Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TAKIKARDIA


VENTRIKEL DI RUANG ICCU RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh
Aulana Ikhsan Fajar, S.Kep
NIM 192311101147

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2020
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Definisi Penyakit


Ventrikel takikardi memiliki tiga atau lebih premature ventricular
contraction (PVC) atau ventricular extrasystoles (VES) dengan laju lebih dari 120
kali permenit (Sudoyo dkk, 2009). Ventrikel takikardi (VT) adalah disritmia
jantung yang diakibatkan oleh peningkatan iritabilitas miokard (Muttaqin, 2012).
Ventrikel takikardi merupakan denyut jantung cepat yang dimulai di ruang
jantung bagian bawah (ventrikel). Konduksi listrik ventrikel berlangsung
abnormal sehingga mengganggu sinyal listrik yang datang dari nodus sinoatrial,
alat pacu jantung alami sehingga tidak memungkinkan cukup waktu bagi jantung
untuk terisi sebelum berkontraksi, sehingga aliran darah ke seluruh tubuh
terganggu. Takikardia ventrikel biasanya berhubungan dengan masalah jantung
termasuk penyakit arteri koroner, kardiomiopati, prolaps katup mitral, kelainan
katup jantung, dan penyakit lain seperti sarkoidosis (Kamus Kesehatan).
Ventrikel Takikardi didefinisikan sebagai tiga atau lebih denyut ventrikel
berturut-turut yang terjadi lebih dari 100 denyut/menit. Dan juga adanya
kompleks abnormal dan durasi yanglebih panjang dari 120 ms. Ventrikel
Takikardi yang berlangsung lebih dari 30 senconds disebut dengan Ventrikel
Takikardi sustainedse dangkan Ventrikel Takikardi yang berlangsung kurang dari
30 detik disebut Ventrikel Takikardi nonsustained. Ventricular tachycardia
Ventrikel Takikardi dapat diklasifikasikan menurut durasi, morfologi,dan efek
hemodinamik. Ventrikel Takikardi nonsustained berakhir secara spontan tanpa
mempengaruhi hemodinamik. Ventrikel Takikardi sustained adalah Ventrikel
Takikardi yang berlangsung lebih dari 30 detik dan atau membutuhkan
intervensi untuk penghentian atau mengakibatkan perubahan hemodinamik berat
atau sinkop. Takikardia ventrikel digambarkan sebagai monomorphic ketika
setiap kompleks QRS sama dengan kompleks QRS berikutnya. Ketika
gelombang kompleks QRS selama takikardia jenisnya bervariasi, maka
diklasifikasikan sebagai Ventrikel Takikardi jenis polimorfik. Torsadesde
pointesadalah bentuk VT polimorfik yang sering dikaitkan dengan QT interval
yang berkepanjanga.
A. Takikardia ventrikel (VT) tidak menetap
Disebut takikardi vetrikel apabila mempunyai 3 atau lebih ekstrasistol
ventrikel berturut-turut (denyut nadi lebih dari 100/menit). Dibedakan
atas:
a. TV paroksismal (monomorfik atau polimorfik) dengan atau tanpa
keluhan.
b. TV monomorfik repetitif
Episode TV berulang dengan konfigurasi QRS uniform terjadi
sepanjang hari dan kompleks QRS normal di antara serangan.
Prognosis penderita dengan TV jenis ini tergantung pada kelainan dan
fungsi miokard (Bakta, 1999).
B. Takikardi ventrikel tetap
Jika TV terjadi selama 15 hingga 30 detik atau TV minimal 100 ESV.
Umumnya hampir selalu simtomatik. Keluhan tergantung pada kecepatan
takikardi, tonus vaskuler perifer dan adanya keadaan patologik. Penderita dengan
kelainan pembuluh darah serebral akan merasa pusing hingga sinkop dan
penderita JK akan merasakan nyeri dada. Perlu diingat pada penderita dengan
fungsi miokard normal hanya merasakan palpitasi ada waktu TV dengan keceatan
200 denyut/menit. Oleh karena itu tidak boleh menganggap aritmia
suraventrikular hanya ditolerir oleh penderita tertentu tapi merupakan irama yang
secara elektrik tidak stabil dan selalu timbul resiko berubah menjadi fibrilasi
vetrikel (Bakta, 1999).
1.2 Konsep Ventrikel Takikardi (VT)
Ventrikel Takikardi adalah kecepatan ventrikel sekurangnya 120 detik per
menit yang terjadi di ventrikel. Ventrikel Takikardi yang berlanjut (Takikardi
ventrikuler bertahan setidaknya 30 detik) terjadi pada penyakit jantung yang
bervariasi yang merusak ventrikel. Sering kali hal itu terjadi seminggu atau
beberapa bulan setelah serangan jantung. Disritmia ini disebabkan oleh
peningkatan iritabilitas miokard, seperti pada PVC. Penyakit ini biasanya
berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi
ventrikel. Takikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus di anggap sebagai
keadaan gawat darurat. Irama ventrikular yang dipercepat dan takikardi ventrikel
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Frekuensi : 150-200 denyut per menit
b. Regularitas : regular
c. Gelombang P : biasanya tenggelam dalam komplek QRS, bila terlihat tidak
selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel tidak
berhubungandengan kontraksi atrium. (kecepatan atrium yang tidak
berhubungan)
d. Rasio P-QRS : bervariasi
e. Interval PR : tidak ada
f. Lebar QRS: terlihat lebar dan aneh
Ventrikel takikardi adalah aritmia ventrikel yang terjadi sewaktu kecepatan denyut
ventrikel mencapai 100 sampai 200 kali per menit. Volume sekuncup akan
berkurang akibat waktu pengisian yang sangat terbatas. Ventrikel takikardi yang
berlangsung lama merupakan keadaan gawat darurat yang menjadi pertanda henti
jantung. Tiga atau lebih ventrikel ekstra sistole (VES) yang berturut-turut dapat
disebut ventrikel takikardia. Irama biasanya teratur , gelombang P tidak ada dan
gelombang QRS yang lebar. Ventrikel takikardi dapat terjadi sebagai irama yang
pendek dan tidak terus-menerus atau lebih panjang dan terus- menerus.
1.3 Tanda Dan Gejala Ventrikel Takikardi (VT)
Tanda dan gejala yang dapat dikaji berdasarkan jenis aritmia ventrikel yaitu :
a. Palpitasi
b. Nyeri dada
c. Pusing
d. Lemah
e. Penurunan kesadaran yang reversible
f. Irama tidak teratur
g. Rate atrial normal
h. Ventrikel cepat
i. PR interval tidak dapat diukur
j. QRS kompleks pada VES lebar lebih dari 0,12 second

