Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS SKENARIO Berdasarkan scenario, didapatkan gejala yang dialami pasien yaitu tiba-tiba terjatuh saat bangun, pasien

juga merasakan kepala terasa berputar saat akan bangun dari tempat tidur seolah-olah semua benda yang ada disekitarnya ikut bergerak mengitari dirinya, disertai rasa mual, pada saat pasien mencoba untuk berjalan seketika itu ia terjatuh. Keluhan ini pernah dialami sebelumnya oleh pasien dan muncul setiap akan datang bulan dan terlambat makan. Dari gejala tersebut didapatkan : 1. Tiba-tiba terjatuh, kepala terasa berputar disertai mual disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.

Gambar. Skema Kesimbangan Normalnya, informasi yang diperoleh dari sistem keseimbangan tubuh yang melibatkan kanalis semisirkularis sebagai reseptor, serta sistem vestibuler dan serebelum sebagai pengolah informasinya; selain itu fungsi penglihatan dan proprioseptif juga berperan dalam memberikan informasi rasa sikap dan gerak anggota tubuh seperti yang dijelaskan pada skema di atas.

2. Riwayat datang bulan Perubahan hormonal saat haid dapat menyebakan keluahan kepala terasa berputar-putar. 3. Riwayat terlambat makan Berkaitan dengan hipoglikemi. Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain: Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi

otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).

ANAMNESIS Identitas KU RPS : perempuan, 36 tahun : kepala terasa berputar : tiba-tiba jatuh dari tempat tidur karena kepala terasa berputar saat bangun tidur seolah-olah benda yang ada disekitarnya ikut bergerak menitari dirinya dan disertai dengan mual. RPD : pernah mengalaminya hal serupa yang muncul setiap akan dating bulan dan telat makan Anamnesis yang perlu ditambahkan :

1. Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. 2. Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan. 3. Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal, kronik, progresif atau membaik. 4. Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik seperti anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik PEMERIKSAAN FISIK

Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau neurologik vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum. 1. Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa. 2. Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan

neurologis

dilakukan

dengan

perhatian

khusus

pada:

1. Fungsi vestibuler/serebeler

a. Uji Romberg : penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup. b. Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.

c. Uji Unterberger :Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)(Gb. 7) Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup.

Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

e.

Uji

Babinsky-Weil

Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral,

pasien

akan

berjalan

dengan

arah

berbentuk

bintang.

3. Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer. 1. Fungsi Vestibuler

a. Uji Dix Hallpike Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue). b. Tes Kalori Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut

(normal 90-150 detik). Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masingmasing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.

c. Elektronistagmogram Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif
4. Pemeriksaan pendengaran a. Tes Garpu Tala tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif, dengan tes rinne, Weber, dan Schwabach. b. Audiometri beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometri, tone decay. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain sesuai indikasi 2. Foto rontgen tengkorak, leher, stenvers (pada neurinoma akustik) 3. Neurofisiologi : EEG, EMG, BAEP 4. Pencitraan : CT-scan, Arteriografi, MRI PENATALAKSANAAN - pengobatan kausal - pengobatan simptomati

- pengobatan rehabilitatif. Pengobatan kausal merupakan pilihan utama namun kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui sebabnya. Pengobatan simtomatik bertujuan untuk menghilangkan dua gejala utama yaitu rasa vertigo (berputar melayang) dan gejala otonom (mual, muntah). Obat yang sering dipakai antara lain golongan calcium entry blocker, antihistamin, antikolinergik, monoaminergik fenotiasin (antidopaminergik) dan histaminik. Dosis pengobatan simtomatik diberikan sebaiknya secara bertahap supaya tidak mendepresi berlebihan proses adaptasi yang dilakukan oleh organ keseimbangan. Pengobatan rehabilitatif bertujuan untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi sentral, seperti contohnya metoda Brandt-Daroff dan latihan visual vestibuler.

Anda mungkin juga menyukai