DIFERENTIAL DIAGNOSIS
2. LANGKAH DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Kapan biasanya gejala muncul?
Durasi gejala : Berapa lama pasien merasakan berdebar?
Apakah pasien mengalami pingsan?
Obat obatan dan makanan yang dikonsumsi?
Apakah ada Riwayat PPOK, hipertiroid, gagal jantung kronik?
b. Pemeriksaan fisik
Tekanan darah 140/90 mmHg
Denyut nadi cepat 160 x/menit dan reguler
Frekuensi napas 28 x/menit (meningkat)
Suhu badan 38° (meningkat)
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan EKG
Holter monitoring
Jika dari anamnesis pemeriksaan fisik, dan EKG tidak mengerucut pada suatu diagnosis,
maka bisa dikakukan Holter monitoring (suatu monitoring EKG kontinyu selama 24-48)
REFERENSI : Bianchi, S., & Cauti, F. (2021). Ablation of Ventricular Tachycardia in 2021.
European Heart Journal Supplements, 23(E), pp. E25–7.
3. MEKANISME KEJANG
Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan
pada sel neuron dan timbulnya rangsangan pada sel neuron lain sehingga secara
bersamaan melepas muatan listriknya. Hal ini diduga akibat berbagai kondisi, diantaranya
adalahkemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron dalam melepaskan muatan
listrik yang berlebihan, berkurangnya kemampuan inhibisi asam gamma amino butirat
(GABA) atau meningkatnya eksitasi sinaptik pada transmiter asam glutamat serta
aspartat melalui jalur eksitasi secara berulang.
5. DEFINISI VT MONOMORFIK
Takikardia ventrikular monomorfik adalah kelompok gangguan irama jantung yang berasal
dari nodus sinus, jaringan atrium, jaras tambahan, dan area junctional. TV monomorfik
mempunyai kompleks QRS yang sama pada setiap denyutan yang menunjukkan aktivasi
ventrikel berulang dari substrat struktural atau fokus yang dapat menjadi target ablasi,
rangkaian depolarisasi ventrikel sama untuk setiap denyut.
Loretta C. Wangke, Edmond L. Jim. Pemetaan dan Ablasi pada Takikardia Ventrikel akibat
Parut.
7. PATOFISIOLOGI VT MONOMORFIK
Secara umum terdapat empat mekanisme terjadinya aritmia, termasuk artimia
ventrikel, yaitu automaticity, reentrant, dan triggered activity. Automaticity terjadi karena
adanya percepatan aktivitas fase 4 dari potensial aksi jantung. Aritmia ventrikel karena
gangguan automaticity biasanya tercetus pada keadaan akut dan kritis seperti infark miokard
akut, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan tonus adrenergik yang
tinggi. Oleh karena itu bila berhadapan dengan aritmia ventrikel karena gangguan
automaticity, perlu dikoreksi faktor penyebab yang mendasarinya. Aritmia ventrikel yang
terjadi pada keadaan akut tidaklah memiliki aspek prognostik jangka panjang yang penting.
Mekanisme aritmia ventrikel yang tersering adalah reentry dan biasanya disebabkan oleh
kelainan kronis seperti infark miokard lama atau kardiomiopati dilatasi (dilated
cardiomyopathy). Jaringan parut (scar tissue) yang terbentuk akibat infark miokard yang
berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkuit
reentry. Bila sirkuit ini telah terbentuk maka aritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap
saat dan menyebabkan kematian mendadak Triggered activity memiliki gambaran campuran
dari kedua mekanisme di atas. Mekanismenya adalah adanya kebocoran ion positif ke dalam
sel sehingga terjadi lonjakan potensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari aksi potensial
jantung. Bila lonjakan ini cukup bermakna maka akan tercetus aksi potensial baru. Keadaan
ini disebut afterdepolarization.
Manifestasi Klinis
1. Takikardi ventrikular dapat mengganggu curah jantung dengan konsekuensi
hipotensi, kolaps, dan gagal jantung akut.
2. Kehadiran fungsi ventrikel yang buruk yang sudah ada sebelumnya sangat
terkait dengan gangguan kardiovaskular.
3. Penurunan curah jantung dapat menyebabkan penurunan perfusi miokard
dengan degenerasi menjadi VF.
4. Pengenalan yang cepat dan inisiasi pengobatan (misalnya kardioversi
elektrik) diperlukan pada semua kasus VT.
Faktor resiko
1. Ketidak seimbangan elektrolit(hipoklemia)
2. Mutasi genetic yang diwariskan
3. Penyakit jantung yang mendasari misalnya riwyat infark miokard
Gambaran EKG :
REFERENSI : 1.Ed Burns, Robert Buttner. Ventricular Tachycardi Monomorphic vt. 2021
Irama asinus karena tdk terdapat gelombang P, regularitas nya regulr, frekuensi sekitar 187 kali
per menit, 1500/8. Interval pr nyabtidak terliat, qrs melebar dikarenakan adnaay takikardi pada
kontraksi ventrikel, segmen st, t dan u tdak terliat.
Gambaran monomorfik menandakan bahwa reentry atau impuls yang berasal dari dinding
ventrikel hanya berfokus oada satu tempat, gambaran monomorfik maksudnya yaitu dimana
kompleks qrs hmenggambarkan bentuk dan amplitude yang sama selama lebih dari 3 kali.
9. TATALAKSANA
Untuk tatalaksana biasanya diberikan obat adenosine jika didaoatkan ekg yang reuler
dn monomorfik
a. Amiodaron 150 mg
Melalui intra vena diberikan selama 10 menit. Bila tidak berhasil dilanjutkan dengan
pemberian amiodaron dosis pemeliharaan 360 mg/6 jam pertama kemudian 540 mg/18 jam
berikutnya. Dosis maksimual kumulatif adalah 2,2 gr/24 jam termasuk yang diberikan pada
saat tindakan resusitasi.
b. Lidokain
Merupakan obat pilihan lain selain amiodaron atau jika amiodaron tidak tersedia. Dosis
lidokain adalah 0,5-0,75 mg/kg BB diberikan bolus intra vena, dapat diulang 5-10 menit
sampai dosis maksimal 3 mg/kg BB, dosis pemeliharaan adalah 1-4 mg/menit.
c. Jika obat-obatan gagal mengatasi takikardi ventrikel. Energi awal, yaitu 100 joule.
Siagian LA, Tatalaksana Takikardi Ventrikel. Rumah Sakit Umum HKBP,Balige, Sumatera Utara,
Indonesia CDK-268/Vol 45 No. 9 th. 21