1.4 Klasifikasi
Secara umum Ventrikel takikardi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Monomorfik
VT yang memiliki kompleks QRS yang sama pada setiap denyutan dan
menandakan depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama (Sudoyo
dkk, 2009).
b. Polimorfik
Ventrikel takikardi yang memiliki kompleks QRS yang bervariasi
(berubah) dan menunjukkan adanya urutan depolarisasi yang berubah dari
beberapa tempat. Pada umumnya disebabkan oleh infark miokard. Bila VT
berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained dan sebaliknya bila
kurang dari 30 detik disebut non sustained (Sudoyo dkk, 2009).
Klasivikasi Ventrikel takikardi berdasarkan etiologinya :
a. Ventrikel takikardi ideopatik : alur keluar ventrikel kanan Umumnya VT
jenis ini disebabkan oleh proses automatisasi, trigerred activity, dan
takikardi dengan perantaraan siklik AMP yang dirangsang oleh saraf
adrenergic dan sensitive terhadap peningkatan kalsium intrasel
b. Ventrikel takikardi idiopatik ventrikel kiri: istilah lain untu kVT jenis ini
adalah takikardi fasikular karena adanya proses reentry pada fasikel
anterior dan posterior sebagai penyebab takikardi.
c. Ventrikel takikardi kardiomiopati dilatasi non iskemia
Bundle branch reentrant Ventrikel takikardi, VT jenis ini ditemukan
pada pasien kardiomiopati dilatasi idiopatik (noniskemia). Secara klinis,
Ventrikel takikardi jenis ini berbahaya sehingga menyebabkan sinkop atau
henti jantung. Arrhytmogenic right ventricular dysplasia (ARVD) VT
yang terdapat infiltrasi lemak dan jaringanparu pada miokard ventrikel
kanan. Karakteristiknya adalah kompleks QRS denganmorfologi blok
berkas. Tatalaksan jenis VT ini adalah ICD (implantable cardioverter
defibrilator) yang efektif mencegah kematian jantung mendadak
d. Ventrikel takikardi ischemia disebabkan oleh penyakit jantung koroner
seperti infark miokard akut (Boru, 2011)
1.5 Etiologi
1. Idiopatik, tidak dapat ditentukan penyakit dasarnya.
2. Penyakit jantung koroner (PJK) seperti infark miokard akut (IMA), pasca
IMA
3. Kardiomiopati (kongestif atau dilatasi, hipertrofik, miokarditis akut,
alkoholik).
4. Penyakit jantung rematik terutama pada pasca penggantian katup.
5. Penyakit jantung hipertensi.
6. Prolap katup mitral.
7. Payah jantung akibat PJK, PJR, PJH, atau ideopatik.
8. Metabolik (hipokalemia, hipertiroid).
9. Sindrome QT memanjang.
10. Gejala-gejala yang sering muncul pada penyakit paru,trauma jantung,
obat-obatan dan sarkoidosis. (Bakta dkk, 1999).
1.6 Manifestasi klinis
a. Asimtomatik
b. Simtomatik
1. Palpitasi
a) Denyut jantung keras
b) Denyut jantung berhenti
c) Pukulan di daerah dada
d) Dada bergetar
e) Denyut jantung cepat
f) Denyut jantung tidak teratur
2. Pusing hingga sinkop, dyspneu
3. Keluhan penyakit dasar seperti payah jantung yang memburuk, angina
pektoris, dan lain-lain. (Bakta dkk, 1999).
Irama ventrikular yang dapat di ketahui dengan EKG adalah sebagai berikut :
a. Frekuensi 150-200 denyut permenit
b. Gelombang P biasanya tenggelam dalma kompleks QRS, bila terlihat tidak
selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel tidak
berhubungan dengan kontraksi atrium.
c. Kompleks QRS mempunyai konfigurasi yang sama dengan konfigurasi
PVC, yaitu lebar dan aneh, dengan gelombang T terbalik.
d. Hantaran berasal dari ventrikel dengan kemungkinan hantaran retrograde
ke jaringan penyambung dan atrium.
e. Irama biasanya reguler, tetapi dapat juga terjadi takikardia ventrikel
ireguler.(Muttaqin, 2012).
1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi, gangguan
irama jantung dan efek ketidak seimangan elektrolit dan obat jantung
b. Monitor holter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana
gangguan irama jantng timbul dapat juga mengevaluasi fungsi pacu
jantung
c. Rongen dada
Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel dan katup
d. Scan pencitraan miokard
Dapat menunjukkan area iskemik atau kerusakan miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal dinding dan kemampuan pompa
e. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
menyebabkan gangguan irama jantung
f. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat menyebabkab atau
meningkatnya gangguan irama jantung
g. Laju sedimentasi
Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut atau aktif
(endocarditis sebagai factor pencetus gangguan irama jantung)
1.8 Pathway
Frekuensi impuls ventrikel

