeng dan substansi
koloidnya memenuhi folikel dan terkadang dapat ditemukan sel parafolikular yang terletak
diantara sel epitel folikel atau di dalam jaringan antar folikel. Sel ini lebih besar dari sel epitel
folikel dan tampak lebih terang. Di dalam jaringan ikat antar folikel banyak terdapat pembuluh
darah yang merupakan ciri khas kelenjar endokrin.

Kelenjar paratiroid
Pada sajian kelenjar tiroid terdapat pula kelenjar paratiroid. Ikutilah sajian dengan
pembesaran kecil, pada suatu tempat akan terlihat kelenjar paratiroid yang sepintas lalu mirip
limfonodulus Karena kelenjar ini terdiri atas sel-sel yang kurang lebih seragam besarnya.
Kelenjar ini merupakan badan berbentuk lonjong, kecil dan terletak rapat dengan kelenjar
tiroid. Setiap kelenjar paratiroid diliputi oleh sebuah simpai tipis yang memisahkan dengan
tiroid. Serat reticular menyokong parenkim, yang terdiri dari massa dan korda sel epitel. Sel
epitel terbagi atas dua tipe yakni sel principal dan sel oksifil. Sel principal jernih jumlahnya
lebih banyak, sitoplasma jernih, mempunyai inti besar vesicular yang mengandung sedikit
granula. Sel principal gelap dengan inti lebih kecil, granula sitoplasma halus, diselaputi
membran, keduanya mengandung glikogen. Sel oksifil lebih besar, inti kecil, sitoplasma
asidofil dan granular. Kelenjar paratiroid menghasilkan hormone paratiroid (parathormon)
suatu protein yang dihasilkan oleh sel principal. Sel oksifil mensekresi hormone paratiroid
yang penting dalam pengaturan metabolism kalsium dan menurunkan kadar ion fosfat dalam
darah.

Praktikum 3. Hipofisis Cerebri

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
41 Hipofisis Cerebri Pars anterior hipofisis: Sel kromofil (alfa dan beta), sel
kromofob, sinusoid
Pars intermedia hipofisis
Pars posterior hipofisis: Badan Hering dan Pituisit.

Uraian
Menempati sela tursika os. Spenoidalis, terletak pada salah satu tangkai hipotalamus.
Hipofisis terdiri dari:
1. Adenohipofisis (epithelial) yang terdiri dari pars distalis, pars tuberalis dan pars
intermedia.
2. Neurohipofisis (persarafan) yang terdiri dari pars nervosa, eminentia mediana dan
tangkai infundibulum. Pars distalis dan pars tuberalis terdapat pada lobulus anterior
(berada di posterior lumen) sedangkan pars intermedia dan pars nervosa terdapat pada
lobus posterior.

Carilah bagian pars anterior, pars distalis, pars intermedia (sisa kantung Rathke) dan pars
nervosa (pars posterior hipofisis). Pars tuberalis jarang terpotong.

Hipofisis pars anterior (Pars distalis) di dalam hipofisis pars anterior didapatkan kelompok dan
deretan sel yang tidak beraturan dengan sinusoid diantaranya. Bentuk sel nya bulat, lonjong
atau polygonal dengan inti bulat dan kromatin padat. Disini dapat dibedakan 3 macam sel yaitu:
1. Sel alfa (L), sel ini disebut sel asidofil. Sitoplasmanya bergranula merah. Intinya biru dan
biasanya berbentuk bulat. Bentuk sel bulat, lonjong atau polygonal dan biasanya tampak
berkelompok. Secara imunositokimia dibagi menjadi Asidofil alfa 1 merupakan sel yang
mensekresikan hormon pertumbuhan disebut somatotropin (STH).
Asidofil alfa 2 merupakan sel yang mensekresikan homon laktogenik (prolactin,
luteotropik hormone atau LTH) yang memulai dan mempertahankan sekresi asi setelah
kehamilan dan menstimulasi korpus luteum ovarium untuk mensekresi progesterone.
2. Sel beta (B), sel ini disebut sel basophil. Sitoplasmanya bergranula biru. Inti dan bentuk
selnya seperti sel alfa. Biasanya sel ini terdapat di antara kelompo sel alfa, ada juga yang
membentuk kelompok sel beta sendiri. Dengan pewarnaan khusus dapat dibedakan
menjadi Sel Basofil beta atau tirotrof yang mensekresi hormone tirotropik (Thyroid
stimulating hormone-TSH), mempertahankan dan merangsang epitel tiroid.
Sel Basofil delta meliputi gonadotrof dan kortikotrof. Gonadotrof menghasilkan
hormone penggiat folikel (Folikel Stimulating Hormone–FSH) merangsang
pertumbuhan folikel ovarium dan mengaktifkan tubulus seminiferus testis untuk
menghasilkan spermatozoa serta mensekresi hormone lutein (Luteinizing Hormone- LH)
yang penting untuk perubahan folikel yang sudah rusak menjadi korpus luteum. Pada
pria LH disebut dengan ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone).
Sel basophil delta kortokotrof merupakan sel basophil besar dengan inti berlekuk,
terletak eksentris dengan granula bermembran. Sel ini berperan mensekresi hormone
ACTH adreno kortikotropik hormone, suatu peptida yang merangsang pertumbuhan
korteks suprarenal dan merangsang sekresi glukokortikoid.
3. Sel kromofob merupakan sel yang bersitoplasma pucat, kelihatan seakan-akan tanpa
granula. Biasanya terdapat diantara kelompokan sel alfa dan sel beta.

