oleh:
Ihda Nur Afifah
NIM 202311101031
1. KONSEP DASAR
1.1 Anatomi fisiologi
b. Polimorphic
Memiliki kompleks ventrikular dengan konfigurasi yang berbeda –
beda
2) Durasi
a. Sustained VT
Kondisi ini terjadi saat VT terjadi lebih dari 30 detik atau takikardi
diikuti dengan gangguan hemodinamik, seperti pusing, hipotensi,
penurunan kesadaran, meskipun durasi VT < 30 detik.
b. Non-sustained VT
Ventrikel takikardi diterminasi secara spontan dalam 30 detik.
3) Presentasi Klinis
a. Hemodinamik stabil
b. Hemodinamik tidak stabil (ditemukan tanda dan gejala seperti
hipotensi, nyeri dada, gagal jantung, dan penurunan kesadaran)
1.6 Patofisiologi
Ventrikel takikardia disebabkan oleh kelainan struktur jantung,
kardiomiopati, penyakit jantung iskemik, dan kardiomiopati. Kondisi ini
menyebabkan gangguan pada konduksi impuls pada jantung. Pada keadaan
normal, depolarisasi ventrikel kanan dan kiri jantung terjadi secara simultan
dan cepat melalui berkas his dan serabut purkinje. Apabila terdapat jaringan
parut miokard dapat meningkatkan kemungkinann aliran listrik masuk
kembali. Infark miokard merupakan menyebab paling umum dari VT
monomorfik. Ketika terjadi infark pada arteri koroner dapat menimbulkan
gangguan pada repolarisasi dan depolarisasi karena arteri ini mengalirkan
dari ke SA node.
Dilepasnya enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat
dapat menyebabkan jalur hataran listrik jantung terganggu sehingga
mengakibatkan depolarisasi atrium atau ventrikel dan kemudian akan timbul
aritmia. Penurunan kontraktilitas miokard akibat kematian sel pada otot
jantung dapat menstimulus pengaktifan katekolamin yang akan
meningkatkan rangsangan saraf simpatis yang mengakibatkan peningkatan
frekuensi denyut jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokontriksi.
1.7 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ventrikel takikardia yaitu meliputi :
1) Elektrokardiografi (EKG)
Elektrokardiografi (EKG) merupakan pemeriksaan penunjang yang
penting dan wajib pada diagnosis ventrikel takikardia. Ventrikel
takikardia menunjukkan kompleks QRS yang lebar (durasi QRS > 120
ms). EKG 12 lead akan menentukan tipe ventrikel takikardi, menjadi
dasar penentu penyebab ventrikel takikardia, mengidentifikasi kelainan
struktur jantung dan menentukan lokasi kelainan konduksi.
2) MRI
Prosedur pemeriksaan MRI digunakan untuk memeriksa lebih detail
melihat fungsi dan struktur jantungm juga menyingkatkan kemungkinan
arrhythmagenic, kardiomiopati non iskemik, atau sarkoidosis jantung.
Selain itu, MRI jantung juga dapat menentukan prognosis dan rencana
pemetaan sebelum dilakukan ablasi kateter.
1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien ventrikel takikardia (Siagian, 2018):
1) Penanganan emergensi dan evaluasi awal dan evaluasi awal
Identifikasi ventrikel takikardia yang menyebabkan infark miokard,
edema paru, hipotensi simptomatik. Diberikan DC dengan sinkronasi
energi tinggi 100 – 360 joule. Pada pasien dengan ventrikel takikardia
dengan hemodinamik stabil, dapat diberikan obat antiaritmia dengan
pemantauan ketat dan persiapan alat kardioversi. Penangana utama pada
penderita VT berdasarkan algotirma yaitu:
2) Pemerian obat Antiaritmia
Pada penderita dengan ventrikel takikardia oabt antiaritmia digunakan
sebagai terapi adjuvan pada klien yang menggunakan implantable
cardioverter defivrilator (ICD) untuk mengurangi episode ventrikel
takikardia. Indikasi obat anti aritmia sebagai terapi adjuvan yaitu untuk
menurunkan episode TV untuk meningkatkan toleransi hemodinamik,
mengatasi gejala ventrikel takikardia, meningkatkan kualitas hidup, dan
menurunkan kasus rawat inap aritmia berulang. Obat antiaritmia
diantara lain yaitu:
a. Lidocaine
Obat ini merupakan lini pertama pada pasien ventrikel takikardia
dengan kondisi stabil stabil dan berguna untuk ventrikel takikardia
disebabkan infark miokard. Dosis anjurannya adalah 0,5 mg/kgBB ,
bolus intravena setiap 3 – 5 menit, maksimum 1,5 mg/kgBB. Terapi
lidocaine dapat dilanjutkan secara kontinue menggunakan syringe
pumo dengan dosis 0,05 mg/kgBB/menit.
