Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI – BLOK 6

MEKANISME SENSORIK

Kelompok D6

NAMA NIM PARAF

Steven Adiwinata

Lidya Oktavia 102013254

Pritha Savitri D. Putra 102013545

Hendra Darmawan 102015005

Veronica Rina 102015106

Agustinus P. Nugroho 102015185

Cindy Hartono 102015192

Nadira Alia Binti Mohmad 102015209

Tujuan

1
Tujuan dalam melakukan percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami perasaan subjektif pada rasa panas dan dingin, mengenai titik rasangan
pada rasa nyeri, panas, dingin, dan tekan, diskriminasi dua titik pada perangsangan
stimultan dan suksetif, menentukan adanya perasaan iringan dan mekanisme
bagaimana terjadinya, memeriksa dan membedakan sifat benda berdasarkan
kekerasan permukaan, bentuk, dan bahan, serta menentukan sikap anggota tubuh,
mengukur waktu reaksi dan menyebutkan faktor sikap anggota tubuh.

Alat dan Bahan


1. 3 baksom dengan air bersuhu 20˚ C, 30˚ C, 40˚ C
2. Gelas beker dan termometer kimia
3. Es
4. Alkohol
5. Kerucut kuningan + estesiometer rambut frey + jarum
6. Spidol beberapa warna
7. Pensil + jangka + berbagai jenis amplas + benda–benda kecil + bahan–
bahan pakaian.

Cara Kerja
I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin
1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dangan suhu kira-
kira 20° C, 30° C, dan 40° C.
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20° C dan tangan kiri ke
dalam air bersuhu 40° C selama ± 2 menit.
3. Catat kesan apa yang saudara alami.
4. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air
bersuhu 30° C. Catat kesan apa yang saudara alami.
5. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak ± 10
cm.
6. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup
lagi dengan kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang saudara
alami hasil tiupan pada sub 4 dan 5.
7. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter. Kesan
apa yang saudara alami?

II. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit

2
1. Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan
tarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan
tangan.
2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3x3cm
dan gambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas. Kotak
3x3cm, dibuat lagi menjadi 12x12 kotak, jadi jumlah kotak 144 kotak
kecil.
3. Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanannya sampai di
meja.
4. Selidikilah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang
memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut
dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara
memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam
bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas bersuhu 50°C.
Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada no.4 dengan kerucut kuningan
yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu
dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang
telah direndam dalam air es. Tandai titik-titik dingin yang diperoleh
dengan tinta.
6. Selidiki pula menurut cara di atas titik-titik yang memberi kesan tekan
dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang
memberikan kesan nyeri dengan jarum.
7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh
pada lukisan tangan di kertas.

III. Lokalisasi Taktil


1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik
di kulit ujung jarinya.
2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru
dirangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.

3
4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk
kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan
tengkuk.

IV. Diskriminasi Taktil


1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari
dengan menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak
(simultan) pada kulit ujung jari.
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai bawah ambang dan kemudian
jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat
dibedakan sebagai 2 titik.
3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Ambil
angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan
menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang
membedakan dua titik ujung jari, tengkuk dan pipi.
6. Catat apa yang saudara alami.

V. Perasaan Iringan (After Image)


1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di
tempat itu selama saudara melakukan percobaan VI.
2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari
telinga saudara dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu
diambil.

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda


A. Kekasaran Permukaan Benda
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan
ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-beda.
2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat
kekasaran ampelas.

4
B. Bentuk Benda
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang
benda-benda kecil yang saudara berikan (pensil, penghapus, rautan,
koin dan lain-lain).
2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama atau bentuk benda-benda
itu.

C. Bahan Pakaian
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-
bahan pakaian yang saudara berikan.
2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis atau sifat bahan
kain yang dirabanya itu.
Bila OP membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran,
bentuk, berat, permukaan), bagaimana kemampuan OP dalam
mengetahui atau dapat membedakan sifat benda?

VII. Tafsiran Sikap


1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata.
2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke
dekat kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya
gantungkan di sisi badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.
4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung
dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat
lurus lengannya.
5. Perhatikan apakah ada kesalahan.
Bila OP membuat kesalahan dalam melokalisasikan tempat-tempat
yang diminta, bagaimana kemampuan OP dalam melokalisasikam
tmpat-tempat yang diminta, apa nama kemampuan lokalisasi rangsang
taktil?

5
Hasil Percobaan
I. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin
 Tangan yang di masukkan ke dalam air yang bersuhu 40° dan 20°:
Baskom yang berisi air yang bersuhu 40° C → tangan yang di celupkan terasa
hangat.
Baskom yang berisi air yang bersuhu 20° C → tangan yang di celupkan terasa
dingin.
 Tangan yang di masukkan ke dalam air yang bersuhu 30° C secara bersamaan.
Tangan yang di celupkan sebelumnya di air yang bersuhu 40° tangan terasa
hangat.
Tangan yang di celupkan sebelumnya di air yang bersuhu 20° tangan terasa
sejuk.
 Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang di keringkan dan ditiup ± 10
cm.
Tangan terasa sejuk dari pada percobaan sebelumnya.
 Setelah tangan di basahi dengan air dan ditiup lagi.
Tangan terasa dingin.
 Tangan yang diolesi dengan alkohol
Tangan terasa lebih dingin di bandingkan percobaan yang sebelumnya.

II. Titik-Titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit

Setelah dilakukan percobaan, dapat dilihat bahwa mayoritas semua titik pada
tangan memiliki titik reseptor untuk 2 sampai 4 jenis rangsangan. Titik reseptor yang
paling banyak dirasakan rangsangannya oleh OP adalah rasa tekan, sementara rasa
nyeri, panas, dan dingin memiliki jumlah titik yang hampir sama banyak jumlahnya.

6
III. Lokalisasi Taktil

1 2 3 4 5 Rata – Rata

Jari 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,12

Tangan 0,4 0,1 0,4 0,3 0,3 0,3

Lengan 1,4 1 1 0,5 0,7 0,92


bawah

Lengan 0,5 1,9 0,6 2 2 1,4


Atas

Tengkuk 1 0,1 0,5 0,5 0,2 0,46

Jika diurutkan dari bagian tubuh yang peka hingga yang kurang peka terhadap
rangsang, maka urutannya adalah jari – tangan – tengkuk – lengan bawah – lengan
atas, dimana jari adalah bagian yang paling peka, dan lengan atas adalah yang paling
kurang peka.

IV. Diskriminasi Taktil


Secara Simultan

7
Ujung Jari
Awal : 2,0 cm
Ketika dirasakan 1 titik : 0,3 cm
Ambang : 0,4 cm

Pipi
Awal : 2,0 cm
Ketika dirasakan 1 titik : 0,7 cm
Ambang : 0,6 cm

Tengkuk
Awal : 3,0 cm
Ketika dirasakan 1 titik : 2,5 cm
Ambang : 2,6 cm

Secara Suksetif
Ujung Jari
Awal : 2,0 cm
Ketika dirasakan 1 titik : 0,3 cm
Ambang : 0,4 cm

Pipi
Awal : 2,0 cm
Ketika dirasakan 1 titik : 0,5 cm
Ambang : 0,6 cm

Tengkuk
Awal : 2,0 cm
Ketika dirasakan 1 titik : 0,5 cm
Ambang : 0,6 cm

V. Perasaan iringan (after image)

PS masih merasakan adanya pensil di telinga setelah diambil.

8
VI. Daya membedakan berbagai sifat benda.

A. PS dapat membedakan derajat kekasaran amplas halus dan kasar.

B. PS dapat menyebutkan nama benda dan bentuk benda.

C. PS dapat membedakan pakaian tebal dan tipis.

VII. Tafsiran sikap

A. Pasif: PS dapat menyebutkan lokasi yang ditunjukan dengan benar

B. Aktif: PS dapat menunjukandan menyebutkan lokasi yang di tunjukan.

Pembahasan

I. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin


Indra suhu berespon dengan peka terhadap perubahan suhu yang
disamping itu juga dapat berespon terhadap tingkat temperature yang tetap.
Pada praktikum ini, diberikan rangsang yang berbeda dan berubah-ubah
derajat suhunya,hal tersebut membuat tangan OP merasakan suhu yang
berbeda. Sedangkan, polesan sebagian kulit punggung tangan OP dengan
ALCOHOL 70% memberi kesan lebih dingin ketika ditiup,hal itu disebabkan
alcohol dapat menguapkan dirinya dengan menyerap kalor dipermukaan
tangan sehingga tangan terasa dingin ketika ditiup.

II. Titik-Titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit


Apabila titik dingin dirangsang oleh panas akan terasa dingin begitu juga
dengan sebaliknya. Titik-titik pada rangsangan nyer, tekan, panas dan juga
dingin terdapat pada masing-masing titik tertentu yang berbeda satu dengan
yang lain. Pada saat diberikan rangsangan panas dan dingin dititik yang sama
maka akan sulit membedakan rasa pada rangsangan tersrbut. Perbedaan
terletak pada reseptor rasa dingin yang lebih superficial dibandingkan dengan
reseptor rasa panas.

9
III. Lokalisasi Taktil
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor, sel yang berespons terhadap
deformasi fisik dan kompesi dengan depolarisasi, yang menyebabkan
potensial reseptor. Apabila depolarisasinya cukup besar, serabut saraf yang
melekat ke reseptor mencetuskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke
medula spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki sensitivitas
dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Semakin distal maka akan
semakin sensitif lokalisasi taktilnya. Karena itu pada jari tangan lebih sensitif.

IV. Diskriminasi Taktil

Setiap neuron somatosensorik berespons terhadap informasi


rangsangan hanya dalam regio tertentu permukaan kulit sekitar, regio ini
disebut medan reseptif. Semakin sempit medan reseptif dalam suatu daerah,
semakin tinggi ketajaman atau kemampuan diskriminasi. Bandingkan
diskriminasi sentuh di ujung jari dengan tengkuk dalam “merasakan” benda
yang sama pada keduanya. Anda dapat merasakan informasi yang lebih tepat
tentang benda tersebut dengan ujung jari tangan yang kaya saraf karena medan
reseptifnya kecil, sehingga setiap neuron memberi informasi tentang
permukaan benda dalam bagian yang kecil.

Faktor kedua yang mempengaruhi adalah inhibisi lateral. Inhibisi


lateral meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang disadari. Setiap
jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal
inhibitorik lateral. Sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan
menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai contoh, neuron yang
dirangsang di nukleus kolumna dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik,
jaras lateral pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di
sekitarnya. Jadi, sinyal ini lewat melalui interneuron tambahan yang
mensekresi transmitter inhibitorik. Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa
inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral sehingga
meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks
serebralis.

10
Jika pada OP terasa satu titik dimana sebelumnya ia merasadua, maka
itu ambang diskriminsi taktilnya. Apabila kedua titik menyentuh lapangan
reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik. Seseorang
dapat menentukan jarak minimal sebagai 2 titik yang terpisah dan bukan
menjadi satu yang mencerminkan dari ukuran lapangan reseptif di daerah
tersebut.

V. Perasaan iringan (After Image)


Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan
melalui tekanan, getaran dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita
terbiasa dalam memakai benda tersebut. sehingga pada saat mencopot benda,
reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu “off reseptor” dan adanya
sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa
benda telah di copot. Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan paccini.

Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar


dalam lingkaran rantai neuron daerah yang terangsang, walaupun stimulus
sudah tidak ada lagi.

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda

Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya


disebut “agnosia”.jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat
mengenali benda itu,disebut “agnosia visual”.jika ketidakmampuan seorang
pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan
sensorik di sebut “agnosia taktil”

Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)

Berat : Baragnosia

Kekasaran Permukaan : Thigmanesthesia

VII. Tafsiran Sikap

Gerak adalah Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik

11
itu yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Seluruh
mekanisme gerak yang terjadi pada tubuh kita tidak lepas dari peranan
sistem saraf. Dalam percobaan diataa OP dapat menyebutkan dan
melakukan gerakan yang diminta asisten dengan benar. Hal ini
menunjukkan OP dalam keadaan normal dan tidak mengalami gangguan
neurologis.

Apabila OP tidak dapat menyebutkan dan menunjukkan tempat-tempat


yang diminta, maka dapat diaktakan OP menderita mengenali benda
itu,disebut “agnosia visual”.jika ketidakmampuan seorang pasien
mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik
di sebut “agnosia taktil”

Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)

Berat : Baragnosia

Kekasaran Permukaan : Thigmanesthesia

Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan adalah terdapat
perbedaan subjektif antara rasa panas dan juga rasa dingin. Titik reseptor panas,
dingin, nyeri dan juga tekan berbeda-beda pasa setiap tempat di kulit. Kemampuan
taktil seseorang tidak merata atau tidak sama besar pada seluruh area tubuh, lokalisasi
taktil lebih peka pada bagian seperti mata, bibir, dan lain-lain dibandingkan area
tubuh lain seperti kaki dan lengan. Alasan kita dapat mengenal berbagai benda tanpa
melihat karena adanya reseptor yang mampu beradaptasi terhadap rangsangan yang
dihasilkan oleh benda-benda yang disentuh seperti rangsang yang di dapat dari sifat-
sifat fisik benda tersebut masing-masing. Kemampuan membedakan benda ini juga
menunjukkan bahwa fungsi sensorik berjalan dengan baik dan benar. Yang terakhir,
jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh pun akan baik.

12
Daftar pustaka

1. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009.
2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama; 2009.
3. Syaifuddin H. Anatomi fisiologi. Edisi 3. Penerbit EGC; 2006.hal 299.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. EGC; 2012.hal 203.

13

Anda mungkin juga menyukai