Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Bp. S DENGAN STEMI DI RUANG ICCU

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD WAHID ARYA NUGRAHA

(2001030)

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Bp. S dengan Stemi di Ruang
ICCU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh :

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Heni Setiasih,A. Md.Kep Ns. Nimsi Melati,S.Kep., MAN


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
STEMI adalah sindroma klinis yang terjadi karena oklusi akut arteri koroner
akibat trombosis intrakoroner yang berkepanjangan sebagai akibat ruptur plak
aterosklerosis pada dinding koroner epikardial. Pada ST Elevasi Miokard
Infark terjadi oklusi total akut arteri koroner. Diagnosis kerja awal STEMI
berdasarkan enzim jantung troponin. Kerusakan miokard tergantung pada
letak dan lama sumbatan darah, ada atau tidak kolateral. luas wilayah miokard
yang diperdarahi pembuluh darah yang tersumbat (PERKI, 2015).
Diagnosis pada pasien dengan STEMI meliputi riwayat nyeri dada/ perasaan
tidak nyaman yang bersifat substernal, lamanya lebih dari 20 menit, tidak
hilang dengan istirahat atau pemberian nitrat, disertai perjalanan, mual dan
muntah serta keringat dingin. Elevasi segmen ST > 1 mm pada dua sadapan
prekordial atau ekstremitass yang berhubungan, LBBB yang dianggap baru.
Peningkatan enzim jantung (CK-MB, troponin) (PERKI, 2015).

2. Anatomi dan Fisiologi


Jantung terletak di rongga dada, diselaputi oleh satu membrane pelindung
yang disebut pericardium. Dinding jantung terdiri atas tiga lapis yaitu
pericardium, miokardium dan endocardium. Dinding jantung terdiri atas
jaringan ikat padat yang membentuk suatu kerangka fibrosa dan otot jantung.
Serabut otot jantung bercabang-cabang dan berannastomosis secara erat
(Timurawan, 2017).
Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut
Atrium dan 2 ruang berdinding tebal disebut Ventrikel.
a. Atrium
1) Atrium kanan, berfungsi sebagai tempat penampungan darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui
vena cava superior, vena cava inferior, serta sinur koronavirus yang
berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel
kanan dan selanjutnya ke paru-paru.
2) Atrium kiri, berfungsi sebagai penerima darah yang kaya oksigen dari
kedua paru-paru melalu 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah
mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui
aorta.
b. Ventrikel (bilik)
1) Ventrikel kanan, berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
2) Ventrikel kiri, berfungsi menerima darah dari atrium kiri dan
dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel
dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.

Untuk menghubungkan antara ruang satu dengan yang lain, jantung


dilengkapi dengan katup-katup, diantaranya :

a. Katup atrioventrikuler
Berfungsi untuk memungkinkan darah mengalir masing-masing atrium ke
ventrikel pada fase diastole ventrikel dan mencegah aliran balik saat
systole (Kontraksi).
Disebut atrio-ventrikuler karena letaknya antara atrium dan ventrikel :
1) Katup trikuspidalis
Merupakan katup yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikel
kanan, serta mempunyai 3 buah daun katup. Katup mitral dan
bikuspidalis. Merupakan katup yang terletak diantara atrium kiri dan
ventrikel kiri, serta mempunyai 2 buah katup.
b. Katup semilunaris
1) Katup pulmonal
Terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari
ventrikel kanan
2) Katup aorta
Terletak diantara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar
mempunyai bentuk yang sama, yakni terdiri dari 3 daun katup yang
simeteris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan
dengan sebuah cincin serabut. Adapun katup semilunar
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama systole ventrikel dan mencegah aliran
balik waktu diastole ventrikel.

3. Epidemiologi
Penyakit kardiovaskular merupakan topik utama dalam masalah kesehatan
dunia. Dalam beberapa dekade tarakhir penyakit kardiovaskular menempati
urutan pertama penyebab morbiditas dan mortalitas di dunia. Sindrom koroner
akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang utama karena
menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi.
Berdasarkan data WHO bahwa akibat penyakit kardiovaskular, terjadi 4 juta
kematian setiap tahunnya pada 49 negara di benua Eropa dan Asia Utara. Data
yang dikeluarkan oleh American Heart Association (2016) menyatakan 15,5
juta warga Amerika memiliki penyakit kardiovaskular (Sanchis-gomar, et al,
2016).
Sedangkan, menurut Riset Kesehatan Dasar (2013), menyatakan bahwa
terdapat 0,5% prevalensi penyakit jantung koroner yang didiagnosis dokter.
Prevalensi tersebut paling tinggi di provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
DKI Jakarta dan Aceh. Di provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008-2009
berdasarkan Jakarta Acute Coronary Syndrome Registry, terdapat 2103 pasien
sindroma koroner akut dan 654 di antaranya adalah ST elevation myocardial
infarction (STEMI).
4. Etiologi
Etiologi primer dari sindroma koroner akut adalah aterosklerosis.
Aterosklerosis terjadi akibat inflamasi kronis pada pembuluh darah yang
dipicu akumulasi kolesterol pada kondisi kelainan metabolisme lemak yaitu
tingginya kadar kolesterol dalam darah. Plak aterosklerosis dapat ruptur dan
memicu pembentukan trombus sehingga terjadi oklusi pada arteri koroner.
Selain itu, terdapat juga beberapa kondisi lain yang dapat memicu sumbatan
pada arteri koroner, seperti bekuan darah dari organ tubuh lain yang terbawa
dan terjebak pada arteri koroner, komplikasi dari operasi jantung, konsumsi
kokain, yang dapat menyebabkan spasme arteri koroner, luka tusuk pada
jantung, serta peradangan pada arteri koroner.