b. Beta blocker
Terapi ini pertama pada pasien ventrikel takikardia polimorfik
khususnya oleh iskemia. Salah satu jenis beta blocker yaitu Esmolol
diberikan dengan sosis 200 ug dalam 1 menit, jika tidak ada respons
setelah 10 menit diberikan dosis 500 ug dalam 1 menit. Apabila
terdapat respon diberikan dosis rumatan 25 ug/kg/menit sampai
terapi diganti menjadi propanolol oral.
c. Procainamide
Terapi ini ini merupakan anti aritmia. Dosis yang dianjurkan adalah
1-3 mg/kgBB, bolus intravena setiap 3-5 menit dengan dosis
maksimal 20 mg/kgBB.
d. Amiodarone
Terapi diberikan pada pasien ventrikel takikardia dengan
hemodinamik tidak stabil. Dosis awal yang dianjurkan adalah 5
mg/kgBB/jam intravena selama 10 menit, dapat diulangi satu kali
jika belum ada respon dan diikuti dosis rumatan 0,5 – 1 mgg/menit
e. Magnesium sulfat
Terapi ini merupakan pilihan pada pasien ventrikel takikardia
dengan interval QT memanjang. Dosis 1 gram/menit dengan dosis
maksimal 25 g. Magnesium sulfat tidak efektif pada pasien dengan
interval QT normal
3) Implantable Cardioverter Defibrilattor (ICD)
Implantable cardioverter defibrilator (ICD) merupakan perangkat
elektronik untuk terapi aritmia ventrikel, yang diimplankan secara
subkutan di regio pektoral dan berhubungan langsung dengan sistem
endokardium. Indikasi pemasangan ICD adalah sustained VT yang
berhubungan dengan kelainan struktur jantung, hilang kesadaran akibat
ventrikel takikardia, ventrikel takikardia disebabkan infark miokard dan
fungsi ventrikel kiri menurun, dan ventrikel takikardia yang
menyebabkan henti jantung.
4) Kateter Ablasi
Prosedur ini dilakukan untuk menurunkan frekuensi ventrikel takikardia.
Kateter ablasi menurunkan kejadian ventrikel takikardia pada pasien
infark miokard dan ventrikel takikardia dengan hemodinamik stabil.
Ablasi diindikasikan pada klien berisiko rendah henti jantung mendadak,
ventrikel monomorfik yang tidak respon terhadap obat anti-aritmia,
ventrikel takikardia berulang, dan klien tidak bersedia menggunakan
obat jangka panjang.
1.9 Algortima Ventrikel Takikardi
Gangguan
pembentukan atau
penghantar impuls
Disritmia jantung
Perangsangan
saraf simpatis
Gangguan
depolarisasi
spontan
Ventrikel
Takikardia
Kelelahan
Perfusi perifer
tidak efektif Hipoksia
Intoleransi aktivitas
3.1 Pengkajian
1. Data demografi
Pengkajian data demografi yang perlu dikaji identitas klien yaitu meliputi
nama, tanggal lahir, usia, alamat, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan
2. Keluhan utama
Klien mengalami ventrikel takikardia adalah Jantung berdebar, Sesak
napas, Dada terasa nyeri atau tertekan, Pening atau terasa seperti
melayang, Penurunan kesadaran
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang yaitu meliputi sebelum klien dibawa ke Rumah
Sakit dan tindakan apa yang telah dilakukan. Kaji juga terkait pola
kebiasaan sehari – hari dan riwayat penyakit jantung sebelumnya .
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang diderita sebelumnya seperti pola kebiasaan,
konsumsi obat – obatan dan juga riwayat tindakan pembedahan
5. Riwayat penyakit keluarga
Identifikasi riwayat penyakit keluarga seperti penyakit turunan pada
keluarga yang memiliki penyakit serupa .
6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu meliputi :
a. Primary Survey
Primary survey yaitu meliputi :
Airway : jalan napas
Breathing : keadekuatan ventilasi dengan look, listen and feel
Circualation : sirkulasi darah dan kontrol pendarahan
Disabilitiy : kecacartan atau kelainan fungsi pada organ
Exposure : buka pakaian yang terkontaminas dan hindari
hipotermia
b. Secondary survey
Keadaan umum yaitu tanda – tanda vital yaitu tekanan darah, nadi,
respiratory rate, suhu tubuh. pemeriksaan fisik head to toe yaitu:
1) Kepala dan leher
Kaji adanya benjolan, lesi, jejas, warna rambut, nyeri tekan,
kesimetrisan, warna kulit, warna bibir apakah terdapat sianosis
2) Dada
Pernafasan
Pengkajian meliputi inspeksi dengan melihat pengembangan dada
apakah simetris, palpasi adanya benjolan, nyeri tekan, dan
pembengkakakn, perkusi batas paru – paru, dan auskultasi suara napas,
apakah terdapat peningkatan respiratory rate
Kardiovaskular
Pengkajian meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada
sistem kardiovaskular. Pengkajian meliputi inspeksi dengan melihat
pengembangan dada apakah simetris, adanya iktus kordis atau tidak,
kekuatan nadi, palpasi adanya benjolan, nyeri tekan, dan
pembengkakakn, perkusi batas jantung, dan auskultasi denyut jantung.
