MAC saa
J L
·y""J!:.-1
�.t:
}r. J , 1V /'-" .,·"1r
o,oa-351-fz
--
f,r-··
�-;,.,.
,!•
.JJr .I '. ,--··"--··-'' ---..---JI-- -- ___
,1
Jv_
,.,......
II ···!(
( ·+
u
. r-··�1\ r- �J-
ARITMIA JUNCTIONAL
. '
.,; i
ASIDOSIS. METABOUK
· Parlindungan Siregar
PEND EKATAN DIAGNOSIS Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu 1) Penambahan
(ANAMNESIS, PEMERIKSAAN anion tak terukur yaitu berupa asam organik seperti laktat, hidroksi
F I S I K, L A BOR A T OR IUM, butirat, salisilat, metanol dan lain-lain. 2 ) Pengurangan ion-HCO3, dapat
IMAGING, EKG, DLL) terbuang melalui ginjal misalnya pada renal tubular acidosis (RTA) tipe-2
atau melalui saluran cerna seperti pada enteritis berat. 3) Retensi ion-H
misalnya pada RTA tipe 1 atau pada penyakit ginjal kronik stadium III-N.
ANAMNESIS:
•
melitus, hal-hal yang meningkatkan asam laktat seperti hipoksia atau
obat-obatan, keracunan salisilat atau alkohol, riwayat kelemahan otot
I
XVII. Asidosis Metabolik dan Alkalosis Metabolik I 253
PEMERIKSAAN FISIK:
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
DIAGNOSIS:
Misalnya dari hasil AGD diperoleh kadar HCO3 adalah 12 meq/L, pCO2
adalah 25.6 mmHg, dan pH adalah 7,3. Hasil pH dari AGD bila dikonversi
kan menghasilkan nilai ion-H sebesar 51,2 nmol/L. Lalu nilai-nilai ini di
masukkan ke dalam rumus dan setelah dihitung, ternyata hasilnya sesuai
dimana hasil penghitungan 24 x pCO2 / [HCO3] adalah sebesar 51,2. Maka
hasil AGD yang diperoleh dapat diaplikasikan. Bila hasil penghitungan 24
x pCO2 / [HCO3] menyimpang > ± 10% dari kadar ion-H atau pH hasil
AGD, maka hasil AGD yang diperoleh tidak dapat diaplikasikan.
XVIII. ASIDOSIS RESPIRATORIK &
ALKALOSIS RESPIRATORIK
TINJAUAN UMUM Asidosis respiratorik adalah gangguan asam basa primer berupa
(DEFINISI, PATOGENESIS asidosis (penurunan abnormal pH darah) disertai peningkatan PaCO2
SINGKAT, KLASIFIKASI) arterial dari nilai normal yang diharapkan.
Disini pada proses ventilasi terjadi pengeluaran CO2 oleh paru-paru
yang lebih rendah dari normalnya atau lebih rendah dari produksinya
oleh jaringan tubuh, sehingga terjadi hipoventilasi.
Meningkatnya kadar pCO 2 dalam darah disebabkan oleh beberapa
mekanisme yaitu
terdapat kelebihan CO 2 didalam udara inspirasi paru-paru
(misalnya: pemakaian masker rebreathing).
terjadi penurunan ventilasi alveolar (disini asidosis respiratorik
amat banyak ditemukan)
- terjadi peningkatan produksi CO2 dijaringan tubuh
KLASIFIKASI.
PATOFISIOLOGI
•
juga hiperkapnia) akan diikuti dengan menurunnya rasio HCO3- / PaCO2
dan menurunnya pH.
264 I EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)
MEKANISME KOMPENSASI
TOPIK SYOK
.. .
TINJAUAN UMUM Syok adalah sindrom klinis yang terjadi akibat perfusi jaringan yang
{DEFINISI, PATOGENESIS tidak adekuat. Terlepas dari penyebabnya, hipoperfusi yang dipicu
SINGKAT, KLASIFIKASI} ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan substrat
makanan menyebabkan disfungsi seluler. Keadaan itu juga menyebabkan
jejas pada sel yang akan menginduksi produksi dan pelepasan mediator
inflamasi yang akan memperburuk perfusi lewat perubahan struktural
dan fungsional dalam mikrovaskular. Hal-hal tersebut akan menyebab
kan lingkaran setan: gangguan perfusi menimbulkan jejas sel, yang
menyebabkan gangguan distribusi aliran darah mikrovaskular, kemudian
makin memperburuk perfusi sel; perburukan perfusi sel kemudian dapat
menyebabkan disfungsi organ, gagal organ dan bila tidak dihentikan
dapat menyebabkan kematian. (gambar 1)
Klasifikasi Syok
1. Syok Hipovolemik
2. Syok Kardiogenik
3. Syok Septik
4. Syok Neurogenik
5. Syok Hipoadrenal
PE NDE KATAN DIAGNOSIS Syok sebenarnya segera dapat didiagnosis ketika terdapat tanda
{ANAMNESIS, PEMERIKSAAN instabilitas hemodinamik, terutama jika syok sudah lanjut. Tanda klasik
F I S I K , L ABOR ATOR I U M , seperti hipotensi, takikardia, oligouria, penurunan kesadaran ditemukan
IMAGING, E KG, DLL} bila syok sudah mencapai derajat berat.
SYOK HIPOVOLEMIK
•
takikardia ringan dengan tanda eksternal yang relatif sedikit, terutama
XXIV. Syok j 337
Laboratorium:
Syok hipovolemik dapat terjadi akibat kehilangan sel darah merah
dan plasma darah akibat perdarahan atau kehilangan volume plasma
saja akibat sekuestrasi cairan ekstravaskular atau kehilangan
cairan dari gastrointestinal, urin dan insensible water loss.
Diagnosis lebih sulit bila syok hipovolemik karena perdarahan
disebabkan perdarahan yang tersembunyi misalnya perdarahan
gastrointestinal atau ketika volume plasma sudah menurun.
Kehilangan plasma menyebabkan hemokonsentrasi, dan kehilangan
air menyebabkan hipernatremia. Keadaan ini menunjukkan adanya
kondisi hipovolemia.
Pada perdarahan yang berat dapat ditemukan penurunan hemo
globin dan hematokrit.
SVOK KARDIOGENIK
Laboratorium
Hitung sel darah putih tipikal meningkat dengan pergeseran ke kiri.
Fungsi ginjal dapat memburuk progresif ditandai peningkatan nitrogen
urea darah dan kreatinin. Transaminase hepatik dapat meningkat akibat
hipoperfusi liver. Perfusi jaringan yang buruk mengakibatkan asidosis
metabolik dengan anion gap yang tinggi dan peningkatan laktat. Analisa
gas darah menunjukkan hipoksemia dan asidosis metabolik yang dapat
dikompensasi dengan alkalosis respiratorik. Marker jantung seperti CK
dan CKMB, Troponin ditemukan meningkat.
EKG
Pada syok kardiogenik karena infark miokard akut dengan gagal
ventrikel kiri, gelombang Q dan atau ST elevasi pada lead multipel atau
LBBB biasanya ditemukan. Lebih dari setengah dari semua infark yang
berhubungan dengan syok berlokasi di anterior. lskemia global karena
stenosis left main berat biasanya disertai dengan depresi ST di lead
multipel.
Foto Toraks
Foto toraks bi-asanya menunjukkan kongesti vaskular paru dan
seringkali edema paru, walaupun hal ini dapat tidak ditemukan pada
sekitar sepertiga kasus. Ukuran jantung biasanya normal bila syok
kardiogenik ter[adi akibat infark miokard pertama dan membesar bila
sebelumnya pernah ada kejadian infark miokard.
Ekocardiografi
Ekocardiografi 2 dimensi dengan color flow Doppler seharusnya
dilakukan pada pasien dengan kecurigaan syok kardiogenik untuk
menentukan etiologinya. Aplikasi doppler dapat menemukan shunt
kiri ke kanan pada pasien dengan ruptur septum ventrikel dan derajat
beratnya mitral regurgitasi bila ada. Diseksi aorta proksimal dengan
regurgitasi aorta atau tamponade atau bukti yang mendukung emboli
paru dapat dilihat.
SVOK SEPSIS
Laboratorium
Kelainan yang terjadi pada awal respons sepsis mencakup leukositosis
dengan pergeseran ke kiri, trombositopenia, hiperbilirubinemia dan
proteinuria. Leukopenia dapat ditemukan. Ketika respons septik makin
berat, trombositopenia dapat memburuk (seringkali dengan pemanjangan
waktu trombin, penurunan fibrinogen dan peningkatan D-dimer yang
menunjukkan suatu keadaan koagulasi intravaskular diseminata), azotemia
dan hiperbilirubinemia makin jelas, dan dapat ditemukan peningkatan
enzim aminotransferase.
Hiperventilasi pada awal sepsis dapat mencetuskan alkalosis respi
ratorik. Ketika otot pernafasan mulai fatique dan akumulasi laktat makin
tinggi, asidosis metabolik dengan anion gap meningkat dapat ditemukan.
Analisa gas darah dapat menjumpai adanya hipoksemia yang pada awal
nya dapat dikoreksi dengan suplementasi oksigen tapi pada keadaan yang
berat dapat refrakter terhadap pemberian oksigen 100%. Foto toraks
mungkin normal atau dapat menunjukkan bukti pneumonia sebagai
penyebab sepsis atau infiltrat yang difus pada kasus ARDS (Acute
Respiratory Distress Syndrome). EKG biasanya menunjukkan sinus takikardi
atau kelainan gelombang ST-T yang non spesifik, kecuali ada penyakit
jantung yang mendasari.
Kebanyakan pasien diabetes dengan sepsis akan mengalami hiper
glikemia dan infeksi yang berat dapat mencetuskan ketoasidosis DM.
Albumin akan menurun seiring perjalana penyakit dan derajat sepsis.
Diagnosis etiologi membutuhkan isolasi mikroorganisme dari darah
dan atau dari tempat infeksi lokal. Setidaknya 2 sampel darah (masing
masing 10 cc) seharusnya diambil dari tempat punksi vena yang berbeda
untuk kultur. Marker inflamasi seperti CRP dan Prokalsionin dapat mem
bantu menegakkan diagnosis sepsis.
340 I EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)
SYOK NEUROGENIK
SYOK HIPOADRENAL
DIAGNOSIS BANDING - Diagnosis banding diantara 4 jenis syok tersebut. Penting untuk
membedakan jenis syok dan menentukan etiologi.
Pada syok kardiogenik perlu dibedakan dari syok kardiogenik
karena kompresi misalnya pada tamponade jantung, tension
pneumothorax
SYOK KARDIOGENIK
SVOK SEPTIK
Ortopnea, yaitu sesak nafas pada posisi berbaring, misalnya pada pasien
gaga I jantung kongestif. Platipnea, yaitu sesak nafas pada posisi tegak
(berdiri) dan hilang pada posisi berbaring, misalnya pada pasien miksoma
atrial kiri dan sindroma hepatopulmonal. Trepopnea, yaitu sesak nafas pada
posisi berbaring ke kiri atau ke kanan. Paroxysmal noctunal dyspnea,
adalah sesak nafas pada posis berbaring yang akan membangunkan
pasien dari tidurnya secara tiba-tiba.
•
kerusakan otak.
XXXI. Sesak Nafas (Dispnea) dan Sianosis J 395
ETIOLOGI
HIPERVENTILASI
Penyebab hiperventilasi
1. Hiperventilasi sekunder :
a. Asidosis metabolik, menyebabkan pernafasan Kussmaul, contoh
Ketoasidosis diabetik, uremia, sepsis, ensefalopati hepatik,
b. Keracunan, misalnya aspirin, karbon-monoksida, sianida,
etilen-glikol
c. Nyeri
d. Hipoksia
e. Hipovolemia
f. Gangguan pernafasan, misalnya emboli paru, asma, pneumo
toraks.
7. Hiperventilasi primer (psikogenik), sangat khas menyerang wanita,
teragitasi, depresif, dengan riwayat serangan panik atau episode
hiperventilasi. Penderita dapat mengeluh pusing, parestesi, spasme
karpopedal dan nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan
takipneu tanpa kelainan obyektif pad a kedua lapangan paru. Waiau
pun demikian, sebelum menegakkan diagnosis hiperventilasi primer,
kemungkinan penyebab hiperventilasi sekunder harus disingkirkan.
UDEM PARU
1. Udem paru kardiak, terjadi akibat gagal jantung kiri sehingga left
ventricular end-diastolic pressure meningkat dan tekanan hidrostatik
kapiler paru juga meningkat sehingga terjadi penumpukan cairan di
jaringan paru ekstravaskuler.
2. Udem paru non-kardiak, terjadi tanpa disertai peningkatan tekanan
vena pulmonalis. Penyebab udem paru non-kardiak adalah pening
katan permeabilitas kapiler, penurunan tekanan onkotik plasma dan
peningkatan tekanan limfatik. Keadaan ini dapat terjadi pada Adult
XXXI. Sesak Nafas (Dispnea) dan Sianosis I 397
SIANOSIS
Penyebab sianosis:
1. Sianosis sentral, terjadi akibat desaturasi arterial
a. Gangg u an fungsi p ar u , akibat gangguan ventilasi atau
difusi oksigen; terjadi pada pneumonia, udem paru, penyakit paru
obstruktif menahun.
b. Anatomic vascular shunting, yaitu bercampurnya darah vena
ke dalam darah arteri, misalnya pada penyakit jantung kongenital
atau pulmonary AV fistula.
c. Penurunan asupan oksigen, misalnya bila seseorangberada pada
ketinggian > 2400 m dari permukaan laut.
d. Hemoglobin abnormal, misalnya methemoglobinemia, sulf
hemoglobinemia, Hb mutant dengan aktifitas oksigen yang
rendah.
2. Sianosis perifer, saturasi 02 arterial normal, tetapi ekstraksi 0 2 dari
kapiler menurun akibat penurunan aliran darah lokal. Keadaan ini
dapat terjadi akibat vasokonstriksi pada keaadaan dingin, penurunan
curah jantung pada syok, gagal jantung, penyakit arteri perifer dengan
obstruksi arteri atau vasospasme.
PATOGENESIS
Nyeri viseral
Sensasi dari visera abdomen diperantarai jaringan serat aferen C
yang dirangsang terutama oleh peregangan, inflamasi, atau iskemia.
Sebuah saraf splanknik aferen dapat menyediakan input sensoris dari
beberapa organ dan memasuki system saraf spinal pada lebih dari satu
level. Secara embriologis sebagian besar organ abdomen berasal dari
struktur garis tengah (midline) dan memiliki inervasi bilateral sehingga
nyeri abdomen tidak terlateralisasi dan terasa di bagian tengah, kecuali
beberapa organ yang berada di lateral, seperti ginjal, ureter, kandung
empedu dan ovarium,
Nyeri somatik
Nyeri dari peritoneum parietal biasanya lebih terlokalisir. Serat saraf
somatik aferen memungkinkan lokalisasi stimuli dengan lebih tepat. Peri-
toneum parietal tidak memiliki persarafan bilateral dan kepadatan serat
saraf di peritoneum parietaljauh lebih tinggi dibandingkan visera abdomen
•
sehingga lebih baik dalam identifikasi asal nyeri ketika peritoneum parietal
teriritasi oleh cairan empedu, urine, pus, atau isi lumen.
448 j EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)
Referred pain
Referred pain terjadi karena tempat masuk neuron sensori kutaneus
dan aferen viseral abdomen ke system saraf spinal sama. Aferen kutaneu
dan viseral berakhir pada neuron sekunder yang sama pada dorsal saraf
spinal sehingga terjadi misinterpretasi oleh otak mengenai asal rangsang
nyeri.
Perjalanan waktu
Awitan nyeri abdomen dapat terjadi mendadak (detik sampai menit),
progresif cepat (dalam 1-2 jam), atau perlahan (dalam beberapa jam).
Nyeri abdomen tiba-tiba menandai kegawatan seperti rupture aneurisma
abdominal, rupture kehamilan ektopik, atau perforasi ulkus peptikum.
Nyeri yang terjadi setelah muntah seringkali menandai penyakit medis,
sedangkan nyeri yang mendahului muntah seringkali mengindikasikan
adanya penyakit surgical. Nyeri yang menetap selama lebih dari 6 jam
setelah onset akut memiliki kemungkinan tinggi berupa surgical dan
pasien sebaiknya dirawat.
adalah nyeri episodic dengan interval bebas nyeri. Ini seringkali terdapat
pada kolik renal, namun kolik bilier biasanya merupakan nyeri konstan,
menetap, tanpa periode bebas nyeri. Nyeri dengan intensitas berat dan
seperti dirobek-robek umumnya terdapat pada diseksi aneurisma. Pasien
dengan nyeri postprandial, menghindari makanan, penurunan berat bada,
dan terdapat penyakit aterosklerosis sebaiknya dievaluasi kemungkinan
angina mesenterik.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan sebelum pemberian
obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan fisik. Langkah
awal adalah mengobservasi posisi dan postur pasien untuk petunjuk yang
dapat mengarahkan ke penyebab dasar. Tanda vital dapat menunjukkan
takikardi dan hipotensi akibat perdarah intraabdominal atau syok septik.
Demam akibat apendisitis, diverticulitis, dan kolesistitis biasanya tidak
terlalu tinggi, sedangkan demam tinggi terdapat pada kolangitis, infeksi
saluran kemih, penyakit radang panggul, atau perforasi viskus disertai
peritonitis.
Inspeksi abdomen dapat menunjukkan distensi abdomen yang meng
arah ke obstruksi usus atau adanya asites, sedangkan abdomen skafoid
dan tegang terlihat pada peritonitis.
Auskultasi abdomen sebaiknya dilakukan sebelum palpasi atau perkusi
agar tidak mengganggu interpretasi bising usus. Tidak adanya bising usus
merupakan tanda peritonitis difus. Bising usus hiperaktif intermiten yang
terjadi bersamaan dengan memburuknya nyeri mengarah ke obstruksi
usus. Bising usus hiperaktif nada tinggi juga dapat terlihat pada gastro
enteritis. Adanya suara percikan sukusi (succession splash) mengarah ke
obstruksi gastric outlet.
Perkusi abdomen dapat menilai adanya peritonitis. Nyeri akibat ketukan
ringan menunjukkan inflamasi peritoneum parietal. Nyeri ini juga dapat
muncul saat pasien batuk atau jika tempat tidur pasien digoyangkan.
450 j EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)
Laboratorium
Pemeriksaan awal mencakup darah perifer lengkap dengan hitung
jenis, elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati, amylase,dan urinalisis. Tes
kehamilan sebaiknya dilakukan pada perempuan usia reproduktif.
Pemeriksaan jenis darah dan cross-match darah sebaiknya dilakukan pada
pasien yang membutuhkan pembedahan. Analisa gas darah dilakukan
pada peritonitis, pancreatitis, iskemi usus, atau hipotensi untuk mencari
asidosis metabolik atau hipoksemia.