5. Klasifikasi
Klasifikasi Sindrom Koroner Akut (Surendran, et al, 2021).
a. Angina tidak stabil atau unstable angina (UA)
Angina tidak stabil merupakan salah satu jenis penyakit jantung yang
disebabkan karena otot jantung kekurangan pasokan oksigen dan
darah. Angina tidak stabil terjadi karena adanya sumbatan pada
pembuluh darah arteri koroner di jantung.
b. Non-ST segment elevation miocardial infarction (NSTEMI)
NSTEMI adalah salah satu jenis sindrom koroner akut, yaitu kondisi
berbahaya yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah
arteri jantung. Penyumbatan ini akan membuat jantung kekurangan
oksigen.
c. ST segment elevation myocardial infarction (STEMI)
STEMI merupakan salah satu jenis serangan jantung berupa
penyumbatan pembuluh darah arteri secara total sehingga otot-otot
jantung tidak mendapat suplai oksigen.
Lokasi STEMI berdasarkan perubahan EKG:
1) Anterior
Elevasi segmen ST dan gelombang Q di V1-V4/V5
2) Anteroseptal
Elevasi segmen ST dan gelombang Q di VI-V3
3) Anterolateral
Elevasi segmen ST dan ata]f gelombang Q di V1-V6 dan I dan
AVL
4) Lateral
Elevasi segmen ST dan atau gelombang Q di V5-V6 dan inversi
gelombang I/ elevasi ST/ gelombang Q di I dan AVI
5) Inferolateral
Elevasi segmen ST dan /atau gelombang Q di Il, III, AVF, dan V5-
V6 (kadang-kadang I dan AVL
6) Inferior
Elevasi segmen ST dan atau gelombang Q di Il,II,AVF
7) Inferoseptal
Elevasi segmen ST dan gelombang Qi ILIII,AVF,V1-V3
8) RV infarction
Elevasi segmen ST di precordial lead (V3R-VAR). Biasanva
ditemukan konjungsi pada infark inferior. Keadaan in hanya
tampak dalam beberapa jam pertama infark.

6. Manifestasi Klinis / Tanda Gejala


Gejala yang dirasakan oleh pengidap sindrom koroner akut, antara lain :
a. Nyeri dada timbul secara tiba-tiba.
b. Nyeri dada yang khas, seperti tertindih benda berat.
c. Nyeri menjalar dari bagian dada ke leher, bahu kiri, lengan kiri, dan
rahang.
d. Sesak napas.
e. Mual atau muntah.
f. Lemas hingga pingsan.
g. Keluar keringat dingin.
h. Kelelahan yang parah.
i. Detak jantung cepat atau tidak teratur.

7. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
sindrom koroner akut, antara lain :
a. Usia 45 tahun ke atas untuk pria dan 55 tahun ke atas untuk wanita.
b. Berat badan berlebih atau obesitas.
c. Jarang melakukan aktivitas fisik dan berolahraga.
d. Memiliki kadar kolesterol yang tinggi dalam darah.
e. Memiliki kebiasaan merokok.
f. Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau stroke.
g. Mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi.
h. Pengidap penyakit diabetes.
i. Mengonsumsi banyak makanan berlemak.

8. Patofisiologi
Patofisiologi sindrom koroner akut, baik angina tidak stabil maupun non-ST
segment elevation myocardial infarction (NSTEMI) adalah sama, yakni ruptur
plak aterosklerosis yang diikuti pembentukan trombus pada lesi. Trombus
yang terbentuk kemudian kembali ditutupi oleh plak aterosklerosis sehingga
pembuluh darah semakin menyempit.
Plak yang ruptur akan menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan
perubahan pada pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) yang menunjukkan
gambaran iskemik. Bila iskemik berlanjut, nekrosis dapat terjadi pada otot
miokardium yang ditandai dengan peningkatan level enzim jantung (PERKI,
2016).

9. Pathway
10. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis SKA antara
lain:
a. Elektrokardiogram (EKG) untuk menilai gangguan pada jantung.
b. Pemeriksaan darah untuk mengukur peningkatan enzim jantung.
c. Rontgen dada untuk menilai gambaran jantung.
d. Echocardiografy untuk mengevaluasi fungsi kerja jantung.
e. Angiografi untuk menilai sumbatan pada arteri koroner.

11. Komplikasi
Sindroma koroner akut (SKA) dapat menyebabkan nekrosis jaringan pada
organ jantung sehingga selain dapat menimbulkan kematian, dapat juga
menyebabkan komplikasi seperti aritmia (misalnya fibrilasi atrium, takikardi
ventrikular, fibrilasi ventrikular), trombus ventrikel kiri, fibrosis jantung,
gagal jantung, disfungsi katup mitral, dan aneurisma ventrikel.

12. Penatalaksanaan
a. Aktivitas
Pasien dengan STEMI harus berada di tempat tidur selama 12 jam pertama
untuk mengurangi kerja jantung selama masa awal infark. Kemudian
dilanjut dengan postur tegak dengan menggantung kaki ke sisi tempat
tidur dan duduk di kursi selama 24 jam pertama
b. Diet
Karena adanya risiko emesis dan aspirasi setelah STEMI, pasien akan
diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun pada 4-12 jam pertama.
Diet yang diberikan karbohidrat kompleks 5-55 % dari kebutuhan kalori,
tinggi serat, kalium, magnesium tetapi rendah natrium
c. Bowel
Bedrest dan efek narkotik yang digukan untuk menghilangkan nyeri
seringkali menyebabkan konstipasi.
d. Farmakoterapi
Beberapa terapi farmakologis dapat diberikan, antara lain : nitrogliserin,
morfin, aspirin, beta blocker, ACE inhibitor. Sedangkan, terapi reperfusi
dengan percutaneous coronary intervention (PCI) primer ataupun dengan
terapi fibrinolysis (PERKI, 2018).

