Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL 6PKT

1. Penampilan:
a. Sikap tubuh:
• Terlihat muda/tua,
• Biasa/tegang/kaku/gelisah
b. Cara berpakaian:
• Rapi/tidak
• Sesuai umur/tidak
• Sesuai gender/tidak
• Terurus/tidak
c. Kesehatan fisik:
• Sehat/pucat/lemas
2. Pembicaraan:
a. Spontan/tidak
b. Kecepatan berbicara biasa/lambat/cepat
c. Nada & volume berbicara biasa/menurun/meninggi
d. Isi pembicaraan sesuai/ tidak sesuai
e. Artikulasi jelas/tidak
3. Perilaku:
• Kooperatif/tidak
• Tampak curiga/tenang/hyperaktif
4. Perasaan:
a. Mood:
• Eutimik/normal
• Hypotim/depresi/murung/putus asa
• Hypertim/perasaan berlebihan
• Mudah tersinggung
• Senang/sedih/cemas/takut
• Anhedonia/tidak menikmati hidup/hilang minat
b. Afek
• Terbatas (masih mau jawab tapi ada rasa cemas, takut, depresi)
• Tumpul (mau jawab tapi terpaksa)
• Datar (gak mau jawab sama sekali/tidak merasakan apa2)
5. Persepsi:
• Halusinasi (auditorik/visual)
• Ilusi (cth: yang seharusnya bau bunga tetapi jadi bau busuk)
• Depersonalisasi: seperti merasa ada di luar tubuh seolah spt mimpi
• Derealisasi: merasa lingkungan sekitarnya tidak ada
• Serasi/tidak serasi afek
6. Pikiran:
a. Arus pikir:
• Koheren: normal, nyambung
• Asosiasi longgar: kadang gak nyambung saat menjawab pertanyaan
• Inkoheren: tidak nyambung sama sekali
• Word salad: kata-katanya berantakan sampai tidak bisa dimengerti (tidak ada
SPK)
b. Isi pikir:
• Preokupasi: pikiran hanya tertuju pada satu hal (misal bunuh diri)
• Obsesi kompulsif: kecemasan karena pikiran dan perilaku yang selalu melekat
dan tidak bisa dihindari
• Waham/delusi: keyakinan yang tidak sesuai realita
Waham kejar/paranoid
Waham kendali: spt dikontrol oleh orang lain
Waham kebesaran: sering pada bipolar yang sedang manic tapi bisa
ditemukan juga secara umum pada gejala psikotik (tidak sesuai realita)
Waham keagamaan: spt diberikan wahyu
Waham bizarre/waham aneh: tidak masuk akal, spt merasa badannya
terpotong2, dll
Waham rujukan: mis. merasa diomongin oleh TV
Waham nihilistic: depresi, merasa tidak berarti/tidak berguna
Thought insertion/waham penyisipan pikiran: pikiran dari orang lain
Thought broadcasting/waham penyiaran pikiran: mengirimkan pikiran
ke orang lain
Mindreading: bisa baca pikiran orang lain
NOTES: 3 terbawah termasuk ciri khas psikotik
• Phobia:
Hemophobia: fobia darah
Claustrophobia: fobia pada ruang tertutup atau sempit
Algophobia: fobia akan kesakitan
Agoraphobia: takut sendirian/takut keluar rumah
Glossophobia: fobia untuk berbicara di depan orang banyak
Acrophobia: fobia ketinggian
Nyctophobia: fobia malam atau gelap
Zoophobia: fobia binatang
Xenophobia: fobia orang asing
c. Kognitif:
• Konsentrasi baik/terganggu
• Daya ingat jangka panjang/pendek terganggu/tidak
• Orientasi waktu, tempat, orang baik/tidak
• Atensi:
Mudah terganggu
Inatensi selektif/tidak bisa focus pada hal tertentu
Hypervigilance/sikap waspada
d. Tilikan
• Tilikan 1: menyangkal sakit
• Tilikan 2: ambivalensi (dalam satu menyetujui dan menyangkal)
• Tilikan 3: tahu sakit tapi menyalahkan factor luar
• Tilikan 4: tahu sakit tapi tidak tahu penyebab
• Tilikan 5: tahu sakit, tahu penyebab, tidak mau terapi
• Tilikan 6: tahu sakit, tahu penyebab, mau terapi
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
WORKING DIAGNOSIS

1. Pada skenario ini adanya gejala sulit tidur dan jantung berdebar-debar sudah 6 bulan yll
tambah di ketahui penyebabnya sehingga dianggap wanita ini mengalami
ketakutan/kecemasan terhadap banyak hal yang sulit dikendalikan.

ETIOLOGI

1. Teori Biologi
• Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus oksipitalis yang
mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di otak. Basal ganglia, sistem limbik
dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada
pasien GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmitter
yang berkaitan dengan GAD, adalah GABA, serotonin, norepinefirn, glutamat, dan
kolesistokinin.
• Nor-epinefrine: Letaknya pada LC / locus ceruleus sebagai pusat alarm dan regulasi
dari tidur, suasana hati, dan tekanan darah. Ketika seseorang mengalami stress akut
mungkin memiliki sistem noradrenergik yang teregulasi secara buruk dan akan
terjadi peningkatan pelepasan NE/Nor-Epinefrin dan dan menstimulasi sistem saraf
simpati dan parasimpati sehingga gejala-gejala anxietas tersebut timbul. Sistem
saraf otonom penderita anxietas bersifat hypersensitive dan memiliki reaksi yang
berlebih terhadap berbagau jenis rangsangan.
• GABA: GABA inhibitor neurotansmiter utama pada sistem saraf pusat. Pada
reseptornya ada reseptor kanal ion, jika GABA site berkaitan dengan GABA maka
akan membuka kanal ion clorida sehingga potensial aksi di seluruh sistem saraf
yang ada reseptor GABA nya akan mengalami penurunan. Tetapi pada penderita
GAD ini ada kerusakan antara area GABA berikatan dengan tempat berikatannya
obat2an dari golongan benzodiazepine tepatnya pada zona alfa sehingga ikatan
GABA dengan reseptor ini tidak kuat, sehingga kemampuan GABA untuk
menurunkan aksi sistem saraf pusat ini jadi berkurang. Peranan GABA dalam
gangguan kecemasan telah dibuktikan oleh manfaat benzodiazepine sebagai salah
satu obat beberapa jenis gangguan kecemasan. Benzodiazepin yang bekerja
meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABA terbukti dapat mengatasi
gejala gangguan kecemasan umum bahkan gangguan panik.
• Serotonin: Badan sel pada sebagaian besar neuron serotonergik berlokasi di nukleus
raphe di batang otak rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem limbik dan
hipotalamus. Anxietas berhubungan dengan transmisi serotonin yang berlebihan
dan overaktivitas dari stimulus jalur serotonin. Ini biasanya terjadi pada orang yang
mengalami overdosis anti depresan yang mana salah satu mekanisme aksinya itu
menghambat re-uptake serotonin sehingga jumlah serotonin berlebih sehingga
pasien tersebut umumnya mengalami gejala kecemasan.
2. Teori genetic
• Orang lebih cenderung memiliki gangguan kecemasan jika mereka memiliki
kerabat yang juga memiliki gangguan kecemasan. Keluarga dekat memiliki gen
yang sama dan memiliki kesempatan besar untuk saling mengamati serta
mempengaruhi sehingga dapat mengindikasikan peniruan langsung dari satu
anggota ke anggota keluarga lainnya.
• Penelitian pada sebuah keluarga yang menggunakan kriteria DSM-III, ditemukan
bahwa gangguan kecemasan lima kali lebih umum (19,5 persen dibandingkan 3,5
persen) di antara saudara pasien dengan gangguan kecemasan dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
3. Teori Psikososial
Terdapat dua pendapat mengenai faktor psikososial yang menyebabkan timbulnya
gangguan cemas menyeluruh, yaitu:
a. Teori perilaku kognitif
Penderita gangguan cemas menyeluruh akan memberikan respon pada hal-
hal secara tidak benar dan tidak tepat tetapi dianggap sebagai bahaya, hal ini
ditimbulkan oleh perhatian selektif pada hal kecil negatif di lingkungan
sehingga membuat terjadi penyimpangan dalam pemrosesan informasi dan
pandangan terhadap kemampuan diri dalam beradaptasi.
b. Teori psikoanalitik
Kecemasan berlebih dikarekan gejala konflik yang tidak disadari dan tidak
terselesaikan, misalkan perpisahan dengan objek cinta atau kehilangan cinta
dari objek yang dianggap sangat penting.
PATOFISIOLOGI
TERAPI

1. Terapi perilaku kognitif


• Pendekatan kognitif mengajak secara langsung mengenali distorsi kognitif dan
pendekatan perilaku,mengenali gejala somatic secara langsung. Teknik utama yang
digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.
• Pendekatan kognitif yang melihat gangguan kecemasan sebagai hasil dari
kesalahan dalam mempersepsikan ancaman (misperception of threat)
menawarkan upaya mengatasinya dengan mengajak individu berpikir dan
mendesain suatu pola kognitif baru.
2. Terapi psikoedukasi
• Psikoedukasi juga perlu dilakukan termasuk segala informasi mengenai fisiologi
tubuh akan gejala dari reaksi kecemasan yang muncul beserta alasannya dan
pengobatan yang mungkin bisa dijalani

Anda mungkin juga menyukai