Anda di halaman 1dari 25

BAB I

TINJAUAN TEORI
“VENTRIKEL TAKIKARDI ”

A. Definisi
1. Ventrikel takikardi (VT) adalah terdapat tiga atau lebih premature ventricular
contraction (PVC) atau ventricular extrasystoles (VES) dengan laju lebih dari 120 kali
permenit (Sudoyo, A.W. et al, 2009).
2. Ventrikel takikardi (VT) adalah disritmia jantung yang diakibatkan oleh peningkatan
iritabilitas miokard (Muttaqin, A. 2012).
3. Ventrikel takikardi (VT) adalah denyut jantung cepat yang dimulai di ruang jantung
bagian bawah (ventrikel). Konduksi listrik ventrikel berlangsung abnormal sehingga
mengganggu sinyal listrik yang datang dari nodus sinoatrial, alat pacu jantung alami
sehingga tidak memungkinkan cukup waktu bagi jantung untuk terisi sebelum
berkontraksi, sehingga aliran darah ke seluruh tubuh terganggu. Takikardia ventrikel
biasanya berhubungan dengan masalah jantung termasuk penyakit arteri koroner,
kardiomiopati, prolaps katup mitral, kelainan katup jantung, dan penyakit lain seperti
sarkoidosis (Kamus Kesehatan).

B. Klasifikasi
Secara umum VT dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Monomorfik
VT yang memiliki kompleks QRS yang sama pada setiap denyutan dan menandakan
depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama (Sudoyo, A.W. et al, 2009).

2. Polimorfik
VT yang memiliki kompleks QRS yang bervariasi (berubah) dan menunjukkan adanya
urutan depolarisasi yang berubah dari beberapa tempat. Pada umumnya disebabkan
oleh infark miokard. Bila VT berlangsung lebih dari 30 detik disebutsustained dan
sebaliknya bila kurang dari 30 detik disebut non sustained (Sudoyo, A.W. et al, 2009).

1
Klasivikasi VT berdasarkan etiologinya :
1. VT ideopatik : alur keluar ventrikel kanan Umumnya VT jenis ini disebabkan oleh
proses automatisasi, trigerred activity, dan takikardi dengan perantaraan siklik AMP
yang dirangsang oleh saraf adrenergic dan sensitive terhadap peningkatan kalsium
intrasel
2. VT idiopatik ventrikel kiri: istilah lain untu kVT jenis ini adalah takikardi fasikular
karena adanya proses reentry pada fasikel anterior dan posterior sebagai
penyebab takikardi.

3. VT kardiomiopati dilatasi non iskemia

a. Bundle branch reentrant VT: VT jenis ini ditemukan pada pasien


kardiomiopati dilatasi idiopatik (noniskemia). Secara klinis, VT jenis ini
berbahaya sehingga menyebabkan sinkop atau henti jantung.
b. Arrhytmogenic right ventricular dysplasia (ARVD) VT yang terdapat
infiltrasi lemak dan jaringanparu pada miokard ventrikel kanan.
Karakteristiknya adalah kompleks QRS denganmorfologi blok berkas.
Tatalaksan jenis VT ini adalah ICD (implantable cardioverter defibrilator) yang
efektif mencegah kematian jantung mendadak
4. VT ischemia disebabkan oleh penyakit jantung koroner seperti infark miokard
akut (Boru, C.Y. 2011)

C. Etiologi
1. Idiopatik, tidak dapat ditentukan penyakit dasarnya.
2. Penyakit jantung koroner (PJK) seperti infark miokard akut (IMA), pasca IMA.
3. Kardiomiopati (kongestif atau dilatasi, hipertrofik, miokarditis akut, alkoholik).
4. Penyakit jantung rematik terutama pada pasca penggantian katup.
5. Penyakit jantung hipertensi.
6. Prolap katup mitral.
7. Payah jantung akibat PJK, PJR, PJH, atau ideopatik.
8. Metabolik (hipokalemia, hipertiroid).
9. Sindrome QT memanjang.
10. Gejala-gejala yang sering muncul pada penyakit paru,trauma jantung, obat-obatan dan
sarkoidosis.
(Bakta, I.M, dan Suastika, I.K. 1999).

D. Manifestasi
1. Asimtomatik
2. Simtomatik
a. Palpitasi
1) Denyut jantung keras

2
2) Denyut jantung berhenti
3) Pukulan di daerah dada
4) Dada bergetar
5) Denyut jantung cepat
6) Denyut jantung tidak teratur
b. Pusing hingga sinkop, dyspneu
c. Keluhan penyakit dasar seperti payah jantung yang memburuk, angina pektoris,
dan lain-lain.

(Bakta, I.M, dan Suastika, I.K. 1999).


