Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI HEWAN

INDERA PENGLIHATAN DAN PERSEPSI

Oleh:
Moch. Shobirin
135090100111003
PJ Asisten :
Novembya Vilansari

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014

INDERA PENGLIHATAN DAN PERSEPSI


Mochammad Shobirin
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Manusia memiliki lima macam indera yang disebut dengan
panca indera. Salah satu indera tersebut adalah mata yang berfungsi
sebagai indera penglihatan. Mekanisme kerja penglihatan pada mata
terjadi karena adanya rangsangan berupa cahaya. Bagian bagian
mata meliputi : Kornea, pupil, Sklera , koroid , iris, retina ,lensa mata.
Praktikum kali ini bertujuan untuk melakukan tes kesehatan mata dan
mengetahui bagian mata beserta cara kerjanya. Metode yang
digunakan dalam praktikum kali ini yaitu metode umum yang
digunakan dalam tes kesehatan mata maupun tes fungsi kerja mata
pada umumnya.

Kata Kunci : Indera penglihatan, cahaya, Cara kerja, Fungsi, Mata.

BAB I
METODOLOGI
1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 14.00 hingga 16.00
WIB. Tanggal 14 Oktober 2014 di Laboratorium Biologi Dasar
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya Malang.
1.2 Alat dan Bahan
Penggaris, gambar peragaan bintik buta, Kacamata non
transparan, diagfragma berdiameter 2 mm, pensil, kertas
balnko,Sampel cetakan,kacamata, filter warna merah biru, gambar
sampel warna, kacamata (filter abu-abu) total colour blindness 17, 2
gambar peraga, motor penggerak, 2 gambar peraga diskus, gambar
cakram spiral.
1.3 Cara Kerja
Cara kerja dari praktikum ini adalah :
1.3.1 Bintik Buta
Mata
Ditutup dengan tangan kiri, gambar Blind spot
dipegang
Diperhatikan gambar bintang
Digerakkan gambar perlahan ke mata hingga
Hasil

hilang, berhenti, diukur jaraknya

1.3.2. Perimbangan Entopic pada Pupil


Diafragma
Ditempelkan pada bagian kiri muka kacamata yang
terbuka sebelah kanan dan yang lainnya (Kiri) terbuka
langsung
kacamata di dipakai dan mata yang terbuka sebelah
ditutup dengan tangan kiri, selembar kertas putih
terletak dimuka atas meja diperhatikan
gambaran melingkar akan terlihat,agak kabur dan titik
terang
tangan dilepas dari mata, lalu diperhatikan apa yang
terjadi titik terang yang dilihat
bagaimana perubahan diskus yang terang bila kamu
menutup lagi mata yang satunya?
Apakah ada/pernah anda melihat gerakan pupil yang
hilang?mengapa pupil diafragma menciut bila mata yang
lain dibuka
Mata pada kaca mata terbuk ditutup dan dilihat melalui
ujung diafragma ujung pensilyang diletakkan dikertas
putih
Apa yang terjadi pada pupil saat menggerakkan ujung
pensil menjauhi kertas putih dan menutup diafragma
Hasil
1.3.3. Astigmatisma
Gambar diskus
Dilihat, apa betul hanya terlihat garis lingkaran gelap?
Apakah pada semua tempat tampak garis-garis sama
lebar dan sama gelap?
apakah terlihat bila salah satu dari mata tertutup?
Apakah kedua mata tampak sama?
Apa yang terlihat pada stempel digerakkan pelan-pelan
Bentuk silang dilihat dengan satu mata, gerakkan pealn
gambar tersebut sehingga posisi X menjadi +

Apakah garis gelap yang tinggal sama dengan yang


hitam, apa terdapat perbedaan antara garis garis gelap
yang sama dalam setiap batang atau ada perubahan
warna
Hasil

1.3.4. Batas Konvergensi


sampel
di ambil dengan tangan kanan di letakkan di depan muka
anda dan di amati dengan cermat
digerakkan perlahan mendekati mata
apa yang dapat diperhatikan bila gambar cetak tersebut
selalu menyentuh ujung hidung
Hasil

1.3.5. Kedalam Persepsi Terang

Filter biru
dimasukkan ke kacamata sebelah kanan, dan filter
merah sebelah kiri kacamata.
Sampel dilihat dengan penerangan yang baik
menggunakan kacamata.Pada saat diamati, sampel
diletakkan dengan posisi gambar bentuk lingkaran
terletak di bawah kana dan segi empat pada sisi kiri atas
Pertama diperhatikan pada semua gambit dan diamati
beberapa perubahan yang terjadi.
Kemudian filter merah ditukar di kanan dan filter biru di
kiri, dan diperhatikan perubahan pada warna yang dilihat
Beberapa saat saat mengawasi gambar melalui
kacamata, kepala digerakkan pada salah satu sisi
diamati apa yang terlihat.
Hasil

1.3.6. Buta Warna dan Fenomena Purkinje

Filter abu-abu
Filter abu-abu dimasukkan ked ala kacamata, dimulai
dengan memasang 7 filter
Kacamata digunakan dan ditunggu sampai 5 menit.Bila
tidak terlihat sesuatu, satu filter diambil.Bila masih dapat
membedakan warna, ditambahkan satu filter
Sampel warna diamati dengan hati-hati sisi yang tampak
terang
Kemudian kacamata dilepas, dan diamati sisi senelah
mata yang terlihat terang tanpa kacamata
Hasil
1.3.7. Efek Setelah Melihat Warna
gambar
diletakkan diatas meja
Titik hitam yang terletak di tengah-tengah antara warnawarna diamati selama kurang lebih 30 detik
Mata digerakkan ke titik hitam yang terdapat peda
lembar putih yang berada di sebelahnya dan
diperhatikan dengan mata tanpa digerakkan
Diperhatikan yang terjadi setelah beberapa saat
Dibuat catatan setelah melihat tipe warna.
Hasil
1.3.8. Pola Akibat Getaran Warna
Gambar peraga
ditempelkan pada motor penggerak
Motor penggerak dihidupkan dengan kecepatan pelanpelan sampai kecepatan sedang
Putaran-putaran diperhatikan jumlahnya pada jarak 1-2 m
dari tempat lingkaran memusat

