Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

VENTRIKEL TAKIKARDI DI INTENSIVE CARDIAC CARE UNIT (ICCU)


RUMAH SAKIT DR. SOEBANDI JEMBER

oleh:
Ihda Nur Afifah
NIM 202311101031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP DASAR
1.1 Anatomi fisiologi

Gambar 1. Anatomi fisiologi Jantung


Jantung adalah organ muskular berongga yang merupakan pusat sirkulasi
darah ke seluruh tubuh. Lapisan jantung terdiri atas:
1) Perikardium: kantong pembungkus jantung terletak dibawah
mediastinum minus, terletak dibelakang korpus sterni dan rawan iga II
dan VI. Perikardium dibagi 2 yaitu:
a. Perikardium fibrosum (viseral) : bagian kantong yang membatasi
pergerakan jantung terikat dibawah sentrum tendinium diagfragma.
b. Perikardium serosum (parietal), dibagi menjadi 2 bagian yaitu
perikardium parietalis (membatasi perikardium fibrosum) dan
perikardium viseral (mengndung sedikit cairan yang berfungsi
melumasi pergerakan jantung.
2) Miokardium : lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri
koronaria. Arteri koronaria kiri bercabang menjadi arteri desending
anterior dan arteri sirkumfleks.
3) Endokardium (permukaan dalam jantung):dinding dalam antrium yang
dilapisi membran, terdiri dari jaringan endotel.
Ruang – ruang di janrung meliputi:
1) Antrium dekstra : terdiri atas rongga utama dan aurikula dari luark
bagian dalamnya membentuk suatu rigi atau krista terminalis.
2) Ventrikel dekstra : berhubungan dengan antrium kanan melalui osteum
antrioventrikular dekstra dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum
pulmunalis
3) Antrium sinistra : terdiri atas rongga utama. Venal pulmonalis bermuara
pada dinding posterior
4) Ventrikel sinistra: ventrikel ini berhubungan dengan atrium sinistra
melalui osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum
aorta.
Fungsi bagian jantung adalah :
1) Fungsi atrium : memompa darah, dalam keadaan normal darah mengalir
terus ke vena – vena besar ke antrium. Kira – kira 70% aliran ini
langsung mengalir dari atrium ke ventrikel walaupun belom
berkontraksi
2) Fungsi ventrikel
a. Pengisian ventrikel : selama sistole ventrikel, sejumlah darah tertimbun
dalam atrium karena katub atrium tertutup. Tetap setelah sistolik
berakhir tekanan ventrikel turun kembali samapi tekanan diastolik yang
rendah.
b. Pengosongan ventrikel selama sistole : bila kontraksi ventrikel mualai
tekanan ventrikel meningkat dengan cepat, menyebabakan katup atrium
tertutup.
c. Bundel atrioventrikular : mulai dari bundal AV berjalan ke arah depan
pada tepi posterior dan tepi bawah pars membranasea septum
interventrikular.
Sistem pembuluh darah merupakan jalan bagi aliran darah ke seluruh
tubuh. Sistem ini tertutup dan jantung sebagi organ yang memompa darah.
Gambar 2. Sirkulasi darah sistemik