Depolarisasi menyebar tidak terorganisir


Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan diatas, dapat
disimpulkan bahwa kondisiPelebaran
klien dengan
gelombangventikel
QRS takikardi memiliki gangguan
konduksi impuls di jantung yang mengakibatkan adanya peningkatan pada area
Aktivitas muskular tidak terkoordinir dalam ventrikel
ventrikelnya. Dalam keadaan normal, depolarisasi kedua ventrikel jantung terjadi
secara simultan dan cepat. Namun adanya
Aliran darah aktivasi dari miokardium di ventrikel
ke arteri

secara langsung akan membuat depolarisasi menjadi tidak simultan dan


Fibrilasi ventrikel
ditampakkan dengan adanya pelebaran pada gelombang QRS. Hal ini membuat
aktivitas pada muskular didalam
Hantaranventrikel menjadi tidak terorganisir, sehingga
elektris abnormal

membuat suplai darah dalam arteri menurun. Hal ini juga dapat membuat
Frekuensi jantung
gangguan pada irama jantung (terjadinya fibrilasi ventrikel) yang secara normal
Penurunan curah
jantung harusnya
jantung
berdenyut, menjadi hanya bergetar. Akibatnya, jantung tidak
Curah jantung

mampu memompa darah ke seluruh tubuh dengan maksimal sehingga terjadinya


Kebutuhan O 2 tidak
penurunan curah jantung.
Jantung yang tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh dapat
Hipoksia

mengakibatkan pasokan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ-


Gangguan
organ tubuh akan Kelemahan
berhenti.fisik
Akibatnya, klienSuplai
dapat mengalami hipoksia
jaringan karena
perfusi jaringan
kebutuhan akan oksigen tidak terpenuhi. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
Fatigue Stimulus Otak
kelemahan fisik pada klien yang dapat membuatnya menjadi intoleransi
Intoleransi
aktivitas. Turunnya suplai oksigen dalam jaringan juga akan mengakibatkan
aktivitas Distres GIT Kurang Defisiensi
perufsi jaringan perifer tidak efektif. Otak sebagai pusat pengetahuan
pengendali akan
pengetahuan

menjadi terganggu apabila kekurangan oksigen. Tubuh akan lemas dan sering
Intake nutrisi
Cemas
pusing. Klien menjadi hilang nafsu makan sehingga akan mengakibatkan defisit
Defisit
nutrisi. Klien juga akan merasa ansietas terkait kondisinya karenaAnxiety
Nutrisi klien memiliki
defisit pengetahuan terkait penyakit yang dialaminya.
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang adanya sinkop (pingsan), baik yang dahulu
maupun sekarang, kepala ringan, kelelahan, nyeri dada, berdebar-debar,
tekanan darah tinggi, perubahan status mental, kedinginan, dan kulit pucat.
Pasien juga mengeluhkan pusing dan penglihatan kabur.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti
aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
c. Riwayat penyakit keluarga
Pada riwayat keluarga ditanyakan apakah keluarga pernah mengalami hal
yang sama dengan pasien, adakah penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
dan penyakit genetik lainnya.