Diperhatikan
apakah
lingkaran-lingkaran
tersebut
menampakkan perbedaan sejumlah berkas sinar yang
berwarna
Hasil
1.3.9. Gerakan Akibat Hasil Kerja
Gambar peraga
diperhatikan pada jarak 1-2 m dalam putaran lambat.
Pusat pergerakan cakram diamati selama 30 detik atau
lebih. Kemudian dilakukan observasi dengan melihat
hidup teman dan dicatat apa yang dilihat
Percobaan diulangi dengan mengubah putaran pada arah
yang berlawanan
Setelah pusat pergerakan cakram diamati selama 30
detik pada jarak 1-2 m, kemudian putaran dihentikan
secara mendadak oleh orang lain dan diperhatikan yang
terjadi Percobaan diulangi dengan menutup sebelah mata
dengan tangan diamati apa yang terjadi

Hasil

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Analisa Prosedur
2.1.1. Bintik Buta
Pada pengujian bintik buta ini bertujuan untuk memeriksa
kesehatan mata dan mencari jarak bintik buta dari axis mata
probandus. Retina merupakan jaringan saraf halus yang berfungsi
menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optik, yang
merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan bola mata. Titik ini
disebut bintik buta/blind spot (Rastogi,1984). Alat yang di gunakan
pada uji bintik buta ini adalah gambar peragaan bintik buta dan
penggaris, gambar peragaan bintik buta ini untuk tes bintik buta pada
orang dengan mata normal, minus dan silinder. Penggaris di gunakan
untuk mengukur jarak bintik buta. Uji ini dilakukan dengan memilih
probandus bermata normal, minus, dan silinder. Uji ini dilakukan
dengan cara menutup mata sebelah kiri dengan telapak tangan kiri
agar mata kanan tetap terfokus pada gambar peraga. Kemudian alat
yang digunakan adalah Blind Spot. Alat tersebut dipegang dengan
tangan sebelah kanan dengan terbentang sejauh mungkin di muka
probandus, dengan posisi gambar bulan sabit di sebelah kanan dan
gambar bintang di sebelah kiri. Diperhatikan dan difokuskan gambar
bintang pada sebelah atas dari jarak sejauh mungkin yang dapat
dilihat probandus. Setelah itu diperhatikan beberapa saat , gerakkan
gambar peraga dengan pelan-pelan menuju mata hingga hilang
kemudian berhenti dan ukurlah jarak antara alat peraga dan mata.
Hal ini di lakukan untuk mengetahui jarak dari bintik buta. Kemudian
dicatat hasilnya pada lembar pengamatan. Selanjutnya dibandingkan
dengan probandus lainnya kemudian dibandingkan hasilnya.
2.1.2 Perimbangan Entoptic Pada Pupil
Uji yang kedua adalah perimbangan pada entoptic pupil. Bahan
yang digunakan dalam melakukan uji ini adalah kacamata non
transparan dengan kaca sebelah kanan digunakan diafragma dengan
bagian tengahnya berlubang dengan diameter 2 mm dan bagian kiri
ditutup dengan tangan. Cara kerjanya yaitu pertama kali tempelkan
diafragma pada sebelah muka dari kacamata yang terbuka sebelah
kanan dan yang lainnya yaitu sebelah kiri terbuka langsung. Setelah
itu probandus memakai kacamata dan tutup sebelah mata yang
terbuka dengan tangan kiri dan perhatikan selembar kertas putih yang
terletak di muka di atas meja. Lalu akan terlihat suatu gambaran yang
melingkar yang agak kabur dan titik terang. Setelah itu lepaskan

tangan yang menutup mata lalu perhatikan apa yang terjadi pada titik
terang tersebut. Selanjutnya diletakkan pensil dengan cara yang
sama saat melihat kertas putih tadi dan difokuskan untuk
memperhatikan ujung pensilnya.
Setelah itu probandus disuruh
mengamati perubahan diskus yang terang apabila dengan satu mata
maupun dua mata. Uji ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme
kerja dan peran pupil dalam menanggapi rangsangan cahaya.
2.1.3 Astigmatisma
Pada uji ini yang digunakan adalah alat sampel cetakan yang
terdapat 6 pertanyaan . Probandus yang melakukan pengamatan
akan diberi beberapa pertanyaan antara lain disuruh melihat bentuk
diskus atau bulatan apakah berupa garis lingkaran lingkaran gelap,
untuk mengetahui apakah bulatan hanya terlihat garis lingkaranlingkaran gelap. Kemudian apakah pada semua tempat tampak garisgaris sama lebar dan sama gelap. Untuk mengetahui apakah di
semua tempat tampak garis-garis sama lebar dan sama gelap.
Apakah terlihat bila salah satu dari mata tertutup. Untuk mengetahui
apakah masih terlihat bila salah satu dari mata tertutup. Kemudian
apakah kedua mata tampak sama. Untuk mengetahui kedua mata
tampak sama atau tidak. Apa yang terlihat pada sampel bila di
gerakkan pelan-pelan. Untuk mengetahui sampel apabila di gerakkan
pelan-pelan. Kemudian bentuk silang di lihat dengan hanya memakai
satu mata,dengan pelan gambar di gerakkan sehingga posisi X
menjadi +. Kemudian garis gelap yang tinggal sama dengan yang
hitam , apakah terdapat perbedaan antara garis gelap yang sama
dalam setiap batang atau ada perubahan warna. Untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan garis gelap yang sama atau terdapat
perubahan warna. Setelah melakukan uji tersebut, probandus harus
menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan hal-hal yang di
atas. Dan jawabannya tersebut dicatat oleh assisten untuk
mengetahui dampak perubahan lensa terhadap penglihatan pada tiap
probandus.
2.1.4 Batas Konvergensi
Pada uji ini bahan yang digunakan adalah sample cetakan.
Pertama kali adalah mengambil sample dengan tangan kanan
probandus dan letakkan di depan muka probandus serta diamati
dengan cermat. Kemudian pandangan fokus pada satu titik kemudian
digerakkan secara perlahan mendekati mata probandus. Agar
gambar tidak bergerak sehingga probandus bisa tetap fokus terhadap
titik tersebut. Kemudian di perhatikan apa yang terjadi apabila gambar