Sirkulasi darah sistemik dimulai dari darah dari seluruh tubuh yang
miskin oksigen berada pada antrium kanan jantung menuju ke ventrikel
kanan dan kemudian akan terpompa ke paru – paru melewati arteri
pulomonalis. Saat darah sampai di paru – paru, karbon dioksida akan
dilepaskan yang kemudian darah akan mengikat oksigen atau disebut difusi
O2 dan CO2. Setelah proses difusi ini darah akan mengalir kembali ke
jantung melalui vena pulmonalis menuju ke ventrikel kiri. Kemudian darah
yang kaya oksigen akan menuju ke atrium kiri dan darah akan bermuara di
aorta yang akan mengalirkan darah keseluruh tubuh. Aorta yang menuju
bagian bawah tubuh meliputi hati, usus, lambung, ginjal, dan ekstremitas
bawah, sedangkan bagian atas meliputi otak, kepala dan tangan. Setelah
melalui organ tersebut darah akan kembali melalui vena yang akan bersatu
memberntuk vena cava posterior dan anterior yang akan mengantarkan
darah ke ventrikel kanan jantung,
1.2 Definisi
Ventrikel takikardi merupakan gangguan irama jantung dengan denyut
jantung lebih dari 100 kali permenit dan umumnya melebihi 120 kali
permenit (Hayasi dkk, 2015). Ventrikel takikardi ditandai dengan ritme
jantung yang cepat berasal dari ventrikel di bawah berkas his, pada
miokardium atau keduanya. Terdapat perbedaan anatara ventrikel takikardia
dengan supraventrikel takikardi yaitu adanya kompleks QRS lebar pada
EKG (Siagian, 2018)
1.3 Epidemiologi
Berdasarkan data epidemiologi secara global dilaporkan bahwa 63%
aritmia yang terjadi pada sudden cardiac death disebabkan oleh VT.
Prevalensi kejadian ventrikel takikardia secara pasti tidak diketahui namun
ventrikel takikardia vantrikel takikardia sangat erat dengan kejadian henti
jantung tiba – tiba atau sudden cardiac death (SCD). Pada kasus aritmia
sebanyak 63% tiba – tiba pada SCD yang terekam pada EKG merupakan
ventrikel takikardia. Pada kejadian henti jantung meningkat seiring penuaan
dari sekitar 100 per 100.000 populasi pada umur di atas 50 tahun menjadi
800 per 100.000 populasi pada umur di atas 75 tahun. Di Amerika Serikat
terjadi 180.000 – 450.000 kasus henti jantung tiap tahunnya (Deo dkk,
2012).
1.4 Etiologi
Penyebab takikardia ventrikular dapat disebabkan oleh keadaan
(Compton, 2015) seperti:
1) Penyakit jantung iskemik (oklusi arteri koroner)
2) Kelainan struktur jantung
3) Toksikasi digitalis : digoksin
4) Kardiomiopati
5) VT idiopatik
1.5 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada klien dengan ventricular takikardia yaitu :
1) Jantung berdebar
2) Sesak napas
3) Dada terasa nyeri atau tertekan
4) Pening atau terasa seperti melayang
5) Penurunan kesadaran
1.5 Klasifikasi
Klasifikasi ventrikel takikardia dibagi berdasarkan :
1) Morfologi
a. Monomorphic
Kompleks ventrikular memiliki konfigurasi yang sama

b. Polimorphic
Memiliki kompleks ventrikular dengan konfigurasi yang berbeda –
beda

c. Torsades de pointes (TdP)


Jenis ini merupakan bentuk spesifik dari polimorphic VT yang
muncul akibat perpanjangan QT interval. Biasanya torsade de points
diikuti dengan keluhan hemodinamik tidak stabil dan kollaps.
Torsades de points juga dapat berubah menjadi ventrikel fibrilasi.

2) Durasi
a. Sustained VT
Kondisi ini terjadi saat VT terjadi lebih dari 30 detik atau takikardi
diikuti dengan gangguan hemodinamik, seperti pusing, hipotensi,
penurunan kesadaran, meskipun durasi VT < 30 detik.
b. Non-sustained VT
Ventrikel takikardi diterminasi secara spontan dalam 30 detik.

3) Presentasi Klinis
a. Hemodinamik stabil
b. Hemodinamik tidak stabil (ditemukan tanda dan gejala seperti
hipotensi, nyeri dada, gagal jantung, dan penurunan kesadaran)
1.6 Patofisiologi
Ventrikel takikardia disebabkan oleh kelainan struktur jantung,
kardiomiopati, penyakit jantung iskemik, dan kardiomiopati. Kondisi ini
menyebabkan gangguan pada konduksi impuls pada jantung. Pada keadaan
normal, depolarisasi ventrikel kanan dan kiri jantung terjadi secara simultan
dan cepat melalui berkas his dan serabut purkinje. Apabila terdapat jaringan
parut miokard dapat meningkatkan kemungkinann aliran listrik masuk
kembali. Infark miokard merupakan menyebab paling umum dari VT
monomorfik. Ketika terjadi infark pada arteri koroner dapat menimbulkan
gangguan pada repolarisasi dan depolarisasi karena arteri ini mengalirkan
dari ke SA node.
Dilepasnya enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat
dapat menyebabkan jalur hataran listrik jantung terganggu sehingga
mengakibatkan depolarisasi atrium atau ventrikel dan kemudian akan timbul
aritmia. Penurunan kontraktilitas miokard akibat kematian sel pada otot
jantung dapat menstimulus pengaktifan katekolamin yang akan
meningkatkan rangsangan saraf simpatis yang mengakibatkan peningkatan
frekuensi denyut jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokontriksi.
1.7 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ventrikel takikardia yaitu meliputi :
1) Elektrokardiografi (EKG)
Elektrokardiografi (EKG) merupakan pemeriksaan penunjang yang
penting dan wajib pada diagnosis ventrikel takikardia. Ventrikel
takikardia menunjukkan kompleks QRS yang lebar (durasi QRS > 120
ms). EKG 12 lead akan menentukan tipe ventrikel takikardi, menjadi
dasar penentu penyebab ventrikel takikardia, mengidentifikasi kelainan
struktur jantung dan menentukan lokasi kelainan konduksi.

2) MRI
Prosedur pemeriksaan MRI digunakan untuk memeriksa lebih detail
melihat fungsi dan struktur jantungm juga menyingkatkan kemungkinan
arrhythmagenic, kardiomiopati non iskemik, atau sarkoidosis jantung.
Selain itu, MRI jantung juga dapat menentukan prognosis dan rencana
pemetaan sebelum dilakukan ablasi kateter.
1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien ventrikel takikardia (Siagian, 2018):
1) Penanganan emergensi dan evaluasi awal dan evaluasi awal
Identifikasi ventrikel takikardia yang menyebabkan infark miokard,
edema paru, hipotensi simptomatik. Diberikan DC dengan sinkronasi
energi tinggi 100 – 360 joule. Pada pasien dengan ventrikel takikardia
dengan hemodinamik stabil, dapat diberikan obat antiaritmia dengan
pemantauan ketat dan persiapan alat kardioversi. Penangana utama pada
penderita VT berdasarkan algotirma yaitu:
2) Pemerian obat Antiaritmia
Pada penderita dengan ventrikel takikardia oabt antiaritmia digunakan
sebagai terapi adjuvan pada klien yang menggunakan implantable
cardioverter defivrilator (ICD) untuk mengurangi episode ventrikel
takikardia. Indikasi obat anti aritmia sebagai terapi adjuvan yaitu untuk
menurunkan episode TV untuk meningkatkan toleransi hemodinamik,
mengatasi gejala ventrikel takikardia, meningkatkan kualitas hidup, dan
menurunkan kasus rawat inap aritmia berulang. Obat antiaritmia
diantara lain yaitu:
a. Lidocaine
Obat ini merupakan lini pertama pada pasien ventrikel takikardia
dengan kondisi stabil stabil dan berguna untuk ventrikel takikardia
disebabkan infark miokard. Dosis anjurannya adalah 0,5 mg/kgBB ,
bolus intravena setiap 3 – 5 menit, maksimum 1,5 mg/kgBB. Terapi
lidocaine dapat dilanjutkan secara kontinue menggunakan syringe
pumo dengan dosis 0,05 mg/kgBB/menit.
b. Beta blocker
Terapi ini pertama pada pasien ventrikel takikardia polimorfik
khususnya oleh iskemia. Salah satu jenis beta blocker yaitu Esmolol
diberikan dengan sosis 200 ug dalam 1 menit, jika tidak ada respons
setelah 10 menit diberikan dosis 500 ug dalam 1 menit. Apabila
terdapat respon diberikan dosis rumatan 25 ug/kg/menit sampai
terapi diganti menjadi propanolol oral.
c. Procainamide
Terapi ini ini merupakan anti aritmia. Dosis yang dianjurkan adalah
1-3 mg/kgBB, bolus intravena setiap 3-5 menit dengan dosis
maksimal 20 mg/kgBB.
d. Amiodarone
Terapi diberikan pada pasien ventrikel takikardia dengan
hemodinamik tidak stabil. Dosis awal yang dianjurkan adalah 5
mg/kgBB/jam intravena selama 10 menit, dapat diulangi satu kali
jika belum ada respon dan diikuti dosis rumatan 0,5 – 1 mgg/menit
e. Magnesium sulfat
Terapi ini merupakan pilihan pada pasien ventrikel takikardia
dengan interval QT memanjang. Dosis 1 gram/menit dengan dosis
maksimal 25 g. Magnesium sulfat tidak efektif pada pasien dengan
interval QT normal
3) Implantable Cardioverter Defibrilattor (ICD)
Implantable cardioverter defibrilator (ICD) merupakan perangkat
elektronik untuk terapi aritmia ventrikel, yang diimplankan secara
subkutan di regio pektoral dan berhubungan langsung dengan sistem
endokardium. Indikasi pemasangan ICD adalah sustained VT yang
berhubungan dengan kelainan struktur jantung, hilang kesadaran akibat
ventrikel takikardia, ventrikel takikardia disebabkan infark miokard dan
fungsi ventrikel kiri menurun, dan ventrikel takikardia yang
menyebabkan henti jantung.
4) Kateter Ablasi
Prosedur ini dilakukan untuk menurunkan frekuensi ventrikel takikardia.
Kateter ablasi menurunkan kejadian ventrikel takikardia pada pasien
infark miokard dan ventrikel takikardia dengan hemodinamik stabil.
Ablasi diindikasikan pada klien berisiko rendah henti jantung mendadak,
ventrikel monomorfik yang tidak respon terhadap obat anti-aritmia,
ventrikel takikardia berulang, dan klien tidak bersedia menggunakan
obat jangka panjang.
1.9 Algortima Ventrikel Takikardi