Hipofisis pars intermedia, terletak diantara pars anterior dan pars nervosa hipofisis. Bagian ini
merupakan sisa kantong Rathe, yang berupa sebuah kista yang ruangan nya berisi substansi
homogen merah didalamnya. Beberapa sel penyusunnya, berbentuk polygonal, kecil dan
terwarna pucat, yang lainnya agak lebih besar dan bergranula dan berwarna gelap dengan
pewarna basa.

Hipofisis pars posterior merupakan bagian yang terlihat paling pucat karena terdiri atas serat
saraf tidak bermielin. Pada bagian ini kadang dapat terlihat badan Herring yang berupa
bangunan bulat atau lonjong, biasanya terletak dekat pembuluh darah dan berwarna merah.
Bangunan ini sebenarnya merupakan pelebaran setempat ujung dari serat saraf yang
megandung neurosekret. Selain itu ditemukan pula pituisit yang merupakan sel penyokong
di dalam pars nervosa hipofisis yang sebenarnya adalah neuroglia.

Gambar Bagian hipofisis cerebri dan hipotalamus potongan sagital tengah

Praktikum 4. Pankreas

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
68 Pankreas Bagian eksokrin: Asinus, sel sentro asinar, duktus interkalaris.
Bagian endokrin: Pulau langerhans

Uraian
Kelenjar ini mirip kelenjar parotis dan merupakan kelenjar ganda, terdiri atas bagian
eksokrin yang terpulas lebih gelap dan bagian endokrin yang lebih pucat. Kedua fungsi
tersebut dilakukan oleh sel-sel yang berbeda. Pankreas diliputi oleh jaringan ikat jarang yang
tipis dan membentuk septa ke dalam yang membagi kelenjar dalam lobulus yang nyata.
Jaringan ikat yang halus mengelilingi masing-masing asinus. Pankreas dapat digolongkan
sebagai kelenjar besar, berlobulus dan tubuloasinosa kompleks.
Bagian eksokrin yang mirip dengan kelenjar parotis dan pars teminalis kelenjar berupa
asinus. Di dalam asinus dapat ditemukan sel sentroasiner yang membatasi lumen asinus. Sel
ini merupakan awal dinding duktus interkalaris yaitu saluran keluar kelenjar yang terkecil.
Saluran ini pada awal nya, dinding nya berupa epitel selapis kuboid atau kuboid rendah.
Duktus sekretorius (intralobular) lebih sedikit jumlahnya daripada yang terdapat pada
kelenjar parotis tetapi selalu ada. Adanya sel sentroasiner dan sedikitnya duktus sekretorius
pada kelenjar pancreas dapat digunakan untuk membedakan dari kelenjar parotis.
Bagian endokrin disebut juga pulau-pulau Langerhans yang terdiri atas kelompokan sel
yang terpulas lebih pucat daripada sel asinus di sekitarnya (bagian eksokrin). Sel pulau
Langerhans itu juga lebih kecil daripada sel asinus. Bentuk pada umumnya yakni terlihat bulat
dan dinding sel nya tidak mudah dilihat. Di antara sel-sel itu terdapat pembuluh kapiler darah.
Kelompok sel ini pun tidak mempunyai simpai jaringan ikat yang jelas, serta dengan pulasan
HE sulit membedakan sel alfa, beta dan yang ada didalam nya. Setiap tipe sel mensekresikan
hormon yang berbeda seperti sel beta menghasilkan insulin dan sel alfa membentuk glukagon.
Hormon ini berperan penting pada metabolisme karbohidrat dan secara tidak langsung
berperan dalam produksi energy, pertumbuhan dan perkembangan.
TUGAS MENGGAMBAR PREPARAT
Sajian : ..........................................................

Sajian : ..........................................................
TUGAS MENGGAMBAR PREPARAT
Sajian : ..........................................................

Sajian : ..........................................................
Rekapitulasi Kegiatan Praktikum Histologi

Materi : Blok Endocrin dan Metabolic System

NO Kegiatan Nilai TTD Dosen dan

Cap Departemen

1 Pre Test

2 Post Test

3 Tugas Menggambar

4 Tugas Rangkuman
BLOK REPRODUCTIVE SYSTEM (RPS)

DAFTAR PREPARAT

Nomor Nomor Sajian


Preparat
1 83 Ovarium
2 84 Ovarium – korpus luteum
3 85 Ovarium – korpus albikans
4 86 Ampula tuba uterina
5 88 Endometrium fase rehenerasi
6 89 Endometrium Fase Sekresi – Umbau
7 90 Endometrium Fase Premenstruasi
8 91 Placenta
9 92 Vagina
10 97 Gl. Mamma Non Laktans
11 101 Gl. Mamma Laktans
12 78 Testis Epididimis
13 77 Penis dan Uretra
14 79 Tubuli Eferentes dan Epididimis
15 80 Duktus Deferens
16 81 Gl. Prostat
17 82 Gl. Vesikulosa
REPRODUCTIVE SYSTEM (WANITA)