tersebut saling berdekatan. Hal ini untuk mengetahui jarak


konvergensi. Tujuan diadakan uji ini adalah untuk mengetahui batas
konvergensi pada setiap probandus. Hal ini sesuai dengan uji yang
disarankan oleh Indohealth (2008) bila akan mengetahui batas
konvergensi , nantinya faktor-faktor yang dipengaruhi oleh batas
kovergensi masing-masing probandus dan mungkin juga jenis
kelamin serta umur, karena ada hubungannya dengan lensa mata
penderita.
2.1.5 Kedalam Persepsi Terang
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain filter
warna merah dan biru, kacamata dan gambar sampel berwarna. Filter
merah dimasukkan ke kacamata sebelah kiri, dan filter biru sebelah
kanan kacamata. Pertama, sampel diamati menggunakan mata
dengan kacamata filter biru, sementara mata lainnya ditutup dengan
tangan dan dilihat apa yang terlihat. Kemudian sampel diamati
dengan mata yang berkacamata filter merah dengan mata lainnya
tertutup untuk diketahui warna garis apabila dilihat dengan kacamata
dengan warna filter berbeda. Kemudian di amati gambar mana yang
lebih mudah diamati beserta garis-garisnya. Selanjutnya kepada
probandus dimiringkan, dilihat kembali gambar sampel dan dicatat
hasilnya. Kedalam persepsi terang dilakukan untuk mengetahui
warna yang sensitive terhadap sel batang dan sel kerucut pada setiap
jenis probandus.
2.1.6 Buta Warna dan Fenomena Purkinje
Percobaan uji buta warna dilakukan dengan bantuan Total
colour blindness 17 atau tes Ishihara . Alat tersebut berupa buku yang
berisi pola-pola warna yang membentuk huruf atau angka tertentu
yang tersusun dari berbagai macam warna. Probandus akan
memperhatikan huruf atau angka apa dalam setiap halaman yang
dibuka dengan kecepatan tertentu, yang kemudian jawaban
probandus dicocokkan dengan kunci jawaban yang terdapat di dalam
buku. Sedangkan uji fenomena purkinje alat yang digunakan berupa
kacamata dengan filter abu-abu. Kemudian kacamata di gunakan
dan di tunggu sampai 5 menit. Untuk melihat kemampuan mata
dalam menangkap cahaya dengan adanya filter. Sampel warna di
perhatikan dan di tanyakan warna apa yang terlihat, untuk
mengetahui kemampuan mata dalam menerima cahaya. Menurut
Rastogi(1984) ini bertujuan untuk adaptasi mata pada tempat gelap.
Filter tersebut berfungsi untuk menguji penglihatan pada dua warna
yang berada pada satu media. Filter dilepaskan satu-persatu hingga

probandus dapat membedakan antara gelap dan terang dan


perbedaan warna. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
kemampuan penglihatan probandus dengan adanya filter-filter yang
disediakan serta dapat mengetahui adanya buta warna dan
fenomena purkinje pada tiap-tiap probandus.
2.1.7 Efek Setelah Melihat Warna
Percobaan ini dilakukan dengan dua gambar peraga, hal ini
digunakan untuk mengetahui efek setelah melihat warna. Salah satu
gambar di letakkan di atas meja. Kemudian diperhatikan titik hitam
yang berada pada pusat gambar peraga selama 30 detik. Kemudian
mata digerakkan ke titik hitam yang terdapat pada lembar putih yang
berada di sebelahnya dan diperhatikan tanpa menggerakkan mata.
Selanjutnya diperhatikan apa yang terjadi dan dicatat tipe warna yang
terlihat. Hal ini di lakukan untuk mengetahui kemampuan mata untuk
beradaptasi pada situasi tertentu.
2.1.8 Pola Akibat Getaran Warna
Percobaan ini diawali dengan meletakkan gambar peraga pada
motor penggerak dengan kecepatan pelan-pelan hingga kecepatan
sedang. Selanjutnya putaran-putaran tersebut diperhatikan pada
jarak 1-2 meter dari tempat lingkaran yang memusat, dan diatur
kecepatan putaran hingga probandus dapat melihat perbedaan
lingkaran yang mungkin terjadi. Lingkaran tersebut diamati, apakah
terjadi perbedaan sejumlah berkas sinar yang berwarna dari warna
yang dominan sampai semua warna dominan .Warna yang
digunakan adalah warna merah,kuning , dan biru. Percobaan ini
sesuai dengan pernyataan Rastogi (1984) berfungsi untuk
mengetahui perbedaan yang terjadi pada gambar dan adanya berkas
sinar yang mempengaruhi lapisan berwarna. Selain itu bertujuan
untuk mengetahui respon mata ketika melihat warna yang bergerak
bila arah putaran searah atau berlawanan jarum jam.
2.1.9 Gerakan Akibat Hasil Kerja
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan gambar peraga
cakram spiral yang dihubungkan dengan motor penggerak. Gambar
pada cakram spiral berfungsi sebagai objek yang diamati oleh
probandus. Gambar peraga dalam putaran diperhatikan dari jarak 12 meter, hal ini bertujuan supaya mata dapat beradaptasi dengan
kondisi garis-garis yang bergerak dari luar ke dalam. Diperhatikan
pula pada pusat pergerakan cakram selama 30 detik. Selanjutnya
dilakukan observasi dengan melihat hidung asisten dan dicatat apa

yang terjadi. Kemudian percobaan tersebut diulangi dengan merubah


putaran pada arah yang berlawanan. Setelah pusat pergerakan
cakram diamati selama 30 detik dengan jarak kurang lebih 1-2 meter
dari mata probandus. Uji ini bertujuan untuk mengetahui daya
akomodasi mata.
2.2. Analisa Hasil
2.2.1. Table hasil pengamatan
Tabel 1. Percobaan Bintik Buta
No.
Probandus
Jarak Bintik Buta
Pria

Wanita

Normal

10 cm

26 cm

Minus

43,5 cm

50 cm

Silinder

Kanan: 20 cm, Kiri:


27 cm

10 cm

Tabel 2. Perimbangan Entoptik pada Pupil


Entoptik Pupil
No
.

Probandu
s

Pria

Wanita

Mata
Tertutu
p

Mata
Terbuk
a

Mata
Tertutu
p

Mata
Terbuk
a

Normal

Besar

Kecil

Besar

Kecil

Minus

Besar

Kecil

Besar

Kecil

Silinder

Besar

Kecil

Besar

Kecil

Tabel 3. Hasil Uji Astigmatisma


Probandus
Pertan
yaan

Pria

Wanita

Normal

Minus

Silinder

Normal

Minus

Silinder

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Berger
ak

Berge
rak

Berger
ak

Berger
ak

Berge
rak

Berger
ak

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

Tabel 4. Konvergensi
No. Probandus

Jarak yang di Capai Saat


Gambar Bersentuhan
Pria

Wanita

Normal

6 cm

Sangat dekat

Minus

9 cm

10,5 cm

Silinder

8 cm

2,5 cm

Tabel 5. Hasi Uji ke dalam Persepsi Terang.


Hasil Pengamatan
Warna
Probandus
Tanpa Filter Filter
Garis
Filter Biru Merah

Pria

Normal

Minus

Silinder

Wanita

Normal

Minus

Silinder

Biru

Merah

Berimpit

Biru

Merah

Berimpit

Biru

Merah

Berimpit

Biru

Merah

Berimpit

Biru

Merah

Berimpit

Biru

Merah

Berimpit

Tabel 6. Hasil Uji Buta Warna dan Fenomena Purkinjee.


Buta
No. Probandus
Fenomena Purkinje
Warna

Normal

Pria

85,71%

Kiri : 4
Kanan : 4

Wanita

76,19%

Kiri :4
Kanan : 3

Minus

Pria

95,23%

Kiri :4
Kanan : 3

Wanita

90,47%

Kiri :4
Kanan : 3

Silinder

Pria

90,47%

Kiri : 3
Kanan : 3

Wanita

90,47%

Kiri :4
Kanan : 3

Tabel 7. Hasi Uji Efek Setelah Melihat Warna


No.

Jenis
Probandus
Normal

Minus

Silinder

Efek Setelah Melihat Warna


Pria

Wanita

Kuning: merah

Kuning : pink

Buru : hijau

Ungu : biru

Kuning

Kuning : merah

Biru

Ungu : hijau

Biru : hijau

Biru : hijau

Kuning : merah

Kuning : merah

Tabel 8. Hasil uji pola akibat getaran warna


No.
Jenis
Persepsi Terang
Probandus
Warna
Pria
1

Normal

Minus

Silinder

Wanita

Dominan kuning

Kuning

Biru

Dominan Biru

Biru

Biru

Dominan Merah

Ungu

Ungu

Sama

Abu-abu

Coklat

Dominan kuning

Coklat

Hijau

Dominan Biru

Abu-abu

Biru

Dominan Merah

Ungu tua

Merah

Sama

Ungu

Coklat

Dominan kuning

Kuning

Biru

Dominan Biru

Biru

Biru

Dominan Merah

Merah

Abu-abu

Sama

Ungu

Abu-abu

Tabel 9. Hasil Uji Gerakan Akibat Hasil Kerja


No.

Jenis Probandus

Normal

Minus

Gerakan Akibat Hasil Kerja


Arah

Pria

Wanita

Berlawanan

Dalam

Luar

Searah

Luar

Luar

Berlawanan

Dalam

Dalam

Searah

Dalam

Dalam

Silinder

Berlawanan

Dalam

Dalam

Searah

Dalam

Dalam

2.3. Pembahasan
2.3.1 Bintik Buta
Dari data hasil percobaan maka diperoleh bintik buta pada
perempuan minus paling tinggi yaitu 50 cm. sedangkan pada yang
lain seperti laki-aki normal 10 cm, laki-laki minus 43,5 cm, laki-laki
silinder kiri 20 cm dan kanan 27 cm, perempuan normal 26 dan
perempuan silinder 10 cm.
Terjadi demikian karena bayangan tepat jatuh pada bintik buta.
Bintik buta terjadi karena mata memiliki keterbatasan dalam melihat
sehingga sesuat yang ada di hadapan kita tidak selalu terlihat. Karena
di bagian retina di bagian belakang terdapat bintin buta atau blind spot
ini akan menghasilkan bayangan. Terdapat sebuah titik pada retina
yang tidak sensitive terhadap cahaya yang disebut bintik buta. Bintik
buta merupakan suatu tempat di retina dimana neuron melalui saraf
optic, dan tidak ditemukan sel kerucut dan sel batang sama sekali.
2.3. 2 Perimbangan Entoptil
Pada percobaan perimbangan entoptil diperoleh hasil yaitu pada
setiap probandus menggunakan googgle, ketika mata kanan ditutup
maka pada mata kiri akan terlihat lubang. Ketika mata yang tertutup
tangan tersebut dibuka, maka lubang yang terlihat di mata kiri akan
semakin kecil. Hal berikut ini karena terjadi perimbangan entoptil
pada pupil yang terjadi pada setiap probandus sama.
Artinyaperimbangan entoptil tidak berpengaruh terhadap mata
normal,mata minus dan silindris.
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan fenomena entoptik
pada pupil probandus wanita. Fenomena berupa bulatan pada kertas
putih yang dilihat dari lubang kecil mata di sebelah kanan dimana
mata sebelah kiri ditutup oleh telapak tangan, dan membuat bulatan,
kemudian mata yang telah ditutup dibuka bulatan akan ada yang kecil
dan ada yang besar.

Gambar 1. Bagian mata secara skematik (Exploratorium,2006)


Pupil terletak di dalam iris, dan berfungsi mengatur sedikit
banyaknya cahaya yang masuk. Dari hasil peengamatan semua
probandus memiliki reaksi yang sama terhadap uji pada pupil. Hal ini
membuktikan bahwa apabila mata dikenakan cahaya terang maka
pupil akan berkontraksi yang akan mengakibatkan terjadinya
perbedaan intensitas cahaya pada retina. Apabila kita melihat suatu
objek dengan menggunakan satu mata dan dalam keadaan kurang
terang, maka pupil akan berusaha untuk membesar agar banyak
cahaya yang masuk ke dalam mata. Apabila objek dilihat dengan dua
mata, maka ukuran pupil akan saling menyeimbangkan satu sama
lain agar cahaya yang masuk ke dalam mata menjadi seimbang (
Ilyas, 2003).
2.3.3 Astigmatisma
Dari data hasil percobaan diperoleh bahwa diperoleh data yang
berbeda-beda. Yaitu pada pertanyaan pertama, hanya laki-laki
silinder yang melihat garis lingkaran. Pada pertanyaan kedua tentang
apakah terlihat garis-garis dengan lebar yang sama dan gelap yang
tidak sama, maka hanya perempuan normal yang menjawab terlihat
sedangkan probandus yang lain tidak. Pada pertanyaan ke 3, setiap
probandus dapat melihat walaupun denagan mata tertutup. Pada
pertanyaan ke empat probandus dengan mata normalkedua mata
tampak sama, sedangkan probandus yang lainnya ayitu minus dan
silinder mengatakan tidak sama. Pada pertanyaan kelima semua
probandus melihat gambar pada alat peraga memutar. Dan pada
pertanyaan ke 6 hanya mata silinder yang mengatakan tidak sama
lebar dan tidak sama gelap.
Astigmatisma merupakan penyakit mata dimana disebabkan
oleh adanya perbedaan bentuk permukaan kornea yang bulat
menjadi bulat telur sehingga menyebabkan perbedaan kemampuan
lensa dalam axis berbeda.
Mata astigmatisma atau mata silindris merupakan suatu keadaan
dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada satu

titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi sebuah garis.


Astigmatisma merupakan kelainan pembiasan mata yang
menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada
jarak yang berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisma berkas
sinar tidak difokuskan ke retina di dua garis titik api yang saling tegak
lurus (Dellman, 1987).
2.3.4 Batas konvergensi
Batas konvergensi adalah batas dimana mata mampu
mengumpulkan cahaya tepat pada retina, sehingga mata dapat
melihat dengan baik. Batas konvergensi menunjukkan batas dari
kemampuan lensa mata untuk mencembung dan mencekung
(Masud, 2001).

Pada hasil pengamatan, semua probandus mengamati adanya


perubahan gerak dan jarak antara kedua gambar pada sample
cetakan. Pada penderita miopi terjadi batas konvergensi yang lebih
panjang dibandingkan dengan probandus yang lain karena mata
miopi memiliki lensa mata yang kurang bias untuk memipih yang
menyebabkan bayangan jatuh di depan retina jadi menyebabkan
batas konvergensinya lebih panjang dari probandus yang lainnya.

Gambar di atas
menunjukkan bahwa bisa terdapat dua
interpretasi yang berbeda dalam satu gambar. Interpretasi tersebut
bergantung pada pilihan kita dalam melihatnya, apakah mau fokus
untuk melihat bagian yang berwarna putih ataukah fokus untuk
melihat bagian yang berwarna hitam. Kita hanya bisa mengambil satu
interpretasi saja dari gambar tersebut (gambar wajah dua orang atau
gambar vas bunga). Jadi, kita tidak bisa melihat gambar tersebut
berisikan wajah dua orang sekaligus gambar vas bunga
(Exploraturium, 2006).
2.3.5 Kedalam Persepsi Terang
Berdasarkan hasil percobaan, disimpulkan bahwa Penderita
astigmatisma laki-laki terlihat garis yang tidak fokus karena penderita
astigmatisma ini tidak dapat membedakan garis secara jelas.Sel
kerucut pada retina mempunyai 3 macam pigmen yang masing
masing hanya peka terhadap sinar sinar merah, biru dan hijau.
Pigmen kerucut yang peka terhadap sinar merah mempunyai
spektrum absorbansi yang luas dengan absorbansi maksimum
berfrekuensi 575 mA, sedangkan pigmen kerucut yang peka terhadap
sinar hijau mempunyai frekuensi absorbansimaksimum 540 mA, dan
sinar kerucut yang peka terhadap sinar biru mempunyai absorbansi
maksimum 430 mA. Ketiga spektrum warna ini mempunyai daerah
yang saling melingkupi (Ilyas, dkk, 1981).
2.3.6 Buta warna dan Efek Purkinje
Dari percobaan didapat laki-laki normal 85,71%; wanita normal
76,19%; pria minus 95,23%; wanita minus 90,47%; pria silindris
90,47% dan wanita silindris 90,47%. Semakin kecil persentasenya,
maka semakin besar juga kemungkinan menderita buta warna.
Seseorang dikatakan buta warna apabila pada ter isihara nilai yang
didapat adalah 70% atau kurang.
Buta warna adalah tidak mengetahui warna dan sulit
membedakannya, memang dua hal yang berbeda. Dua kelainan
tersebut dikatakan buta warna yakni sulit membedakan warna asli
objek yang dilihat. Buta warna adalah ketidakmampuan melihat
warna-warna tertentu. Sementara, penglihatan normal memiliki tiga
subsistem, yaitu pembeda terang-gelap, kuning-biru, serta merah
hijau. Buta warna terjadi karena kekurangan pada satu atau dua
sistem tersebut (James, 2003).
Selain itu, buta warna juga diakibatkan karena adanya kerusakan
atau kelainan pada sel kerucut yang terdapat pada retina sentral.
Penyebab lain karena retina mata memiliki sel-sel berbentuk batang.

Sel-sel kerucut sendiri terdiri dari tiga macam, yakni sel kerucut untuk
warna merah, warna biru, dan warna hijau. Jika salah satu terganggu,
maka proses membedakan warna akan ikut terganggu (Masud,
2001).
2.3.7 Efek setelah melihat warna
Perbedaan warna ini saat percobaan mungkin dikarenakan
kurang konsentrasi sehingga memori tidak dihasilkan dalam otak atau
bisa juga karena jangka waktu 30 detik tersebut kurang lama atau
respon yang diterima menjadi lebih lambat dari probandus lainnya.
Menurut Noback dan Damarest (1981), pada saat melihat warna yang
kontras retina memfotokopi replica warna dan memberikan bayangan
warna dengan intensitas yang sama dengan lingkaran putih.
2.3.8 Pola akibat getaran warna
Data diatas dibagi menjadi empat factor warna yaitu dengan
komposisi warna yang berbeda yaitu dengan komposisi sama,
dominan merah, dominan biru dan dominan kuning.
Setiap probandus diperoleh bahwa pada komposisi warna yang
sama rata-rata probandus melihat warna abu-abu atau putih. Pada
komposisi dominan merah rata-rata probandus melihat warna merah
atau coklat. Pada dominan warna biru maka probandus rata-rata
melihat warna biru atau ungu dan pada komposisi kuning, sebagain
besar probandus melihat warna kuning.
Hasil yang didapatkan pada percobaan akibat dari getaran warna
ini relatif berbeda untuk setiap probandus. Hal ini menunjukkan
bahwa kelainan mata yang diderita tidak mempengaruhi probandus
untuk membedakan warna,
Kemampuan melihat lapisan warna pada orang yang
berkacamata dan yang tidak berkacamata memberikan efek yang
yang berbeda. Pada mata normal dapat memfiksasi obyek yang
bergerak sehingga dapat lebih banyak melihat variasi warna dari
pada mata yang tidak normal. Pada mata orang yang berkacamata
terjadi kelainan pada bola mata dan lensanya (Masud, 2001).
2.3.9 Gerakan akibat hasil kerja
Pada percobaan gerakan akibat hasil kerja ini diperoleh bahwa
sebagian besar probandus melihat kerja yang terjadi adalah keluar
pada putaran yang searah jarum jam maupun berlawanan jarum jam.
Hal ini terjadi karena pada saat mata melihat benda berputar searah
jarum jam, maka sel-sel mata merespon ke otak sehingga muncul
persepsi untuk mengikuti gerakan tersebut.

2.3.10 Macam-macam kelainan pada mata (Ilyas, S. 2006).


Mata adalah bagian organ dari manusia yang rentan terhadap
berbgai penyakit karena keturunan ataupun kebiasaan dan gaya
hidup. Penyebabnya pun bias bermacam-macam dan cara
mengatasinya pun berbeda-beda.
a. Rabun Jauh
Rabun jauh merupakan penyakit mata yang berkebalikan
dengan rabun dekat. Rabun jauh sering disebut dengan miopi.
Kondisi rabun jauh ini tidak memungkinkan untuk melihat
benda-benda yang memiliki jarak yang cukup jauh. Jenis
penyakit mata ini bisa diatasi dengan menggunakan kacamata
negatif atau lensa yang cekung.

Gambar 1. Rabun jauh dan rabun senja


b. Rabun Dekat
Rabun dekat ialah kondisi dimana seseorang tidak dapat
melihat benda yang jaraknya dekat. Penyakit rabun dekat ini
disebut dengan hipermetropi.
Beberapa kebiasaan dapat menyebabkan rabun dekat seperti
membaca buku dalam jarak terlalu dekat atau membaca
sambil tidur-tiduran. Untuk mengatasinya, Anda dapat
menggunakan kacamata yang memiliki lensa cembung atau
lensa positif. Bagaimana dengan kondisi mata Anda sendiri,
apakah mengalami rabun dekat ini?
c. Rabun Jauh-Dekat
Rabun jenis ini mayoritas dialami oleh para orang tua yang
disebabkan oleh faktor usia. Biasanya orang yang mengalami

rabun jauh dan dekat ini ialah yang telah berumur di atas 45an.
Rabun jauh dan dekat atau disebut dengan presbiopi ini
merupakan ketidakmampuan dalam melihat benda yang
terlalu jauh dan terlalu dekat. Untuk mengatasi rabun jauh dan
dekat ini, penderitanya bisa menggunakan kacamata rangkap
yakni kacamata cekung dan kacamata cembung.
d. Buta Warna
Buta warna merupakan penyakit menurun atau dengan kata
lain seorang ibu atau ayah yang mengalami buta warna
berkemungkinan besar akan menurunkan penyakitnya itu
kepada keturunannya. Buta warna ini merupakan keadaan
dimana seseorang tak bisa membedakan warna.
Kategorinya sendiri ada dua yakni buta warna separuh dan
juga buta warna total. Orang yang menderita buta warna total
hanya mampu melihat warna hitam dan putih saja.
Sedangkan orang yang buta warna separuh hanya tidak bisa
melihat warna tertentu saja, misalnya tidak bisa melihat warna
merah, biru, kuning, dan lainnya.
e. Rabun Senja
Rabun senja atau yang juga dikenal dengan istilah rabun
ayam merupakan ketidakmampuan untuk melihat benda
dalam keadaan remang atau di malam hari. Mengapa
gangguan penglihatan ini bisa terjadi? Gangguan mata ini
disebabkan oleh kekurangan vitamin A sehingga sel-sel
batang tidak dapat berfiungsi akibat tidak terbentuknya protein
rodopson.
f.

Juling dan Katarak

Gambar 2. Katarak
Juling terjadi karena adanya ketidakserasian pada otot-otot
mata. Kalau penderita juling ini masih anak-anak maka
potensi untuk sembuhnya masih terbuka. Sebaliknya, bagi
orang-orang pada usia di atas 55 tahun, katarak merupakan
gangguan penglihatan yang paling umum. Kelainan mata ini
bisa disembuhkan dengan melakukan operasi mata.
Itulah beberapa kelainan yang terjadi pada mata. Karena mata
merupakan aset yang sangat penting maka menjaganya
merupakan hal yang wajib dilakukan untuk menunjang
beragam aktifitas keseharian yang sejatinya tak bisa
dilepaskan dari peranan mata.
2.3.11 Mekanisme astigmatisma
Astigmatisma atau mata silindris merupakan kelainan pada mata
yang disebabkan oleh karena lengkung kornea mata yang tidak
merata. Astigmatisma disebabkan oleh bola mata yang lonjong
hamper seperti telur sehingga sinar atau bayangan yang masuk
kemata menyebar atau tidak focus pada retina. Hal ini menyebabkan
bayangan yang terlihat akan kabur dan hanya terlihat jelas pada satu
titik saja. Hasil persepsi yang diterima oleh mata tersebut tampak
kabur dan bergelombang (Masud, 2001).
Astigmatisme disebabkan oleh factor genetic atau keturunan.
Astigmatisme juga disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada
kornea. Cara mengobatinya dengan kacamata lensa silinder (Masud,
2001).

Gambar 3. Astigmatisme
2.3.12 Peristiwa Purkinje

Sel batang dan sel kerucut memiliki kepekaan yang berbeda


terhadap cahaya. Sel batang lebih peka terhadap sinar biru atau
hijau, sedangkan sel kerucut terhadap sinar merah atau kuning. Pada
saat adaptasi dari fotopik ke skotopik, apabila di dalam suatu ruangan
gelap terdapat lampu merah dan hijau, lampu merah akan terlihat
lebih terang dibanding lampu hijau bila kita melihatnya dengan fiksasi
sentral. Bila pandangan diarahkan 15-20 derajat dari lampu, maka
lampu hijau akan terlihat lebih terang dibanding lampu merah.
Fenomena ini dikenal sebagai pergeseran Purkinje. Akibat fenomena
ini pada malam hari sinar biru-hijau terlihat lebih terang dibandingkan
sinar merah (Masud, 2001).

Gambar 4. Efek Purkinje


2.3.13 Metode Isihara dan Buta warna
a.

ISHIHARA TEST yang terdiri dari plat atau lembaran yang


didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan
ukuran. Titik tersebut membentuk lingkaran, warna titik itu
dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan
melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal.
Alat test Ishihara diakui dan digunakan secara internasional
sebagai alat untuk penentuan gangguan penglihatan atau
kebutaan warna, dimana alat test Ishihara mengalami
penyempurnaan dan modifikasi dari waktu ke waktu, Tester
memberikan batas waktu untuk pembacaan setiap plat yang
harus dibaca oleh subyek (pasien) selama 3 detik, dengan
menghitung jumlah jawaban yang benar dari seseorang, maka
tester akan bisa menentukan apakah sesorang disebut
sebagai penyandang buta warna atau tidak, serta mengetahui
jenis kebutaan warna dan penyebab kebutaan warna dari
seseorang. Buku test Ishihara berisi cetakan gambar pseudo-

isochromatic akan mengalami perubahan warna karena


bertambahnya usia buku, warna yang ada pada pseudoisochromatic akan pudar atau kusam jika terlalu lama
disimpan, atau terkena cahaya, kekusaman warna akan
merubah keaslian plat untuk alat uji sehingga akan
mempengaruhi keakuratan hasil test (Ilyas, 2003).
Hasil tes dari software ini ada tiga. Yaitu normal, buta warna
parsial dan buta warna total. Ketiga hasil ini bisa diperoleh dari
pengujian terhadap 38 gambar metode Ishihara.
Pada tes isihara, terdapat 38 plat yang berisi angka yang
dipadukan dengan warna. Gambar nomor satu hingga 25
merupakan soal tebak angka. Seseorang dengan
berpenglihatan normal harus menjawab normal dari soal
nomor 1 hingga 17 dan soal nomor 22 hingga 25. Kecuali
untuk nomor 18 hingga 21 hanya bisa dilihat dengan jelas oleh
penderita buta warna. Soal nomor 26 hingga 38 adalah soal
dimana seseorang harus melihat susuran garis pada gambar.
Orang normal mampu melihat jalur garis pada soal nomor 26
hingga 38 kecuali nomor 27 dan 28 karena kedua gambar ini
dapat dilihat jelas oleh penderita buta warna (Ilyas, 2003).
Untuk soal nomor 1 dan 38 seharusnya dapat dilihat dengan
jelas oleh orang normal dan penderita buta warna parsial
kecuali buta warna total. Jadi sebenarnya hanya dengan
kedua gambar ini biasanya sudah bisa dibedakan antara
penderita buta warna total dengan orang normal + penderita
buta warna parsial.
Persen buta warna =
(jumlah kesalahan / total soal) x 100%

Gambar 5. Plat isihara


Buta warna dapat bersifat kongenital (diturunkan) dan buta warna
acquired (yang didapat). Namun, sebagian besar terjadi secara
kongenital. Buta warna kongenital paling banyak terjadi karena
kelainan gen yang terangkai dengan kromosom X. Itulah yang
kemudian membuat buta warna banyak diderita kaum pria
dibandingkan wanita.

Gambar 6. Buta warna


Macam-macam buta warna adalah )Ilyas, 2006);
1. Trikromasi
Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari
satu atau lebih sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah
yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan
pada trikomasi:

Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah

Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita

Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali


penderita.
2.Dikromasi
Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga
klasifikasi turunan:
a. Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat
b. kecerahan warna merah atau perpaduannya kurang
c. Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka
terhadap warna hijau
d. Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.

3.Monokromasi
Monokromasi sebenarnya sering dianggap sebagai buta warna oleh
orang umum. Kondisi ini ditandai dengan retina mata mengalami
kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna hitam dan
putih yang mampu diterima retina.
2.3.14 Anatomi mata
Menurut Sloane, E. 1994, Organ mata bagian dalam adalah
organ-organ yang membentuk bola mata. Bagian-bagiannya terdiri
dari,
a. Kornea mata atau selaput bening, berfungsi untuk menerima
cahaya dari sumber cahaya dan meneruskannya ke bagian
mata yang lebih dalam dan berakhir di retina. Kornea mata
tidak berwarna atau bening dan Sifat cahaya yang diterima
adalah bening atau tidak berwarna.
b. Iris atau selaut pelangi, terletak di tengah-tengah bola mata
dibelakang kornea.
c. Pupi atau anak mata. berfungsi untuk mengatur banyaknya
cahaya yang masuk. Dengan demikian, cahaya yang masuk
tidak terlalu banyak ataupun tidak terlalu sedikit. Fungsi pupil
ini sama dengan fungsi diafragma yang mengatur masuknya
cahaya. Pupil akan membesar jika cahaya sedikit dan pipil
akan menyempit jika cahaya yang diterima banyak.
Pelebaran atau penempitan pupil ini dipengaruhi oleh otot
pada iris.
d. Lensa mata, berfungsi untuk memfokuskan dan meneruskan
cahaya ayng masuk ke
mata agar jatuh tepat di retina. Lensa mata dapat cembung atau
memipih tergantung jauhnya obyek yang keta lihat agar
bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina.

Gambar 7. Lensa mata


e. Badan bening, fungsinya untuk meneruskan cahaya yang
telah melewati lensa. Cahaya itu selanjutnya disampaikan ke
seaput jala atau retina. Letaknya di belakang badan lensa
berbentuk sepeerti agar-agar.
f. Retina atau selaput jala, adalah bagian yang paling peka
terhadap cahaya. Retina berfungsi sebagai menerima
cahaya, dan meneruskan ke otak. Retina sebagai reseptor
(sel somatik). Didalam retina terdapat ujung-ujung saraf
penerima, letaknya di seaput paling belakang. Terdapat sel
batang dan sel kerucut.

Gambar 8. Retina mata

Gambar 9. Sel kerucut dan sel batang


Didalam retina terdapat fovea yaitu bagian retina yang mengandung
sel kerucut. Dan bintik buta adalah daerah saraf optic meninggalkan
bagian dalam bola mata dan tidak mnegandung sel konus dan batang
g. Saraf mata, atau saraf optic ini berfungsi untuk meneruskan
rangsangan cahaya ke otak. Informasi-informasi yang di
terjemahkan oleh retina diteruskan ke otak.

Gambar 10. Saraf mata


Selain bagianbagian pokok di atas, fungsi mata yang lain meliputi

a. Konjungtiva sebagai pelindung kornea dari gesekan.


b. Skelra, melindugni bola mata dari kerusakan mekanis dan
menjadi tempat melekatnya otot mata.
c. Vitreous humor yaitu menyokong lensa dan menolong dalam
menjaga bentuk bola mata
d. Aqueous humor adalah cairan yang menjaga bentuk kantong
depan bola mata
Sedangkan otot-otot mata yang terdapat pada mata meliuti
a. Muskulus rektus superior untuk menggerakkan mata keatas.
b. Muskulus rektus inferior untuk menggerakkan mata kebawah
c. Muskulus rektus medial untuk menggerakan mata ke dalam
d. Muskulus rektus lateral untuk menggerakkan mata ke sisi luar
e. Muskulus oblikus superior untuk menggerakkan mata ke atas
sisi liar
f. Muskulus oblikus inferior untuk mneggerakkan mata ke
bawah sisi luar

Gambar 11. otot pada mata


2.3.15 Mekanisme Melihat
Mekanisme kerja pada mata tergantung pada cahaya. Cahaya
masuk melalui kornea dan di teruskan ke pupil. Pupil merupakan
lubang di tengah-tengah iris yang mengatur banyaknya cahaya yang
mesuk ke mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai
ke lensa. Lensa ini berada di antara aqueous humor dan vitreous
humor, melekat ke otot-otot siliaris melalui ligamentum
suspensorium. Fungsi lensa adalah memfokuskan cahaya yang akan
diteruskan samai ke retina (Frandson dkk, 1992).

Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan


benda jika cahaya tersebut jatuh pada bintik kuning pada retina.
Cahaya yang sampai di retina kemudian akan diterima selsel batang
dan sel-sel kerucu yang merupakan sel-sel yang sensitive terhadap
cahaya dan akan menerjemahkan sinyal-sinyal dalam bentuk
neurotransmitter yang berperan sebagai impuls untuk saraf dan akan
di teruskan di otak (Frandson dkk, 1992). .
Ada empat segmen fungsional utama sebuah batang atau
kerucut, yaitu segmen luar (berfungsi sebagai rak tempat melekatnya
pigmen peka cahaya) ditemukan zat fotokimia peka cahaya pada sel
batang berupa rodopsin, dan pada sel kerucut merupakan zat
fotokimia lain yang hampir sama seperti rodopsin, konsentrasi peka
cahaya kira-kira 40%, pada segmen dalam mengandung sitoplasma
sel biasa dengan organel sitoplasma biasa , yang sangat penting
adalah mitokondria yang memegang peranan penting dalam
memberikan sebagian terbesar energy untuk fungsi fotoreseptor, lalu
nukeus dan pada korpus sinaptik yang merupakan bagian batang dan
kerucut yang berhubungan dengan sel neuron berikutnya, sel-sel
horizontal dan bipolar. Sel batang dan kerucut mengandung zat kimia
(rodopsin) yang terurai bila terkena cahaya dan dalam proses
tersebut merangsang neuron-neuron akson sel ganglion yang
berjalan ke kaudal dalam saraf optic. Serat-serat dari masing-masing
hemiretina nasal bersilangan di kiasma otak kemudian menuju traktus
optikus sampai ke korpus genikulatum lateralis. Pada korpus
genikulatum, serat-serat dari separuh bagian nasal (medial) satu
retina dan separuh temporal (lateral) retina yang lain bersinaps di selsel yang aksonnya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus ini
berjalan ke lobus oksipitalis kortex cerebrum (Pearce, 2009)
Menurut Brooker, C. 2005, Persepsi adalah kemampuan
untuk mengenali suatu benda, kualitas, atau hubungan serta
perbedaan anatar hal-hal yang terjadi melalui proses melihat,
mengamati, mengetahui, dan juga mengartikan sesuatu setelah
mendapat stimulus yang kemudian akan ditangkap oleh alat indera.

Gambar 12. Tahap kerja penglihatan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Penglihatan dan Persepsi ini dapat
disimpulkan bahwa pada indera penglihatan terdapat bintik buta yang
dapat diukur jaraknya dimana bintik buta merupakan bagian mata
yang tidak memiliki sel-sel penerima rangsang cahaya yaitu sel
batang dan sel konus serta pupil dapat membesar dan menyempit
untuk menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk dalam mata. Mata
juga memiliki batas konvergensi yang berbada-beda. Mata juga dapat
mengalami kelainan mata antara lain buta warna dan astigmatisma,
buta warna adalah ketidakmampuan melihat warna-warna tertentu
yang diakibatkan karena adanya kerusakan atau kelainan pada sel
kerucut yang terdapat pada retina sentral. Mata merupakan salah
satu indera yang mekanisme kerjanya dipengaruhi cahaya, karena itu
ada pupil yang mengatur banyak sediktnya cahaya yang memasuki
mata. Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan kelainan mata
dapat berpengaruh terhadap penglihatan seseorang. Kelainan
tersebut bermacam-macam dan dapat dipengaruhi oleh faktor usia
dan jenis kelamin. Mata juga memilki persepsi tertentu terhadap
warna karena akibat gerakan warna ataupun hasil kerja. Orang-orang
yang memiliki mata normal lebih memiliki kemampuan baik dalam
berbagai percobaan dibandingkan orang-orang yang bermata minus
maupun silinder. Pengujian diatas mendapatkan hasil yang berbeda
beda sesuai dengan keadaan mata dari probandus yang memiliki
kelainan maupun tidak memiliki kelainan. Kelainan pada mata dapat
terjadi dari berbagai sebab, seperti keturunan atau gaya hidup sehari
hari, tetapi tidak disebabkan karena terkena bakteri atau virus.
3.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari praktikum ini adalah diharapkan
kepada praktikan agar mempelajari materi sebelum melakukan
praktikum serta diharap lebih serius saat praktikum, agar hasil yang
didapatkan akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Brooker, C. 2005. Ensiklopedia Keperawatan. Singapore: Proprietor.
Campbell, N.A.,J.B.
Frandson, Boron WF & Boulpeap EL. 1992. Medical physiology.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sloane, E. 1994. Anatomy and physiology: an easy Learner. :Jones
and Barlett Publishers,Inc.
Pearce, E.C. 2009. Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.
Dellman, HD., dan Brown, EM. 1987. Textbook of Veterian Histology.
Lae and Febiger. Missouri.
Ilyas, S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Cetakan ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.hal 81-83
Ilyas, S. 2003. Dasar-Dasar Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata.
Edisi kedua.Cetakan pertama.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.hal
34-39 Marieeb, EN .2002. Human and Physiology 6th. Pearson
Benjamin Cumming. New York
IndoFamilyHealth.
2008.
Sistem
Indera.
http://www.indofamilyhealth.com. Diakses pada tanggal 14
Oktober 2013
Masud, I. 2001. Fisiologi persepsi kerja otak. UM press. Malang.
Rastogi,S.C.1984. Essential of Animal Physiologie. Willet Eastern
Limited, New Delhi.
.

Anda mungkin juga menyukai