Anda di halaman 1dari 16

GEJALA MENJELANG

KEMATIAN

KEPERAWATAN MENJELANG
AJAL DAN PALIATIF
NAMA KELOMPOK :

 Siti Aldina 152310101124


 Yulda Rachmi Shabrina 152310101207
 Aulana Ikhsan Fajar 152310101230
 Fahma Ilmi Nawa Tama 152310101324
 Berta Katrina R 162310101058
KEMATIAN

Menurut Papalia (2008) kematian merupakan fakta


biologis, akan tetapi juga memiliki aspek sosial,
kultural, historis, religius, legal, psikologis,
perkembangan, medis, dan etis. Aspek-aspek tersebut
memiliki keterkaitan antara satu sama lain.
Sedangkan Santrock (2002) mendefinisikan kematian
dengan cukup spesifik yaitu berakhirnya fungsi
biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah
serta kakunya tubuh, hal-hal tersebut dianggap cukup
jelas sebagai tanda-tanda kematian.
MACAM-MACAM KEMATIAN
 Kematian yang diantisipasi
Bebeapa orang percaya bahwa kematian yang telah diketahui
terlebih dahulu atau diantisipasi terlebih dahulu dapat
memudahkan orang-orang untuk mengatasi duka cita
daripada kematian secara tiba-tiba, contoh : pasien dengan
penyakit menahun.
 Kematian mendadak

Pada kematian mendadak dapat muncul dalam konteks


tertentu, misalnya perang mengakibatkan suatu keadaan
tertentu yang melingkupi kematian, dan keadaan ini
mempengaruhi sikap seseorang dalam mengatasi rasa
berduka cita.
ISU-ISU DALAM MENJELANG
KEMATIAN
Secara umum, jelang ajal berlangsung dalam tiga
fase:
1. Fase Agonal (agonal phase), fase rusaknya
denyut jantung teratur
2. Kematian Klinis (clinical death), jeda singkat
bagi masih mungkinnya dilakukan penyelamatan
3. Kematian (mortality), atau kematian permanen
Lanjutan...

Di negara industri, kematian otak (brain death) diakui


sebagai penentu kematian, tapi tidak selalu bisa
memecahkan dilema kapan pengobatan harus
dihentikan untuk pasien tidak terobati yang tetap
dalam keadaan vegetatif tetap (presistent vegetative
state).
Mati otak adalah definisi neurologis tentang kematian,
di mana seseorang dikatakan mati otak ketika semua
aktivitas elektris otak telah berhenti selama beberapa
waktu tertentu.
PENYEBAB KEMATIAN

Kematian dapat terjadi kapan saja di sepanjang


kehidupan manusia
 Kanak-kanak : kecelakaan,penyakit
 Remaja : kecelakaan, bunuh diri, dibunuh
 Orang-orang muda : kecelakaan
 Orang dewasa : kanker, disusul penyakit jantung
 Usia 75-85 tahun keatas : penyakit jantung
TOKOH

Elisabeth Kuebler-Ross adalah seorang ahli psikiatri Swiss. Pada


tahun 1969, ia menulis buku On Death and Dying. Ia dianggap
sebagai salah seorang perintis dari Thanatology (ilmu tentang
kematian).
Kematian adalah suatu proses yang bisa berlangsung relatif singkat
atau lama. Para pasien yang diamati EKB dengan intensif adalah
sekitar 200 orang pasien terminal, umumnya penderita kanker, yang
tinggal di rumah sakit. Jadi mereka mendapat perawatan medis dan
psikologis (konseling), serta mempunyai waktu yang relatif lama
(sekitar 6 bulanan atau kurang) untuk menyiapkan diri menempuh
saat-saat akhir hidupnya, setelah mereka diberitahu tim medis
bahwa kondisinya sudah kritis. Menurut EKB, proses kematian itu
memperlihatkan tanda-tanda psikosomatis & tahaptahap emosional
(psikologis) tertentu.
TANDA-TANDA
PSIKOSOMATIS KEMATIAN
Sekitar dua minggu menjelang kematian, pasien bisa
memperlihatkan tanda-tanda psikis berupa disorientasi
mental: kekacauan dan kekeliruan dalam daya pemikiran,
perasaan dan pengamatannya. Ia bisa mengalami tiga
gejala berikut:
1. Ilusi
2. Halusinasi
3. Delusi
Ketiga gejala itu timbul karena kondisi mental pasien yang
makin menurun hingga ia kerap berada dalam kondisi
setengah sadar, seakan-akan setengah bermimpi.
ILUSI

Ilusi adalah kesalahan dalam membaca atau mentafsirkan


kesan atau stimulus indrawi eksternal. Misalnya: bunyi
angin dipersepsi sebagai suara orang menangis, harum
parfum sebagai bau mayat, rasa gatal sebagai adanya
serangga di balik selimut, ada cacing kecil dalam gelas
susu etc. Dalam kehidupan normal, kita juga bisa
mengalami ilusi indrawi semacam itu, namun pada
umumnya kita bisa segera melakukan koreksi atasnya.
Dalam diri pasien yang terminal, kemampuan untuk
mengkoreksi-diri itu telah menurun/menghilang hingga
ilusi itu bisa sungguh terasa sebagai real.
HALUSINASI
Lain dari ilusi yang terjadi kerna stimulus indrawi eksternal, halusinasi
adalah produk internal imaginasi kita sendiri. Contoh dari
bayangan/gambaran (image) yang halusioner adalah gambaran-gambaran
yang muncul saat kita bermimpi atau berada dalam pengaruh narkoba.
Mungkin kerna pengaruh obat penenang dan kegalauan emosional yang
dirasakannya, pasien sering nampak mendapat halusinasi tertentu: ia
seakan-akan melihat atau berbicara dengan orang-orang tertentu yang
tidak ada di sekitarnya, termasuk juga berbicara/melihat orang-orang yang
sudah meninggal dunia.
Persepsi halusioner ini bisa terungkap secara fisik juga: pasien menjadi
tegang dan gelisah (agitasi), ia menggerak-gerakan anggota badannya
secara kacau tak menentu, seakan-akan seperti hendak mengusir,
menghindar atau menjangkau sesuatu; atau ia terengah-engah
mencengkram ujung seprai atau selimutnya erat-erat.
DELUSI

Delusi adalah produk dari “wrong thinking” (false


belief). Pasien bisa mendadak mempunyai “fixed
ideas” bahwa ia sudah sembuh, lalu berusaha turun
dari ranjang dan menolak segala bantuan medis; atau
ia merasa ada konspirasi tersembunyi untuk
meracuninya, bukan mengobatinya; atau ia akan
sembuh bila pergi ke tempat/orang/obat keramat
tertentu padahal kondisinya jelas tidak
memungkinkan. Ringkasnya, pikiran dan
perbuatannya bisa nampak irasional.
Lanjutan...

Selain tanda-tanda psikis di atas terdapat juga


tanda-tanda somatis yang menunjukkan bahwa saat
ajal itu sudah semakin mendekat. Kita deretkan saja
beberapa di antaranya: kulit kebiruan dan pucat,
mulai dari ujung jari, kaki dan bibir lalu menjalar ke
bagian tubuh yang lain // Denyut nadi tidak teratur
dan lemah // Nafas berbunyi keras dan kerap ngorok
// Penglihatan dan pendengaran mulai kabur //
Hilangnya kesadaran diri.
LIMA TAHAPAN MENJELANG
KEMATIAN
EKB mengamati bahwa kematian adalah suatu proses.
Dalam proses itu, pasien cenderung mengalami lima tahap
pergolakan emosional tertentu, yang disingkat menjadi
DABDA: Denial, Anger, Bargaining, Depression,
Acceptance. Perlu diingat bahwa kelima tahap itu bukanlah
suatu proses kronologis yang progresif karena bisa terjadi
kasus “overlapping” (berada di dua tahap sekaligus) atau
“progresi dan regresi” (maju dan mundur) atau stagnasi
(jalan di tempat). Namun bila dirawat dan dipersiapkan
dengan baik, pasien bisa mengarungi kelimanya hingga
akhirnya menghembuskan nafasnya dengan tenang
(acceptance).
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA

journal.unpar.ac.id/index.php/ECF/article/down
oad/1996/1849 [diakses pada 14 Oktober 2018]

staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidik
n/dr-rita.../gkematian-menjelang- ajal.pdf [diakses
pada 14 Oktober 2018]

digilib.uinsby.ac.id/4151/5/Bab%202.pdf
[diakses pada 14 Oktober 2018]

Anda mungkin juga menyukai