Irama ventrikular yang dapat di ketahui dengan EKG adalah sebagai berikut :
1. Frekuensi 150-200 denyut permenit
2. Gelombang P biasanya tenggelam dalma kompleks QRS, bila terlihat tidak selalu
mempunyai pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel tidak berhubungan
dengan kontraksi atrium.
3. Kompleks QRS mempunyai konfigurasi yang sama dengan konfigurasi PVC, yaitu
lebar dan aneh, dengan gelombang T terbalik.
4. Hantaran berasal dari ventrikel dengan kemungkinan hantaran retrograde ke jaringan
penyambung dan atrium.
5. Irama biasanya reguler, tetapi dapat juga terjadi takikardia ventrikel ireguler.
(Muttaqin, A. 2012).

E. Patofisiologi dan Pathway


1. Patofisiologi
a. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya tercetus pada keadaan
infark miokard akut, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa
dan tonus adrenergic yang tinggi.
b. Reentri merupakan mekanisme aritmia yang biasanya disebabkan oleh IMA dan
kardiomiopati dilatasi yang terbentuk akibat infark miokard yang berbatasan
dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkui
reentry. Bila sirkui ini sudah terbentukmaka eritmia ventrikel reentrant dapat
timbul setiap saat dan menyebabkan kematian mendadak.

F. Komplikasi
1. VF (Ventrikel Fibrilasi)
2. Gagal jantung
3. Kematian mendadak
4. Terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan stroke dan gangguan pada
pembuluh darah lainnya.
(Zagoto, R.R. 2012).

3
G. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi, gangguan irama jantung
dan efek ketidak seimangan elektrolit dan obat jantung
2. Monitor holter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana gangguan
irama jantung timbul dapat juga mengevaluasi fungsi pacu jantung
3. Rongen dada
Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi
ventrikel dan katup
4. Scan pencitraan miokard
Dapat menunjukkan area iskemik atau kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi
konduksi normal dinding dan kemampuan pompa
5. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan
gangguan irama jantung
6. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat menyebabkab atau
meningkatnya gangguan irama jantung
7. Laju sedimentasi
Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut atau aktif (endocarditis sebagai
factor pencetus gangguan irama jantung)

H. Penatalaksanaan
Bila keadaan hemodinamik stabil, terminasi VT dilakukan dengan pemberian obat-
obatan secara intravena seperti :
1. Amiodaron dengan dosis pembebanan 15 mg/menit diberikan dalam 10 menit dan
diikuti dengan infus kontinue 1 mg/ menit selama 6 jam dan dosis pemeliharaan 0,5
mg/menit dalam 18 jam berikutnya.
Kontra indikasi :
Sinus bradikardia, blok SA (sino-atrial) , blok AV (atrioventrikuler), sinus
Syndrome, gangguan fungsi tiroid, wanita hamil dan menyusui.

4
Faktor yang harus diperhatikan :
Perhatian Monitor tekanan darah, fungsi tiroid, fungsi hati secara teratur. Hati-hati
pada tekanan darah tinggi, insufisiensi pemafasan berat, kardiomiopati dan payah
jantung.
Cara kerja :
Merupakan obat antiaritmia dari klas III, yang mekanisme kedanya memanjangkan
repolarisasi. Amiodaron diabsorbsi secara lambat dan tidak sempurna pada
pemberian oral, kadar puncak tercapai setelah 5-6 jam. Amiodaron terikat pada
jaringan dan dimetabolisme secara lambat dihati. Waktu paruhnya panjang, yaitu 25-
60 hari.Karena memerlukan beberapa bulan untuk mencapai efek penuh, diperlukan
dosis awal
(loading dose) selama 8-10 hari dan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan.
Pengobatan dinilai setelah 2-8 rninggu; dan diteruskan bila aritrnia ventrikel tidak
dapat dilbangkitkan lagi.

Interaksi obat :
a. Penggunaan bersama amiodarone dengan simvastatin dan lovastatin dosis tinggi
dapat meningkatkan risiko myopati. Mekanismenya adalah hambatan CYP450
3A4 di interstinal dan hepar yang menyebab kan bioavalibiliti dan menurunkan
klirens simvastatin (Yuniadi, 2009).
b. Pemberian amiodaron bersama digoksin akan meningkatkan kadar digoksin
serum hingga 100% sehingga menyebabkan intoksikasi. Peningkatan ini lebih
tinggi lagi pada anak-anak. Lidokaine dapat diberikan dalam dosis 100 mg bolus
intravena selama beberapa menit. Jika berhasil, lanjutkan dalam bentuk infus 2-4
mg/menit (Yuniadi, 2009).
2. Prokainamid
3. Dopamin
4. Kardioversi elektrik yang dapat dimulai dengan energi rendah (10 joule dan 50 joule
5. Penatalaksanaan jangka panjang menggunakan ICD atau The Multicenter Automatic
Defribrillator Trial atau MADIT.
(Sudoyo, A.W. et al, 2009).

5
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VENTRIKEL TAKIKARDI

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Ventrikel takikardi dapat ditemukan pada pasien segala usia serta meningkat pada
usia > 60 tahun serta paling sering di jumpai pada pasien dengan IMA(Bakta, I.M,
dan Suastika, I.K. 1999).
b. Keluhan utama
Dalam mendapatkan anamnesis dari pasien yang kolaps, penting untuk
menentukan adakah kehilangan kesadaran atau tidak (Boru, C.Y., 2011).
c. Riwayat penyakit

1) Riwayat penyakit sekarang


Pasien yang mengalami ventrikel takikardi akan mengalami palpitasi, denyut
jantung keras, denyut jantung berhenti, pukulan di daerah dada, dada bergetar,
denyut jantung cepat, serta denyut jantung tidak teratur. Keluhan penyakit
dasar seperti payah jantung yang memburuk, angina pektoris, dan lain-lain
(Bakta, I.M, dan Suastika, I.K. 1999).
2) Riwayat penyakit dahulu
Penderita IMA bisa terserang ventrikel takikardi (Boru, C.Y., 2011).
3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kematian mendadak di keluarga bisa menunjukkan adanya sindrom
QT panjang atau kardiomiopati turunan (Boru, C.Y., 2011).
d. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kelelahan umum
Sirkulasi : perubahan TD hipertensi atau hipotensi, nadi tidak
teratur, devisit nadi, bunyi jantung irama tidak teratur,
bunyi eksterna,
Integritas ego : perasaan gugup, perasaan, terancam, cemas
Makanan dan cairan : hilang nafsu makan atau anoreksia
Neurosensori : pusing, berdenyut, disorientasi, bingung, perubahan
pupil
B1 (Breathing)
Pola napas dinilai kecepatan, irama, dan auskultasi.
Bunyi napas yang dinilai normal, vesikuler, bronkovesikuler, wheezing, ronchi,
penurunan atau hilangnya bunyi napas dapat menunjukkan adanya pnemotorak
atau fibrosa pada pleura.
Ekspansi dada dinilai penuh atau tidak penuh dan dinilai kesimetrisannya.

6
B2 (Blood)
Irama jantung frekuensi, regular atau ireguler, adanya distensi vena jugularis.
Tekanan darah, hipotensi dapat terjadi akibat dari penggunaan ventilator.
Bunyi jantung yang dinilai S1 terdengar saat kontraksi jantung atau systole
ventilator, S2 terdengar saat akhir kontraksi ventrikel, S3 dikenal dengan
ventricular gallop menandakan adanya dilatasi ventrikel.
Edema dikaji lokasi dan derajatnya.
B3 (Brain)
Tingkat kesadaran biasanya mengalami penurunan kesadaran
akibat hipoksia.
B4 (Bladder)
Biasanya terpasang kateter urin untuk mengetahui intake dan output yang sesuai
kebutuhan tubuh pasien
B5 (Bowel)
Pencernaan yang dikaji rongga mulut,ada atau tidaknya lesi pada mulut perubhan
pada warna pada lidah dapat menunjukkan tanda-tanda dehidrasi
Bising usus ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji lakukan
observasi kurang lebih 2 menit
B6 (Bone)
Tulang, otot, integument, warna kulit, integritas kulit perlu dikaji adanya lesi dan
dekubitus, turgor kulit serta suhu, dan kelembaban kulit untuk mengetahui
adanya tanda-tanda syok kardiogenik.

2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
b. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.
c. Penurunan perfusi jaringan perifer b.d penurunan curah jantung.
d. Ansietas b.d rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis,
dan ancaman atau perubahan kesehatan.
e. Kurang pengetahuan b.d defisit informasi tentang pengobatan dan cara menghindari
komplikasi.
3. Intervensi
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
- Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan penurunan curah jantung dapat teratasi
dan dapat menunjukkan TTV dalam batas normal.
- Kriteria hasil :
1) Pasien melaporkan penurunan episode dyspnea
2) Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg)
3) Tidak terjadi aritmia denyut jantung

7
- Intervensi
1) Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarga
Rasional :
mencegah kesalahfahaman antara pasien dan perawat serta meningkatkan
pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan
perawat.
2) Kaji adanya penurunan curah jantung
Rasional : kejadian mortalitas dan morbiditas berhubungan dengan IMA yang
lebih dari 24 jam pertama.
3) Kaji frekuensi dan irama jantung
Rasional : biasanya terjadi takikardi meskipun saat Beristirahat.
4) Observasi pengeluaran urine, catat kepekatan atau konsentrasi urine
Rasional : ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menhan
natrium dan cairan.
5) Berikan posisi semirekumben pada tempat tidut atau kursi
Rasional : istirahat dengan posisi semirekumben dapat
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan konsumsi oksigen
miokardium dan kerja berlebihan.
6) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
Rasional : stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yangterkait dengan
meningkatkan tekanan darah dan frekuaensi atau kerja jantung.
7) Berikan oksigen dengan nasal kanul atau masker sesuai dengan indikasi
Rasioinal : meningkatkan kesediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium
sehingga melawan efek iskemia.
8) Kolaborasi dengan dokter pemberian amiodaron
Rasional : mempunyai farmakodinamik meningkatkan masa refrakter serta
memperpanjang aktivasi sel jantung.

b. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.


- Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x24 jam kebutuhan
aktivitas pasien terpenuhi.
- Kriteria hasil
1) Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai dengan
peningkatan TD, RR, dan nadi
2) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
3) TTV dalam batas normal

8
- Intervensi :
1) Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarga.
Rasional :
mencegah kesalahfahaman antara pasien dan perawat serta meningkatkan
pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan
perawat.
2) Kaji respon klien terhadap aktivitas , perhatikan frekuensi nadi 20 x/menit di
atas frekuwensi istirahat
Rasional : Dengan mengkaji respon klien terhadap aktivitas , perhatikan
frekuensi nadi 20 x/menit di atas frekuwensi istirahat dapat membantu dalam
mengkaji respon fisiologis terhadap stres aktivitas.
3) Intruksikan pasien tentang penghematan energi
Rasional : Teknik penghematan energi selain untuk menghemat energi
tetapi juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4) Kaji sejauhmana aktivitas dapat ditoleransi
Rasional : Mendorong kemandirian aktivitas dan mengetahui sejauhmana
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas dan perawatan diri
5) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas bertahap
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung
tiba-tiba
c. Penurunan perfusi jaringan perifer b.d penurunan curah jantung.
- Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam terjadi perbaikan
perfusi jaringan perifer
- Kriteria hasil
1) Kulit hangat dan kering
2) Pasien terlihat rileks
3) Pasien memperlihatkan perbaikan status mental
- Intervensi
1) Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarga.
Rasional : mencegah kesalahfahaman antara pasien dan perawat serta
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan
dilakukan perawat.
2) Kaji warna kulit, suhu, sianosis, dan nadi perifer.
Rasional : mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan
tahanan perifer.

9
3) Kaji adanya kongestif hepar pada abdomen kanan atas
Rasional : sebagai dampak gagal jantung akan ditemukan adanya tanda
kongestif.
4) Observasi TTV
Rasional : untuk mengetahui keadekuatan fungsi dan vaskularisasi secara
keseluruhan.

d. Ansietas b.d rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis,
dan ancaman atau perubahan kesehatan.
- Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan
tidak terjadi.
- Kriteria hasil
1) Pasien kooperatif
2) Pasien tidak gelisah
3) Dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya.
- Intervensi
1) Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada
pasien dan keluarga.
Rasional : mencegah kesalahfahaman antara pasien dan perawat serta
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan
dilakukan perawat.
2) Kaji tanda-tanda dan ekspresi dari kecemasan pasien
Rasional : kecemasan yang meningkat menyebabkan pelepasan
katekolamin yang berkontribusi sebagai peningkat kebutuhan oksigen
miokardium.
3) Beri lingkungan yang tenang dan suasana yang aman
Rasional : mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
4) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya
Rasional : dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang
tidak diekspresikan.
5) Tanyakan keluhan dan masalah psikologis yang dirasakan pasien saat ini.
Rasional : dapat membantu menemukan jalan keluar masalah yang dihadapi
pasin sehingga mengurangi beban psikologi pasien.

e. Kurang pengetahuan b.d defisit informasi tentang pengobatan dan cara


menghindari komplikasi.

10
- Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam pengetahuan
pasien tentang penyakitnya dapat meningkat.
- Kriteria hasil
1) Pengetahuan pasien meningkat tentang pengobatan dan komplikasi
penyakit.
2) Pasien mampu menjelaskan kembali tentang penyakit, serta mengenal
kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas.
- Intervensi
1) Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : Mempermudah dalam memberikan penjelasan pada pasien.
2) Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi
kemungkinan penyebab serta jelaskan kondisi tentang pasien
Rasional : Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas.
3) Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien tentang pengobatan yang
harus dikonsumsi.
4) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan
Rasional : pengetahuan pasien mengenai perubahan gaya hidup dapat
mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dari penyakit.
5) Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan atau mendukung
Rasional : mempermudah keefektifan pemberian informasi yang adekuat.

4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Implementasi keperawatan
ventrikel takikardi sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya (Lynda Juall
Capenito, 1999:28).

11
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN VENTRIKEL FIBRILASI

A. Definisi
Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tidak efektif.
Pada disritmia ini denyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba dan tidak ada respirasi.
Ventrikel vibrilasi merupakan kejadian preterminal. Vibrilasi ini hampir selalu tampak
pada jantung yang sekarat. Fibrilasi ini adalah aritmia yang paling sering ditemukan pada
orang dewasa yang mengalami kematian mendadak. Pada fibrilasi ventrikel polanya
sangat irregular dan dapat dibedakan dengan disritmia tipe lainnya. Karena tidak ada
koordinasi aktifitas jantung, maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi
ventrikel tidak dikoreksi.
Gambaran EKG Ventrikel Vibrilasi ada dua macam, yaitu vibrilasi ventrikel kasar yang
memiliki rekaman EKG menyentak-nyentak secara pasmodic; dan vibrilasi ventrikel
halus yang rekaman EKGnya berombak halus. Seperti pada asitol, kehilangan kesadaran
terjadi dalam beberapa detik pada kondisi fibrilasi ventrikel. Pasien mengalami
pelemahan jantung dan tidak ada curah jantung. Fibrilasi ventrikel adalah paling umum
menyebabkan kematian tiba-tiba dan fatal apabila resusitasi tidak dilakukan dengan
segera.
Vibrilasi ventrikel mempunyai karakter sebagai berikut :
Irama : Tidak teratur
Frekuensi : Lebih dari 350x/menit sehingga tidak dapat dihitung
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada
Gelombang QRS : Lebar dan tidak teratur

B. Etiologi
Ventrikel fibrilasi dapat terjadi pada kondisi : iskemia dan infark miokard, manipulasi
kateter pada ventrikel, gangguan karena kontak dengan listrik, pemanjangan interval QT,
atau sebagai irama akhir pada pasien dengan kegagalan sirkulasi, atau pada kejadian
takikardi ventrikel yang memburuk.

12
C. Tanda dan Gejala
1. Kongesti Vaskular pulmonal
2. Dispnea
3. Ortopnea
4. Dispnea nocturnal paroksimal
5. Batuk iritasi
6. Edema pulmonal akut
7. Penurunan curah jantung
8. Gallop atrial-S4
9. Gallop ventrikel-S3
10. Crackles paru
11. Disritmia
12. Bunyi napas mengi
13. Pulsus alternans
14. Peningkatan berat badan
15. Pernapasan cheyne stokes

D. Faktor Resiko
Sebagian besar yang menghadapi masalah ketidakseragaman hentak jantung ini memiliki
prognosis yang normal. Pasien tidak memerlukan rawat yang khas. Walau
bagaimanapun,bagi pasien yang mengalami gejala yang serius atau yang dikaitkan dengan
masalah penyakitpenyakit lain (seperti penyakit jantung) akan menghadapi risiko yang
lebih tinggi dan memerlukan rawatan atau perhatian pengobatan yang khusus.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Tekanan perasaan atau stress
2. Darah tinggi
3. Merokok
4. Kelesuan, kurang tidur, kerja berlebihan

E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaa medis Pada umumnya terapi aritmaia adalah :
Mengembalikan irama jantung yang normal (rhytm control)
Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate contol)
Mencegah terbentuknya bekuan darah
13
Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Jika kausa aritmia berhasil dideteksi, maka
tak ada yang lebih baik daripada menyembuhkan atau memperbaiki penyebabnya secara
spesifik. Aritmia sendiri dapat diterapi dengan beberapa hal di bawah ini :
a. Jika FV terjadi, maka defibrilasi harus segera dilakukan
b. Bila defibrilasi tidak berhasil, maka harus segera dilakukan resusitasi jantung paru
dan obatobatan.
c. Obat-obatan yang dapat diberikan adalah epinefrin bila pola vibrilasi ventrikelnya
halus. Epinefrin dapat membuat fibrilasi menjadi kasar, sehingga memudahkan untuk
mengkonversi defibrilasi. Natrium bikarbonat diberikan untuk mengatasi asidosis
akibat berkurangnya perpindahan respirasi. Epinefrin dan Natrium bikarbonat saling
berlawanan apabila dicampur, oleh sebab itu harus diberikan terpisah.
d. Tekanan darah disokong dengan vasopresor. Masase jantung eksternal dan ventilasi
tidak boleh dihentikan selama resusitasi sebelum lima detik.
e. Pembedahan, dokter akan melakukan pembedahan jika keadaan pasien sudah sangat
memburuk. Di dalam pembedahan, bagian yang rusak bisa dibuang atau diperbaiki.
f. Perentak tiruan, perentak ini digunakan untuk menghantarkan isyarat elektrik ke
jantung. Alat ini dipasang di bawah permukaan kulit melalui pembedahan kecil.
Perentak yang permanen digunakan untuk merawat penderita yang mengalami nodus
sinus yang tidak berfungsi.
g. Kardioversi (pembilang-renjatan),
kaedah kejutan elektrik untuk memulihkan rentak jantung yang abnormal bagi
penderita yang mempunyai kadar denyutan jantung yang tunggi. Kemudian,
penatalaksanaan ini digunakan pada keadaan cemas.

2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Mengkolaborasikan dengan pihak medis untuk tindakan defibrilasi pada ventrikel
virilasinya.
b. Mengatasi kecemasan setelah dilakukan defibrilasi.

F. Pencegahan
Gaya hidup memainkan peranan yang sangat penting untuk mengurangkan resiko
penyakit jantung atau rentak jantung yang tidak seragam.
Diantara langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencegah penyakit ini adalah :

14
1. Pola makan Makanlah makanan yang rendah kolesterol dan rendah lemak. Makanan
ini dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah.
2. Berhenti merokok Merokok meningkatkan kadar denyutan jantung. Berhenti
merokok menurunkan resiko terhadap rentak jantung yang tidak normal.
3. Senam Senam dengan rutin baik untuk kesehatan dan jantung.
4. Hindari alkohol dan kafein
5. Obat-obatan Sebagian obat, ada yang dapat meningkatkan resiko penyakit ini.
Hal ini dapat dicegah dengan mengurangi dosisnya atau menghentikan pemakaian
untuk sementara.
Contoh obat, mis : amitriptilin, terfenadin, dan astemizol.

G. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Faktor pencetus
e. Faktor resiko
f. Tingkat pengetahuan pasien & keluarga terhadap penyakit
g. Riwayat sosial ekonomi
h. Riwayat spiritual
i. Riwayat alergi
j. Riwayat psikososial
k. Kebiasaan sehari-hari
l. Nutrisi
m. Eliminasi
n. Kebersihan diri
o. Olahraga
p. Istirahat
3. Pemeriksaan fisik
a. Mata : konjungtiva, sklera
b. Leher : JVP, bising arteri karotis
c. Paru : Bentuk dada Pergerakan dada Asimetris dada Pernapasan :
15
• frekuensi, irama, jenis
• suara nafas
• suara tambahan : ronkhi, whezing, krepitasi
d. Jantung : Tekanan darah Nadi : Frekuensi, irama, isi Suara jantung Apeks jantung
Suara tambahan : S3, S4, Gallop Bising jantung : trill
e. Abdomen : Acites, bising usus
f. Ekstremitas : Temperatur, kelembaban, edema, cianosis
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
• Hematologi : Hb, Ht, Leukosit
• Elektrolit : K, Na, Cl, MG
• Gangguan fungsi ginjal dan hati
• Ureum, cretinin, BUN, urin lengkap
• SGOT, SGPT • Gulla darah
• Kolesterol, triglisserid
b. Elektrokardiogram (EKG)
• Penyakit jantung koroner : iskhemi, infark
• Pembesaran jantung : LVH
• Aritmia
• Perikarditis
c. Foto Rontgen Toraks
• Edeme alveolar
• Efusi pleura
• Pembesaran jantung

H. Diagnosa Keperawatan (DK)


DK I : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/curah jantung
DK II : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan cemas
DKX III : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen
I. Intervensi Keperawatan
DK I : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/curah jantung
NOC :

16
• Keefektifan pompa jantung
• Status sirkulasi
• Perfusi jaringan : organ abdomen
• Perfisi jaringan organ : perifer
• Status tanda vital Kriteria evaluasi :
• Menunjukan curah jantung yang memuaskan
• Menunjukan status sirkulasi
• Tekanan darah sistolik, diastolik, dan rerata rentang tekanan darah dalam batas
normal
• Denyut jantung dibawah normal
NIC :
• Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernafasan, dan
status mental.
• Pantau fungsi pacemaker jika dibutuhkan
• Pantau denyut perifer, waktu pengisian kapiler, dan suhu serta warna ekstremitas
• Pantau dan dokumentasikan denyut jantung, irama, dan nadi.

DK II : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan cemas


NOC :
• Status respirasi : ventilasi
• Status tanda vital Kriteria evaluasi :
• Menunjukan pola napas efektif
• Menunjukan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu
NIC :
a. Pengelolaan jalan napas
• Buka jalan nafas, gunakan teknik head chin lift atau jaw thrust bila perlu
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Lakukan fisioterapi dada jika perlu
• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
• Berikan bronkodilator bila perlu
• Monitor respirasi dan status oksigen
• Terapi oksigen
• Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
17
• Pertahankan jalan nafas yang paten
• Atur peralatan oksigenasi
• Monitor aliran oksigen
• Pertahankan posisi pasien
• Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
• Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
b. Pemantauan pernapasan
• Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan usaha respirasi
• Perhatikan pergerakan dada
• Pantau respirasi yang berbunyi
• Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal.

DK III : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan


dan suplai oksigen
NOC :
• Daya tahan
• Penghematan energi
• Perawatan diri : Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
Kriteria evaluasi :
• Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan daya tahan ,
penghematan energi, dan perawatan diri : aktivitas sehari-hari
• Menunjukan penghematan energi
NIC :
a. Terapi aktivitas
b. Pengelolaan energi
• Tentukan penyebab keletihan
• Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
• Pantau respon oksigen pasien
• Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber-sumber energi
• Pantau/dokumentasikan pola istirahat pasien dan lamanya waktu tidur.

18
BAB III

Tindakan Melakukan AED (Automated External Defibrilator)

AED adalah sebuah defibrilator yang bekerja secara komputer yang dapat :
1. Menganalisa irama jantung seorang korban yang mengalami henti jantung.
2. Mengenal irama yang dapat dilakukan tindakan defibrilasi ( shock)
3. Memberikan petunjuk pada operator ( dengan memperdengarkan suara atau dengan
indikator cahaya)

AED digunakan jika korban mengalami henti jantung :


1. Tidak berespon
2. Tidak bernafas
3. Nadi tidak teraba atau tanda - tanda sirkulasi lain

Elektroda adhesif ditempatkan pada dada korban dan disambungkan ke mesin AED, paddle
elektroda mempunyai 2 fungsi yaitu :
1. Menangkap sinyal listrik jantung dan mengirimkan sinyal tersebut ke komputer.
2. Memberikan shock melalui elektroda jika terdapat indikasi.

Defibrilasi dan kardioversi dilakukan dengan menggunakan defibrilator

19
Defibrilator adalah alat yang dapat digunakan untuk :
1.Pemantauan gambaran irama jantung.
2.Defibrilasi
3.Kardioversi
4.Pacu jantung transkutan (TCP)

1. Pemantauan gambaran irama jantung

Untuk memantau gambaran irama jantung dapat menggunakan paddle atau menggunakan
elektroda. Syarat pemantauan, dinding dada harus terbuka / letak elektroda tidak
mengganggu tempat untuk meletakkan paddle jika terapi listrik diperlukan dan
gelombang-gelombang EKG harus jelas sehingga mudah dibedakan antara gelombang P,
QRS, dan T. Umumnya lead II memberikan gambaran irama jantung yang lebih jelas.

2. Defibrilasi
Defibrilasi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu yang singkat
secara asinkron.

Indikasi :
1. VF
2. VT tanpa nadi
3. VT polymorphyc yang tidak stabil

Defibrilasi harus dilakukan sedini mungkin dengan alasan :


1. Irama yang didapat pada permulaan henti jantung umumnya adalah ventrikel fibrilasi
(VF)
2. Pengobatan yang paling efektif untuk ventrikel fibrilasi adalah defibrilasi.
3. Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin kurang kemungkinan keberhasilannya.
4. Ventrikel fibrilasi cenderung untuk berubah menjadi asistol dalam waktu beberapa
menit.

20
Alat yang dipergunakan
1. Defibrilator
Defibrilator adalah alat yang dapat memberikan shock listrik dan dapat menyebabkan
depolarisasi sementara dari jantung yang denyutnya tidak teratur, sehingga
memungkinkan timbulnya kembali aktifitas listrik jantung yang terkoordinir. Enerji
dialirkan melalui suatu elektrode yang disebut paddle. Defibrilator diklasifikasikan
menurut 2 tipe bentuk gelombangnya yaitu monophasic dan biphasic. Defibrilator
monophasic adalah tipe defibrilator yang pertama kali diperkenalkan, defibrilator biphasic
adalah defibrilator yang digunakan pada defibrilator manual yang banyak dipasarkan saat
ini.

2. Jeli

Jeli digunakan untuk mengurangi tahanan dada dan membantu menghantarkan aliran
listrik ke jantung, jeli dioleskan pada kedua paddle.
3 Energi
Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi awal 360 joule dengan menggunakan monophasic
deflbrilator, dapat diulang tiap 2 menit dengan energi yang sama, jika menggunakan
biphasic deflbrilator energi yang diperlukan berkisar antara 120 - 200 joule.

Prosedur defibrilasi
1. Nyalakan deflbrilator
2. Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser tombol enerji
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks jantung dan paddle
sternum diletakkan pada garis sternal kanan di bawah klavikula.
5. Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk mengetahui enerji sudah
penuh, banyak macamnya tergantung dari defibrilator yang dipakai, ada yang
memberi tanda dengan menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang memberi
tanda dengan bunyi bahkan ada juga yang memberi tanda dengan nyala lampu.
6. Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar tidak ada lagi
anggota tim yang masih ada kontak dengan pasien atau korban, termasuk juga yang
mengoperatorkan defibrilator, sebagai contoh:

21
"Enerji siap "
"Saya siap "
"Tim lain siap"
7. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/ VT tanda nadi,
pastikan enerji sesuai dengan yang diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah
asinkron, jika semua benar, berikan enerji tersebut dengan cara menekan kedua tombol
discharge pada kedua paddle. Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien
(beban tekanan pada paddle kira-kira 10 kg).
8. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau tetap sama scperti
sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi untuk menentukan perlu tidaknya
dilakukan RJP, jika tidak berubah lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey
kedua.

3. Kardioversi

Kardioversi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu singkat
secara sinkron.

Indikasi
1. Ventrikel Takikardi
2. Supra Ventrikel Takikardi
3. Atrial flutter
4. Atrial Fibrilasi

Alat yang dipergunakan


1. Defibrilator yang mempunyai modus sinkron
2. Jeli
3. Troli emergensi, terutama alat bantu napas
4. Obat-obat analgetik dan sedatif
5. Elektrode EKG

Energi
Energi awal untuk SVT dan Atrial Flutter adalah 50 joule, apabila tidak berhasil enerji
dapat dinaikan menjadi 100 joule, 200 joule, 300 joule dan 360 joule.
22
Untuk VT monomorphic dan Atrial Fibrilasi, energi awal adalah 100 jule dan dapat
dinaikan sampai 360 joule. Sedangkan untuk VT polymorphic besarnya energi dan modus
yang dipakai sama dengan yang digunakan pada tindakan defibrilasi
Prosedur
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan tindakan deflbrilasi, hanya pada saat menekan
tombol discharge kedua tombol tersebut harus ditekan agak lama, karena modul yang
dipakai adalah modul sinkron dimana pada modul ini energi akan dikeluarkan (diberikan )
beberapa milidetik setelah defibrilator tersebut menangkap gelombang QRS. jika
deflbrilator tidak dapat menangkap gelombang QRS enerji tidak akan keluar. Pasien
dengan takikardi walaupun mungkin keadaannya tidak stabil akan tetapi kadang pasiennya
masih sadar, oleh sebab itu jika diperlukan tindakan kardioversi, maka pasien perlu
diberikan obat sedasi dengan atau tanpa analgetik.
(RSPJHK : Standar ACLS (2005))

4. Pacu jantung transkutan (TCP)

Pacu jantung transkutan biasa disebut juga dengan External Pacing/ Non Invasive Pacing/
Transchest Pacing/ External Transthoracal Pacing.
Alat ini bersifat sementara sampai Pacu jantung transvenous tersedia atau penyebab
bradikardi teratasi. Indikasi pemasangan alat ini untuk pasien dengan bradikardi yang tidak
respon dengan obat-obatan atau dapat dicoba pasien asistol. Peralatan yang diperlukan
untuk tindakan ini yaitu defibrilator yang mempunyai modul untuk pacu jantung
transkutan, adhesive pads, obat sedasi/ analgesi.

Prosedur
1.Elektroda atau adhesive pads ditempel pada dinding dada pada posisi standar atau
postero anterior.
2.Tentukan modul pacu jantung yang akan dipakai : demand atau fixed rate
3.Tentukan rate atau frekuensi yang dibutuhkan
4.Tentukan output yang diperlukan (30-200 mV)
5.Berikan analgesi/sedasi
6.Tekan tombol start

23
Defibrilasi dengan menggunakan AED ( Automatic External Defibrilator )
AED adalah defibrilator yang menggunakan sistem komputer yang dapat menganalisa irama
jantung, menganaliisis tingkat energi defibrilasi yang sesuai dan dapat memberikan petunjuk
pada penolong dengan menggunakan perintah-perintah secara lisan untuk mengarahkan
tindakan. AED dapat memberikan petunjuk visual yangbaik untuk peletakan elektroda,
elektroda itu sendiri diberi kode dengan warna-warna dan gambar ilustrasi cara
pemasangannya.

Petunjuk visual yang timbul berupa cahaya lampu merah, kuning atau berkedip, lisan (suara
yang dikeluarkan AED), dan instruksi tertulis dari AED untuk menganalisa irama dan
kemudian memberikan energi kepada pasien. Jika defibrilasi tidak berhasil, lanjutkan
survei ABCD sekunder (algoritme VF/VT tanpa nadi) jika alat, obat-obatan dan tenaga
tersedia.

24
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I.M dan Suastika, I.K. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta :
EGC.
Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, A.W. et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Interna
Publishing.
Yuniadi, Y. (2009). Clinical Aplication of Amiodarone Trials, 30(1), 25–31.
Zagoto, R.R. 2012. Komplikasi-Dan-Prognosis-Aritmia-Rabel-Qori.

25

Anda mungkin juga menyukai