Gambar 14. Algoritma Adult Cardiac Arrest (AHA, 2010)


2. POHON MASALAH
Faktor penyebab: infark
miokar, kardiomiopati,
toksisitas, iskemia

Gangguan
pembentukan atau
penghantar impuls

Disritmia jantung

Perangsangan
saraf simpatis

Gangguan
depolarisasi
spontan

Ventrikel
Takikardia

Pengisian arteri Suplai O2 Memperpendek


Hipoksia sel jantung
koronari menurun pengisian ventrikel
dan jaringan menurun

Metabolisme Suplai darah ke Iskemia otot Penurunan curah


anaerob jaringan menruun jantung jantung

Penumpukan Nyeri akut


asam laktat pada Suplai O2 ke
jaringan jaringan menurun

Kelelahan
Perfusi perifer
tidak efektif Hipoksia
Intoleransi aktivitas

Pola napas tidak


efektif
3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Data demografi
Pengkajian data demografi yang perlu dikaji identitas klien yaitu meliputi
nama, tanggal lahir, usia, alamat, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan
2. Keluhan utama
Klien mengalami ventrikel takikardia adalah Jantung berdebar, Sesak
napas, Dada terasa nyeri atau tertekan, Pening atau terasa seperti
melayang, Penurunan kesadaran
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang yaitu meliputi sebelum klien dibawa ke Rumah
Sakit dan tindakan apa yang telah dilakukan. Kaji juga terkait pola
kebiasaan sehari – hari dan riwayat penyakit jantung sebelumnya .
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang diderita sebelumnya seperti pola kebiasaan,
konsumsi obat – obatan dan juga riwayat tindakan pembedahan
5. Riwayat penyakit keluarga
Identifikasi riwayat penyakit keluarga seperti penyakit turunan pada
keluarga yang memiliki penyakit serupa .
6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu meliputi :
a. Primary Survey
Primary survey yaitu meliputi :
Airway : jalan napas
Breathing : keadekuatan ventilasi dengan look, listen and feel
Circualation : sirkulasi darah dan kontrol pendarahan
Disabilitiy : kecacartan atau kelainan fungsi pada organ
Exposure : buka pakaian yang terkontaminas dan hindari
hipotermia
b. Secondary survey
Keadaan umum yaitu tanda – tanda vital yaitu tekanan darah, nadi,
respiratory rate, suhu tubuh. pemeriksaan fisik head to toe yaitu:
1) Kepala dan leher
Kaji adanya benjolan, lesi, jejas, warna rambut, nyeri tekan,
kesimetrisan, warna kulit, warna bibir apakah terdapat sianosis
2) Dada
Pernafasan
Pengkajian meliputi inspeksi dengan melihat pengembangan dada
apakah simetris, palpasi adanya benjolan, nyeri tekan, dan
pembengkakakn, perkusi batas paru – paru, dan auskultasi suara napas,
apakah terdapat peningkatan respiratory rate
Kardiovaskular
Pengkajian meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada
sistem kardiovaskular. Pengkajian meliputi inspeksi dengan melihat
pengembangan dada apakah simetris, adanya iktus kordis atau tidak,
kekuatan nadi, palpasi adanya benjolan, nyeri tekan, dan
pembengkakakn, perkusi batas jantung, dan auskultasi denyut jantung.
3) Sistem saraf
Kaji adanya gangguan pada sistem neurologis
4) Abdomen
Inpeksi, palpasi adanya nyeri tekan, perkusi, dan auskultasi bising usus
5) Ekstremitas
Kaji adanya kelemahan, perubahan massa otot dan juga kekuatan otot.
kaji kelainan pada tulang, dan CRT, dan akral
7. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dapat menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale),
yaitu:
a. Eye (E)
1) Spontan (4)
2) Dengan perintah (3)
3) Dengan nyeri (2)
4) Tidak berespon (1)
b. Verbal (V)
1) Orientasi baik (5)
2) Bicara yang membingungkan (4)
3) Kata – kata tidak tepat (3)
4) Suara tidak dapat dimengerti (2)
5) Tidak ada respon (1)
c. Motorik (M)
1) Dengan perintah (6)
2) Melokalisasi nyeri (5)
3) Menarik area yang nyeri (4)
4) Fleksi abnormal (2)
5) Tidak berespon (1)

Selain GCS pemeriksaan neurologis juga meliputi 12 saraf kranial yaitu :

a. Nervus optikus
b. Nervus okulamotor
c. Nervus troklearis
d. Nervus abdusen
e. Nervus Trigeminus
f. Nervus Fasialis
g. Nervus Vestibulo
h. Nervus koklearis
i. Nervus glosofaringeus
j. Nervus Vagus
k. Nervus Aksesorius
l. Nervus Hipoglosus
.

3.2 Diagnosa keperawatan

D.0008 Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d


perubahan irama jantung, gambaran EKG aritmia,
bradikardi/takikardia

D.0015 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran darah d.d
akral dingin, crt<2detik, hipotermia

D.0005 Pola napas tidak efektif b.d gangguan neurologis d.d


dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal

D.0077 Nyeri akut b.d agen pencedera fisisiologis d.d mengeluh


nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi
nadi meningkat, skala nyeri sedang sampai berat

D.0056 Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d memgeluh lelah,


frekuensi jantung meningkat >20% dari konsisi istirahat.
3.3 Nursing care plan (NCP)

N Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan


O
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 Penurunan curah jantung b.d Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (I.02075)
perubahan irama jantung d.d keperawatan .....x 24 jam diharapkan
perubahan irama jantung, penurunan curah jantung teratasi dapat 1. Identfikasi tanda dan gejala penurunan
gambaran EKG aritmia, berkurang dengan KH: curah jantung
bradikardi/takikardia
Curah jantung (L.02008)) 2. Monitor tekanan darah
3. Monitor EKG 12 sadapan
No Indikator Tujuan
4. Monitor aritmia
1 2 3 4 5
5. Posisikan pasien semi fowler
1 Gambaran  6. Berikan diet jantung yang sesuai
ekg
7. Ajarkan beraktifitas fisik secara
aritmia
bertahap
8. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu

2 Perfusi perifer tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pematauan tanda vital (I.02060)
.... x 24 jam diharapkan risiko gangguan
penurunan aliran darah d.d sirkulasi spontan dapat teratasi dengan 1. Jelaskan tujuan pemantauan
akral dingin, crt<2detik, KH: 2. Monitor tekanan darah
hipotermia Sirkulasi Spontan (L.02015) 3. Montor nadi
4. Monitor RR
No Indikator Tujuan
5. Monitor suhu tubuh
1 2 3 4 5
6. Monitor oksimetri
1 Warna  7. Dokumentasikan hasil pemantauani
kulit
pucatn Perawatan Sirkulasi (I.02079)
2 Denyut 
1. Periksa sirkulasi perifer
nadi
perifer 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
perifer
3 Akral 
3. Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan hidrasi

3 Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan napas (I.01011)
gangguan neurologis d.d 3x 24 jam diharapkan pola napas membaik
dispnea, penggunaan otot bantu dengan KH: 1. Monitor pola napas
pernapasan, fase ekspirasi 2. Posisikan semi fowler
memanjang, pola napas Pola napas (L.01004)
3. Berikan oksigen, jika perlu
abnormal No Indikator Tujuan
4. Kolaborasi dengan tenaga media
1 2 3 4 5 lainnya
1 Ventilasi 
semenit

2 Dispnea 

3 Pola 
napas
12 – 20
x/menit

4 Nyeri akut (D.0077) b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan


pencedera fisiologis d.d 3x 24 jam diharapkan nyeri akut dapat
mengeluh nyeri, tampak berkurang dengan KH: Manajemen nyeri (I.08238)
meringis, bersikap protektif, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
gelisah, frekuensi nadi Tingkat nyeri (L08066)
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
meningkat, skala nyeri sedang No Indikator Tujuan dengan PQRST
sampai berat 2. Identifikasi respons nyeri non verbal
1 2 3 4 5 seperti tampak meringis, bersikap
1 Keluhan  protektif, gelisah, frekuensi nadi
nyeri meningkat.
menurun 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
2 Frekuensi  4. Berikan terknik nonfarmakologis seperti
nadi nafas dalam untuk mengatasi nyeri
70 – 100 5. Kolaborasi dalam pemberian analgesik,
x/menit jika perlu

3 Pola  Terapi relaksasi (I.09326)


napas
1. Identifikasi kemampuan untuk melakukan
12 – 20
x/menit teknik relaksasiseperti napas dalam
2. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang
4. Jelaskan tentang tujuan, manfaat dan jenis
terapi relaksasi yang digunakan
5. Gunakan nada suara yang lembut
6. Anjurkan untuk rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
7. Demonstrasikan dan latih terapi relaksasi

5 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
kelemahan d.d memgeluh lelah, .... x 24 jam diharapkan intoleransi 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas dapat teratasi dengan KH:
frekuensi jantung meningkat 2. Sediakan lingkungan yang nyaman
>20% dari konsisi istirahat. Toleransi aktivitas (L.05047) 3. Anjurkan tirah baring
4. Anjurkan untuk menghubungi perawat
No Indikator Tujuan jika tanda dan gejala kelelahan tidak
1 2 3 4 5 berkurang
5. Kolaborasi dengan tenaga medis
1 Frekuensi  lainnya
nadi

2 Keluhan 
lelah
3.2 Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan pada ibu dengan persalinan yaitu sesuai
dengan intervensi keperawatan yang meliputi tindakan observasi, terapeutik,
edukasi, dan juga kolaborasi dan melakukan pendokumentasian setelah
melakukan implementasi sebagai bukti tindakan.
3.3 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan menggunakan SOAP untuk
mengetahui apakah tujuan dari perencanaan telah tercapai (Sitanggang,
2019).
DAFTAR PUSTAKA

Deo R, Albert CM. 2012. Epidemiology and genetics of sudden cardiac death.
Circulation

House dan Giguere. 2009. How To Diagnose And Treat Ventricular Tachycardia.
AAEP

Sitanggang. 2019, Tujuan Evaluasi Dalam Keperawatan.


Https://Osf.Io/Pfx9n/Download/?Format=Pdf#:~:Text=Evaluasi%20dalam
%20keperawatan%20merupakan%20kegiatan%20dalam%20menilai%20tindakan
%20keperawatan%20yang,Mengukur%20hasil%20dari%20proses
%20keperawatan. (Diakses Pada Tanggal 2 Februari 2021)

Syaifuddin. 2013. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: EGC.

im Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai