Anda di halaman 1dari 10

NEUROBEHAVIOUR

PHYSIOLOGY LAB REPORT:


PHYSIOLOGY OF EQUILIBRIUM

Venamelia 00000022106
Vincent Rasiman 00000022092
Vini Dearani 00000025700
Vivian Vallencia 00000021125
Wei Hao Weng 00000024679
Wendell Sebastian S. 00000021097
Wilbert Santoso 00000019540
William Audi 00000020884
Yonesha Rahmania P. 00000022450

Universitas Pelita Harapan


Faculty of Medicine
2018
EXPERIMENT I: Influence of head position and normal eyes to the balance of the body
Langkah-langkah:
1. Mahasiswa diminta untuk berjalan pada garis lurus dengan mata terbuka. Kepala dan
tubuh dalam posisi normal. Perhatikan cara jalannya dan tanyakan apakah dia mengalami
kesulitan untuk berjalan mengikuti garis lurus.
2. Lakukan percobaan yang sama dengan mata tertutup.
3. Lakukan percobaan yang sama dengan mata tertutup dan kepala miring ke kiri (dengan
cara menempelkan telinga ke bahu).
4. Lakukan percobaan yang sama dengan mata tertutup dan kepala miring ke kanan (dengan
cara menempelkan telinga ke bahu).

Pertanyaan:
Apakah pengaruh posisi kepala dan mata terhadap keseimbangan tubuh?

Hasil Percobaan:

Percobaan Hasil

Berjalan lurus normal. Normal (lurus), tidak ada kesulitan.

Mata ditutup. Normal (lurus), tidak ada kesulitan.

Mata ditutup dan memiringkan Deviasi ke kiri, kesulitan mengikuti


kepala ke kiri. garis lurus.

Mata ditutup dan memiringkan Deviasi ke kanan, kesulitan mengikuti


kepala ke kanan. garis lurus.

Jawaban:
Ada tiga instrumen penting yang mengatur sensasi posisi tubuh, yaitu: vestibulocerebellar, visual
dan dan conscious proprioceptive. Mata adalah komponen visual, sedangkan posisi kepala (yang
dapat berpengaruh ke endolymph di kanalis semisirkularis) adalah komponen vestibular.
Gangguan pada salah satu dari sistem sensori ini akan menyebabkan kompensasi dari 2 sistem
lainnya.
EXPERIMENT 2: Nystagmus
Langkah-langkah:
1. Subjek duduk tegak di kursi barani dengan mata ditutup dan kepala ditundukkan sebesar
300.
2. Kursi barani diputar dengan halus sebanyak 10 rotasi dalam 20 detik.
3. Kursi barani dihentikan secara mendadak.
4. Buka mata subjek dan minta subjek untuk melihat ke depan.
5. Perhatikan matanya dan definisikan komponen cepat dan lambat dari nystagmus.

Pertanyaan:
1. Apa tujuan menundukkan kepala 300?
2. Jelaskan mekanisme kejadian dari komponen cepat dan lambat dari nystagmus.

Hasil Percobaan:
Setelah diputar dengan arah ke kanan menggunakan kursi barani, subjek menunjukkan adanya
nystagmus “left-beating”.

Jawaban Pertanyaan:
1. Tujuan menundukkan kepala 300 adalah untuk memanipulasi kanal semisirkularis lateral
agar berada di posisi horizontal.
2. Nystagmus terjadi dikarenakan adanya refleks vestibulo-okuler. Rotasi ke kanan akan
menyebabkan pergerakkan bola mata menjadi ke arah kiri secara cepat (komponen cepat
nystagmus), bahkan ketika kursi sudah diberhentikan karena sensor yang didapat adalah
kepala masih berputar ke arah kanan. Pergerakan ini diikuti dengan fase recovery di mana
mata kembali ke tempat awal (komponen lambat nystagmus). Siklus ini dapat berjalan
hingga beberapa kali.