3) Sistem saraf
Kaji adanya gangguan pada sistem neurologis
4) Abdomen
Inpeksi, palpasi adanya nyeri tekan, perkusi, dan auskultasi bising usus
5) Ekstremitas
Kaji adanya kelemahan, perubahan massa otot dan juga kekuatan otot.
kaji kelainan pada tulang, dan CRT, dan akral
7. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dapat menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale),
yaitu:
a. Eye (E)
1) Spontan (4)
2) Dengan perintah (3)
3) Dengan nyeri (2)
4) Tidak berespon (1)
b. Verbal (V)
1) Orientasi baik (5)
2) Bicara yang membingungkan (4)
3) Kata – kata tidak tepat (3)
4) Suara tidak dapat dimengerti (2)
5) Tidak ada respon (1)
c. Motorik (M)
1) Dengan perintah (6)
2) Melokalisasi nyeri (5)
3) Menarik area yang nyeri (4)
4) Fleksi abnormal (2)
5) Tidak berespon (1)
a. Nervus optikus
b. Nervus okulamotor
c. Nervus troklearis
d. Nervus abdusen
e. Nervus Trigeminus
f. Nervus Fasialis
g. Nervus Vestibulo
h. Nervus koklearis
i. Nervus glosofaringeus
j. Nervus Vagus
k. Nervus Aksesorius
l. Nervus Hipoglosus
.
D.0015 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran darah d.d
akral dingin, crt<2detik, hipotermia
1 Penurunan curah jantung b.d Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (I.02075)
perubahan irama jantung d.d keperawatan .....x 24 jam diharapkan
perubahan irama jantung, penurunan curah jantung teratasi dapat 1. Identfikasi tanda dan gejala penurunan
gambaran EKG aritmia, berkurang dengan KH: curah jantung
bradikardi/takikardia
Curah jantung (L.02008)) 2. Monitor tekanan darah
3. Monitor EKG 12 sadapan
No Indikator Tujuan
4. Monitor aritmia
1 2 3 4 5
5. Posisikan pasien semi fowler
1 Gambaran 6. Berikan diet jantung yang sesuai
ekg
7. Ajarkan beraktifitas fisik secara
aritmia
bertahap
8. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
2 Perfusi perifer tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pematauan tanda vital (I.02060)
.... x 24 jam diharapkan risiko gangguan
penurunan aliran darah d.d sirkulasi spontan dapat teratasi dengan 1. Jelaskan tujuan pemantauan
akral dingin, crt<2detik, KH: 2. Monitor tekanan darah
hipotermia Sirkulasi Spontan (L.02015) 3. Montor nadi
4. Monitor RR
No Indikator Tujuan
5. Monitor suhu tubuh
1 2 3 4 5
6. Monitor oksimetri
1 Warna 7. Dokumentasikan hasil pemantauani
kulit
pucatn Perawatan Sirkulasi (I.02079)
2 Denyut
1. Periksa sirkulasi perifer
nadi
perifer 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
perifer
3 Akral
3. Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan hidrasi
3 Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan napas (I.01011)
gangguan neurologis d.d 3x 24 jam diharapkan pola napas membaik
dispnea, penggunaan otot bantu dengan KH: 1. Monitor pola napas
pernapasan, fase ekspirasi 2. Posisikan semi fowler
memanjang, pola napas Pola napas (L.01004)
3. Berikan oksigen, jika perlu
abnormal No Indikator Tujuan
4. Kolaborasi dengan tenaga media
1 2 3 4 5 lainnya
1 Ventilasi
semenit
2 Dispnea
3 Pola
napas
12 – 20
x/menit
5 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
kelemahan d.d memgeluh lelah, .... x 24 jam diharapkan intoleransi 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas dapat teratasi dengan KH:
frekuensi jantung meningkat 2. Sediakan lingkungan yang nyaman
>20% dari konsisi istirahat. Toleransi aktivitas (L.05047) 3. Anjurkan tirah baring
4. Anjurkan untuk menghubungi perawat
No Indikator Tujuan jika tanda dan gejala kelelahan tidak
1 2 3 4 5 berkurang
5. Kolaborasi dengan tenaga medis
1 Frekuensi lainnya
nadi
2 Keluhan
lelah
3.2 Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan pada ibu dengan persalinan yaitu sesuai
dengan intervensi keperawatan yang meliputi tindakan observasi, terapeutik,
edukasi, dan juga kolaborasi dan melakukan pendokumentasian setelah
melakukan implementasi sebagai bukti tindakan.
3.3 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan menggunakan SOAP untuk
mengetahui apakah tujuan dari perencanaan telah tercapai (Sitanggang,
2019).
DAFTAR PUSTAKA
Deo R, Albert CM. 2012. Epidemiology and genetics of sudden cardiac death.
Circulation
House dan Giguere. 2009. How To Diagnose And Treat Ventricular Tachycardia.
AAEP
Syaifuddin. 2013. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: EGC.
im Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI