Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANATOMI PATOFISIOLOGI


MANUSIA

DISUSUN OLEH :
1. AWANDA RUSMIN ( 27216663A )
2. TESSA.P.P. RIANTIARNO ( 27216649A )
3. RAISSA I.R. WIBOWO ( 27216662A )
4. ZEFANYA .K. NUGRAHA ( 27216661A )
5. MILAF NUR FATUROHMAH ( 27216648A )

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum ini disusun sebagai tugas harian sekaligus hasil dari
praktikum Tes Cerebellum yang telah dilaksanakan pada Rabu, 11 Mei 2022.

NILAI

Surakarta, 11 Mei 2022

Mengetahui,
Dosen Pengampu

apt. Avianti Eka Dewi Aditya Purwaningsih, S.Farm., M.Sc


I. Judul
Tes Cerebellum

II. Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui fungsi-fungsi cerebellum serta menyelidiki ada atau tidaknya
gejala-gejala kerusakan fungsi cerebellum

III. Dasar Teori


Kerusakan organik maupun fungsional dari cerebellum biasanya akan menampakkan
suatu gejala-gejala yang bisa diamati sebelum atau sesudah dilakukan suatu tes
tertentu. Gejala-gejala yang ditimbulkan sesuai dengan fungsi maupun letak anatomis
dari kerusakan yang terjadi.
Secara fungsional, cerebellum dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Vestibulocerebellum
2. Spinocerebelum
3. Neocerebellum

Korteks cerebellum hanya mengandung 5 jenis neuron: sel purkinje, granular, basket,
stelata, dan golgi. Cerebellum berperan dalam penyesuaian yang dipelajari yang
menyebabkan koordinasi menjadi lebih mudah apabila suatu gerakan dilakukan
berulang-ulang.
Secara sederhana, fungsi dari cerebellum adalah:
1. Fungsi koordinasi
• Untuk membentuk suatu gerakan yang bertujuan secara fungsional,
maka beberapa otot atau beberapa persendian harus terkoordinasi dengan
baik. Misalnya, untuk membentuk kata-kata yang baik diperlukan koordinasi
berbagai macam otot/persendian seperti otot-otot laring, otot mulut, ataupun
respirasi.
• Tidak adanya koordinasi dari beberapa persendian kita kenal dengan istilah
disartri.
• Dapat juga hilangnya koordinasi gerakan ini akan menimbulkan apa yang
disebut ataxia, yaitu suatu kelainan yang disebabkan tidak adanya
koordinasi karena adanya gangguan kecepatan, luas, kekuatan, serta arah
dari gerakan.
2. Fungsi keseimbangan dan orientasi ruangan
• Seseorang untuk mengetahui posisinya dalam suatu ruang atau
keseimbangan tubuh, maka impuls dari proprio reseptor yang terletak pada
persendian, otot, dan lain-lain serta cerebellum harus baik.
• Gangguan di mana seseorang tidak mengenal posisinya dalam suatu
ruangan disebut astereognasi.
• Lintasan cerebellum afferent ke cerebellum berasal dari informasi
proprioseptik dan sensorik dari semua bagian tubuh. Selain itu afferent
cerebellum juga berasal dari semua daerah motorik korteks cerebri melalui
nukleipons. Gangguan- gangguan ini bisa dites dengan tes Romberg atau tes
Adiadokokinesis.

3. Fungsi menghambat/dumping
• Impuls yang datang ke cerebellum dari korteks motorik cerebri akan
dihambat/dumping.
• Gangguan fungsi menghambat ini terlihat pada
ketidakmampuan mengerem /menghentikan gerakan dengan cepat pada tes
Rebound atau Past Pointing Test, dimana penderita selalu overshoot.
• Overshoot ialah bila seseorang mau menunjuk titik tertentu, selalu melebihi
apa yang dituju.
• Ketidakmampuan untuk menilai jarak disebut Disartri.

• Ciri khas lain pada kerusakan cerebellum ialah adanya intensi tremor, yaitu
tremor yang terjadi sewaktu bergerak secara volunter. Sebaliknya tremor
akan hilang bila penderita itu diam. Jadi berbeda dengan tremor diam pada
Parkinsonisme.

IV. Tata Kerja

a. Past Pointing Test

Pada orang yang normal dapat menyentuh sesuatu berkali-kali dengan cepat dan
tepat, misalnya manyentuh hidung, menyentuh jari satu terhadap yang lain.
Probandus berdiri dan diberi instruksi untuk menyentuh bagian muka berkali-
kali (hidung, bibir, telinga dan lain-lain) selama 30 detik.
 Hasil (-) bila probandus tidak melakukan kesalahan dalam mengikuti
instruksi.
 Hasil (+) bila probandus salah menyentuh dalam melakukan instruksi
b. Tes Romberg
Dengan mata tertutup dan kaki dirapatkan, tangan diluruskan ke depan bila
ada kerusakan cerebellum maka orang tersebut akan jatuh ke belakang.
1. Mata probandus ditutup, kaki dirapatkan dan tangan diluruskan ke depan.
2. Stopwatch dinyalakan selama 60 detik.

 Hasil (-) bila probandus tetap berdiri diposisi semula


 Hasil (+) bila probandus terjatuh ke belakang.

c. Tes Disartri

Mengucapkan kalimat yang hampir sama dan disebut secara berulang- ulang
dan cepat. Pada kerusakan cerebellum, probandus tidak dapat mengucapkan
dengan cepat dan intensitas suara yang tetap, kadang- kadang keras, kadang-
kadang lemah, kadang-kadang cepat, dan kadang-kadang lambat.
1. Probandus diinstruksikan untuk mengucapkan kalimat yang susunannya
mirip dan diucapkan berulang-ulang secara lambat, cepat dan keras.
2. Perlakuan dilakukan selama 30 detik.

 Hasil (-) bila pengucapan benar.


 Hasil (+) bila pengucapan salah.

d. Tes Adiadokokinesis
Secara normal orang dapat melakukan kegiatan pronasi dan supinasi (membuka
dan menelungkupkan telapak tangan) secara berulang ulang dan cepat. Bila
ada kerusakan dari cerebellum maka kemampuan untuk mengetahui posisi
dari bagian tubuhnya yang bergerak tidak ada, akibatnya gerakannya tidak
teratur.
1. Probandus diinstruksikan untuk melakukan gerakan pronasi dan supinasi.
2. Perlakuan dilakukan selama 30 detik.

 Hasil (-) bila gerakan tersebut tepat atau tidak berubah.


 Hasil (+) bila gerakan salah

e. Tes Intense Tremor


Pada kerusakan cerebellum pada saat melakukan gerakan terutama pada saat
hampir ke tempat tujuan terjadi tremor (gerakan yang cepat dan halus oleh
karena fungsi damping cerebellum hilang). Tremor terjadi terutama bila nuclei
dentatus atau brachium konjungtivum rusak. Ini khas kerusakan pada
cerebellum.
1. Probandus memegang buku dengan tangan diluruskan ke depan selama 30
detik.
 Hasil (-) bila tangan probandus tidak bergetar.
 Hasil (+) bila tangan probandus bergetar.

f. Tes Rebound
Pada orang dengan kerusakan cerebellum disuruh mengkontraksikan lengannya
kuat-kuat sementara itu orang lain menahannya tetapi kemudian melepaskan,
maka lengan itu akan melayang dengan kuat sampai memukul mukanya sendiri.
Ini oleh karena kontraksi otot-otot antagonisnya tidak terjadi oleh karena
kerusakan cerebellum tersebut.
1. Probandus diinstruksikan untuk mengkontruksikan tangan dengan
keras.
2. Seseorang yang lain menahan tangan probandus dan melepaskannya
secara tiba-tiba.

 Hasil (-) bila probandus dapat menahan tangannya sehingga tidak


memukul muka atau tubuh sendiri.
 Hasil (+) bila probandus tidak dapat menahan tangannya sehingga
memukul muka atau tubuh sendiri

Anda mungkin juga menyukai