ANALISA KUANTITATIF
ARGENTOMETRI
Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan standar NaCL, pada percobaan ini
memerlukan 9,1 ml titrat
Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan standar NaCL, pada percobaan ini
memerlukan 9,1 ml titrat
Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan standar NaCL, pada percobaan ini
memerlukan 9,0 ml titrat
Penentuan kadar vitamin B1 pada titrasi pertama dengan berat sampel 122,3 Mg dan
titrat yang di gunakan adalah 8,5 ml
Penentuan kadar vitamin B1 pada titrasi kedua dengan berat sampel 221,9 Mg dan
titrat yang di gunakan adalah 9,1 ml
Penentuan kadar vitamin B1 pada titrasi ketiga dengan berat sampel 326,8 Mg dan
titrat yang di gunakan adalah 9,4 ml
VII. Pembahasan
Analisis kuantitatif argentometri adalah mencari kadar suatu zat dengan titrasi
menggunakan larutan standar perak nitrat (AgNO3) yang telah belum diketahui
kadarnya. Salah satu metode analisis kuantitatif argentometri adalah metode Mohr.
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium
kromat (K2CrO4)sebagai indikator. Perak nitrat (AgNO3) yang merupakan larutan
standar sekunder, distandarisasi oleh larutan standar primer yaitu natrium klorida
(NaCl) bersifat netral.
Larutan standar sekunder menggunakan larutan AgNO3. Larutan ini dibuat
dengan menimbang zat secara tidak teliti dan dilarutkan dengan pengukur volume
yang tidak teliti pula. Alasan kenapa AgNO3 dibuat sebagai larutan standar sekunder
karena sifat fisinya tidak mungkin diperoleh dalam keadaan sangat murni. Untuk
dapat menitrasi zat lain, AgNO3 harus ditentukan dahulu kadarnya dengan suatu
garam netral yaitu natrium klorida (NaCl).
Larutan standar sekunder yaitu AgNO3 dibuat normalitasnya sebesar 0,05 N
sebanyak 1 L. Untuk menentukan seberapa banyak larutan AgNO3 yang digunakan,
menggunakan rumus hitungan normalitas.
Namun, pada proses ini larutan standar sekunder HCl sudah tersedia di laboratorium.
Pembuatan larutan standar primer NaCl ditujukan untuk menentukan
normalitas dari standar sekunder AgNO3. Larutan standard yang diperoleh dengan
jalan menimbang dengan teliti (neraca analitik/elektrik) sejumlah zat standard dan
melarutkannya sampai volume tertentu dengan tepat (labu takar), normalitasnya dapat
langsung dipakai (dengan perhitungan) tanpa dibakukan/distandarisasi terlebih
dahulu. Oleh karena itu, larutan standar primer berupa NaCl digunakan untuk
menentukan normalitas dari AgNO3 yang masih menjadi larutan standar sekunder.
Untuk menentukan seberapa banyak serbuk NaCl yang digunakan, menggunakan
rumus hitungan normalitas.
Didapatkan NaCl yang harus ditimbang adalah 0,1463 gram. Namun, pada
saat penimbangan terjadi selisih karena penyetaraan kertas timbang. Lalu ditentukan
kembali koreksi kadar normalitasnya untuk dapat menjadi standarisasi standar
sekunder.
Standarisasi larutan standar sekunder AgNO3 dilakukan tiga kali untuk
mengetahui selisih kadar secara pasti. Larutan HCl yang masih menjadi standar
sekunder untuk menentukan kadar normalitasnya dimasukkan ke buret. Larutan
standar primer NaCl ditambah indikator K2CrO4 5%. Perubahan reaksi yang
diharapkan yaitu terbentuk endapan cokelat merah. Setelah standarisasi dilakukan
triplo, didapatkan rata-rata volume AgNO3 yang dibutuhkan yaitu 9,0667. Normalitas
AgNO3 setelah perhitungan adalah 0,0461N
Harjadi, W. (1993). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Khopkhar. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi ke 4. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
X. Lampiran