2.1.2 Pengkajian Pola Gordon-NANDA


Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi sehat dan manajemen sehat
Menanyakan riwayat alergi , perawat menanyakan bagaimana reaksi obat
dan alergi yang pernah dialami. Konfirmasi penyakit darah yang
berhubungan dengan keturunan dan riwayat keluarga yang cenderung
terhadap penyakit arteri coroner, penyakit vascular seperti claudication
intermiten , varicosities. Tanyakan riwayat kesehatan keluarga pada
kondisi non cardiac seperti astma, penyakit ginjal dan kegemukan harus di
kaji karena dapat berakibat pada system kardiovaskuler.
b. Pola nutrisi metabolik
Kelebihan berat badan dan kekurangan berat badan dapat
mengidentfikasikan sebagai masalah kardiovaskuler. Tipe diet sehari-hari
perlu dikaji untuk mengetahui gaya hidup pasien. Jumlah asupan garam
dan lemak juga perlu dikaji.
c. Pola Eliminasi
Warna kulit, temperatur, keutuhan/integritas dan turgor mungkin dapat
mengimformasikan tentang masalah sirkulasi. Arterisklerosis dapat
menyebabkan eksterimitas dingin dan sianotik dan odema dapat
mengidentifikasi gagal jantung . Pasien dengan diuretik dapat dilaporkan
ada peningkatan eliminasi urin. Masalah-masalah dengan konstipasi harus
dicatat. Mengedan atau valsava manufer harus di hindari pada pasien
dengan masalah kardiovaskuler.
d. Pola latihan – aktifitas
Keuntungan latihan pada kesehatan kardiovaskuler tidak dapat disangkal.
Dengan latihan aerobik yang benar menjadi sangat bermamfaat,dan
Perawat harus dengan hati-hati dalam menentukan latihan, lama latihan,
frekuensi dan efek yang tidak diinginkan yang akan timbul selama latihan.
Lamanya waktu latihan harus di catat, gejala-gejala lain yang
mengidentifikasi dari masalah kardiovaskuler misalnya sakit kepala, nyeri
dada , nafas pendek selama latihan harus di catat. Pasien juga harus
ditanya kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
e. Pola istirahat – tidur
Masalah-masalah kardiovaskuler sering kali mengganggu tidur. Banyak
pasien dengan gagal jantung membutuhkan tidur dengan kepala mereka di
tinggikan dengan bantal dan perawat mencatat jumlah bantal yang
diperlukan untuk kenyamanan. Nokturia sering kali ditemukan pada pasien
dengan masalah kardiovaskuler, yang menggangu pola tidur yang normal.
f. Pola kognitif – persfektif
Perawat menanyakan ke pasien tentang masalah persepsi kognitif.
g. Pola persepsi - konsep diri
Jika ada kejadian kardiovaskuler yang akut, biasanya persepsi diri pasien
sering terpengaruhi. Diagnostik invasif dan prosedur paliatif sering
berperan penting. Pasien dengan masalah kardiovaskuler kronik biasanya
pasien tidak dapat mengidentifikasi penyebabnya.
h. Pola hubungan peran
Diskusikan dengan pasien status perkawinan, peran dalam rumah tangga,
jumlah anak dan usia mereka, lingkungan tempat tinggal dan pengkajian
lain yang penting dalam mengidentifikasi kekuatan dan suffort
sistemdalam kehidupan pasien. Perawat juga harus mengkaji tingkat
kenyamanan atau ketidak nyamanandalam menjalankan fungsi peran yang
berpotensi menjadi stress atau konflik.
i. Pola sexuality dan reproduksi
Pasien dengan masalah kardiovaskuler biasanya berefek pada pola sex dan
kepuasaan. pasien memiliki rasa ketakutan akan kematian yang tiba-tiba
saat berhubungna sexual dan menyebabkan perubahan utama pada
kebiasaan sex. Fatique atau nafas pendek dapat juga membatasi aktifitas
sex. Impoten dapat menjadi tanda dari gangguan penyakit kardiovaskuler
perifer, ini merupakan efek samping dari beberapa pengobatan yang
digunakan untuk mengobati masalah - masalah kardiovaskuler seperti beta
bloker, diuretik. Konseling pasien dan pasangan dapat dianjurkan.
j. Pola toleransi koping stress
Pasien harus ditanya untuk mengidentifikasi stress atau kecemasan.
Metode koping yang biasa dipakai harus dikaji, perilaku-perilaku explosif,
marah dan permusuhan dapat dihubungkan dengan resiko penyakit
jantung. Informasi tentang dukungan sistem keluarga, teman-teman,
psikolog atau pemuka agama dapat memberikan sumber yang terbaik
untuk mengembangkan rencana perawatan.
k. Pola nilai-nilai dan kepercayaan
Nilai-nilai dan kepercayaan individu dipengaruhi oleh kultur dan
kebudayaan yang berperan penting dalam tingkat konflik yang dihadapi
pasien ketika dihadapkan dengan penyakit kardiovaskuler.
Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan umum dan karena kerja.
Tanda : Perubahan frekuensi jantung/TD dengan aktivitas/olahraga
b. Sirkulasi
Gejala: Riwatar IM sebelumnya/akut (90%-95% mengalami disritmia),
kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi.
Tanda : Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi selama periode
disritmia.
Nadi : mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat, pulsus altenan (denyut
kuat teratur/denyut lemah), nadi bigeminal (denyut kuat tak teratur/denyut
lemah).
Deficit nadi (perbedaan antara nadi apical dan nadi radial).
Bunyi jantung : irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat
(gagal jantung, syok).
Edema : dependen, umum, DVJ (pada adanya gagal jantung).
Haluaran urine : menurun bila curah jantung menurun berat.
c. Integritasi Ego
Gejala : Perasaan gugup (disertai takiaritmia), perasaan terancam. Stressor
sehubungan dengan masalah medik.
Tanda : Cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis.
d. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, anoreksia. Tidak toleran terhadap makanan
(karena adanya obat). Mual/muntah. Perubahan berat badan
Tanda : Perubahan berat badan, dema, perubahan pada kelembaban
kulit/turgor. Pernapasan krekels.
e. Neuro Sensori
Gejala : Pusing, berdenyut, sakit kepala.
Tanda : Status mental/sensori berubah, contoh disorientasi, bingung,
kehilangan memori, perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan, koma.
Perubahan perilaku, contoh menyerang, letargi, halusinasi. Perubahan
pupil (kesamaan dan reaksi terhadap sinar). Kehilangan refleks tendon
dalam dengan disritmia yang mengancam hidup (takikardia ventrikel ,
bradikardia berat).
f. Nyeri / Ketidak Nyamanan
Gejala : Nyeri dada, ringan sampai berat, dimana dapat atau tidak bisa
hilang oleh obat anti angina
Tanda : Perilaku distraksi, contoh gelisah.
g. Pernapasan
Gejala : Penyakit paru kronis. Riwayat atau penggunaan tembakau
berulang. Napas pendek. Batuk (dengan /tanpa produksi sputum).
Tanda : Perubahan kecepatan/kedalaman pernapasan selama episode
disritmia. Bunyi napas : bunyi tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin
ada menunjukkan komplikasi pernapasan, seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal.
h. Keamanan
Tanda : Demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema, edema
(trombosis superficial), kehilangan tonus otot/kekuatan.
i. Penyuluhan
Gejala : Faktor risiko keluarga contoh, penyakit jantung, stroke.
Penggunaan/tak menggunakan obat yang disresepkan, contoh obat jantung
(digitalis); anti koagulan (coumadin) atau obat lain yang dijual bebas,
contoh sirup batuk dan analgesik berisi ASA. Adanya kegagalan untuk
memperbaiki, contoh disritmia berulang/tak dapat sembuh yang
mengancam hidup.
2.1.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan meliputi pemeriksaan umum, nadi,
tekanan darah, pemeriksaan dada.
a. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum yang dilakukan ialah dengan memeriksa tanda-tanda vital
pasien untuk mencari tanda-tanda demam, hipertensi, hipotensi, bradikardia,
takipnea, dan rendahnya saturasi oksigen.
1. Tangan
Yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi tremor, sianosis perifer,
jari tabuh.
2. Wajah dan leher
Pemeriksaan kepala dan leher harus memerhatikan abnormalitas pada
pulsasi vena jugularis. Dibandingkan dengan pulsasi karotid atau
auskultasi irama jantung dan penemuan hipertiroidism seperti
pembesaran tiroid dan eksopthalmus. Pemeriksaan konjungtiva untuk
mengetahui adanya anemia atau tidak sedangkan lidah atau bibir untuk
