PEMERIKSAAN PENGLIHATAN
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
1110211199
1310211030
1310211040
1310211148
1310211149
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
1
Assalamualaikum.wr.wb
Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum tentang Penglihatan ini
dengan baik.
Adapun laporan ini disusun untuk memenuhi syarat penilaian kegiatan praktikum
Departemen Fisiologi dan penulis harap makalah ini dapat bermanfaat baik untuk penulis pribadi
maupun untuk peserta didik lainnya.
Dalam menyusun makalah ini pula, penulis berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan
sumber-sumber dan berbagai informasi, baik dari buku-buku referensi yang telah di
rekomendasikan oleh para dosen, maupun dari berbagai jurnal ilmiah lainnya. Terima kasih
kepada dosen pengajar yang telah membimbing kami dalam menyusun laporan ini.
Untuk itu, kritik serta saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Atas
perhatiannya, penulis menyampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum.wr.wb
BAB I
PENDAHULUAN
Penglihatan sangat penting bagi kehidupan manusia. Lebih dari separuh (70% ) reseptor
sensorik pada tubuh manusia terletak dimata, dan sebagian besar korteks berperan dalam
memproses informasi visual. Pada praktikum akan dipelajari proses pembentukan bayangan pada
susunan optik mata, kemampuan refraksi, luas lapang pandang, reflex cahaya dan bintik buta.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata Cenco-Ingersoll yang
menirukan mata sebagai susunan optik
2. Mendemonstrasikan berbagai keadaan dibawah ini dengan menggunakan model mata
3.
4.
5.
6.
Cenco-Ingersoll :
a) Mata emetrop tanpa atau dengan akomodasi
b) Mata miop serta tindakan koreksi
c) Mata hipermetrop serta tindakan koreksi
d) Mata astigmat serta tindakan koreksi
e) Mata afakia serta tindakan koreksi
Menetapkan visus seseorang dengan menggunakan optotip Snellen
Memeriksa luas lapang pandang
Memeriksa reflex pupil langsung dan tidak langsung
Mengidentifikasi adanya bintik buta
BAB II
PERSIAPAN & KEGIATAN PRAKTIKUM SERTA DASAR TEORI
TUJUAN PERCOBAAN
1
Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata cenco-ingersoll yang
DASAR TEORI
Model mata cenco-ingersoll adalah mata yang diumpamakan dengan tangki yang diisi air
dengan lensa/kornea di salah satu ujung dengan slot untuk lensa kristal di belakangnya dan
layar/retina di ujung lain. Ada tiga posisi untuk layar, untuk mewakili penglihatan emmetrop,
hipermetrop, dan myopia. Terdapat enam set lensa dan satu diafragma yang digunakan untuk
menunjukkan berbagai cacat dan koreksi. Kekuatan dioptri tertera pada pegangan lensa.
Model ini dapat digunakan untuk menunjukkan myopia, hipermetrop, mata akomodasi,
silindris, penggunaan kaca pembesar, efek penghapusan lensa kristal, dan efek dari berbagai
ukuran pupil.
ALAT DAN BAHAN
1
2
3
4
5
CARA KERJA
a
HIPERMETROPIA
1 Mengarahkan model mata tetap ke jendela dan menggunakan lensa sferis +7D
2
MIOPIA
1 Mengankat lensa sferis positif dari S1 atau S2. Bayangan kembali tegas
2 Memindahkan lampu menjauh dari retina buatan. Bayangan menjadi kabur
3 Memperbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1 atau S2
4
DASAR TEORI
Emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi pembiasaan sinar mata dan
berfungsi normal. Pada mata ini daya bias mata adalah normal, dimana sinar jauh difokuskan
sempuran di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Mata emetropia akan mempunayi
penglihatan normal atau 6/6 atau 100%.
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata
dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang
retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan dibelakang makula lutea.
Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat
melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa
(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar
yang dibiaskan akan terletak di depan retina.
Pada astigmat berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan
tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan
permukaan kornea.
Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata tersebut
menjadi hipermetropia tinggi. Karena pasien memerlukan pemakaian lensa yang tebal, maka
akan memberikan keluhan pada mata benda terlihat seperti melengkung.
ALAT DAN BAHAN
1
2
3
Snellen Chart
Kacamata Uji
Lensa berbagai jenis dan ukuran
CARA KERJA
1. Pemeriksaan refraksi dilakukan dengan pemeriksaan mata satu persatu.
2. Pasien duduk pada jarak 6 meter dari kartu Snellen.
3. Satu mata kemudian ditutup.
4. Pasien disuruh membaca huruf kartu Snellen dari atas ke bawah.
5
Jika visus OP tanpa lensa = 6/6, maka mata tidak mungkin miopi. Mata tesebut mungkin
tetap 6/6, bahkan OP merasa melihat lebih enak, apakah kesimpulan saudara?
Jika visus OP tanpa lensa < 6/6, maka mata itu miop. Untuk menetapkan derajat myopia,
8
9
lakukanlah koreksi dengan lensa sferis negatef mulai dari daya refraksi yang terkecil (-0.25).
Jika visus tanpa lensa < 6/6 pada orang tua, maka mata itu presbiop.
Jika pada pemberian lensa sferis, visus mata tidak 6/6, harus diingat adanyaastigmatisme.
Suruhlah OP dengan salah satu matanya melihat gambar kipas. Bila terdapat gambar garis
yang lebih kabur, mata OP astigmatisme. Tentukan meridian garis tersebut! Lakukan koreksI
dengan menambahkan lensa silindris tegak lurus pada garis meridian yang terlihat paling tegas
sehingga warna hitam garis pada semua meridian merata.
Keterangan :
V = Visus
D= Jarak sejauh mana huruf huruf masih dapat dibaca oleh mata normal.
CARA KERJA
Orang percobaan (OP) berdiri sejauh 6m/20feet dari Snellen Chart. Oleh pemeriksa
ditunjukan Snellen Chart satu demi satu dari Snellen Chart yang besar dan ditempatkan huruf
yang kecil atau terkecil yang masih dapat dibaca oleh orang percobaan (OP). Bila satu huruf dari
satu baris sudah dibaca salah, berarti bahwa huruf huruf yang lain dari baris itu juga tidak
terlihat jelas. Setelah mengetahui visus OP cobakan lensa dengan kekuatan dioptri yang berbeda
dan jenis lensa yang berbeda untuk mengetahui jenis kelainan pada mata OP dan pengkoreksian
kacamata yang harus digunakan OP nantinya.
otak.
Gangguan
pada
jalur
penglihatan
akan
mengakibatkan gangguan
fungsinya. Terdapat beberapa dasar jalur penglihatan dan lapang pandangan mata, seperti (Ilyas,
2012):
a. Retina bagian nasal dari makula diproyeksikan ke arah temporal lapang pandangan
b. Serabut saraf bagian nasal retina menyilang kiasma optik
c. Serabut saraf bagian temporal berjalan tidak bersilang pada kiasma optik
d. Lapang pandangan normal pada satu mata terletak 90 derajat temporal, 60 derajat medial, 60
derajat atas, dan 75 derajat bawah
Terdapat dua jenis pemeriksaan lapang pandang yaitu pemeriksaan secarakasar (tes
konfrontasi) dan pemeriksaan yang lebih teliti dengan menggunakan kampimeter atauperimeter.
Pemeriksaan lapang pandang dilakukan dengan perimeter, merupakan alat yangdigunakan untuk
menetukan luas lapang pandang. Alat ini berbentuk setengah bola dengan jari- jari 30 cm, dan
pada pusat parabola ini mata penderita diletakkan untuk diperiksa. Batas lapangpandang perifer
adalah 90 derajat temporal, 75 derajat inferior, 60 derajat nasal dan 60 derajatsuperior. Dapat
dilakukan dengan pemeriksaan static maupun kinetic. Pemeriksaan ini berguna untuk:
Gerakan bulatan putih perlahan-lahan. Tepat pada saat op melihat bulatan putih
tersebut, pergeseran benda dihentikan. Baca tempat penghentian tersebut dan catat
pada formulir.
Ulangi tindakan tersebut (d & e), tiap kali diputar 30 derajat sesuai arah jarum
E. REFLEKS PUPIL
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui adanya reaksi-reaksi pupil pada akomodasi dan konvergensi terhadap
stimulus cahaya yang masuk ke mata orang percobaan dengan memperhatikan refleks-refleks
penglihatan.
DASAR TEORI
Pupil atau anak mata adalah pembukaan di tengah mata. cahaya masuk lewat pupil dan
diteruskan melalui lensa mata, yang memusatkan bayangan ke retina. Pupil terletak
dalam rertina bagian tengah Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris, dibelakang
iris terdapat lensa. Pupil dapat mengecil pada akomodasi dan konversi. Pupil adalah celah
lingkaran yang dibentuk oleh iris, dibelakang iris terdapat lensa. Pupil dapat mengecil pada
akomodasi dan konversi. Akomodasi adalah penyesuaian diri dari mata sehingga bayangan yang
masuk jatuh tepat di retina. Hal ini dimungkinkan karena kerjasama dari:
1.
Muscullus Cilliaris
2.
3.
Lensa Cristalina
Dapat juga terjadi reflex pada pupil yeng sering disebut reflex pupus, di mana
stimulusnya adalah cahaya, bila cahaya itu masuk ke mata dengan intensitas yang besar maka
pupil akan bereaksi dengan mengecil supaya cahaya yang masuk tersebut tidak terlalu banyak.
Pupil akan mengatur intensitas cahaya yang masuk.
Pengaturan diameter pupil ini bekerja dengan cara:
1.
Rangsangan syaraf parasimpatis merangsang otot sfingter pupil, sehingga memperkecil syaraf
pupil Miosis.
2.
Rangsangan syaraf simpatis merangsang serabut radial iris dan menimbulkan dilatasi
(pembesaran pupil) Midriosis.
ALAT DAN BAHAN
-
Penlight (senter)
CARA KERJA
a
Sorot mata kanan orang percobaan dengan lampu senter dan perhatikan perubahan
Mintalah OP tetap focus melihat gambar titik sambil mendekatkan gambar perlahan-
lahan
BAB III
HASIL PERCOBAAN
Jenis lensa yang dipakai pada S1 dan S2 adalah lensa konveks (lensa positif) dengan
kekuatan +1D
B. Miopi
Jenis lensa yang dipakai pada S1 adalah lensa konkav (lensa positif) dengan kekuatan
-1,50D
Kesimpulan
10
Jika bayangan pada retina menjadi kabur pada saat lampu dijauhkan maka
pengoreksiaannya menggunakan sferis negative. Lalu jika bayangan pada retina menjadi kabur
pada saat lampu didekatkan maka pengoreksiaannya menggunakan sferis positif.
Snellen Chart
11
Setelah dilakukan pemeriksaan visus dengan menggunakan snellen chart dan hasilnya
pada OP
Setelah digunakan lensa, minta OP untuk membaca snellen chart kembali dan liat adakah
Kesimpulan
12
Kesimpulan
Lapang pandang adalah suatu batas pengelihatan tanpa adanya gerakan bola mata.
Dimana batas normal lapang pandang:
a.
b.
c.
d.
Temporal 90 derajat
Superior 60 derajat
Nasal 50 derajat
Inferior 70 derajat
didapat di
atas
tidak
dapat
digunakan sebagai media penegakkan diagnosis, karena tingkat validitasnya rendah. Banyak
faktor yang mempengaruhi tingkat validitas hasil pengukuran. Faktor-faktoryang mempengaruhi
hasil di atas antara lain sebagai berikut:
13
status
fungsional
jaringan
sekitarnya
dan
keadaan
retina
serta
keadaan
strukturintracranial.Lintasan pupil terdiri dari bagian aferen dan bagian eferen. Bermula dari selsel diretina dan berakhir di daerah pretektum, sedangkan bagian eferen dibagi menjadi
lintasanparasimpatis dan lintasan simpatis. Pusat pengaturan supranuklear adalah dari lobus
frontalis(kewaspadaan) dan lobus oksipitalis (akomodasi).Respons pupil terhadap cahaya dalah suatu
refleks murni yang keseluruhan jarasnyaterletak di subkorteks.
14
LAMPIRAN
15
REFERENSI
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed.
Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sistem ke Sel edisi 6. penerbit: EGC.
16
Ilyas Sidharta. Pemeriksaan Pupil. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
17