Organ genitalia wanita interna terdiri atas dua ovarium, dua tuba uterina, uterus dan vagina.
Plasenta merupakan bangunan yang berkembang selama kehamilan didalam uterus. Kelenjar
mamma merupakan kelenjar kulit khusus yang terletak didalam jaringan bawah kulit. Kelenjar
ini adalah modifikasi kelenjar keringat, sekresinya dengan cara seperti kelenjar apokrin. Alat
kelamin wanita bagian luar secara umumnya disebut vulva tidak diamati secara
mikroskopiknya.

Praktikum 1. Ovarium

Preparat Sajian Yang Harus Dicari


83 Ovarium Epitel germinatif, Tunika albuginea ovarium, Korteks ovarium:
Stroma, Folikel primordial, Folikel berkembang, Folikel Graaf,
Teka interna, Teka eksterna, Lamina basal, Sel granulosa, (Sel
folikel), Cairan folikel, Kumulus ooforus, Korona radiata, Zona
pelusida, Sel telur, Inti sel telur, Folikel atretis.
Medula ovarium: Hillus ovarium

Uraian
Ovarium disebut juga indung telur. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula.
Bagian korteks ditepinya terdapat epitel germinativum pada permukaannya yang merupakan
epitel selapis kuboid. Di bawah epitel terdapat jaringan ikat fibrosa yang membentuk tunika
albuginea ovarium.

Gambar Folikel dalam sajian Ovarium.


Jaringan korteks ovarium berada dibawah tunika albuginea. Disini terdapat sejumlah
besar folikel ovarium dari berbagai fase perkembangan. Tiga tingkatan folikel yaitu folikel
primordial atau folikel primitif, folikel berkembang dan folikel de Graaf (matang). Stroma
korteks terlihat berupa jaringan yang banyak mengandung sel berbentuk gelendong mirip serat
otot polos. Sel-sel ini tersusun sangat rapat satu sama lain sehingga terlihat jaringan korteks
sangat sarat dengan inti sel. Jaringan medulanya tampak lebih longgar banyak mengandung
serat elastin, serat otot polos, pembuluh darah arteri dan vena, serta pembuluh limf. Beberapa
arteri tampak masuk ke dalam jaringan korteks. Pembuluh darah dan limf masuk dan keluar
organ ini melalui hilusnya yang tidak selalu terlihat pada setiap sajian.

Folikel primordial: Bangunan ini berbentuk bulat atau lonjong dengan garis tengah sebesar
kira-kira 40 um (5x6 garis tengah eritrosit). Pembungkus paling luar adalah epitel selapis
gepeng. Didalamnya terdapat sel telur yang mempunyai inti besar dengan anak inti yang jelas.

Folikel berkembang: Digolongkan menjadi folikel primer, sekunder dan tersier. Besarnya tentu
saja beragam, yang terkecil ukurannya kurang lebih sama dengan folikel primordial namun
epitelnya merupakan epitel selapis, yang sudah berkembang menjadi lebih tinggi yakni kuboid
sampai selapis silindris. Epitel folikel terdiri atas sel folikel yang disebut dengan sel granulosa.
Folikel berkembang yang lebih besar, epitelnya sudah berlapis. Apabila folikel berkembang
semakin besar, maka diantara sel folikel mulai terbentuk ruang-ruang kecil berisi cairan folikel.
Ruang-ruang kecil itu semakin bertambah jumlahnya dan akhirnya menyatu membentuk
ruangan tunggal yang lebih besar disebut antrum folikel dan berisi cairan folikel. Antrum ini
semakin besar dan yang paling besar terdapat pada folikel de Graaf yang siap untuk ovulasi.
Disekeliling sel telur juga terdapat perubahan. Pada folikel berkembang dapat dilihat zona
pelusida berupa bingkai berwarna gelap disekitar ovum dan ovum sendiri semakin besar
ukurannya. Apabila antrum makin membesar, ovum terdesak ke tepi folikel menempati daerah
di tepian folikel. Pada tempat itu epitel folikel membentuk gumuk (bukit kecil), mejorok ke
tengah antrum yang disebut kumulus ooforus, semakin mendekati kematangan, sel folikel
membentuk korona radiate yang merupakan kelompok sel folikel yang tersusun radier disekitar
zona pelusida. Membran basal folikel juga terlihat semakin jelas disebut membran vitrea.
Jaringan stroma disekitar folikel, membentuk lapisan teka folikel yang terdiri atas 2 lapisan
yaitu teka interna dan teka eksterna. Diantara keduanya tidak terdapat batas yang tegas. Teka
interna merupakan jaringan yang banyak mengadung pembuluh darah. Teka eksterna
merupakan jaringan yang lebih padat, mengandung sedikit pembuluh darah dan bersatu dengan
jaringan sekitarnya tanpa batas yang tegas.