EXPERIMENT 3: Tes “Past-Pointing” menggunakan kursi barani.


Persiapan:
1. Subjek duduk tegak di kursi barani dengan mata tertutup.
2. Pengamat diminta untuk berdiri tegak kira-kira 1 meter di depan subjek sambil
mengekstensikan tangan kirinya ke subjek.
3. Subjek/mahasiswa diminta untuk menyentuh jari pengamat menggunakan tangan
kanannya untuk mengidentifikasi lokasi jari pengamat.
4. Mahasiswa diminta untuk mengangkat tangannya di atas kepala dan menurunkannya
secara cepat untuk menyentuh jari pengamat dengan cepat untuk beberapa kali.

Eksperimen:
1. Subjek duduk tegak di kursi barani dengan mata tertutup dan kepalanya tertunduk sebesar
300.
2. Kursi barani diputar dengan halus sebanyak 10 rotasi dalam 20 detik.
3. Kursi barani dihentikan secara mendadak.
4. Subjek duduk tegak dengan kepala juga tegak lalu mencoba untuk menyentuh jari
pengamat (langkah-langkah persiapan).
5. Amati arah deviasi dan lanjutkan sampai ia dapat menyentuh jari pengamat.

Pertanyaan:
Jelaskan mekanisme dari deviasi yang terjadi!
Hasil Percobaan:
Subjek menunjukkan adanya deviasi ke arah kiri.

Jawaban Pertanyaan:
Deviasi pada tes ini terjadi pada subjek karena adanya gangguan pada lebih dari 1 komponen
keseimbangan tubuh. Subjek mengalami kehilangan komponen visual (karena mata ditutup), dan
sistem vestibular akibat diputar. Hasilnya subjek tidak dapat melakukan past-pointing test
dengan baik.

EXPERIMENT 4: Sense of angular motion


Langkah-langkah:
1. Subjek duduk tegak di kursi barani dengan matanya ditutup.
2. Kursi barani diputar dengan kecepatan yang bertambah perlahan-lahan sampai
kecepatannya konstan, lalu diperlambat perlahan-lahan sampai berhenti.
3. Subjek ditanya mengenai sensasi arah saat:
a. Saat durasi percepatan
b. Saat kecepatan konstan
c. Saat durasi perlambatan
d. Segera setelah berhenti

Pertanyaan:
Jelaskan mekanisme terjadinya sensasi arah a, b, c, d.

Hasil Percobaan:

Hasil Percobaan

Durasi percepatan Sensasi putar ke kanan

Kecepatan konstan Sensasi berputar ke kanan berkurang-


stabil (tidak berputar)

Durasi perlambatan Sensasi putar ke kiri

Segera setelah berhenti Sensasi putar ke kiri

Jawaban Pertanyaan (rotasi ke kanan)


a. Saat durasi percepatan, endolymph di kanal semisirkularis tertinggal karena adanya
inersia dan menyebabkan adanya deflesi cupula ke arah yang berlawanan (kiri), deflesi
ini akan memberikan impuls ke otak yang memberi sinyal kepada tubuh sensasi berputar
ke kanan.
b. Saat kecepatan konstan, endolymph di kanal semisirkularis mulai bisa mengikuti
perubahan arah putaran dan kecepatan badan (kursi barani), sehingga cupula tidak lagi
terdeflesi sehingga sensasi berputar ke kanan berkurang hingga terasa stabil.
c. Saat durasi perlambatan, endolymph di kanal semisirkularis masih berputar mengikuti
arah putaran dan kecepatan awal sehingga putaran yang dilambatkan menjadi tertinggal.
Hal ini menyebabkan cupula terdeflesi searah (ke kanan), deflesi ini akan memberikan
impuls ke otak yang memberi sinyal terhadap tubuh sebagai sensasi berputar ke kiri.
d. Saat berhenti, endolymph di kanal semisirkularis masih bergerak ke arah putaran awal
sehingga cupula terdeflesi searah (ke kanan), dan menimbulkan sensasi berputar ke arah
kiri.

EXPERIMENT 5: Sensasi terjatuh/ilusi coriallis


Langkah-langkah:
1. Subjek duduk tegak di kursi barani dengan mata tertutup dan membungkukkan kepala
dan badannya sebesar 1200.
2. Kursi barani diputar secara halus sebanyak 10 rotasi selama 20 detik.
3. Kursi barani dihentikan secara mendadak.
4. Segera setelah berhenti, subjek diminta untuk duduk menegakkan badan dan kepalanya.
5. Perhatikan arah jatuhnya dan tanya subjek sensasi arah jatuhnya kemana.
6. Percobaan diulang dengan subjek lain dengan posisi kepalanya menekuk 900 ke bahu
kanan.
7. Percobaan diulang dengan subjek lain dengan posisi kepala menengok ke belakang 600.
Pertanyaan:
1. Jelaskan tujuan dari 3 posisi kepala.
2. Jelaskan relasi dari sensasi jatuh dan arah aliran endolymph di kanal semisirkular yang
distimulasi.

Hasil Percobaan:

Hasil Percobaan

1200 Jatuh ke belakang kanan

900 ke bahu kanan Jatuh ke belakang

600 Jatuh ke kanan


Jawaban Pertanyaan:
1. Tujuan dari adanya 3 posisi kepala yang berbeda adalah untuk mengubah arah dari kanal
semisirkularis sehingga terjadi efek maksimal yang ditimbulkan dari pemutaran kursi
barani tersebut.
2. Ketika subjek menundukkan kepala dan badan sebesar 1200 lalu diputar ke kanan, subjek
merasakan jatuh ke belakang kanan. Saat subjek menengokkan kepala sebesar 90 0 ke
kanan, subjek merasakan jatuh ke belakang. Sedangkan saat subjek mendongakkan
kepalanya sebesar 600 ke belakang, subjek merasa seperti jatuh ke kanan. Sensasi seperti
jatuh ini dinamakan ilusi corialis, di mana penyebabnya adalah stimulasi dari 2 atau 3
kanal semisirkularis secara bersamaan. Saat subjek menunduk sebesar 120 0 dan diputar
ke kanan, maka aliran endolymph akan ke belakang dan kiri, sehingga menimbulkan
perasaan jatuh ke belakang kanan. Saat 900 ke bahu kanan dan diputar ke kanan, maka
endolymph akan mengarah ke belakang sehingga akan merasa sensasi jatuh ke arah
belakang. Sedangkan saat kepala didongakkan 600 dan diputar ke kanan, maka aliran
endolymph akan cenderung ke kiri sehingga akan terjadi sensasi jatuh ke kanan.

EXPERIMENT 6:
A. Tes Refleks Vestibulospinal
Fungsi cerebellar: struktur garis tengah cerebellum, vermisnya berhubungan dengan
postur, gait, dan keseimbangan trunkal.
- Test Romberg dilakukan untuk skrining keseimbangan saat berdiri.
- Prosedur dan penjelasan tes Romberg:
a. Subjek berdiri dengan kaki rapat, lengan di samping tubuh, dengan mata terbuka,
lalu mata tertutup.
b. Bila ada lesi pada vestibular perifer, pusat gravitasi tubuh akan berpindah ke sisi
dengan lesi labyrinth.
c. Bila ada gangguan pada sentral, terdapat pola ketidakstabillan gait dan arah
jatuh/ketidakseimbangan ireguler.
d. Bila dengan mata terbuka terdapat hasil yang positif, maka kemungkinan besar
terdapat lesi pada cerebellum. Sedangkan apabila tes Romberg positif pada saat
mata tertutup, kemungkinan terdapat gangguan pada sistem vestibular atau sistem
proprioseptif. Hal ini dikarenanan untuk seseorang dapat mempertahankan
keseimbangan harus ada 2 dari 3 sistem komponen keseimbangan (visual,
proprioseptif, fungsi vestibular).

Hasil percobaan tes Romberg:


Saat subjek melakukan percobaan ini, subjek tidak merasakan ketidakseimbangan ketika
matanya terbuka. Saat mata ditutup juga tidak ada merasakan ketidak seimbangan, oleh karena
itu hasil tes Romberg negative (normal).

B. Tes Fungsi Hemisferik (past-pointing)


- Tes past-pointing adalah tes vestibulospinal untuk ekstremitas atas.
Prosedur tes past-pointing:
1) Subjek mengekstensikan kedua lengan dan menempatkan telunjuknya yang
terkekstensi ke jari pemeriksa.
2) Subjek diminta menutup mata dan mengangkat lengannya di atas kepala, masih
dalam posisi ekstensi.
3) Subjek diminta secara perlahan menurunkan lengannya untuk mengembalikan
telunjuknya pada posisi awal (pada telunjuk pemeriksa).
4) Percobaan diulang dengan subjek diminta untuk mendongakkan kepalanya.
5) Tes ini juga harus dievaluasi dengan tes thermal labyrinths.
- Signifikansi:
a. Patologi sentral dapat dicurigai apabila tes past-pointing setelah stimulasi thermal
terbalik atau hilang, dengan disertai adanya nystagmus.
b. Apabila sebelum ada stimulasi termal terdapat positif tes past-pointing tanpa
nystagmus atau dengan tes Romberg positif, dapat merupakan tanda penyakit di
sistem syaraf pusat.

Hasil percobaan tes past-pointing:


Subjek tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tes past-pointing baik saat kepalanya
tegak maupun saat mendongakkan kepala. Hasil tersebut normal dan tidak ada kelainan
vestibulospinal.

C. Tes Fungsi Hemisferik (finger-to-nose)


Tes finger-to-nose, prosedur:
1) Subjek diminta menyentuhkan jarinya dari hidung subjek, ke telunjuk pemeriksa.
2) Pemeriksa memindah-mindahkan telunjuknya.
3) Subjek diobservasi untuk tremor atau penyimpangan unilateral.
Interpretasi hasil:
a. Adanya tremor atau asthenia mengindikasikan kelainan pada cerebellum.
b. Adanya penyimbangan unilateral mengindikasikan kelainan pada labyrinthine.

Hasil percobaan tes finger-to-nose:


Subjek tidak menunjukkan adanya tremor, asthenia, maupun penyimpangan unilateral.
Tes dapat dilakukan dengan baik, oleh karena itu hasilnya normal.

D. Tes Refleks Vestibulospinal


- Stepping test dilakukan untuk mengevaluasi respons vestibulospinal ekstremitas bawah
terhadap stimulus labyrinthine.
- Prosedur Unterberger’s Stepping Test:
1) Subjek diminta untuk jalan di tempat dengan mata tertutup dan tangan diangakat
ke depan tubuh selama 30 detik. Dilihat apakah terdapat deviasi.
2) Subjek lalu diputar ke kanan sebanyak 20 kali secara cepat dan setelahnya subjek
diminta untuk berjalan di tempat lagi.
- Interpretasi Unterberger’s Stepping Test:
a. Kelainan peripheral → adanya rotasi axis tubuh ke arah lesi labyrinthine.
b. Kelainan sentral → adanya deviasi ireguler.
c. Deviasi yang bermakna adalah deviasi > 300.

Hasil Unterberger’s Stepping Test:


- Tidak terdapat deviasi pada saat subjek berjalan di tempat dengan mata tertutup. Hal ini
menunjukkan bahwa subjek normal dan tidak memiliki kelainan vestibular.
- Setelah subjek diputar dan diminta untuk berjalan di tempat, subjek berputar ke arah kiri.
Perasaan berputar ke kiri yang dirasakan subjek disebabkan oleh arus endolymph yang
tertinggal (masih berputar namun tubuh dihentikan mendadak).

Anda mungkin juga menyukai