Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN KEGAWATAN TOTAL AV BLOK
DI INTENSIVE CARDIAC CARE UNIT RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 11 Agustus 2015

Oleh :
Noor Afipah,S.Kep
NIM. I4B110001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KEGAWATAN TOTAL AV BLOK
DI INTENSIVE CARDIAC CARE UNIT RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 11 Agustus 2015

Oleh :
Noor Afipah,S.Kep
NIM. I4B110001

Banjarmasin, Agustus 2015

Pembimbing Akademik

Abdurahman Wahid, S.Kep,Ns,M.Kep


NIP. 198311 200812 1 00

2
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KEGAWATAN TOTAL AV BLOK
DI INTENSIVE CARDIAC CARE UNIT RSUD ULIN BANJARMASIN

1. DEFINISI
Jaringan konduksi khusus yang menghubungkan konduksi listrik antara atrium
dan ventrikel disebut AV junction. Setiap gangguan konduksi impuls pada nodal AV
dan sistem His-Purkinje disebut blok AV. Interval PR merupakan kunci untuk
membedakan tipe blok AV serta analisis lebar kompleks QRS merupakan kunci
penentu lokasi blok.
Derajat AV blok terbagi menjadi derat 1, 2 dan derajat 3, dimana AV blok
derajat 3 (blok AV total/komplit) adalah blockade jantung yang komplit yaitu tidak
ada impuls atrium yang mencapai ventrikel sehingga ventrikel berdenyut sendiri
berasal dari nodus ventrikel sendiri.
Karakteristik AV blok derajat 3 (blok AV total/komplit):
a. Laju : laju atrial lebih besar dari laju ventrikel.
b. Irama : teratur, tidak ada hubungan antara irama atrial dan ventrikel.
c. Gelombang P : normal.
d. Durasi QRS : tergantung lokasi escape pacemaker, durasi QRS normal bila
irama dari junctional dan melebar bila terdapat ventricular
escape rhytm.
e. Interval PR : tidak ada.

Gambar 1. Gambaran EKG pada AV Blok Derajat 3

3
2. ETIOLOGI
Penyebab blok AV terbagi menjadi:
a. Extracardiac yaitu DHF, miokarditis, gangguan elektrolit, dan autoimun
disease.
b. Intracardiac yaitu adanya infark terutama pada infark inferior dengan Right
Ventrikel.

3. PATOFISIOLOGI
Jantung merupakan organ muskular yang terletak di ruang antara paru
(mediastinum) di tengah rongga dada. Kira-kira duapertiga jantung terletak di
sebelah kiri garis tengah sternum. Jantung dilapisi membran yang disebut
perikardium. Jantung terdiri dari 4 ruangan yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel
kiri dan kanan. Atrium mempunyai dinding tipis dan berfungsi menerima darah.
Atrium kanan menerima darah dengan kadar oksigen rendah dari vena cava
superior dan inferior dan meneruskannya ke ventrikel kanan melalui katup
trikuspid, selanjutnya ke arteri pulmonal. Darah kaya oksigen akan dialirkan ke
atrium kiri melalui vena pulmonal dan selanjutnya ke ventrikel kiri melalui katup
mitral, serta dipompa ke seluruh tubuh melalui aorta. Sinus koronarius merupakan
vena terbesar yang mendrainase jantung.
Stimulasi irama jantung bermula dari nodus SA di dinding atrium kanan dekat
muara vena kava superior. Menyebar seluruh dinding atrium dan sampai ke nodus
AV terletak di dasar atrium kanan di atas katup trikuspidalis. Stimulasi diteruskan
melalui berkas his dan membagi 2 jaras menuju miokard ventrikel melalui serat
purkinje.
Depolarisasi miokard atrium digambarkan sebagai gelombang P pada EKG dan
perlambatan di nodus AV terekam sebagai interval PR. Depolarisasi miokard
ventrikel digambarkan sebagai gelombang QRS dan disusul repolarisasi kedua
ventrikel terekam sebagai gelombang T.
Heart block merupakan suatu keadaan gangguan konduksi di AV node dan
interval PR adalah waktu yang dibutuhkan impuls listrik untuk menjalar dari atrium
ke AV-bundle his-cabang ventrikel. Interval PR normal berkisar 0,12-0,20 detik.

4
Gambar 2. AV Blok Derajat 3

4. MANIFESTASI KLINIK
Tipe ini dapat menyebabkan sinkope, kelelahan, sesak dan angina pada
orangtua karena gangguan hemodinamik.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
b. Monitor Holter
Untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat anti disritmia.
c. Foto Dada
Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung.
d. Scan Pencitraan Miokardial
Dapat menunjukkan area iskemik, kerusakan miokard.
e. Tes Stres Latihan
Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan
disritmia.
f. Elektrolit
Peningkatan/penurunan kalium, kalsium dan magnesium.
g. Pemeriksaan Obat
Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan
interaksi obat.

5
h. Pemeriksaan Tiroid
Peningkatan/penurunan kadar tiroid serum.
i. Laju sedimentasi
Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut/aktif.
j. GDA/nadi oksimetri
Hipoksemia dapat menyebabkan disritmia.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Salah satu tindakan yang dilakukan pada AV blok adalah pemasangan
Temporary Pace Maker/TPM dan Permanent Pace Maker/PPM. TPM atau PPM
berfungsi menggantikan fungsi SA Node sebagai pemacu (pacing) dan pengindera
(sensing) jika terjadi gangguan konduksi. TPM adalah pace maker sementara yang
dipasang melalui vena femoralis menuju ventrikel kanan, gambaran ECG seperti
LBBB, QRS lebar karena tidak melalui AV node, ada spike/gambaran seperti jarum.
a. Letak ujung/lead TPM bagus jika:
1) Spike di depan QRS.
2) Rate seminimal mungkin tapi capture.
3) Sensing seminimal mungkin tapi capture.
4) Output seminimal mungkin tapi capture.
b. TPM dipasang pada :
1) Sinus arrest.
2) Pasca bedah jantung.
3) Bradiaritmia/sick signess syndrome.
4) AV blok derajat II Mobitz II dan derajat tinggi.
5) Total AV blok.
6) Bifasikuler/trifasikuler blok seperti RBBB dengan LAD, LBBB dengan
RAD, RBBB dengan infark.
7) Sebelum pemasangan PPM.
c. Efek samping pemasangan TPM:
1) Rupture vena.
2) Infeksi.

6
3) Aritmia, untuk mencegahnya TPM harus terus menerus terhubung dengan
generatornya.
4) Salah masuk arteri/vena lain.
5) Saat masuk atrium bisa terjadi simpul sehingga saat ditarik kembali bisa
terjadi rupture.
6) Karena memasukkannya terlalu keras bisa menembus endocard ke
perikard sehingga harus tamponade.
7) Gambaran ECG seperti LBBB, lama-lama QRS semakin lebar, ini yang
bisa menimbulkan sudden death.
8) Ventrikel Takikardi/Ventrikel Fibrilasi.
TPM baru bisa dilepas jika ada irama intrinsik yaitu irama dari jantung sendiri
bukan dari TPM. Gambarannya sebagai berikut:
a. Gambaran ECG tidak ada spike.
b. Rate pada jantung lebih tinggi dari rate generator TPM.
c. QRS dari generator lebar sedangkan intrinsik sempit.
d. Jika sudah ada irama intrinsik, observasi 24 jam jika tetap baik maka TPM bisa
dilepas.

7. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


a. Pengkajian primer:
1) Airway
 Apakah ada peningkatan sekret ?
 Adakah suara nafas: krekels ?
2) Breathing
 Adakah distress pernafasan ?
 Adakah hipoksemia berat ?
 Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
 Apakah ada bunyi whezing ?
3) Circulation
 Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
 Apakah ada takikardi ?
 Apakah ada takipnea ?
7
 Apakah haluaran urin menurun ?
 Apakah terjadi penurunan TD ?
 Bagaimana kapilery refill ?
 Apakah ada sianosis ?
b. Pengkajian sekunder
1) Riwayat penyakit
 Faktor resiko keluarga, seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi.
 Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, PJK,
penyakit katup jantung, hipertensi.
 Penggunaan obat digitalis, quinidine dan obat anti-aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
 Kondisi psikososial.
2) Pengkajian fisik:
 Aktivitas: kelelahan umum.
 Sirkulasi: perubahan TD (hipertensi atau hipotensi), nadi mungkin
tidak teratur, defisit nadi, bunyi jantung dan irama tak teratur,
bunyi ekstra, denyut menurun, kulit warna dan kelembaban berubah
misal pucat, sianosis, berkeringat, edema, haluaran urin menurun bila
curah jantung menurun berat.
 Integritas ego: perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak, marah, gelisah, menangis.
 Makanan/cairan: hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual, muntah, perubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit.
 Neurosensori: pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
 Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
 Pernafasan: penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafastambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi

8
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
 Keamanan: demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema,
edema (trombosis superfisial), kehilangan tonus otot/kekuatan.

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agen injuri biologis.
b. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
c. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung dengan faktor risiko spasme arteri
koroner, hipertensi, hipoksia.

9
9. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
biologis keperawatan selama 1x 1 jam akan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
tercapai Kontrol Nyeri lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
dari skala 1 menjadi skala 2 dengan presipitasi.
indikator: 2. Observasi reaksi non-verbal dari ketidaknyamanan
a. Mengenali onset (lamanya 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
nyeri). pengalaman nyeri pasien.
b. Mengenali faktor penyebab. 4. Eksplorasi faktor pasien yang menambah buruk nyeri.
c. Menggunakan metode non- 5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi dan
analgetik untuk mengurangi non-farmakologi)
nyeri. 6. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi.
d. Melaporkan nyeri sudah 7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
terkontrol. 8. Tingkatkan istirahat.
9. Kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan
Skala: mengontrol nyeri tidak berhasil.
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang-kadang dilakukan

10
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan Terapi Latihan: Mobilitas Fisik
ketidakseimbangan antara keperawatan selama 3x 24 jam 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
suplai dan kebutuhan akan tercapai Toleransi Aktivitas aktivitas
oksigen dari skala 1 menjadi skala 2 dengan 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
indikator: 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
a. Kecepatan nadi dengan latihan 4. Monitor klien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
b. Kecepatan nafas dengan latihan secara berlebihan
c. Mudah bernafas dengan latihan 5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
d. Tekanan darah sistolik dengan (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
latihan perubahan hemodinamik)
e. Tekanan darah diastolic dengan 6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
latihan 7. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
f. Gambaran EKG mampu dilakukan
g. Warna kulit 8. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
h. Kekuatan tubuh atas 9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
i. Kekuatan tubuh bawah 10. Bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

11
Skala:
1 = severely compromised
2 = substantially compromised
3 = moderately compromised
4 = mildly compromised
5 = not compromised
Risiko penurunan perfusi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung
jaringan jantung dengan keperawatan selama 1x 1 jam akan 1. Evaluasi nyeri dada (seperti, intensitas, lokasi, radiasi,
faktor risiko spasme arteri tercapai Perfusi Jaringan: durasi, dan faktor pencetus dan meredakan)
koroner, hipertensi, hipoksia Jantung dari skala 1 menjadi skala 2. Lakukan penilaian komprehensif dari sirkulasi perifer
2 dengan indikator: (seperti, cek nadi perifer, edema, CRT, warna, dan suhu
a. Kacepatan jantung apikal ekstremitas)
b. Kecepatan nadi radial 3. Dokumentasi disritmia jantung
c. Tekanan darah sistolik 4. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
d. Tekanan darah diastolik 5. Monitor frekuensi TTV
6. Monitor status kardiovaskuler
Skala: 7. Monitor keseimbangan cairan (seperti, intake/output dan
1 = Penyimpangan berat dari berat harian)
rentang normal 8. Kenali adanya perubahan tekanan darah
2 = Penyimpangan besar dari 9. Kenali efek psikologis dari kondisi dasar

12
rentang normal 10. Sarankan dukungan spiritual untuk pasien dan/atau
3 = Penyimpangan sedang dari keluarga, jika tepat
rentang normal
4 = Penyimpangan ringan dari
rentang normal
5 = Tidak ada pentimpangan dari
rentang normal

e. Takikardi/bradikardi
f. Diaphoresis berlebihan
g. Mual
h. Muntah

Skala:
1 = Berat
2 = Besar
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak ada

13
DAFTAR PUSTAKA
1) Dharma, Surya. Pedoman Praktis Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta: ECG,
2009.
2) Smeltzer SC, Bare BG. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC, 2002.
3) Raid. AV Blok. Wordpress 2011 (online), http://raidnhh.wordpress.com/,
diakses tanggal 12 Agustus 2015.
4) Rahajeng, Eyla. Aritmia/Disritmia. Blogspot 2012 (online),
http://eylarahajeng.blogspot.com/arimia-disritmia.html, diakses tanggal 12
Agustus 2015.
5) Anonim. Asuhan Keperawatan Klien dengan Kegawatdaruratan Sistem
Kardiovaskuler Akibat Disritmia dan Gangguan Konduksi. Blogspot 2011
(online), http://asuhan-keperawatan-icu.blogspot.com/2011/07/asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-kegawatdaruratan-sistem-kardiovaskuler-
akibat-disritmia-dan gangguan-konduksi.html, diakses tanggal 12 Agustus
2015.
6) Cahyono, Dwi. Askep Gadar dengan Kondisi Disritmia Jantung. Blogspot 2012
(online), http://medic-cahyo.blogspot.com/, diakses tanggal 12 Agustus 2015.
7) NANDA International. Nanda International: Nursing Diagnoses 2012-2014.
USA: Willey Blackwell Publication, 2012.
8) Moorhead, Sue, Meridean Maas, Marion Johnson. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Fourth Edition. USA: Mosby Elsevier, 2008.
9) Bulechek, Gloria M, Joanne C. McCloskey. Nursing Intervention Classification
(NIC) Fifth Edition. USA: Mosbie Elsevier. 2008.

14

Anda mungkin juga menyukai