Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS JURNAL KAPITA SELEKTA ZOOLOGI

“SISTEM EKSKRESI”

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Study Kapita Selekta
Zoologi yang Diampu oleh Dr. H. Hamdoko Santoso, M.Pd. dan Dr. Hening
Widowati, M.Si.

DISUSUN OLEH:
Imroatul Munawaroh 17230001
Yunita Ulfah 17230003

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat berupa
kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas dalam
bentuk makalah analisis jurnal ini.
Ucapan terimakasih kami kepada:
1) Bapak Dr. H. Handoko Santoso, M.Pd. dan Ibu Dr. Hening Widowati, M.Si.
Selaku dosen pengampu mata kuliahKapita Selekta Zoologi.
2) Teman-teman yang telah kerja sama dalam menyelesaikan makalah ini.
3) Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
Akhir kata, penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun agar lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Metro, Nopember 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Analisis Kritis Artikel Jurnal ......................................................... 2
B. Ulasan Materi ................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................... 22
Saran ...................................................................................................22
DAFTAR RUJUKAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam tubuh kita berlangsung berbagai proses
metabolisme,misalnya respirasi,sintesis protein,dan perombakan zat-zat.
Namun, selain menghasilkan bahan bahan yang berguna bagi tubuh,
metabolisme juga menghasilkan zat-zat sisa yang jika tidak di keluarkan
dari tubuh dapat meracuni tubuh. Untuk itu, tubuh kita memiliki sistem
eksresi guna mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme
Sistem ekskresi merupakan proses pengeluaran zat-zat sisa
metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Sisa-sisa
metabolisme ini berupa senyawa-senyawa yang bersifat toksik (racun)
sehingga jika tidak dikeluarkan dapat menyebabkan terganggunya fungsi
organ-organ di dalam tubuh. Organ-organ yang berperan dalam sistem
ekskresi pada manusia meliputi kulit, ginjal, paru-paru, dan hati.
Selain ekskresi, ada juga defekasi dan sekresi. Defekasi adalah
pengeluaran zat sisa hasil proses pencernaan berupa feses (tinja) melalui
anus. Sedangkan sekresi adalah pengeluaran oleh sel dan kelenjar yang
berupa getah dan masih digunakan oleh tubuh untuk proses lainnya seperti
enzim dan hormon. Secara umum, sistem ekskresi menghasilkan urin
melalui dua proses utama yaitu filtrasi cairan tubuh dan penyulingan
larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. Sistem ekskresi pada hewan
invertebrata sangat berbeda dengan sistem ekskresi pada hewan vertebrata.
Tetapi walaupun berbeda secara fungsional tetap mengeluarkan urin dari
filtrat zat-zat terlarut didalam tubuh yang tidak terpakai lagi, melalui anus
ataupun kloaka dan rectum.
Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga
cara, yaitu melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan
mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa

4
metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul
kompleks.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja organ sistem ekskresi?
2. Bagaimana proses ekskresi pada berbagai hewan?
3. Apa saja gangguan pada sistem ekskresi?
4. Apa hubungan antara sistem ekskresi dengan kandungan Al quran?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :


1. Memahami organ pada sistem ekskresi.
2. Memahami proses sistem ekskresi pada berbagai hewan.
3. Memahami gangguan sistem ekskresi pada hewan.
4. Memahami hubungan antara sistem ekskresi dengan kandungan Al
quran.