Folikel Graaf: Folikel yang telah selesai berkembang dan siap untuk ovulasi. Folikel ini
memenuhi seluruh ketebalan korteks, bahkan terlihat menonjol ke permukaan ovarium. Bagian
yang menonjol ini hanya diliputi oleh sedikit jaringan korteks yang makin menipis. Kumulus
ooforus lehernya makin menyempit dan kadang tampak sel telur beserta korona radiatanya
nyaris terlepas dari epitel granulosa.

Folikel Atretis: Folikel yang berdegenerasi sebelum matang. Sel telur lebur dan melarut (lisis),
bentuknya tidak lagi bulat atau lonjong. Intinya mungkin keriput atau lenyap. Sel granulosa
tampak menyebar tidak padat, bentuk folikel pun dapat berubah dan sering tampak kempis. Sel
interstisial berwarna kekuningan mirip sel lutein yang tampak berkelompok.

Praktikum 2. Ovarium – Korpus Luteum

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
84 Ovarium – Korpus Sel luteum, Sel lutein teka, Sel lutein granulosa,
Luteum Pembuluh darah diantara sel lutein dan jaringan ikat.

Uraian
Bangunan ini tampak cukup besar menempati sebagian besar korteks ovarium.
Bangunan ini tampak berwarna kekuningan karena itu disebut korpus luteum. Korpus luteum
disusun oleh sel lutein yang terdiri atas 2 jenis sel yaitu sel lutein granulosa yang merupakan
bagian terbanyak, dan sel lutein teka yang jumlahnya lebih sedikit. Sel lutein granulosa berasal
dari sel folikel atau sel granulosa, sedangkan sel lutein teka berasal dari sel teka interna yang
berkembang dan menyelusup diantara sel lutein granulosa dari tepian.
Sel lutein teka biasanya lebih kecil dibandingkan sel lutein granulosa dan warnanya
lebih gelap. Letaknya ada dibagian tepi korpus luteum, sedangkan sel lutein granulosa lebih
besar, berwarna kuning pucat dan sitoplasmanya sering terlihat bervakuol kecil-kecil. Sel ini
memenuhi hampir seluruh korpus luteum. Diantara sel lutein terdapat jaringan ikat dan
pembuluh darah kecil.

Praktikum 3. Ovarium – Korpus Albikans

Preparat Sajian Yang Harus Dicari


85 Ovarium – Korpus Korpus Albikans
Albikans
A B
Keterangan gambar mikroskopis:
A. Korpus Luteum
B. Korpus Albikans

Uraian
Bangunan ini lebih kecil dibandingkan korpus luteum. Bangunan ini berwarna pucat dan
terkadang masih dapat dilihat beberapa pembuluh darah kecil didalamnya. Jaringan ikat
terdapat diantara sisa-sisa sel lutein.

Praktikum 4. Ampula Tuba Uterina

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
86 Ampula Tuba Uterina Lapisan mukosa: Epitel selapis silindris, sel bersilia,
sel tak bersilia, lamina propria.
Lapisan otot : melingkar, memanjang.
Lapisan serosa.

Uraian
Lapisan mukosa ampula buluh rahim mempunyai banyak lipatan yang sangat rumit memenuhi
lumennya. Lipatan mukosa ini diliputi epitel selapis torak dengan lamina propria dibawahnya.
Sel epitel terdiri atas sel bersilia dan sel sekretoris yang tidak bersilia. Tunika muskularis terdiri
atas 2 lapisan yakni lapisan melingkar yang tebal disebelah dalam dan lapisan memanjang yang
tipis di sebelah luar. Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang yang diliputi
mesotelium.
Praktikum 5. Endometrium – Fase Regenerasi/ Proliferasi

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
88 Endometrium Uteri Endometrium : Kelenjar dangkal, lurus
(Aufbau), Fase Miometrium
Regenerasi/ Proliferasi Perimetrium

Uraian
Endometrium (mukosa) tampak tipis. Epitelnya selapis silindris, kelenjarnya terlihat hampir
semuanya lurus, lumen kelenjar berbentuk bulat atau lonjong dan kosong. Epitel kelenjar
selapis silindris.
Miometrium (lapisan otot) terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang tersusun berlapis-
lapis dengan arah yang tampak kurang teratur. Pada sajian terlihat terpotong dalam berbagai
arah. Perhatikan pula pembuluh darah yang ada dalam lapisan otot ini.

A B
Keterangan gambar mikroskopis:
A. Ampula tuba uterina
B. Endometrium fase Fase Regenerasi/ Proliferasi

Praktikum 6. Endometrium – Fase Sekresi

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
89 Endometrium Endometrium: kelenjar yang dalam, berkelok
Uteri (Umbau) – bergelombang, lumen lebar, Sekret atau getah yang banyak
Fase Sekresi Miometrium, Perimetrium
Uraian
Endometrium tampak tebal, kelenjar berkelok-kelok, dinding berlipat-lipat, lumen
melebar dan berisi sekret. Getah pekat dan kaya glikogen. Perubahan endometrium dalam
stadium ini karena pengaruh dari progesteron. Perhatikan arteri pada lapisan endometrium dan
miometrium. Terdapat dua zona endometrium yang dipisahkan oleh lamina propria yang
sembab yaitu lapisan fungsional (kelenjar berkelok-kelok, terlepas saat haid dan persalinan),
lapisan basal (mengandung ujung buntu kelenjar dan tidak hilang saat haid dan persalinan).

Gambar Endometrium uteri umbau – Fase sekresi

Praktikum 7. Endometrium - Fase Premenstruasi

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
90 Endometrium Uteri Endometrium: kelenjar yang dalam, berkelok
(Umbau) – Fase bergelombang, lumen lebar, sekret atau getah yang
Premenstruasi banyak, darah di dalam stroma
Miometrium, Perimetrium

Uraian
Gambarannya mirip fase sekresi, tetapi di dalam stroma endometrium sudah mulai
terdapat rembesan darah. Pada beberapa sajian bahkan tampak epitel dan kelenjar endometrium
sudah mulai cabik-cabik.
Praktikum 8. Placenta

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
91 Plasenta Bagian fetal: Vilus korialis, Sitotrofoblas, Sinsitiotrofoblas,
Mesoderm ekstra, Embrional, Pembuluh darah janin, Amnion,
Korion dan Vilus utama
Bagian maternal: Desidua basalis, Sel desidua, Substansi fibrinoid,
Ruang intervilus dan Septum placenta

Uraian
Plasenta disebut juga tembuni, uri atau tali pusat. Amati secara makroskopik pars
maternal dan pars fetal. Sisi fetal plasenta terdiri atas vilus korialis dan epitel amnion. Pada
pembesaran kecil terlihat banyak potongan-potongan vilus korialis dalam berbagai ukuran.
Bangunan paling besar adalah vilus utama biasanya terbentang dari sisi fetal ke sisi maternal.
Setiap vilus tepiannya diliputi Sinsitiotrofoblas merupakan lapisan berwarna gelap dengan
ketebalan yang tidak seragam dan mempunyai banyak inti yang juga berwarna gelap. Apabila
plasenta cukup muda dapat ditemukan sitotrofoblas dibawah sinsitiotrofoblas. Sitotrofoblas ini
berupa sel kuboid, bulat atau lonjong, berderet-deret disekeliling tepian vilus dibawah lapisan
sinsitiotrofoblas. Lapisan sel sitotrofoblas disebut juga lapisan Langhans.
Vilus korialis hanya tampak lapisan sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas saja disebut vilus
korialis primer. Vilus korialis primer yang bagian tengahnya di isi mesoderm ekstraembrional
disebut vilus korialis sekunder. Bagian tengah vilus korialis sekunder ditambah dengan
pembuluh darah didalamnya disebut vilus korialis tersier.
Bagian tengah vilus dipenuhi jaringan mesoderm ekstraembrional dengan pembuluh
darah didalamnya. Ada potongan vilus yang tidak memperlihatkan jaringan mesoderm
ditengahnya. Vilus ini terpotong pada ujungnya yang sedang tumbuh disebut dengan pulau
proliferasi. Berbatasan dengan plasenta pars maternal, pada ujung-ujung vilus dapat ditemukan
substansi fibrinoid yang berwarna merah homogen.
Amnion merupakan epitel selapis kuboid sampai gepeng. Dalam mencari epitel amnion
telusurilah tepian plasenta pada sisi fetal. Ruangan kosong diatas amnion adalah ruang amnion
yang semula berisi air ketuban.
Plasenta pars maternal ditandai dengan adanya sel desidua yang besar-besar, lembung,
sitoplasmanya merah pucat dan inti biru berkromatin halus. Daerah ini disebut desidua basalis.
Beberapa potongan sajian ditemukan desidua kapsularis. Diantara vilus korialis tampak
ruangan antar vilus yang dalam keadaan hidup berisi darah maternal.
Septum plasenta bagian maternal tampak sebagai tonjolan-tonjolan besar diantara vilus utama
dan tidak semua potongan sajian mengandung bangunan ini.

A B
Keterangan gambar mikroskopis:
A. Placenta
B. Vagina

Praktikum 9. Vagina
Nomor Sajian Yang Harus Dicari
Preparat
92 Vagina Lapis mukosa: Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk, Lamina propria, Lapis otot

Uraian
Organ ini berupa selongsong yang dindingnya dibentuk oleh mukosa yang terdiri atas
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk (non keratin). Dibawahnya terdapat lapisan otot
polos yang terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang berjalan dalam berbagai arah.
Vagina tidak mempunyai kelenjar dalam dindingnya.
Praktikum 10. Gl. Mamma Non Laktans

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
97 Gl. Mamma Non Lobus: Lobulus, Duktus
Laktans Jaringan: Interlobar, Interlobular, Intralobular

Uraian
Kelenjar mamma non laktans disebut juga kelenjar mamma rihat, perhatikan lobus dan
lobulus nya. Di dalam lobulus tampak sistim duktus yang dibatasi oleh epitel selapis kuboid.
Saluran yang lebih besar yaitu duktus laktiferus yang mempunyai epitel selapis silindris.
Jaringan interlobular dan jaringan interlobar merupakan jaringan ikat agak padat serupa
dengan lapis retikular dermis. Sedangkan jaringan intralobular merupakan jaringan ikat yang
lebih longgar mirip dengan lapis papilar dermis. Pada jaringan mamma rihat (non laktans),
semua jaringan tersebut diatas sangat mudah dikenali karena merupakan bagian terbesar
kelenjar ini.

Praktikum 11. Gl. Mamma Laktans


Nomor Sajian Yang Harus Dicari
Preparat
101 Gl. Mamma Laktans Alveolus, Epitel dan sekret kelenjar, Lobus: Lobulus
Jaringan: Interlobar, Interlobular, Intralobular

Uraian
Kelenjar mamma laktans disebut juga kelenjar mamma giat. Dalam sajian ini jaringan
ikat interlobular dan intralobular sulit dikenali karena seluruh lapangan dipenuhi oleh alveolus
dan duktus kelenjar. Sedangkan jaringan interlobar masih dapat dikenali walaupun terlihat
lebih tipis daripada saat rihat. Perkembangan sistim duktus dipengaruhi oleh hormon estrogen
dan progesteron berpengaruh pada pertumbuhan alveoli kelenjar menjadi alveolus yang
melebar.
Alveolus kelenjar tidak semuanya terisi getah atau sekret, Alveolus yang penuh sekret
epitelnya gepeng atau kubis rendah. Alveolus yang kosong epitelnya kuboid tinggi atau
silindris. Antara sel alveolus dan membran basal terdapat sel basket (sel mioepitel).
Prolaktin berpengaruh terhadap pertumbuhan kelenjar mamma permulaan sekresi
selanjutnya hormon oksitosin menyebabkan kontraksi sel mioepitel kelenjar, menyebabkan air
susu dipompa dari alveoli ke dalam duktus yang tampak pada papila mamma.

A B
Keterangan gambar mikroskopis:
A. Gl. Mamma Non Laktans
B. Gl. Mamma Laktans

Gambar secara mikroskopik alveolus pada Gl. Mamma laktans


REPRODUCTIVE SYSTEM (PRIA)

Sistim reproduksi pria terdiri atas testis, saluran-saluran keluar dari testis, kelenjar-
kelenjar pelengkap yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan penis. Testis merupakan
kelenjar tubulosa kompleks berfungsi sebagai eksokrin menghasilkan sel kelamin (sel benih)
dan endokrin menghasilkan sekret internal yang dilepaskan oleh sel-sel khusus.
Saluran-saluran keluar dari testis terdiri atas duktus efferents, duktus epididimis dan duktus
deferents. Kelenjar-kelenjar pelengkap yaitu kelenjar vesikulosa dan kelenjar prostat. Penis
diantaranya berfungsi sebagai saluran keluar urine dan cairan semen.

Praktikum 12. Testis dan epididimis

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
78 Testis dan Epididimis Tunika albuginea testis, septula testis, tubulus
seminiferus testis, spermatogonia, spermatosit I,
spermatid, spermatozoa, sel Sertoli dan duktus
epididymis

Uraian
Sajian testis jarang menyertakaan kulit skrotum, oleh karena itu langsung dipelajari
jaringan ikat padat fibrosa pembungkusnya yaitu tunika albuginea testis. Jaringan ini
membungkus penuh seluruh permukaan testis. Pada lereng kutub atas testis, jaringan ikat ini
menebal membentuk mediastinum testis. Di dalam mediastinum testis terdapat rete testis
haller. Pada mediastinum ini tunika albuginea bercabang ke dalam parenkim membentuk
septula testis yang membagi testis menjadi sejumlah lobulus testis yang berbentuk piramid. Di
dalam lobulus testis terdapat tubulus seminiferus testis tempat terjadinya spermatogenesis dan
spermiogenesis. Oleh karena itu, dalam epitel saluran ini dapat ditemukan gambaran mitosis.
Carilah di dalam tubulus seminiferus testis:
A B
Keterangan gambar mikroskopis:
A. Testis dan Epididimis
B. Tubulus seminiferus testis

Gonosit (spermatogonia). Sel ini terletak paling dasar, dekat dengan membran basal.
Bentuknya bulat dengan inti bulat dan besarnya tidak seragam serta kromatin intinya halus.
Sel sertoli. Sel ini sering berada diantara spermatogonia. Sel ini besar dengan bentuk seperti
segitiga, bagian basalnya melekat pada membran basal, sitoplasmanya jernih dan sulit dilihat
batas-batasnya, yang jelas terlihat hanyalah inti sel yang juga besar, biasanya agak terdesak ke
puncak, lonjong dan mempunyai takik (indentasi), sitoplasmanya terlihat jernih dengan batas
yang tidak jelas.
Spermatosit I. Sel ini terlihat besar, bentuknya bulat dan letaknya lebih mengarah ke
permukaan epitel. Tidak ada spermatosit yang terletak pada membran basal. Intinya juga bulat
dengan kromatin yang kasar padat. Spermatosit II, jarang terlihat. Spermatid. Sel ini kecil, bulat
dan terletak lebih mendekati permukaan epitel, sebagian juga berada di permukaan. Inti sel
hampir memenuhi seluruh sitoplasmanya.
Spermatozoa. Sel ini biasanya berkelompok, menempel pada permukaan epitel yakni
menempel pada permukaan sitoplasma sel sertoli, bahkan sudah melayang dalam kelompok
memenuhi bagian tengah lumen tubulus. Sel ini mempunyai flagel sebagai ekornya yang
nantinya dapat melecut bergelombang sehingga spermatozoa dapat berenang didalam getah
kelamin pria maupun wanita. Selanjutnya spermatozoa akan diangkut melewati beberapa
saluran yaitu:
a. Tubulus rektus, saluran ini pendek, biasanya dapat ditemukan di muara tubulus
seminiferus di puncak lobulus di dekat mediastinum testis. Tubulus rektus mempunyai
epitel selapis kuboid.
b. Rete testis Haller, Tubulus rektus bermuara disini, epitel yang melapisinya sama dengan
tubulus rektus, namun beberapa selnya ada yang bersilia tunggal (Flagela). Seluruh rete
atau jala-jala saluran ini terdapat di dalam mediastinum testis. Rete ini disebut demikian
karena berupa ruangan atau saluran yang saling berhubungan satu sama lain. Di dalam
lumen biasanya dapat ditemukan spermatozoa. Pada tubulus rektus maupun rete testis
tidak ditemukan lapisan otot pada dindingnya.

Gambar secara mikroskopik sel-sel dalam tubulus seminiferus testis

Praktikum 13. Penis dan Uretra

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
77 Penis dan Uretra Kulit, a/v/n dorsalis penis, tunika albuginea penis, septum
penis, korpus kavernosum penis, arteri profunda penis,
arteri helisina, korpus kavernosum uretra dan uretra
A B
Keterangan gambar mikroskopis:
A. Korpus kavernosum penis
B. Korpus kavernosum uretra

Uraian

Pada sajian ini terlihat gambaran penampang melintang batang penis pada daerah
sekitar pertengahan panjangnya yang didominasi oleh dua korpus kavernosum penis, satu
korpus kavernosum uretra beserta uretra ditengahnya dan jaringan ikat yang meliputinya. Di
dalam jaringan penyambung bawah kulit pada bagian dorsal dapat ditemukan a/v/n/ dorsalis
penis. Arterinya tergolong arteriol dan venanya berupa venul. Lebih ke dalam lagi terdapat
tunika albuginea penis merupakan jaringan ikat padat fibrosa yang membungkus kedua korpua
kavernosum penis dan juga korpus kavernosum uretra. Diantara kedua korpus kavernosum
penis, jaringan ikat fibrosa itu membentuk septum penis atau septum mediana.
Korpus kavernosum penis dan uretra terdiri atas sejumlah ruangan vaskular yang
bentuk dan ukurannya tidak teratur disebut kaverne. Dinding pembatas ruangan itu berupa
jaringan trabekular yang berisi jaringan ikat fibroelastik dengan serat otot polos diantaranya.
Sebagian besar jaringan trabekular itu pangkalnya terpancang pada tunika albuginea. Ruang-
ruang yang berisi darah atau kaverne itu pun dibatasi oleh selapis sel endotel. Ruang-ruang
pada korpus kavernosum penis tidak seragam besarnya. Ruang yang terletak ditengah lebih
besar dan secara berangsur semakin ke tepi makin kecil. Jaringan ikat padat yang pembungkus
korpus kavernosum penis cukup tebal dan terdiri atas dua lapis. Lapis yang luar serat-seratnya
berjalan memanjang sedangkan lapis yang dalam seratnya berjalan melingkar. Pada korpus
kavernosum uretra, ruang-ruangnya kurang lebih berukuran merata baik pada bagian tengah
maupun tepinya. Jaringan ikat fibrosa disekelilingnya lebih tipis dan lebih elastis.
Pada tengah korpus kavernosum penis terdapat arteri profunda penis, pembuluh ini
bercabang-cabang menjadi sejumlah arteri helisina yang mempunyai dinding khusus. Lapis
medianya cukup tebal dan didalam lapis intima terdapat serat otot polos yang tersusun
memanjang karena hal ini, pada potongan melintang, dalam keadaan flasid sebagian tunika
intima arteri helisina terlihat menonjol sehingga lumennya mirip celah yang melengkung.
Pada korpus kavernosum uretra, susunan histologi pembatas ruang-ruang trabekularnya
sama seperti korpus kavernosum penis. Pada waktu ereksi, korpus kavernosum ini tidak
demikian kaku sehingga uretra yang lewat ditengahnya tidak terhimpit dan tetap dapat dilalui
cairan dengan mudah. Uretra pars kavernosa dilapisi oleh epitel selapis silindris (torak) dan
lumen uretra umumnya tampak bergelombang.

Praktikum 14. Tubuli Eferents dan Epididimis

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
79 Tubuli Eferents dan Epitel selapis silindris dengan kinocilia dan bertingkat
Epididimis silindris stereocilia

Uraian
Pada tubuli eferentes saluran ini letaknya sudah berada diluar testis. Lumennya tampak
bergelombang karena disusun oleh epitel selapis yang terdiri atas sel torak dan sel kuboid.
sehingga terlihat epitelnya bergelombang tidak beraturan. Sel yang tinggi mempunyai kinocilia
pada permukaannya. Diluar membran basal terdapat lapisan otot polos melingkar tipis, di
dalam lumen biasanya terdapat spermatozoa.

A B
Keterangan gambar mikroskopis:
A. Duktus eferents
B. Duktus epididimis
Pada duktus epididimis, saluran ini lebih besar daripada duktus eferents. Epitelnya
merupakan epitel selapis silindris dengan sel pengganti diantaranya sehingga disebut juga
epitel bertingkat silindris. Selnya tinggi-tinggi, intinya lonjong gepeng, dengan sumbu
panjangnya mengarah kelumen dan mempunyai stereocilia pada permukaannya. Didalam
lumen tedapat spermatozoa.

Praktikum 15. Duktus Deferents

Preparat Sajian Yang Harus Dicari


80 Duktus Deferents Lapisan mukosa, Lapisan otot (memanjang, melingkar
dan memanjang)

Uraian
Saluran ini relatif lurus dan berdinding relatif tebal. Epitelnya bertingkat silindris,
biasanya mempunyai stereocilia. Eptel mukosanya bergelombang berikut lamina propria
dibawahnya, namun sel epitelnya seragam tingginya. Dibawah lamina propria terdapat tiga
lapisan otot polos. Lapisan yang paling dalam berkasnya tersusun memanjang. Lebih kearah
luar membentuk lapisan tengah, terlihat lapisan otot polos yang tersusun melingkar dan yang
paling luar berupa lapisan otot polos yang memanjang. Diluar lapisan otot terdapat tunika
adventisia, berupa jaringan ikat jarang.

Gambar Duktus Deferents


Praktikum 16. Gl. Prostat

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
81 Gl. Prostat Tunika mukosa, serat otot polos dalam lamina propria,
lipatan mukosa, konkremen di dalam lumen, Lapisan
atau berkas otot polos dan Lapisan adventisia

Uraian
Kelenjar ini mukosanya berlipat-lipat dan diliputi epitel selapis torak atau dapat pula
bertingkat. Didalam lamina propria terdapat serat otot polos. Biasanya didalam lumen terdapat
konkremen yang berwarna merah homogen.
Dibawah lamina propria terdapat lapisan otot polos, sedangkan di permukaan luarnya diliputi
tunika adventisia, yang merupakan jaringan ikat jarang.

A B
Keterangan gambar mikroskopis:
A. Gl. Prostat
B. Gl. Vesikulosa

Praktikum 17. Gl. Vesikulosa

Nomor Sajian Yang Harus Dicari


Preparat
82 Kelenjar Vesikulosa Lapis mukosa, Lapisan otot dan Lapisan adventisia

Uraian
Kelenjar ini gambaran histologi nya mirip kelenjar prostat. Tunika mukosanya sama dengan
kelenjar prostat tetapi didalam lamina propria tidak terdapat serat otot polos. Di bawah lamina
propria terdapat lapisan otot polos yang memperkuat dinding-dinding kelenjar ini. Tunika
adventisia terdapat meliputi permukaan luarnya yang terdiri atas jaringan ikat jarang.
TUGAS MENGGAMBAR PREPARAT
Sajian : ..........................................................

Sajian : ..........................................................
TUGAS MENGGAMBAR PREPARAT
Sajian : ..........................................................

Sajian : ..........................................................
TUGAS MENGGAMBAR PREPARAT
Sajian : ..........................................................

Sajian : ..........................................................
TUGAS MENGGAMBAR PREPARAT
Sajian : ..........................................................

Sajian : ..........................................................
TUGAS MENGGAMBAR PREPARAT
Sajian : ..........................................................

Sajian : ..........................................................
TUGAS MENGGAMBAR PREPARAT
Sajian : ..........................................................

Sajian : ..........................................................
Rekapitulasi Kegiatan Praktikum Histologi

Materi : Blok Reproductive System

NO Kegiatan Nilai TTD Dosen dan

Cap Departemen

1 Pre Test

2 Post Test

3 Tugas Menggambar

4 Tugas Rangkuman
DAFTAR PUSTAKA

Gartner, L.P.& Hiatt, J.L. 2007. Color Text book of Histologi. 3rd Ed. Saunders, China.

Gunawijaya, A.F; dkk. 2003 Diktat kuliah, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jakarta.
Kumpulan foto mikroskopik Histology (2) 2000 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Jakarta.

Junqueira LC, Carneiro J. Basic histology text and atlas: London: McGraw Hill; 2013.

Wonodirekso, S. 2003. Penuntun Praktikum Histologi Bagian Histologi FKUI. Dian Rakyat.
Jakarta.

Young B, Woodford P, O'Dowd G. Wheater's functional histology: a text and colour atlas:
Elsevier Health Sciences; 2013.

Anda mungkin juga menyukai