DISUSUN OLEH :
(2001030)
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Bp. S dengan Stemi di Ruang
ICCU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh :
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
STEMI adalah sindroma klinis yang terjadi karena oklusi akut arteri koroner
akibat trombosis intrakoroner yang berkepanjangan sebagai akibat ruptur plak
aterosklerosis pada dinding koroner epikardial. Pada ST Elevasi Miokard
Infark terjadi oklusi total akut arteri koroner. Diagnosis kerja awal STEMI
berdasarkan enzim jantung troponin. Kerusakan miokard tergantung pada
letak dan lama sumbatan darah, ada atau tidak kolateral. luas wilayah miokard
yang diperdarahi pembuluh darah yang tersumbat (PERKI, 2015).
Diagnosis pada pasien dengan STEMI meliputi riwayat nyeri dada/ perasaan
tidak nyaman yang bersifat substernal, lamanya lebih dari 20 menit, tidak
hilang dengan istirahat atau pemberian nitrat, disertai perjalanan, mual dan
muntah serta keringat dingin. Elevasi segmen ST > 1 mm pada dua sadapan
prekordial atau ekstremitass yang berhubungan, LBBB yang dianggap baru.
Peningkatan enzim jantung (CK-MB, troponin) (PERKI, 2015).
a. Katup atrioventrikuler
Berfungsi untuk memungkinkan darah mengalir masing-masing atrium ke
ventrikel pada fase diastole ventrikel dan mencegah aliran balik saat
systole (Kontraksi).
Disebut atrio-ventrikuler karena letaknya antara atrium dan ventrikel :
1) Katup trikuspidalis
Merupakan katup yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikel
kanan, serta mempunyai 3 buah daun katup. Katup mitral dan
bikuspidalis. Merupakan katup yang terletak diantara atrium kiri dan
ventrikel kiri, serta mempunyai 2 buah katup.
b. Katup semilunaris
1) Katup pulmonal
Terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari
ventrikel kanan
2) Katup aorta
Terletak diantara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar
mempunyai bentuk yang sama, yakni terdiri dari 3 daun katup yang
simeteris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan
dengan sebuah cincin serabut. Adapun katup semilunar
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama systole ventrikel dan mencegah aliran
balik waktu diastole ventrikel.
3. Epidemiologi
Penyakit kardiovaskular merupakan topik utama dalam masalah kesehatan
dunia. Dalam beberapa dekade tarakhir penyakit kardiovaskular menempati
urutan pertama penyebab morbiditas dan mortalitas di dunia. Sindrom koroner
akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang utama karena
menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi.
Berdasarkan data WHO bahwa akibat penyakit kardiovaskular, terjadi 4 juta
kematian setiap tahunnya pada 49 negara di benua Eropa dan Asia Utara. Data
yang dikeluarkan oleh American Heart Association (2016) menyatakan 15,5
juta warga Amerika memiliki penyakit kardiovaskular (Sanchis-gomar, et al,
2016).
Sedangkan, menurut Riset Kesehatan Dasar (2013), menyatakan bahwa
terdapat 0,5% prevalensi penyakit jantung koroner yang didiagnosis dokter.
Prevalensi tersebut paling tinggi di provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
DKI Jakarta dan Aceh. Di provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008-2009
berdasarkan Jakarta Acute Coronary Syndrome Registry, terdapat 2103 pasien
sindroma koroner akut dan 654 di antaranya adalah ST elevation myocardial
infarction (STEMI).
4. Etiologi
Etiologi primer dari sindroma koroner akut adalah aterosklerosis.
Aterosklerosis terjadi akibat inflamasi kronis pada pembuluh darah yang
dipicu akumulasi kolesterol pada kondisi kelainan metabolisme lemak yaitu
tingginya kadar kolesterol dalam darah. Plak aterosklerosis dapat ruptur dan
memicu pembentukan trombus sehingga terjadi oklusi pada arteri koroner.
Selain itu, terdapat juga beberapa kondisi lain yang dapat memicu sumbatan
pada arteri koroner, seperti bekuan darah dari organ tubuh lain yang terbawa
dan terjebak pada arteri koroner, komplikasi dari operasi jantung, konsumsi
kokain, yang dapat menyebabkan spasme arteri koroner, luka tusuk pada
jantung, serta peradangan pada arteri koroner.
5. Klasifikasi
Klasifikasi Sindrom Koroner Akut (Surendran, et al, 2021).
a. Angina tidak stabil atau unstable angina (UA)
Angina tidak stabil merupakan salah satu jenis penyakit jantung yang
disebabkan karena otot jantung kekurangan pasokan oksigen dan
darah. Angina tidak stabil terjadi karena adanya sumbatan pada
pembuluh darah arteri koroner di jantung.
b. Non-ST segment elevation miocardial infarction (NSTEMI)
NSTEMI adalah salah satu jenis sindrom koroner akut, yaitu kondisi
berbahaya yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah
arteri jantung. Penyumbatan ini akan membuat jantung kekurangan
oksigen.
c. ST segment elevation myocardial infarction (STEMI)
STEMI merupakan salah satu jenis serangan jantung berupa
penyumbatan pembuluh darah arteri secara total sehingga otot-otot
jantung tidak mendapat suplai oksigen.
Lokasi STEMI berdasarkan perubahan EKG:
1) Anterior
Elevasi segmen ST dan gelombang Q di V1-V4/V5
2) Anteroseptal
Elevasi segmen ST dan gelombang Q di VI-V3
3) Anterolateral
Elevasi segmen ST dan ata]f gelombang Q di V1-V6 dan I dan
AVL
4) Lateral
Elevasi segmen ST dan atau gelombang Q di V5-V6 dan inversi
gelombang I/ elevasi ST/ gelombang Q di I dan AVI
5) Inferolateral
Elevasi segmen ST dan /atau gelombang Q di Il, III, AVF, dan V5-
V6 (kadang-kadang I dan AVL
6) Inferior
Elevasi segmen ST dan atau gelombang Q di Il,II,AVF
7) Inferoseptal
Elevasi segmen ST dan gelombang Qi ILIII,AVF,V1-V3
8) RV infarction
Elevasi segmen ST di precordial lead (V3R-VAR). Biasanva
ditemukan konjungsi pada infark inferior. Keadaan in hanya
tampak dalam beberapa jam pertama infark.
7. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
sindrom koroner akut, antara lain :
a. Usia 45 tahun ke atas untuk pria dan 55 tahun ke atas untuk wanita.
b. Berat badan berlebih atau obesitas.
c. Jarang melakukan aktivitas fisik dan berolahraga.
d. Memiliki kadar kolesterol yang tinggi dalam darah.
e. Memiliki kebiasaan merokok.
f. Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau stroke.
g. Mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi.
h. Pengidap penyakit diabetes.
i. Mengonsumsi banyak makanan berlemak.
8. Patofisiologi
Patofisiologi sindrom koroner akut, baik angina tidak stabil maupun non-ST
segment elevation myocardial infarction (NSTEMI) adalah sama, yakni ruptur
plak aterosklerosis yang diikuti pembentukan trombus pada lesi. Trombus
yang terbentuk kemudian kembali ditutupi oleh plak aterosklerosis sehingga
pembuluh darah semakin menyempit.
Plak yang ruptur akan menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan
perubahan pada pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) yang menunjukkan
gambaran iskemik. Bila iskemik berlanjut, nekrosis dapat terjadi pada otot
miokardium yang ditandai dengan peningkatan level enzim jantung (PERKI,
2016).
9. Pathway
10. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis SKA antara
lain:
a. Elektrokardiogram (EKG) untuk menilai gangguan pada jantung.
b. Pemeriksaan darah untuk mengukur peningkatan enzim jantung.
c. Rontgen dada untuk menilai gambaran jantung.
d. Echocardiografy untuk mengevaluasi fungsi kerja jantung.
e. Angiografi untuk menilai sumbatan pada arteri koroner.
11. Komplikasi
Sindroma koroner akut (SKA) dapat menyebabkan nekrosis jaringan pada
organ jantung sehingga selain dapat menimbulkan kematian, dapat juga
menyebabkan komplikasi seperti aritmia (misalnya fibrilasi atrium, takikardi
ventrikular, fibrilasi ventrikular), trombus ventrikel kiri, fibrosis jantung,
gagal jantung, disfungsi katup mitral, dan aneurisma ventrikel.
12. Penatalaksanaan
a. Aktivitas
Pasien dengan STEMI harus berada di tempat tidur selama 12 jam pertama
untuk mengurangi kerja jantung selama masa awal infark. Kemudian
dilanjut dengan postur tegak dengan menggantung kaki ke sisi tempat
tidur dan duduk di kursi selama 24 jam pertama
b. Diet
Karena adanya risiko emesis dan aspirasi setelah STEMI, pasien akan
diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun pada 4-12 jam pertama.
Diet yang diberikan karbohidrat kompleks 5-55 % dari kebutuhan kalori,
tinggi serat, kalium, magnesium tetapi rendah natrium
c. Bowel
Bedrest dan efek narkotik yang digukan untuk menghilangkan nyeri
seringkali menyebabkan konstipasi.
d. Farmakoterapi
Beberapa terapi farmakologis dapat diberikan, antara lain : nitrogliserin,
morfin, aspirin, beta blocker, ACE inhibitor. Sedangkan, terapi reperfusi
dengan percutaneous coronary intervention (PCI) primer ataupun dengan
terapi fibrinolysis (PERKI, 2018).
13. Pencegahan
Untuk mencegah STEMI dilakukan dengan melakukan pola hidup yang sehat,
yakni:
a. Menghindari makanan tinggi karbohidrat dan lemak.
b. Menghindari konsumsi alcohol.
c. Berhenti merokok.
d. Meningkatkan aktivitas fisik, misalnya dengan melakukan olahraga rutin
selama 30-45 menit sebanyak 3-5x tiap minggu.
e. Menjaga berat badan ideal.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995;
Dermawan, 2012). Pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan. Di sini semua data di kumpulkan secara sistematis guna
menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara
komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial maupun
spiritual klien. Secara umum pengkajian pada stemi meliputi menurut
(Tarwoto dan Wartonah dalam DEWI, 2020) :
a. Identitas klien berupa: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, status perkawinan, suku bangsa, tanggal masuk, nomor
registrasi dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama, pada umumnya keluhan pada stemi adalah rasa nyeri pada
dada dan pasien sesak.
c. Riwayat penyakit sekarang berupa kronologi kejadian terjadinya penyakit
sehingga bisa terjadi penyakit seperti sekarang.
d. Riwayat penyakit dahulu, ditemukan kemungkinan penyebab jantung dan
petunjuk berapa lama sakit tersebut akan sembuh
e. Riwayat penyakit keluarga merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya stemi.
f. Riwayat psikososial merupakan respon emosi klien terhadap penyakit
yang diderita dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat yang
mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari.
g. Pola-pola fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat,
Pada stemi biasanya klien merasa nyeri pada bagian dada, maka klien
harus menjalani penatalaksanaan untuk membantu penyembuhan
jantungnya. Selain itu diperlukan pengkajian yang meliputi kebiasaan
hidup klien,seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu
metabolisme kalsium, penggunaan alkohol, klien melakukan olahraga
atau tidak.
2) Pola nutrisi dan metabolisme Klien
Stemi harus mengkonsumsi nutrisi yang lebih dari kebutuhan sehari-
hari seperti : kalsium, zat besi, protein, vitamin C untuk membantu
proses penyembuhan.
3) Pola eliminasi
Perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau untuk mengetahui
adanya kesulitan atau tidak. Hal yang perlu dikaji dalam eliminasi
berupa buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK).
4) Pola tidur dan istirahat
Klien biasanya merasa nyeri dan gerakannya terbatas sehingga dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.
5) Pola aktivitas
Pola aktivitas Adanya nyeri dan gerak yang terbatas, aktifitas klien
menjadi berkurang dan butuh bantuan dari orang lain.
6) Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena
menjalani perawatan di rumah sakit.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Klien stemi akan timbul ketakutan akan kecacatan akibat stemi, rasa
cemas, rasa ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal dan
gangguan citra tubuh.
8) Pola sensori dan kognitif
Kecepatan frekuensi nadi meningkat terutama pada frekuensi jantung.
9) Pola reproduksi seksual
Klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani
rawat inap dan keterbatasan gerak.
10) Pola penanggulangan stress
Pada klien stemi timbul rasa cemas akan keadaan dirinya, takut
mengalami kecacatan dan fungsi tubuh.
11) Pola tata nilai dan keyakinan
Klien tidak bisa melaksanakan ibadah dengan baik karena klien tidak
bisa bergerak secara berlebihan dan keterbatasan fisik.
h. Pemeriksaan Fisik
Terdapat dua pemeriksaan umum pada stemi yaitu gambaran umum dan
keadaan lokal berupa :
1) Gambaran umum
Pemeriksa perlu memperhatikan pemeriksaan secara umum meliputi
hal-hal sebagai berikut :
Keadaan umum yaitu baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda seperti berikut ini : Kesadaran klien yaitu apatis, sopor, koma,
gelisah dan compos mentis. Kesakitan, keadaan penyakit yaitu akut,
kronik, ringan, sedang, berat, dan pada kasus stemi biasanya akut.
Tanda- tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
2) Pemeriksaan dari kepala ke ujung jari kaki atau tangan
Perlu dikaji frekuensi,kepekatan,warna,bau untuk mengetahui adanya
kesulitan atau tidak.Hal yang perlu dikaji dalam eliminasi berupa
buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang
masalah pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah
melalui tindakan keperawatan menurut Gordon (1982, dalam Dermawan,
2012).
Diagnosa Keperawatan :
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia).
b. Defisit perawatan diri Toileting b.d kelemahan
c. Deficsit perawatan diri makan dan minum b.d kelemahan
d. Penurunan curah jantung b.d irama jantung.
e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Perencanaan Keperawatan
3. Dispnea setelah
aktivitas akan
menurun.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
A. Pasien
Nama : Bp. S
Tempat/tgl lahir (umur) : 13 Agustus 1956 (66 tahun)
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Tgl. Masuk RS : 14 Desember 2023
No. RM : 0090****
Ruang : ICCU
Diagnosis Medis : Stemi
Alamat : Sleman, Yogyakarta
B. Keluarga/ penanggungjawab
Nama :
Hubungan :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Kesehatan Pasien
1. Keluhan utama :
Pasien mengatakan lemas.
2. Keluhan tambahan :
Pasien juga mengatakan merasakan pusing, sesak nafas nyeri dada
3. Alasan utama masuk Rumah Sakit :
Pasien mengatakan alasan masuk rumah sakit karena ingin melakukan
HD di PMI gamping
4. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan ingin melakukan HD di PMI gamping, namun
disarankan untuk ke rumah sakit besar karena HB rendah dan stok
darah tidak ada, lalu pasien ke RS Bethesda, setelah sampai di IGD
dilakukan anamnese, pasien mengatakan BAB brwarna hitam, dan
mengatakan mempunyai riwayat penyakit CKD dan rutin HD 2x
1minggu (rabu dan sabtu), di IGD pasien mendapatkan terapi infus
NACL 0,9%, esomeprazole 1x40mg Iv, lovenox 1x0,4 Sc, CPG
1x75mg, aspilet 1x80mg, atorvastatin 1x20mg, anemolat 3xmg, caco3
3x500mg, setelah itu pasien dibawa ke ruang ICCU untuk diberikan
tindakan lebih lanjut.
5. Riwayat Penyakit yang lain :
Hipertensi, CKD
6. Alergi :
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan maupun
obat.
B. Kesehatan Keluarga
1. Genogram
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
: Pasien
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Eliminasi √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Memasak √
Belanja √
Merapikan rumah √
Keterangan : 0 : Mandiri
1 : Alat bantu
4 : Tergantung total
1) Kebutuhan tidur
Pasien mengatakan tidur malam sekitar 6 jam dan jarang
tidur siang.
2) Kebutuhan istirahat
Pasien mengatakan kurang waktu untuk istirahat karena
bekerja sebagai buruh.
2. Selama sakit
a. Keadaan aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di TT √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan : 0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
b. Kebutuhan tidur
Pasien mengatakan sangat tercukupi karena di ruang ICCU pasien
hanya berbaring saja di tempat tidur dan tidak boleh melakukan
aktivitas yang lain, namun sedikit terganggu karena ada pasien
yang sedikit tidak tenang.
c. Kebutuhan istirahat
Pasien mengatakan bila kebutuhan istirahat pasien tercukupi
selama sakit karena hanya tidur dan tidak melakukan aktivitas
yang lain.
F. Pola Reproduksi-Seksualitas
Pasien mengatakan tidak mengalami keluhan selama melakukan hubungan
seksual.
G. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori
Pasien dalam keadaan sadar, pasien juga masih mengingat jam, tanggal,
bulan, waktu dan tahun. Ketika diajak komunikasi pasien dapat menjawab
dengan jelas dan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Pasien
tidak memakai alat bantu lihat dan alat bantu dengar.
J. Pola Peran-Berhubungan
Pasien mengatakan semenjak sakit aktivitas menjadi terganggu namun
untuk hubungan dengan orang lain masih baik-baik saja.
V. DIANOSTIK TEST
1. Laboratorium
14 Januari 2023
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai/Rujukan
Golongan darah B
komponen PRC
jumlah 2 Kolf
Auto control Negatif
No bag R8631568
Mayor Negatif
Minor Negatif
Kesimpulan Compatible
no bag S4094117
Mayor Negatif
Minor Negatif
Kesimpulan Compatible
2. Rontgen
Foto thorax
KESAN:
a. Peningkatan corakan bronchovaskuler pulmo, tak tampak proses
spesifik
b. kardiomegali
VI. PROGRAM PENGOBATAN DAN ANALISA OBAT
1. Pantoprazole diberikan dengan dosis 1x1 melalui injeksi IV.
2. Lovenox 0,4 diberikan dengan dosis 1x1 melalui injeksi IV.
3. Aspilet 80 diberikan dengan dosis 1x1 melalui oral.
4. CPG 75 diberikan dengan dosis 1x1 melalui oral.
5. Candesartan diberikan dengan dosis 1x16 mg melalui oral.
No. Nama Obat Indikasi Kontra Efek Implikasi
Indikasi Samping Keperawatan
1. Pantoprazole Meredakan Hipersensitivitas, disfungsi Mual, muntah, Kaji adanya
gejala akibat hati dan ginjal. diare, reaksi alergi
peningkatan kontipasi, dan observasi
asam lambung, mulut kering, mual muntah
seperti rasa nyeri dan konstipasi.
panas di dada, abdominal,
asam lambung flatulen,
naik, atau sulit peningkatan
menelan. enzim hati,
sakit kepala,
pusing, reaksi
No. Nama Obat Indikasi Kontra Efek Implikasi
Indikasi Samping Keperawatan
alergi.
2. Lovenox 0,4 Mencegah deep Hipersensitivitas terhadap Nyeri, Kaji adanya
vein thrombosis enoxaparin sodium dan kemerahan, reaksi alergi dan
(DVT) atau heparin riwayat heparin- edema, observasi
trombosis vena induced thrombocytopenia pendarahan, adanya
dalam serta (HIT) dalam 100 hari trombositosis, kemerahan,
mengatasi DVT terakhir dan perdarahan peningkatan edema dan
akut. mayor aktif.ss enzim hati, pendarahan.
reaksi alergi,
urtikaria,
pruritus.
DO :
TD : 190/100 mmHg
Suhu : 37,5°C
Respirasi : 22 x/menit
SpO2 : 99 %
2. DS : Intoleransi Kelemahan
aktivitas
Pasien mengatakan lelah
karena selama dirawat pasien
dianjurkan untuk bedrest.
DO :
- TD : 190/100 mmHg
- Nadi : 105 x/menit
- Suhu : 37,5°C
- Respirasi : 22 x/menit
- SpO2 : 9 %
- ADL dibantu
- Terpasang infus Nacl 20
tpm di tangaan kiri.
No. Pengelompokan Data Masalah (P) Penyebab (E)
DO :
1. SDKI : D.0006
DS :
DO :
TD : 190/100 mmHg
Suhu : 37,5°C
Respirasi : 22 x/menit
SpO2 : 99 %
Kardiomegali
2. SDKI : D.0056
DS :
Pasien mengatakan lelah karena selama dirawat pasien dianjurkan untuk bedrest.
DO :
- TD : 190/100 mmHg
- Nadi : 105 x/menit
- Suhu : 37,5°C
- Respirasi : 22 x/menit
- SpO2 : 100 %
- ADL dibantu
- Terpasang infus RL 20 tpm di tangaan kiri.
- Terpasang nasal kanul 3 lpm.
3. SDKI : D.0074
DS :
Pasien mengatakan merasa terganggu karena namun sedikit terganggu karena ada
pasien yang sedikit tidak tenang.
DO :
Pasien tampak gelisah karena baru sebentar tidur nanti sebentar bangun lagi.
4. SDKI : D.0109
DS :
DO :
Pasien tampak lemah dan tidak bisa BAK dan BAB secara mandiri
RENCANA KEPERAWATAN
Nama pasien : Bp. S Tanggal : 16 Januari 2023
Nama Mahasiswa : Muhammad Wahid Arya N Jam : 16.00 WIB
Ruangan : ICCU
No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional
oral).
- Suhu : 37,5°C
- Respirasi : 22 x/menit
- SpO2 : 99 %
DO :
- TD : 190/100 mmHg
- Suhu : 37,5°C
- Respirasi : 22 x/menit
- SpO2 : 99 %
DO :
20.00 WIB
- TD : 190/100 mmHg
- Suhu : 37,5°C
- Respirasi : 22 x/menit
- SpO2 : 99 %
E:
O:
20.45 WIB - TD : 134/75 mmHg
- Nadi : 64 x/menit
- Suhu : 36,7°C
- Respirasi : 22 x/menit
- SpO2 : 99 %
P: Lanjutkan intervensi 2, 3, 4.
DS : -
DO : Pasien mendapatkan diet BS.
E:
P: Lanjutkan intervensi 2.
20.45 WIB
E:
P: Intervensi diberhentikan.
B. Hari Ke-II
No. Diagnosa Waktu Catatan Perkembangan TTD
1. Penurunan curah jantung Selasa,17/1/2023 S: Pasien mengatakan masih pusing, tidak sesak nafas
berhubungan dengan nyeri dada berkurang .
08.00 WIB
perubahan irama jantung
O:
dibuktikan dengan (TD :
- TD : 140/75 mmHg
190/100 mmHg, Nadi :
105 x/menit, Suhu : - Nadi : 104 x/menit
37,5°C, Respirasi : 22
- Suhu : 36,5°C
x/menit, SpO2 : 99 %).
- Respirasi : 22 x/menit
- SpO2 : 99 %
09.00 WIB I:
E:
13.45 WIB O:
- TD : 128/65 mmHg
- Nadi : 92x/menit
- Suhu : 36,6°C
- Respirasi : 22 x/menit
- SpO2 : 99 %
P: Lanjutkan intervensi 4.
E:
P: Intervensi diberhentikan.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.