mengecek sianosis sentral. Sianosis sentral bisa disebabkan karena
saturasi oksigen dalam arteri menurun. Kelopak mata dapat diperiksa
untuk mengetahui apakah terdapat xantelasma berupa plak kuning
yang dapat berarti terdapat hiperlipidemia.
3. Abdomen
Palpasi pembesaran atau nyeri tekan hati (hepatomegali), ascites
(peningkatan cvp, gagal jantung), splenomegali (endokarditis infektif).
4. Ekstremitas bawah , pergelangan kaki
Yang perlu dinilai adalah adanya edema serta tanda-tanda penyakit
vaskular perifer.
b. Nadi
Sebagai perbandingan, denyut nadi yang normal berkisar antara 60-90
kali/menit, melambat seiring usia serta pada atlet. Disebut takikardi jika
frekuensi di atas 100 kali per menit. Bandingkan nadi pada radialis dengan
denyutan apeks. Jika terjadi penundaan, ada kemungkinan terjadi fibrilasi
atrium. Juga dengan nadi femoral/ekstremitas bawah, yang jika terjadi
penundaan bisa dicurigai aterosklerosis maupun stenosis aorta. Jika terjadi
perubahan frekuensi nadi pada saat bernafas, tidak menjadi masalah karena
memang suatu hal yang normal (aritmia sinus). Pada pemeriksaan nadi, yang
perlu kita perhatikan adalah apakah terdapat denyut nadi yang iregular serta
karakternya.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah dan frekuensi denyut jantung harus diukur pada perubahan
ortostatik. Saat istirahat, tekanan sistolik arterial dewasa normalnya
<150mmHg, diastolik <90mmHg. Sistolik bisa meningkat seiring usia serta
pada ansietas (white coat syndrome). Pengukuran tekanan vena jugularis
(JVP) dapat dilakukan untuk mengukur tekanan atrium kanan secara tidak
langsung. JVP akan meningkat pada gagal jantung dan kelebihan volume.
Normalnya adalah berkisar 6-8 mmH2O. Jika kurang dari 5 mmH2O dapat
berarti hipovolemik sementara jika lebih dari 9 mmH2O, dapat berarti
terdapat gangguan pada pengisian kardiak.
d. Pemeriksaan Dada
Pada pemeriksaan dada, pasien diposisikan dengan nyaman pada tempat tidur
dengan dada membentuk sudut ~ 45⁰. Periksalah apakah adanya parut bekas
pembedahan dan deformitas.
1. Palpasi
Denyutan apeks biasanya pada ruang sela iga kelima, garis
midklavikular (area mitral). Bisa terdapat beberapa variasi, di
antaranya:
Menghilang, bisa terjadi pada obesitas, hiperinflasi, efusi pleura.
Tergeser: kardiomegali, pneumotoraks
Tapping (menyentak): stenosis mitral.
Ganda: hipertrofi ventrikel.
Heaving (sangat kuat dan stabil): kelebihan tekanan (hipertensi),
stenosis aorta
Parasternal heave: hipertrofi ventrikel kanan
2. Auskultasi
Auskultasi jantung dilakukan untuk memastikan frekuensinya dan
regularitas irama jantung. Selain itu, kenalpasti jika ada murmur atau
bunyi jantung ekstra yang mungkin mengindikasikan penyakit jantung
structural mahupun penyakit vulvular. Bunyi jantung ada dua, yaitu S1
dan S2. Bunyi S1 yang kencang dapat menandakan adanya stenosis
katup AV serta ada pemendekan interval PR. Jika lembut, dapat
dicurigai adanya regurgitasi mitral , PR yang panjang serta gagal
jantung. Sementara itu, pada bunyi S2, jika suaranya kencang:
hipertensi sistemik atau pulmonal.
e. Pemeriksaan neurologik
Dilakukan untuk mengenal pasti ada atau tidaknya resting tremor atau
brisk reflexes (menunjukan stimulasi simpatis yang berlebihan). Jika
adanya penemuan neurologik yang abnormal biasanya lebih mengarah
pada kejang daripada kelainan jantung jika sinkop merupakan salah satu
gejalanya. Penemuan klinis penting yang boleh dikaitkan dengan kejadian
palpitasi :
1. Rasa kepala ringan atau sinkop
2. Nyeri dada (angina)
3. Onset baru irama jantung yang tidak regular
4. Frekuensi jantung melebihi 120 kali/menit atau kurang 45 kali/menit
pada wakturehat.
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
a. Denyut jantung melebihi 100 kali per menit dan bisa menjadi sangat cepat
dengan frekuensi > 150 kali per menit pada keadaan SVT dan VT
b. Takipnea
c. Hipertensi
d. Sering disertai gelisah hingga penurunan kesadaran pada kondisi yang tidak
stabil.
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan inadekuat suplay
oksigen ke jaringan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan asupan intake tidak adekuat
5. Defisit pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi
6. Tingkat Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita
2.3 Intervensi/Nursing Care Plan
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Penurunan curah jantung Tujuan: 1.
Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan
berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam klien curah jantung
perubahan irama jantung mengalami peningkatan curah jantung 2.
Monitor tekanan darah
Kriteria Hasil: 3.
Monitor saturasi oksigen
1. Kekuatan nadi perifer meningkat 4.
Posisikan pasiem semi fowler dan atau fowler
2. Gambaran EKG aritmia menurun 5.
Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres
3. Dipsnea menurun jika perlu
4. Sianosis menurun 6.
Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
7.
Kolaborasi pemberian antiaritmia jika perlu
2. Perfusi jaringan perifer Tujuan: 1.
Kolaborasi dengan tenaga medis dalam
tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam klien tidak merencanakan program terapi
dengan suplai oksigen memiliki hambatan dalam beraktivitas 2.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
turun dalam jaringan Kriteria Hasil: yang mampu dilakukan
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai 3.
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari sosial
3. Tanda-tanda vital normal 4.
Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
4. Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan aktivitas
5. Status sirkulasi baik 5.
Bantu untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
6. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
3. Intoleransi aktivitas Tujuan: 1. Frekuensi nadi ketika beraktivitas tidak
berhubungan dengan Setelah diberikan perawatan selama 2x24 jam, pasien terganggu yang ditunjukkan dengan skala 5,
kelemahan/kelelahan sudah tidak mengalami intoleransi aktivitas. 2. Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas tidak
Kriteria Hasil: terganggu yang ditunjukkan dengan skala 5,
1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari- 3. Tekanan darah sistolik dan diastolik saat
hari beraktivitas tidak terganggu yang ditunjukkan
2. Kekuatan tubuh kedua ektremitas atas dan bawah dengan skala 5,
meningkat 4. Pasien tampak mudah dalam melakukan
3. Tidak ada keluhan lelah aktivitas hidup harian yang ditunjukkan dengan
skala 5.
4. Defisit nutrisi berhubungan Tujuan: 1. Identifikasi status nutrisi
dengan asupan intake tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam 2. Monitor asupan makan
adekuat status nutrisi terpenuhi 3. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
Kriteria Hasil: perlu
1. Porsi makan habis 4. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
2. Berat badan meningkat sesuai
3. Frekuensi makan meningkat 5. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
4. Nafsu makan meningkat 6. Ajarkan diet yang diprogramkan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
5. Defisit pengetahuan Tujuan: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
tentang penyebab/kondisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam informasi
pengobatan berhubungan diharapkan tingkat pengetahuan membaik 2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
dengan kurang Kriteria Hasil: 3. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
informasi/salah pengertian 1. Perilaku sesuai anjuran kesehatan
kondisi medis/kebutuhan 2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu topik 4. Ajarkan perilaku hidup berisih dan sehat
terapi 3. Persepsi yang keliru terhadap masalah 5. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
4. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

6. Tingkat ansietas Tujuan: 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah


berhubungan dengan Setelah dilakukan keperawatan 3x24 jam diharapkan 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
penyakit yang diderita tingkat ansietas menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas
Kriteria Hasil: 4. Ciptakan suasana terapeutik
1. Perilaku gelisah turun 5. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
2. Tidak ada keluhan pusing 6. Informasikan secara faktual mengenai kondisi
3. Konsentrasi meningkat klien
7. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien
8. Latih teknik relaksasi
2.4 Evaluasi Keperawatan
1. Dx : Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal
Evaluasi :
a. Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, respirasi)
b. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
c. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada sites
d. Tidak ada penurunan kesadaran
2. Dx : Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan inadekuat
suplai oksigen ke jaringan.
Evaluasi :
a. Tekanan sistol dan diastol dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortotstik hipertensi
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
3. Dx : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
Evaluasi :
a. Berpatisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah , nadi dan RR
b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
c. Tanda-tanda vital normal
d. Mampu berpindah dengan atau bantuan alat
e. Status kardiopulmonari adekuat
f. Sirkulasi status baik
g. Status respirasi pertukaran gas dan ventilasi adekuat
4. Dx : nutrisi berhubungan dengan asupan intake tidak adekuat
Evaluasi :
a. Pasien mampu menghabiskan porsi makannya
b. Pasien mengalami peningkatan berat badan
c. Pasien mengalami peningkatan pada frekuensi makannya
d. Pasien memiliki nafsu makan meningkat
5. Dx : Defisit pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi
Evaluasi :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
6. Dx : Tingkat ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita
Evaluasi :
a. Pasien menunjukkan perilaku gelisah yang menurun
b. Pasien tidak ada keluhan pusing
c. Pasien memiliki konsentrasi yang meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, Made & Suastika, Ketut. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta:EGC
Boru, C.Y. 2011. http://dokumen.tips/documents/makalah-blok-29-vt.html.
Diakses tanggal 4 Januari 2016.
Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, A.W. et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta :
Interna Publishing.
Yuniadi, Y. (2009). Clinical Aplication of Amiodarone Trials, 30(1), 25–31.
Zagoto, R.R. 2012. https://www.scribd.com/doc/111633988/Komplikasi-Dan-
Prognosis-Aritmia-Rabel-Qori. Diakses tanggal 4 Januari 2016.

Anda mungkin juga menyukai