13. Pencegahan
Untuk mencegah STEMI dilakukan dengan melakukan pola hidup yang sehat,
yakni:
a. Menghindari makanan tinggi karbohidrat dan lemak.
b. Menghindari konsumsi alcohol.
c. Berhenti merokok.
d. Meningkatkan aktivitas fisik, misalnya dengan melakukan olahraga rutin
selama 30-45 menit sebanyak 3-5x tiap minggu.
e. Menjaga berat badan ideal.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995;
Dermawan, 2012). Pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan. Di sini semua data di kumpulkan secara sistematis guna
menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara
komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial maupun
spiritual klien. Secara umum pengkajian pada stemi meliputi menurut
(Tarwoto dan Wartonah dalam DEWI, 2020) :
a. Identitas klien berupa: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, status perkawinan, suku bangsa, tanggal masuk, nomor
registrasi dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama, pada umumnya keluhan pada stemi adalah rasa nyeri pada
dada dan pasien sesak.
c. Riwayat penyakit sekarang berupa kronologi kejadian terjadinya penyakit
sehingga bisa terjadi penyakit seperti sekarang.
d. Riwayat penyakit dahulu, ditemukan kemungkinan penyebab jantung dan
petunjuk berapa lama sakit tersebut akan sembuh
e. Riwayat penyakit keluarga merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya stemi.
f. Riwayat psikososial merupakan respon emosi klien terhadap penyakit
yang diderita dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat yang
mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari.
g. Pola-pola fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat,
Pada stemi biasanya klien merasa nyeri pada bagian dada, maka klien
harus menjalani penatalaksanaan untuk membantu penyembuhan
jantungnya. Selain itu diperlukan pengkajian yang meliputi kebiasaan
hidup klien,seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu
metabolisme kalsium, penggunaan alkohol, klien melakukan olahraga
atau tidak.
2) Pola nutrisi dan metabolisme Klien
Stemi harus mengkonsumsi nutrisi yang lebih dari kebutuhan sehari-
hari seperti : kalsium, zat besi, protein, vitamin C untuk membantu
proses penyembuhan.
3) Pola eliminasi
Perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau untuk mengetahui
adanya kesulitan atau tidak. Hal yang perlu dikaji dalam eliminasi
berupa buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK).
4) Pola tidur dan istirahat
Klien biasanya merasa nyeri dan gerakannya terbatas sehingga dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.
5) Pola aktivitas
Pola aktivitas Adanya nyeri dan gerak yang terbatas, aktifitas klien
menjadi berkurang dan butuh bantuan dari orang lain.
6) Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena
menjalani perawatan di rumah sakit.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Klien stemi akan timbul ketakutan akan kecacatan akibat stemi, rasa
cemas, rasa ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal dan
gangguan citra tubuh.
8) Pola sensori dan kognitif
Kecepatan frekuensi nadi meningkat terutama pada frekuensi jantung.
9) Pola reproduksi seksual
Klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani
rawat inap dan keterbatasan gerak.
10) Pola penanggulangan stress
Pada klien stemi timbul rasa cemas akan keadaan dirinya, takut
mengalami kecacatan dan fungsi tubuh.
11) Pola tata nilai dan keyakinan
Klien tidak bisa melaksanakan ibadah dengan baik karena klien tidak
bisa bergerak secara berlebihan dan keterbatasan fisik.
h. Pemeriksaan Fisik
Terdapat dua pemeriksaan umum pada stemi yaitu gambaran umum dan
keadaan lokal berupa :
1) Gambaran umum
Pemeriksa perlu memperhatikan pemeriksaan secara umum meliputi
hal-hal sebagai berikut :
Keadaan umum yaitu baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda seperti berikut ini : Kesadaran klien yaitu apatis, sopor, koma,
gelisah dan compos mentis. Kesakitan, keadaan penyakit yaitu akut,
kronik, ringan, sedang, berat, dan pada kasus stemi biasanya akut.
Tanda- tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
2) Pemeriksaan dari kepala ke ujung jari kaki atau tangan
Perlu dikaji frekuensi,kepekatan,warna,bau untuk mengetahui adanya
kesulitan atau tidak.Hal yang perlu dikaji dalam eliminasi berupa
buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang
masalah pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah
melalui tindakan keperawatan menurut Gordon (1982, dalam Dermawan,
2012).
Diagnosa Keperawatan :
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia).
b. Defisit perawatan diri Toileting b.d kelemahan
c. Deficsit perawatan diri makan dan minum b.d kelemahan
d. Penurunan curah jantung b.d irama jantung.
e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan

1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi 1. Mengidentifikasi status nyeri


berhubungan tindakan keperawatan … nyeri. klien.
dengan agen x24 jam diharapkan
2. Identifikasi skala 2. Mengetahui tingkat nyeri
pencedera tingkat nyeri akan
nyeri. klien sudah berkurang atau
fisiologis (iskemia) menurun dengan kriteria
semakin meningkat.
:
3. Mengajarkan klien
3. Berikan teknik
1. Keluhan nyeri akan
mengurangi rasa nyeri
menurun (skala nyeri nonfarmakologi
dengan terapi
terapi nafas dalam.
1).
nonfarmakologis.
2. Frekuensi nadi akan
4. Memberikan pengetahuan
membaik (60-100 4. Ajarkan klien dan pada klien tentang
x/menit). keluarga strategi meredakan nyeri.
meredakan nyeri.
3. Pola napas akan
5. Ketepatan dosis dan jenis
membaik (16-20
x/menit). 5. Kolaborasi analgesik yang sesuai
pemberian dosis dan dengan kondisi kesehatan
4. Tekanan darah akan
jenis analgesik, klien.
membaik (120/80
sesuai indikasi.
mmHg).

2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Identifikasi tanda dan 1. Mengetahui penyebab


jantung tindakan keperawatan gejala primer pasien mengalami dispnea.
berhubungan selama …x24 jam, maka penurunan curah
dengan perubahan diharapkan curah jantung (dispnea).
irama jantung jantung meningkat
2. Monitor keluhan
dengan kriteria hasil: 2. Mengetahui tempat dan
nyeri dada.
lokasi mana yang nyeri
1. Kekuatan nadi perifer
akan meningkat. dada.
3. Berikan relaksasi
3. Mengurangi stress dapat
2. Gambaran EKG
untuk mengurangi
aritmia akan menurunkan tekanan darah
stress.
dan mencegah terjadinya
menurun.
serangan jantung.

4. Anjurkan beraktivitas 4. Meningkatkan aktivitas


fisik secara bertahap. pasien secara bertahap.

5. Rujuk ke program 5. Memberikan penanganan


rehabilitasi jantung. yang tepat pada pasien.

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Berikan aktivitas 1. Mengurangi


berhubungan tindakan keperawatan pengalihanyang komplikasi/peprahan pada
dengan kelemahan selama …x24 jam, maka berisfat nonstress. miokard.
diharapkan toleransi
2. Ajarkan apsien posisi 2. Mengurangi beban kerja
akan aktivitas meningkat
tirah baring. miokard dan konsumsi
dengan kriteria hasil:
oksigen.
1. Keluhan lelah akan
3. Kegiatan progresif
3. Ajarkan pasien pola
menurun.
memberikan beban yang
peningkatan tingkat
2. Dispnea saat terkontrol pada jantung
aktivitas.
aktivitas akan
menurun.

3. Dispnea setelah
aktivitas akan
menurun.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl Pengkajian: 16 Desember 2022 Pukul: 15.00 Oleh: Arya

I. IDENTITAS
A. Pasien
Nama : Bp. S
Tempat/tgl lahir (umur) : 13 Agustus 1956 (66 tahun)
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Tgl. Masuk RS : 14 Desember 2023
No. RM : 0090****
Ruang : ICCU
Diagnosis Medis : Stemi
Alamat : Sleman, Yogyakarta

B. Keluarga/ penanggungjawab
Nama :
Hubungan :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Kesehatan Pasien
1. Keluhan utama :
Pasien mengatakan lemas.
2. Keluhan tambahan :
Pasien juga mengatakan merasakan pusing, sesak nafas nyeri dada
3. Alasan utama masuk Rumah Sakit :
Pasien mengatakan alasan masuk rumah sakit karena ingin melakukan
HD di PMI gamping
4. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan ingin melakukan HD di PMI gamping, namun
disarankan untuk ke rumah sakit besar karena HB rendah dan stok
darah tidak ada, lalu pasien ke RS Bethesda, setelah sampai di IGD
dilakukan anamnese, pasien mengatakan BAB brwarna hitam, dan
mengatakan mempunyai riwayat penyakit CKD dan rutin HD 2x
1minggu (rabu dan sabtu), di IGD pasien mendapatkan terapi infus
NACL 0,9%, esomeprazole 1x40mg Iv, lovenox 1x0,4 Sc, CPG
1x75mg, aspilet 1x80mg, atorvastatin 1x20mg, anemolat 3xmg, caco3
3x500mg, setelah itu pasien dibawa ke ruang ICCU untuk diberikan
tindakan lebih lanjut.
5. Riwayat Penyakit yang lain :
Hipertensi, CKD
6. Alergi :
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan maupun
obat.

B. Kesehatan Keluarga
1. Genogram
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal dunia

: Pasien

III. POLA FUNGSI KESEHATAN


A. Pola nutrisi-metabolik
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan kadang makan 1-2 kali sehari. Pasien mengatakan
bila minum bisa menghabiskan sekitar 1 liter per hari.
2. Selama sakit
Pasien mengatakan selama sakit, frekuensi makan 2× sehari dan porsi
yang dihabiskan yaitu ½ dari porsi yang disediakan, minum sebanyak
80-100 ml setiap harinya.

B. Pola eliminasi selama sakit


1. Sebelum sakit
a. Buang Air Besar (BAB)
Pasien buang air besar sebanyak 1x sehari, dengan konsistensi
lembek dan warna coklat.
b. Buang Air Kecil (BAK)
Pasien buang air kecil sehari bisa 5x , warna urin pasien khas urin
yaitu kuning jernih.
2. Selama sakit
a. Buang Air Besar (BAB)
Pasien mengatakan semenjak dirawat di rumah sakit pasien BAB
1x 1-2 hari, dengan konsistensi lembek dan warna hitam.
b. Buang Air Kecil (BAK)
Pasien mengatakan selama sakit buang air kencing sebanyak
sekitar 4-5x sehari, warna urin pasien khas urin yaitu kuning
jernih, tidak ada keluhan lain yang dialami.

C. Pola aktivitas dan kebutuhan istirahat tidur


1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas sendiri,
mulai dari mandi, makan, bekerja dan kegiatan harian lainnya.
a. Keadaan aktivitas
Aktifitas 0 1 2 3 4

Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Eliminasi √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Memasak √
Belanja √
Merapikan rumah √

Keterangan : 0 : Mandiri

1 : Alat bantu

2 : Dibantu orang lain

3 : Dibantu orang lain dan alat

4 : Tergantung total

1) Kebutuhan tidur
Pasien mengatakan tidur malam sekitar 6 jam dan jarang
tidur siang.
2) Kebutuhan istirahat
Pasien mengatakan kurang waktu untuk istirahat karena
bekerja sebagai buruh.
2. Selama sakit
a. Keadaan aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di TT √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan : 0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
b. Kebutuhan tidur
Pasien mengatakan sangat tercukupi karena di ruang ICCU pasien
hanya berbaring saja di tempat tidur dan tidak boleh melakukan
aktivitas yang lain, namun sedikit terganggu karena ada pasien
yang sedikit tidak tenang.
c. Kebutuhan istirahat
Pasien mengatakan bila kebutuhan istirahat pasien tercukupi
selama sakit karena hanya tidur dan tidak melakukan aktivitas
yang lain.

D. Pola Kebersihan Diri


Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari pagi dan sore menggunakan air
dan sabun, lalu untuk keramas setiap pulang kerja menggunakan shampo.
Telinga, mata, mulut juga setiap hari dibersihkan berbarengan dengan
mandi. Selama sakit pasien tetap mandi namun dibantu oleh orang lain,
terutama untuk menyiapkan alat dan berpakaian perlu bantuan dari orang
lain.

E. Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan


Pasien mengatakan jika merokok, tidak minum alkohol, NAPZA dan kopi.

F. Pola Reproduksi-Seksualitas
Pasien mengatakan tidak mengalami keluhan selama melakukan hubungan
seksual.

G. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori
Pasien dalam keadaan sadar, pasien juga masih mengingat jam, tanggal,
bulan, waktu dan tahun. Ketika diajak komunikasi pasien dapat menjawab
dengan jelas dan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Pasien
tidak memakai alat bantu lihat dan alat bantu dengar.

H. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri


Pasien bisa menyebutkan identitas diri secara lengkap dan pasien juga
orangnya mudah bergaul, pasien berharap semoga lekas bisa sembuh agar
dapat beraktivitas kembali seperti semula.

I. Pola Mekanisme Koping


Pasien mengatakan pengambilan keputusan dilakukan oleh diri sendiri
namun didahului oleh diskusi bersama keluarga. Jika pasien memiliki
masalah pasien akan bercerita ke istri untuk mencari jawaban dari
masalahnya.

J. Pola Peran-Berhubungan
Pasien mengatakan semenjak sakit aktivitas menjadi terganggu namun
untuk hubungan dengan orang lain masih baik-baik saja.

K. Pola Nilai Dan Keyakinan


Pasien mengatakan sebelum sakit melakukan ibadah. Dan selama sakit
pasien tetap berdoa dari tempat tidur.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pengukuran tinggi badan
TB : 150 cm
B. Pengukuran berat badan
BB : 50 kg
IMT : 22,22 (Normal)
C. Pengukuran tanda vital
TD : 190/100 mmHg
Nadi : 105 x/menit
Suhu : 37,5°C
Respirasi : 22 x/menit
SpO2 : 99 %
D. Tingkat kesadaran kualitatif
1. Kuantitatif
Kesadaran pasien compos mentis atau dalam keadaan sadar penuh.
2. Kualitatif
E : 4, V : 5, M : 6
Ketika diberikan rangsangan nyeri, pasien membuka mata spontan dan
mendapat nilai 4, lalu ketika diberikan rangsangan nyeri kembali
pasien dapat menjawab dengan kalimat baik jika ia merasakan nyeri
dan pasien mengetahui nama sendiri dan berada dimana saat ini,
mendapat nilai 5. Lalu ketika diberi rangsang nyeri lagi, pasien dapat
menuruti perintah untuk menunjukan dimana lokasi nyeri.
E. Keadaan umum
Pasien tampak sakit sedang dan sedikit lemas dan kedinginan karena
pasien merasakan pusing, pasien terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri
Urutan Pemeriksaan Fisik:
1. Integumen
Warna kulit pasien sawo matang, kulit lembab, tidak terdapat bekas
luka dan lesi.
2. Kepala
Bentuk kepala normocephal, kulit kepala bersih, tidak ada luka, tidak
ada lesi, pertumbuhan rambut merata, warna rambut hitam ada dan
wajah simetris.
3. Mata
Konjungtiva merah muda, tidak menggunakan alat bantu melihat
seperti kacamata, mata tidak merah.
4. Telinga
Telinga tampak bersih dan pasien tidak menggunakan alat bantu
dengar.
5. Hidung
Posisi septum ditengah, hidung bersih tidak terdapat kotoran, terdapat
bulu-bulu hidung, tidak ada sekret, tidak terdapat sinus, terpasang
nasal kanul 3 lpm.
6. Mulut dan tenggorokan
Kemampuan berbicara lancar, mukosa bibir tampak kering, warna
lidah merah muda, tidak ada kawat gigi.
7. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
8. Tengkuk
Kaku kuduk negatif.
9. Dada
Dada pasien tampak simetris, tidak ada kelainan bentuk pada payudara
dan dada, tidak terdapat bekas luka, tidak ada benjolan, tidak ada suara
nafas tambahan.
10. Punggung
Tidak ada kelainan bentuk punggung, tidak terdapat bekas luka dan
lesi.
11. Abdomen
Warna kulit sawo matang, simetris, tidak terdapat strech smark, bising
usus 15 x/menit. Terdapat bekas luka post op CKD
12. Anus dan rectum
Tidak terkaji
13. Genetalia
Tidak terkaji.
14. Ekstremitas
a. Atas
Tangan pasien berjumlah 2, jari-jari lengkap, capilary refil < 2
detik, tidak ada edema, terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri.
b. Bawah
Kaki pasien berjumlah 2, jari-jari lengkap, tidak ada kelainan
bentuk kaki, tidak ada varices, tidak terdapat bekas luka.
c. Range of motion
Pasien dibantu oleh keluarga atau perawat untuk bergerak dan
berpindah posisi di tempat tidur.

V. DIANOSTIK TEST
1. Laboratorium
14 Januari 2023
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai/Rujukan

Hemoglobin 6.4 g/dL 13.2 - 17.3

Leukosit 6.05 Ribu/mmk 4.5-11.5

Eosinofil 2.5 % 2-4

Basofil 0.3 % 0-1

Segmen neutrofil 54.0 % 50-70

Limfosit 34.9 % 18-42

Monosit 8.3 % 2-8

Limfosit total 2.1 103/µL 1.5-3.7

Rasio Neutrofil 1.57 < 3.13


Limfosit

Hematokrit 20.4 % 40.0 - 54.0


Eritrosit 2.09 Juta/mmk 4.50 - 6.20

RDW 15.9 % 11.5-14.5

MCV 97.6 fL 80.0-94.0

MCH 30.6 Pg 26.0-32.0

MCHC 31.4 g/dL 32.0-36.0

Trombosit 326 Ribu/mmk 150-450

MPV 9.6 fL 7.2-11.1

PDW 9.7 fL 9.0-13.0

Glukosa Sesaat 136.0 mg/dL 70-140


POCT

Ureum 68.5 mg/dL 17.0-54.0

Antigen Rapid Negative Negative


SARS-CoV-2

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai/Rujukan

Golongan darah B

Golonan rhesus Positif

komponen PRC

jumlah 2 Kolf
Auto control Negatif

No bag R8631568

Mayor Negatif

Minor Negatif

Kesimpulan Compatible

no bag S4094117

Mayor Negatif

Minor Negatif

Kesimpulan Compatible

2. Rontgen
Foto thorax
KESAN:
a. Peningkatan corakan bronchovaskuler pulmo, tak tampak proses
spesifik
b. kardiomegali
VI. PROGRAM PENGOBATAN DAN ANALISA OBAT
1. Pantoprazole diberikan dengan dosis 1x1 melalui injeksi IV.
2. Lovenox 0,4 diberikan dengan dosis 1x1 melalui injeksi IV.
3. Aspilet 80 diberikan dengan dosis 1x1 melalui oral.
4. CPG 75 diberikan dengan dosis 1x1 melalui oral.
5. Candesartan diberikan dengan dosis 1x16 mg melalui oral.
No. Nama Obat Indikasi Kontra Efek Implikasi
Indikasi Samping Keperawatan
1. Pantoprazole Meredakan Hipersensitivitas, disfungsi Mual, muntah, Kaji adanya
gejala akibat hati dan ginjal. diare, reaksi alergi
peningkatan kontipasi, dan observasi
asam lambung, mulut kering, mual muntah
seperti rasa nyeri dan konstipasi.
panas di dada, abdominal,
asam lambung flatulen,
naik, atau sulit peningkatan
menelan. enzim hati,
sakit kepala,
pusing, reaksi
No. Nama Obat Indikasi Kontra Efek Implikasi
Indikasi Samping Keperawatan
alergi.
2. Lovenox 0,4 Mencegah deep Hipersensitivitas terhadap Nyeri, Kaji adanya
vein thrombosis enoxaparin sodium dan kemerahan, reaksi alergi dan
(DVT) atau heparin riwayat heparin- edema, observasi
trombosis vena induced thrombocytopenia pendarahan, adanya
dalam serta (HIT) dalam 100 hari trombositosis, kemerahan,
mengatasi DVT terakhir dan perdarahan peningkatan edema dan
akut. mayor aktif.ss enzim hati, pendarahan.
reaksi alergi,
urtikaria,
pruritus.

3. Aspilet 80 Mencegah Hiersensitivitas, gangguan Anemia, Kaji adanya


agregasi platelet hati dan ginjal yang parah. pusing, asma, reaksi alergi dan
pada kondisi dipsnea, ruam, observasi
angina yang reaksi alergi. adanya dipsnea.
tidak stabil dan
serangan
No. Nama Obat Indikasi Kontra Efek Implikasi
Indikasi Samping Keperawatan
iskemik otak
yang terjadi
sesaat.
4. CPG 75 Mengurangi Hipersensitivitas Sakit kepala, Kaji adanya
kejadian pusing, ruam, reaksi alergi dan
aterosklerosis insomnia, observasi
pada pasien gangguan adanya sakit
yang berisiko gastointestinal kepala, mntah,
tinggi, termasuk (seperti: dan ruam.
pasien yang sembelit,
memiliki muntah).
riwayat infark
miokard dan
gejala lain dari
sindrom koroner
akut, stroke,
serta penyakit
No. Nama Obat Indikasi Kontra Efek Implikasi
Indikasi Samping Keperawatan
arteri perifer.
5. Candesartan Untuk Hipersensitivitas Infeksi saluran Kaji adanya
pengobatan pada pernafasan reaksi alergi dan
pasien dengan bagian atas, observasi sakit
gagal jantung nyeri kepala, nafsu
dan gangguan punggung, dan makan, dan
fungsi sistolik pusing. mual muntah.
ventrikel kiri
ketika obat
penghambat
ACE tidak
ditoleransi.
VII. RENCANA PULANG
1. Pasien mengatakan tinggal bersama istri dan anak
2. Pasien mengatakan setelah pulang ingin tinggal di rumah.
3. Pasien mengatakan menggunakan layanan kesehatan sebelumnya yaitu
klinik.
4. Pasien mengatakan kendaraan yang akan digunakan saat pulang yaitu
kendaraan pribadi.
5. Pasien mengatakan keuangan sudah ditanggung BPJS.
6. Pasien mengatakan perawatan setelah pulang akan dibantu oleh anaknya
dan istri.
7. Pasien mengatakan membutuhkan kursi roda setelah pulang.
ANALISA DATA

No. Pengelompokan Data Masalah (P) Penyebab (E)

1. DS : Penurunan curah Perubahan irama


jantung jantung
Pasien mengatakan pusing.

DO :

TD : 190/100 mmHg

Nadi : 105 x/menit

Suhu : 37,5°C

Respirasi : 22 x/menit

SpO2 : 99 %

2. DS : Intoleransi Kelemahan
aktivitas
Pasien mengatakan lelah
karena selama dirawat pasien
dianjurkan untuk bedrest.

DO :

- TD : 190/100 mmHg
- Nadi : 105 x/menit
- Suhu : 37,5°C
- Respirasi : 22 x/menit
- SpO2 : 9 %
- ADL dibantu
- Terpasang infus Nacl 20
tpm di tangaan kiri.
No. Pengelompokan Data Masalah (P) Penyebab (E)

3. DS : Gangguan rasa Kurang


nyaman pegendalian
Pasien mengatakan merasa
lingkungan
terganggu karena namun
sedikit terganggu karena ada
pasien yang sedikit tidak
tenang.

DO :

Pasien tampak gelisah karena


baru sebentar tidur nanti
sebentar bangun lagi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan

1. SDKI : D.0006

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung


dibuktikan dengan :

DS :

Pasien mengatakan pusing.

DO :

TD : 190/100 mmHg

Nadi : 105 x/menit

Suhu : 37,5°C

Respirasi : 22 x/menit

SpO2 : 99 %

Kardiomegali

Peningkatan corakan bronchovaskuler pulmo

2. SDKI : D.0056

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan :

DS :

Pasien mengatakan lelah karena selama dirawat pasien dianjurkan untuk bedrest.

DO :

- TD : 190/100 mmHg
- Nadi : 105 x/menit
- Suhu : 37,5°C
- Respirasi : 22 x/menit
- SpO2 : 100 %
- ADL dibantu
- Terpasang infus RL 20 tpm di tangaan kiri.
- Terpasang nasal kanul 3 lpm.

3. SDKI : D.0074

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang pengendalian lingkungan


dibuktikan dengan :

DS :

Pasien mengatakan merasa terganggu karena namun sedikit terganggu karena ada
pasien yang sedikit tidak tenang.

DO :

Pasien tampak gelisah karena baru sebentar tidur nanti sebentar bangun lagi.

4. SDKI : D.0109

Deficit perawatan diri toileting berhubungan dengan kelemahan

DS :

Pasien mengatakan tidak mampu BAK dan BAB secara mandiri

DO :

Pasien tampak lemah dan tidak bisa BAK dan BAB secara mandiri
RENCANA KEPERAWATAN
Nama pasien : Bp. S Tanggal : 16 Januari 2023
Nama Mahasiswa : Muhammad Wahid Arya N Jam : 16.00 WIB
Ruangan : ICCU
No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional

1. SDKI : D.0006 SLKI : L.02008 SIKI : I.03117


a. Mengetahui tempat
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan a. Monitor keluhan
dan lokasi mana yang
berhubungan dengan keperawatan 2 x 24 jam nyeri dada.
nyeri dada.
perubahan irama jantung diharapkan curah jantung b. Berikan relaksasi
b. Mengurangi stress
dibuktikan dengan pasien akan meningkat dengan untuk mengurangi
dapat menurunkan
mengatakan sudah tidak kriteria hasil : stress (napas dalam).
tekanan darah dan
ada nyeri dada dan hanya c. Anjurkan
a. Tekanan darah akan mencegah terjadinya
pusing (TD : 190/100 beraktivitas fisik
membaik. serangan jantung.
mmHg, Nadi : 105 x/menit, secara bertahap.
b. Takikardi akan c. Melatih aktivitas
Suhu : 37,5°C, Respirasi : d. Kolaborasi
menurun. pasien secara bertahap.
22 x/menit, SpO2 : 99 %). pemberian obat
d. Ketepatan jenis dan
aritmia (Aspilet 80,
dosis yang sesuai
CPG 75, Candesartan
kondisi pasien.
diberikan melalui
No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional

oral).

2. SDKI : D.0056 SLKI : L.05047 SIKI : I.05178


a. Meningatkan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan a. Monitor pola tidur.
kesehatan kondisi
berhubungan dengan keperawatan 2 x 24 jam
pasien dengan menjaga
kelemahan dibuktikan diharapkan toleransi
pola tidur.
dengan pasien mengatakan aktivitas akan meningkat
b. Menciptakan
lelah karena selama dirawat dengan kriteria hasil : b. Sediakan lingkungan
lingkungan yang
pasien dianjurkan untuk nyaman dan rendah
a. Frekuensi nadi akan tenang dan nyaman
bedrest, ADL dibantu, (cahaya, suara, dan
meningkat (60-100 agar pasien lebih
terpasang infus Nacl 20 kunjungan).
x/menit). rileks.
tpm di tangaan kiri c. Anjurkan tirah
b. Tekanan darah akan
baring.
membaik (120/80
d. Kolaborasi dengan
mmHg). c. Mengurangi beban
ahli gizi tentang cara
kerja jantung.
meningkatkan
d. Memenuhi kebutuhan
asupan makanan.
nutrisi yang sesuai
dengan kondisi pasien.
No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional

3. SDKI : D.0074 SLKI : L.14137 SIKI : I.09326


a. Mengetahui respons
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan a. Observasi respons
pasien terhadap teknik
berhubungan dengan keperawatan 2 x 24 jam terhadap terapi
relaksasi (napas
kurang pengendalian diharapkan tingkat infeksi relaksasi (napas
dalam) yang telah
lingkungan dibuktikan akan meningkat dengan dalam).
diajarkan.
dengan pasien mengatakan kriteria hasil :
b. Meningkatkan
merasa terganggu karena b. Gunakan pakaian
a. Gelisah akan menurun. sirkulasi pada tubuh
namun sedikit terganggu longgar.
b. Rileks akan meningkat. pasien.
karena ada pasien yang
c. Kebisingan akan
sedikit tidak tenang.
menurun.
c. Menganjurkan pasien
mengambil posisi
nyaman. c. Memberikan
kenyamanan pada
pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Bp. S
Ruangan : ICCU
Diagnosa medis : STEMI
A. Hari Ke-I
No. Diagnosa Waktu Catatan Perkembangan TTD

1. Penurunan curah jantung Senin, 16/1/2023 I:


berhubungan dengan
17.00 WIB 1. Memonitor keluhan nyeri dada.
perubahan irama jantung
DS : Pasien mengatakan nyeri dada sudah tidak
dibuktikan dengan (TD :
190/100 mmHg, Nadi : ada.

105 x/menit, Suhu : DO :


37,5°C, Respirasi : 22
- TD : 190/100 mmHg
x/menit, SpO2 : 99 %).
- Nadi : 105 x/menit

- Suhu : 37,5°C
- Respirasi : 22 x/menit

- SpO2 : 99 %

2. Memberikan relaksasi (napas dalam) untuk


mengurangi nyeri.
18.15 WIB
DS : Pasien mengatakann pusing.

DO :

- TD : 190/100 mmHg

- Nadi : 105 x/menit

- Suhu : 37,5°C

- Respirasi : 22 x/menit

- SpO2 : 99 %

3. Menganjurkan beraktivitas fisik secara bertahap.

DS : Pasien mengatakan masih pusing.

DO : Pasien tampak masih lemas dan masih


18.20 WIB dianjurkan untuk bedrest.

4. Memberikan obat aritmia (Aspilet 80, CPG 75,


Candesartan diberikan melalui oral).

DS : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang.

DO :
20.00 WIB
- TD : 190/100 mmHg

- Nadi : 105 x/menit

- Suhu : 37,5°C

- Respirasi : 22 x/menit

- SpO2 : 99 %

E:

S: Pasien mengatakan masih pusing, nyeri dada


sedikit berkurang.

O:
20.45 WIB - TD : 134/75 mmHg

- Nadi : 64 x/menit

- Suhu : 36,7°C

- Respirasi : 22 x/menit

- SpO2 : 99 %

A: Masalah penurunan curah jantung belum teratasi.

P: Lanjutkan intervensi 2, 3, 4.

2. Intoleransi aktivitas Senin, 16/1/2023 I:


berhubungan dengan
18.20WIB 1. Memonitor pola tidur.
kelemahan dibuktikan
DS : Pasien mengatakan waktu untuk tidur sudah s
dengan pasien
mengatakan lelah karena tercukupi di ruang ICCU.

selama dirawat pasien DO : Pasien tampak banyak istirahat dan tidur,


dianjurkan untuk bedrest, karena pasien dianjurkan bedrest.
ADL dibantu, terpasang
2. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
infus Nacl 20 tpm di
tangaan kiri. (cahaya, suara, dan kunjungan).

DS : Pasien mengatakan lingkungan sudah


nyaman, namun pasien sedikit terganggu jika ada
18.30 WIB
pasien yang tidak tenang.

DO : Pasien tampak gelisah saat ada pasien yang


tidak tenang.

3. Menganjurkan tirah baring.

DS : Pasien mengatakan sejak masuk ruang ICCU


pasien sudah dianjurkan untuk bedrest.

DO : ADL pasien dibantu oleh perawat atau


keluarga dan tidak dianjurkan beraktivitas terlebih
18.35 WIB
dahulu.

4. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara


meningkatkan asupan makanan.

DS : -
DO : Pasien mendapatkan diet BS.

E:

S: Pasien mengatakan sudah mulai terbiasa untuk


bedrest total di ruang ICCU.
18.40 WIB
O: ADL dibantu, terpasang infus Nacl 20 tpm di
tangaan kiri dan terpasang nasal kanul 3.

A: Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi.

P: Lanjutkan intervensi 2.
20.45 WIB

3. Gangguan rasa nyaman Senin, 16/1/2023 I:


berhubungan dengan
18.30 WIB 1. Mengobservasi respons terhadap terapi relaksasi
kurang pengendalian
(napas dalam).
lingkungan dibuktikan
dengan pasien DS : -

mengatakan merasa DO : Pasien tampak mengikuti relaksasi yang


terganggu karena namun diajarkan oleh praktikan.
sedikit terganggu karena
2. Menggunakan pakaian longgar.
ada pasien yang sedikit
18.50 WIB DS : -
tidak tenang.

DO : Pasien tampak sudah menggunakan pakaian


yang longgar dari ruang ICCU.

3. Menganjurkan pasien mengambil posisi nyaman.

DS : Pasien mengatakan posisi yang sekarang


18.55 WIB
sudah posisi yang nyaman (semi fowler)

DO : Pasien sudah tampak nyaman dengan posisi


yang sekarang (semi fowler)

E:

S: Pasien mengatakan untuk relaksasi yang diajarkan

20.50 WIB oleh praktikan sudah membantu dan bisa


melakukannya sendiri.

O: Pasien sudah tampak tenang dan rileks.


A: Masalah gangguan rasa nyaman sudah teratasi.

P: Intervensi diberhentikan.

B. Hari Ke-II
No. Diagnosa Waktu Catatan Perkembangan TTD

1. Penurunan curah jantung Selasa,17/1/2023 S: Pasien mengatakan masih pusing, tidak sesak nafas
berhubungan dengan nyeri dada berkurang .
08.00 WIB
perubahan irama jantung
O:
dibuktikan dengan (TD :
- TD : 140/75 mmHg
190/100 mmHg, Nadi :
105 x/menit, Suhu : - Nadi : 104 x/menit
37,5°C, Respirasi : 22
- Suhu : 36,5°C
x/menit, SpO2 : 99 %).
- Respirasi : 22 x/menit

- SpO2 : 99 %

- ADL masih dibantu.


A: Masalah penurunan curah jantung belum teratasi.

08.15 WIB P: Lanjutkan intervensi 2, 3, 4.

09.00 WIB I:

09.30 WIB 2. Memberikan relaksasi (napas dalam) untuk


mengurangi stress.

3. Menganjurkan beraktivitas fisik secara bertahap.

4. Memberikan obat aritmia (Aspilet 80, CPG 75,


Candesartan diberikan melalui oral).

E:

S: Pasien mengatakan pusing berkurang dan nyeri


dada sudah tidak dirasakan .

13.45 WIB O:

- TD : 128/65 mmHg

- Nadi : 92x/menit
- Suhu : 36,6°C

- Respirasi : 22 x/menit

- SpO2 : 99 %

- ADL masih dibantu.

A: Masalah penurunan curah jantung sebagian


teratasi

P: Lanjutkan intervensi 4.

2. Intoleransi aktivitas Selasa,17/1/2023 S: Pasien mengatakan sudah terbiasa untuk bedrest


berhubungan dengan dan hari ini pasien senang karena akan pindah
08.45 WIB
kelemahan dibuktikan ruangan.
dengan pasien
O: ADL dibantu, terpasang infus Nacl 20 tpm di
mengatakan lelah karena
tangaan kiri
selama dirawat pasien
dianjurkan untuk bedrest, A: Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi.

ADL dibantu, terpasang P: Lanjutkan intervensi 2.


infus Nacl 20 tpm di 09.05 WIB
tangaan kiri. I:

2. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah


(cahaya, suara, dan kunjungan).

E:

S: Pasien mengatakan sudah tidak terganggu dengan


13.50 WIB
pasien yang lain.

O: Pasien sudah tampak tenang dan rileks.

A: Masalah intoleransi aktivitas sudah teratasi.

P: Intervensi diberhentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Devi Mediarti, S. K. (2020). SUPPORTIVE EDUCATIVE: CARDIAC


REHABILITATION PHASE 3 (CRP3) PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG
KORONER. Lembaga Chakra Brahmana Lentera.

Marisa Juniarti Manik, d. (2022). Keperawatan Gawat Darurat. Yayasan Kita


Menulis.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

STEMI Adalah? - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati | HonestDocs. (2022).


Retrieved 22 December 2022, from https://www.honestdocs.id/stemi

Anda mungkin juga menyukai