D. Manfaat
Diharapkan dari pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pemakalah dalam memahami organ dan sistem eksresi, memahami tentang
proses sistem eksresi pada hewan, memahami gangguan sistem ekskresi,
serta kandungan tentang sistem ekskresi dalam Alquran. Selain itu
diharapkan makalah ini dapat memberi pengetahuan baru ataupun
menambah pengetahuan dari yang telah ada bagi yang membacanya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Artikel/Jurnal
Gambaran Histologi Regenerasi Hati Pasca Penghentian Pajanan
Monosodium Glutamat pada Tikus Wistar
1. Bibliografi
Andreas, Heryanto., Trianto, Heru F., Ilmiawan, M. In’am. 2015.
Gambaran Histologi Regenerasi Hati Pasca Penghentian Pajanan
Monosodium Glutamat pada Tikus Wistar. Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura. Volume 3. No. 1, April 2015.
Universitas Tanjungpura, Pontianak Kalimantan Barat.
2. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana regenasi hati setelah pajanan MSG
berlebihan dihentikan melalui gambaran histologi.
3. Fakta Unik atau Hal Penting dalam Artikel/ Jurnal
a. Tikus Wistar kelompok kontrol positif diberikan akuades sebanyak
1,5 mL menunjukkan gambaran jaringan hati normal.
b. Tikus Wistar pada kelompok hewan coba yang diberikan MSG
dengan 5 mg/g BB per hari selama 28 hari ditemukan hepatosit
yang mengalami degenasi hidropik dan area nekrosis.
c. Degenerasi lipid tidak ditemukan, baik pada tikus Wistar kelompok
kontrol positif, kelompok kontrol negatif, maupun kelompok
perlakuan 28 hari.
d. Gambaran histologi jaringan hati normal tampak di kelompok
kontrol positif 42 hari yang diberikan akuades.
e. Pada kelompok kontrol negatif dijumpai gambaran hepatosit yang
mengalami degenari hidropik dengan sitoplasma yang bervakuola
dan area nekrosis.
f. Di kelompok hewan coba 42 hari yang telah dihentikan pajanan
MSG selama 14 hari, terlihat gambaran jaringan hati yang normal.

6
g. Dosis MSG yang berlebihan menyebabkan kerusakan jaringan hati.
h. Kelompok hewan coba yang diberikan MSG terus menerus
(kontrol negatif) selama 28, 42, dan 56 hari menunjukkan derajat
kerusakan jaringan hati yang lebih tinggi dibandingkan kelompok
lainnya.
i. akibat pajanan MSG berlebih mengakibatkan kerusakan jaringan
hati meliputi gambaran vakuolisasi dan nekrosis jaringan hati.
j. Pajanan MSG yang terus-menerus akan membentuk reactive
oxygen species (ROS) yang menyebabkan peroksida lipid.
k. Peroksida lipid menyebabkan kerusakan membran sel dan
mengakibatkan struktur sel menjadi tidak normal dan merusak
fungsi sel.
l. Pemberian vitamin C dan E dapat melindungi jaringan hati
terhadap kerusakan akibat pajanan MSG berlebihan.
m. Efek pajanan MSG dengan dosis 5 mg/KgBB pada tikus usia 3
bulan selama 28-56 hari tidak mempengaruhi metabolisme lemak
di sel hepatosit.
3 Pertanyaan yang Muncul Setelah Membaca Artikel
a. Apa yang dimaksud dengan sistem ekskresi pada hewan?
b. Faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi sistem eksresi?
c. Bagaimana hasil pengamatan atau referensi penelitian sejenis?
d. Mengapa MSG dapat merusak jaringan hati pada hewan coba?
4 Hubungan Artikel yang Dianalisis dengan Materi
Hati adalah organ yang mempunyai fungsi sangat penting dan
kompleks terutama dalam metabolisme lemak, penyimpanan glikogen,
pertahanan tubuh, perombakan sel darah merah tua, detoksifikasi zat
sisa tubuh, hormon, obat dan senyawa asing lain. Hati memiliki
reseptor terhadap glutamat sehingga rentan mengalami kerusakan
akibat stres oksidatif dari konsumsi MSG yang berlebihan. Tikus yang
diberi perlakuan MSG mengalami peningkatan kadar transaminasi
serum, sintesis empedu, peningkatan kadar lipid peroksidase, serta

7
perubahan patologi jaringan hati yang ditandai dengan gangguan
arsitektur hati, vakuolisasi, degenerasi, dan atrofi hepatosit.
Sebagai respons terhadap radikal bebas, tubuh memiliki sistem
enzimatik dan nonenzimatik untuk menonaktifkan radikal bebas
meliputi superoksida dismutase (SOD), glutation (GSH), katalase, dan
antioksidan endogen lainnya.21 Pajanan MSG menurunkan kadar
enzim pengikat radikal bebas, antara lain GSH, katalase, dan SOD.23-
25 Singh et al.22 dan Contini et al.25 menemukan penurunan kadar
enzim SOD dan katalase pada tikus yang dipajan MSG. Onyema et
al.24 menemukan penurunan kadar GSH di jaringan hati setelah
dipajan MSG. Deplesi glutation merupakan indikator
degenerasi/kerusakan jaringan, terutama akibat radikal bebas.21
Penurunan kadar glutation diduga karena fungsinya sebagai
antioksidan endogen yang langsung bekerja saat terdapat radikal bebas
dan juga dapat menstabilkan struktur membran, melalui penghilangan
peroksida acyl, yang dibentuk oleh peroksidasi lipid. Penelitian
Maulida28 menunjukkan peran radikal bebas dalam kerusakan
jaringan hati akibat pajanan MSG berlebihan; pemberian antioksidan
vitamin C dan E dapat melindungi jaringan hati terhadap kerusakan
akibat pajanan MSG berlebihan. Terjadinya peroksidasi lipid dan
penurunan kadar antioksidan endogen adalah indikator stres oksidatif
yang merupakan salah satu jejas pada sel. Apabila sel mengalami jejas
yang disebabkan oleh berbagai faktor, maka akan terjadi serangkaian
perubahan morfologi sel yang dapat bersifat subletal yaitu degeneratif
atau letal berupa nekrotik.
Proses kerusakan hepatosit dimulai dari proses Degenerasi. Proses
degenerasi tersebut diduga akibat peningkatan radikal bebas di
jaringan hati setelah konsumsi MSG berlebihan. Salah satu perubahan
yang diinduksi oleh radikal bebas yaitu perubahan sifat membran sel
dan membran sitoplasmik unsur sel seperti mitokondria dan lisosom
yang disebabkan peroksidasi lemak. Setelah merusak membran sel,

8
efek toksik juga dapat mencapai inti dan merusaknya, yang
mengakibatkan struktur sel menjadi tidak normal dan akhirnya menjadi
nekrosis. Berbeda dengan apoptosis, sel yang mengalami nekrosis akan
melepaskan berbagai mediator yang akan memulai proses inflamasi
dan menarik datangnya sel-sel radang.
Degenerasi hidropik merupakan jejas reversibel sebagai respons
terhadap cedera nonletal. Bahan toksik menyebabkan degenerasi
hidropik melalui peningkatan permeabilitas membran plasma terhadap
natrium dengan merusak pompa natrium-kalium ATPase di membran
atau mengganggu sintesis ATP sehingga pompa tersebut tidak
memperoleh bahan bakar.21,39 Hepatosit mengalami degenerasi
hidropik diduga karena terdapat gangguan pompa natrium-kalium di
membran sel akibat peroksidasi lipid membran, sehingga terjadi
hipernatremia di dalam sel yang menyebabkan masuknya air sehingga
terjadi degenerasi hidropik.
Selain nekrosis, degenerasi seluler akibat pajanan MSG juga dapat
berakhir dengan apoptosis.10 Apoptosis pada hepatosit akibat pajanan
MSG diduga akibat radikal bebas yang terbentuk.10,22-29 Radikal
bebas dapat bereaksi dengan timin DNA sehingga merusak DNA yang
memicu aktivasi p53 yang akan mengaktivasi kaspase eksekusi lalu
mengaktivasi endonuklease dan protease sitoplasmik laten yang
mendegradasi protein sitoskeletal dan nuklear. Hal tersebut
menghasilkan kaskade degadasi intrasel, termasuk pemecahan
sitoskeleton dan fragmentasi kromatin nuclear yang diperantarai
endonuklease. Hasil akhirnya adalah pembentukan badan apoptotik
yang mengandung berbagai organela intrasel dan kandungan sitosol
lain. Badan apoptotik tersebut mengekspresikan ligan baru yang
memerantarai pengikatan dan ambilan sel fagositik.

9
B. Ulasan Materi
1. Sistem Eksresi pada Hewan Invetebrata
Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan sistem ekskresi pada
vertebrata. Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur
sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya, invertebrata
memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini
berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lainnya.
Alat ekskresinya ada yang berupa saluran Malphigi, nefridium, dan sel
api. Nefridium adalah tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus
pada invertebrata. Berikut ini akan dibahas sistem ekskresi pada cacing
pipih (Planaria), cacing gilig (Annellida), dan belalang.
a. Sistem Ekskresi pada Protozoa
Protozoa tidak memiliki organ pengeluaran khusus sehingga zat
sisa metabolismenya dikeluarkan melalui rongga berdenyut
(vakuola kontraktil) atau melalui kulit secara difusi dan osmosis
contohnya pada amuba dan Paramaecium

Gambar 1 Sistem Ekresi pada Paramaecium Paramaecium


Sumber gambar: https://biologiklaten.wordpress.com

b. Sistem Ekskresi pada Cacing Pipih


Cacing pipih mempunyai organ nefridium yang disebut
sebagai protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung
dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam
protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia. Tiap
sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti

10
gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api.
Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus dan menggerakan air
ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu,
saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka
sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air
dikeluarkan lewat lubang nefridiofora ini. Sebagian besar sisa
nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat
dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut.
Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke air.

Gambar 2. Sistem Ekresi Pada Cacing Pipih


Sumber gambar: https://biologiklaten.wordpress.com

c. Sistem Ekskresi pada Anelida dan Molluska


Anelida dan molluska mempunyai organ nefridium yang
disebut metanefridium. Pada cacing tanah yang merupakan anggota
anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang
metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir.
Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa
corong, disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada
segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga
tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem
pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang
berliku-liku pada segmen berikutnya. Bagian akhir dari saluran
yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian

11
gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori
yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor.
Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh
gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah
panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul
makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung.
Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan
lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan
kadang diekskresikan keluar.
Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan
sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem
sirkulasi.Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung
substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan
zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah
hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida
mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum
diekskresikan lewat sistem ekskresi.

Gambar 3. Sistem Ekresi Pada Cacing Tanah dan Molusca


Sumber gambar: https://biologiklaten.wordpress.com
d. Alat Ekskresi pada Belalang
Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat
pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata.
Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna
putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding

12
usus. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki
sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang
berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru pada
vertebrata. Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan
harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang
diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang
disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut.
Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus
belakang. Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan
bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang
mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air
dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan
transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa
air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat
anus bersama dengan feses.
Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan
organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari
keempat organ tersebut adalah ginjal.

Gambar 4. Sistem Ekresi Pada Insekta


Sumber gambar: https://biologiklaten.wordpress.com

2. Sistem Eksresi pada Hewan Vetebrata


a. Sistem ekskresi pada ikan

13
Ikan mempunyai system ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang
pengeluaran yang disebut urogenital. Lubang urogenital ialah
lubang tempat bermuaranya saluran ginjal dan saluran kelamin
yang berada tepat dibelakang anus.
Ginjal pada ikan yang hidup di air tawar dilengkapi sejumlah
glomelurus yang jumlahnya lebih banyak. Sedangkan ikan yang
hidup di air laut memiliki sedikit glomelurus sehingga penyaringan
sisa hasil metabolisme berjalan lambat.
Mekanisme eksresi ikan air tawar berbeda dengan ikan air laut.
Ikan air tawar mengeksreksi ammonia dan aktif menyerap ion
anorganik melalui insang serta mengeluarkan urine dalam jumlah
besar. Sebalknya pada air laut mengeksresksikan sampah nitrogen
berupa trimetilamin oksida (TMO), mengekresikan ion-ion lewat
insang dan mengeluarkan urine sedikit.

Gambar 5. Sistem Ekresi Pada Pisces


Sumber gambar: https://biologiklaten.wordpress.com

b. Sistem ekskresi pada amfibi


Saluran ekskresi pada katak yaitu ginjal, paru-paru,dan kulit.
Saluran ekskresi pada katak jantan & betina memiliki perbedaan,
pada katak jantan saluran kelamin & saluran urin bersatu dengan
ginjal, sedangkan pada katak betina kedua saluran itu terpisah.
Walaupun begitu alat lainnya bermuara pada satu saluran dan
lubang pengeluaran yang disebut kloaka.

14
Gambar 6. Sistem Ekresi Pada Amphibia
Sumber gambar: https://biologiklaten.wordpress.com

c. Sistem ekskresi pada reptil


Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan
kloaka. Kloaka merupakan satu-satunya lubang untuk
mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme.Reptil yang hidup di darat
sisa hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan
dalam bentuk bahan setengah padat berwarna putih.
d. Sistem ekskresi pada Aves ( Burung )
Alat pengeluaran pada burung berupa pari-pari, hati, ginjal, dan
kulit.aluran ginjal, saluran kelamin, dan saluran pencernaan
bermuara pada sebuha lubang yang disebut kloaka. Burung
menghasilkan kelenjar minyak yang terdapat pada ujung ekornya.
kelenjar ini menghasilkan minyak untuk membasahi bulu-bulunya

15
Gambar 7. Sistem Ekresi Pada Aves
Sumber gambar: https://biologiklaten.wordpress.com

e. Sistem ekskresi pada mamalia


Sistem Ekskresi pada mamalia hampir sama dengan manusia tetapi
sedikit berbeda karena mamalia dipengaruhi/disebabkan oleh
lingkungan tempat tinggalnya. Adapun sistem eksresi pada hewan
mamalia yaitu kulit, hati, paru-paru, dan ginjal. Fungsi hati pada
hewan sama dengan pada manusia.
1. Hati
a. Berdasarkan fungsinya,
Hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini
dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara
memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan
menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses
pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses
detoksifikasi. Berbagai jenis tugas yang dijalankan oleh
hati, dilakukan oleh hepatosit. Hingga saat ini belum
ditemukan organ lain atau organ buatan atau peralatan yang
mampu menggantikan semua fungsi hati. Beberapa fungsi

16
hati dapat digantikan dengan proses dialisis hati, namun
teknologi ini masih terus dikembangkan untuk perawatan
penderita gagal hati.
Hati memiliki beberapa fungsi yakni Metabolisme
karbohidrat, yakni dengan mempertahankan gula darah.
Apabila kadar gula darah rendah maka hati akan memecah
glikogen. Metabolisme lemak, tugas menjadi glukosa dan
mengalirkannya dalam darah hati berikutnya adalah
memecah asam lemak untuk meng-hasilkan ATP (Adenosin
Tri Phospat) yang merupakan sumber energi. Selain itu
mengurai kolestrol untuk membentuk Metabolisem protein,
sel hati garam empedu. menghilangkan gugus amino (NH2)
dari asam amino sehingga asam amino dapat digunakan
untuk menghasilkan ATP (Adenosin Tri Phospat) atau
diubah menjadi karbohidrat dan lemak. Sisanya yang
berupa amoniak (NH3) yang bersifat racun diubah menjadi
urea yang tidak beracun dan Memproses obat-obatan dan
hormon, hati juga dikeluarkan bersama urin. berguna untuk
menghilangkan zat beracun seperti alkohol, atau Ekskresi
bilirubin, bilirubuin mensekresi obat-obatan ke dalam
empedu. merupakan perombakan dari sel darah merah yang
tua. Bilirubin dimetabolisme oleh bakteri dan dikeluarkan
bersama tinja (feses).
b. Histopatologi Hati
Jejas sel dalam hati dapat bersifat reversibel atau ireversibel
(Chandrasoma & Taylor, 2005).
1. Jejas reversible
1) Pembengkakan Sel Pembengkakan merupakan
manifestasi pertama yang ada hampir pada semua
bentuk jejas sel, sebagai akibat pergeseran air
ekstraseluler ke dalam sel, akibat gangguan

17
pengaturan ion dan volume karena kehilangan ATP
(Chandrasoma & Taylor, 2005). Bila air berlanjut
tertimbun dalam sel, vakuol-vakuol kecil jernih
tampak dalam sitoplasma yang diduga merupakan
retikulum endoplasma yang melebar dan menonjol
keluar atau segmen pecahannya. Gambaran jejas
nonletal ini kadang-kadang disebut degenerasi
hidropik atau degenerasi vakuol. Selanjutnya
hepatosit yang membengkak juga akan tampak
edematosa (degenerasi balon) dengan sitoplasma
ireguler bergumpal dan rongga-rongga jernih yang
lebar (Robbins et al., 2007). b. Perlemakan Hati
Perlemakan hati merupakan akumulasi trigliserida
dalam sel-sel parenkim hati. Akumulasi timbul pada
keadaan berikut:
a) Peningkatan mobilisasi lemak jaringan yang
menyebabkan peningkatan jumlah asam
lemak yang sampai ke hati; 1 2 18
b) Peningkatan kecepatan konversi dari asam
lemak menjadi trigliserida di dalam hati
karena aktivitas enzim yang terlibat
meningkat;
c) Penurunan oksidasi trigliserida menjadi
asetil-koA dan penurunan bahan keton;
d) Penurunan sintesis protein akseptor lipid
(Chandrasoma & Taylor, 2005).
2. Jejas Ireversibel
a) Nekrosis
Nekrosis sel dapat terjadi langsung atau dapat
mengikuti degenerasi sel (jejas reversibel). Gambaran
mikroskopik dari nekrosis dapat berupa gambaran

18
piknosis, karioreksis, dan kariolisis. Berdasarkan
lokasinya nekrosis terbagi menjadi tiga yaitu nekrosis
fokal, nekrosis zona, nekrosis submasif. Nekrosis sel
hati fokal adalah nekrosis yang terjadi secara acak pada
satu sel atau sekelompok kecil sel pada seluruh daerah
lobulus-lobulus hati. Nekrosis ini dikenali pada biopsi
melalui badan asidofilik (councilman) yang merupakan
sel hati nekrotik dengan inti piknotik atau lisis dan
sitoplasma terkoagulasi berwarna merah muda. Selain
itu dapat dikenali juga pada daerah lisis sel hati yang
dikelilingi oleh kumpulan sel kupffer dan sel radang.
Nekrosis zona sel hati adalah nekrosis sel hati yang
terjadi pada regio-regio yang identik disemua 19
lobulus hati, sedangkan nekrosis submasif merupakan
nekrosis sel hati yang meluas melewati batas lobulus,
sering menjembatani daerah portal dengan vena
sentralis (bridging necrosis).
b) Fibrosis
Fibrosis merupakan akumulasi matriks ekstraseluler
yang merupakan respon dari cedera akut atau kronik
pada hati. Pada tahap awal, fibrosis mungkin terbentuk
di dalam atau di sekitar saluran porta atau vena sentralis
atau mungkin mengendap langsung didalam sinusoid.
Hal ini merupakan reaksi penyembuhan terhadap
cedera.Cedera pada hepatosit akan mengakibatkan
pelepasan sitokin dan faktor solubel lainnya oleh sel
kupffer serta sel tipe lainnya pada hati. Faktor-faktor ini
akan mengaktivasi sel stelat yang akan mensintesis
sejumlah besar komponen matriks ekstraseluler.

19
c) Sirosis Berlanjutnya fibrosis dan cedera parenkim
menyebabkan hepar terbagi-bagi menjadi nodus
hepatosit yang mengalami regenerasi dan dikelilingi
oleh jaringan parut. Jaringan parut ini disebut sirosis

3.Keterkaitan Ayat Alquran dengan Materi Sistem Eksresi

Dalam Al-Qur’an banyak sekali membahas tentang qalb. Qalb sendiri


memiliki beberapa pengertian yang mendefinisikannya baik qalb sebagai bagian
dari organ tubuh manusia maupun qalb sebagai sanubari atau kalbu sebagai pusat
sumber perasaan seseorang. Dari dua pengertian ini, masing-masing qalb yang
dimaksud memiliki fungsi yang berbeda. Para ulama juga memiliki pendapat yang
berbeda mengenai qalb yang berbeda walaupun pada dasarnya saling
bersinggungan.

ُ ُ‫ط َمئِ ُّن ْالقُل‬


‫وب‬ ْ َ ‫َّللاِ ت‬
‫أ َ ََل بِ ِذ ْك ِر ه‬

“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS.ar-


Ra’d:38)
Ketika hewan atau pun manusia gelisah, maka hal tersebut akan mempengaruhi
sistem kerja dari hati sebagai salah satu alat eksresi. Namun ketika hati ini banyak
bertasbih, bertahmit, dan bertakbir kepada yang pencipta maka hati menjadi
tentram sehingga kerja hati jasmani akan berjalan lancar.
Menurut Imam Al-Ghonzali dalam bukunya Ihya Ulumuddin makna kata
hati memiliki pengertian yaitu daging berbentuk lentur yang terdapat di sebelah
kiri dada manusia dan di dalamnya terdapat rongga berisi darah hitam. Hati
merupakan sumber dan tambang bagi roh. Daging dalam bentuk seperti ini juga
terdapat pada hewan serta manusia yang sudah meninggal dunia. Definisi ini
berpacuan pada hadist populer yang dijelaskan oleh An-Nu’man bin
Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Muhammad SAW bersabda:
ُ‫ِى ْالقَ ْلب‬ َ ‫سدَ ْال َج‬
َ ‫ أََلَ َوه‬. ُ‫سد ُ ُكلُّه‬ َ َ‫ت ف‬
ْ َ ‫سد‬ َ ‫صلَ َح ْال َج‬
َ َ‫ َو ِإذَا ف‬، ُ‫سد ُ ُكلُّه‬ َ ‫ت‬ َ ‫ضغَةً ِإذَا‬
ْ ‫صلَ َح‬ َ ‫أََلَ َو ِإ هن فِى ا ْل َج‬
ْ ‫س ِد ُم‬

20
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik
pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah
bahwa ia adalah hati (jantung).”(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Dalam ayat lain Allah berfirman:

َ‫اب أ َ ِلي ٌم ِب َما َكانُوا يَ ْك ِذبُون‬ َ ‫ضا َولَ ُه ْم‬


ٌ َ ‫عذ‬ ٌ ‫فِي قُلُو ِب ِهم هم َر‬
‫ض فَزَ ادَ ُه ُم ه‬
ً ‫َّللاُ َم َر‬

“Di dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakit tersebut,
dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih akibat apa yang mereka
dustakan.” (Qs. al-Baqarah: 10)

Kesehatan hati baik secara rohani maupun jasmani harus dijaga


kesehatannya. Karena ketika hati dalam konteks jasmani sehat, maka sistem
eksresi akan berjalan dengan baik. Sehingga tidak menimbulkan penyakit pada
tubuh.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ekskresi merupakan proses pengeluaran hasil sisa metobisme yang


tidak berguna lagi di dalam tubuh
2. Alat ekskresi pada mamalia terdiri dari ; hati, ginjal, paru-paru dan
kulit
3. Alat eksresi pada hewan invertebrata belum selengkap pada hewan
vetebrata.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca, agar makalah ini lebih baik
untuk kedepannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Andreas, Heryanto., Trianto, Heru F., Ilmiawan, M. In’am. 2015. Gambaran


Histologi Regenerasi Hati Pasca Penghentian Pajanan Monosodium
Glutamat pada Tikus Wistar. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura. Volume 3. No. 1, April 2015. Universitas Tanjungpura,
Pontianak Kalimantan Barat

https://biologiklaten.wordpress.com/bab-19-sist-ekskresi-pada-hewan-
manusia-xi/

https://id.wikipedia.org/wiki/Hati

ttps://hisham.id/2015/11/fungsi-usus-halus-hati-usus-besar-pada-
ruminansia.html

23

Anda mungkin juga menyukai