LAPORAN PENDAHULUAN
oleh:
Velinda Dewi Lutfiana, S. Kep
NIM 182311101001
oleh:
Velinda Dewi Lutfiana, S. Kep
NIM 182311101001
C. Epidemiologi
Gangguan irama jantung yang sering menyebabkan kematian mendadak adalah
ventrikel fibrilasi yang sering terjadi bersama dengan ventrikel takikardi yang
menyebabkan sekitar 300 kematian pertahunnya di Amerika Serikat. Kelainan ini
juga di temukan sebanyak 0,06 – 0,08 % pertahunnya pada populasi dewasa.
Ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi merupakan kelainan pertama yang paling
sering terjadi akibat sindrom koroner akut dan merupakan penyebab 50 % kematian
mendadak, yang biasanya terjadi 1 jam setelah onset infarkmiokard.
Studi epidemiologik jangka panjang menunjukkan bahwa pria mempunyai
resiko gangguan irama ventrikel 2 – 4 kali lipat dibandingkan dengan wanita.
Sementara itu, data yang lebih baru dari Abildstrom dan kawan-kawan (2014) yang
melakukan studi prospektif selama 4 tahun menemukan bahwa gangguan irama
ventrikel pada pria hanya 1,3 kali lebih sering daripada wanita.
D. Etiologi
1. Gangguan sirkulasi koroner (iskemik miokard, infark miokard,
aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner)
2. Kardiomiopati
3. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hipokalemia). Ion kalium
menentukan potensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan
kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan
permeabilitas terhadap ion kalium. Akibatnya potensial istirahat sel otot
jantung akan memendek atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan
irama jantung.
Penyebab lain dari ventrikel takikardi adalah :
1. Medikasi/ obat-obatan seperti digitalis dan obat anti aritmia, obat-obat anti
aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses repolarisasi sel otot jantung.
Dosis yang berlebih akan mengubah repolarisasi sel otot jantung sehingga
terjadi gangguan irama jantung
2. Sarcoidosis (suatu inflamasi yang mengenai kuloit dan jaringan tubuh
lainnya)
3. Perubahan postur, exercise, emosional (stress) atau stimulasi vagal
4. Respon terkait gaya hidup ( kafein, alkohol nikotin, metamfetamin/kokain)
Faktor resiko ventrikel takikardi
1. Penderita dengan penyakit jantung sebelumnya
2. Arteri koroner
3. Aterosklerosi
4. Stress
E. Klasifikasi
Secara umum VT dibagi menjadi 2 yaitu :
a. VT Monomorfik
VT yang memiliki kompleks QRS yang sama pada setiap denyutan
dan menandakan depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama
(Sudoyo, A.W. et al, 2009). Berikut ciri-ciri VT monomorfik, antara
lain:
a. Irama: Reguler
b. Laju: 100 – 250 x/menit
c. Gelombang P: Tidak ada
d. Interval PR: Tidak ada
e. Durasi QRS: Memanjang (<0,12 detik), berbentuk aneh.
f. Kompleks QRS pada VT monomorfik memiliki bentuk dan
amplitudo yang sama
Gambar 2. VT Monomorfik
b. VT Polimorfik
VT yang memiliki kompleks QRS yang bervariasi (berubah) dan
menunjukkan adanya urutan depolarisasi yang berubah dari beberapa
tempat. Pada umumnya disebabkan oleh infark miokard. Bila VT
berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained dan sebaliknya bila
kurang dari 30 detik disebut non sustained (Sudoyo, A.W. et al,
2009). Berikut ciri-ciri VT polimorfik, antara lain:
Gambar 3. VT Polimorfik
Selain klasifikasi diatas ventrikel takikardi juga bisa dibagi menjadi 2
berdasarkan ada dan tidaknya denyut yang meliputi:
a. VT dengan denyut nadi
Apabila ditemukan kasus VT dengan nadi penatalaksaannya bisa
menggunakan obat anti aritmia seperti amiodaron atau sejenisnya dan bisa
dilakukan kardioversi sinkronisasi.
b. VT tanpa denyut nadi
Menurut AHA 2015 apabila ditemukan kasus VT tanpa nadi langkah
penatalaksanaanya adalah menggunakan defibrillator, dan lakukan RJP
selama defibrillator disiapkan.
F. Patofisiologi
Ventrikel takikardi sebabkan oleh infark miokard, iskemia ,jantung koroner,
pada pasien dengan ventrikel takikardi lebih banyak di sebabkan oleh arteri korener
merupakan pembuluh darah yang bertugas memberi nutrisi pada jantung itu sendiri,
jika terjadi infark pada arteri korener yang memperdarahi SA node di atrium
menyebabkan kematian sel otot jantung menimbulkan gangguan pada repolarisasi
dan depolarisasi sehingga mempengaruhi irama jantung. Dengan di lepasnya
berbagai enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat, maka jalur-
jalur hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan
depolarisasi atrium atau ventrikel serta timbulnya aritmia. Penurunan kontraktilitas
miokard akibat kematian sel otot jantung juga dapat menstimulus pengaktifan
katekolamin yang meningkatkan rangsangan sistem saraf simpatis , akibatnya akan
terjadi peningkatan frekuensi jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan
vasokontriksi. Selain itu iritabilitas myokard ventrikel juga penyebab munculnya
ventrikel takikardi.
PATHWAY
ETIOLOGI
(IMA, Iskemik miokard, jantung koroner, kardiomiopati)
↓Suplai darah
ke jantung
Frekuensi jantung
Kecepatan pengisian impuls meningkat
Nyeri ke ventrikel
Nyeri akut
Irama jantung tidak Kebutuhan O2 di jantung ↑
terkontrol
VENTRIKEL TAKIKARDI
↓ ATP
Vasokontraksi ↑
Ketidakefektifan ventrikel untuk terisi
dan berkontraksi memompa darah Kebutuhan O2
fatique
meningkat
Ketidakefektifan Pola
Napas
G. Manifestasi Klinis
Irama ventrikular yang dapat di ketahui dengan EKG adalah sebagai berikut
(Muttaqin, A. 2012):
a. Frekuensi 150-200 denyut permenit
b. Asimtomatik
c. Simtomatik
1) Palpitasi
2) Denyut jantung keras
3) Denyut jantung berhenti
4) Pukulan di daerah dada
5) Dada bergetar
6) Denyut jantung cepat
7) Denyut jantung tidak teratur
d. Pusing hingga sinkop, dyspneu
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer (primary survey)
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah
aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap kemampuan
pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan. Prioritas penilaian
dilakukan berdasarkan :
1) A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji :
- Bersihan jalan nafas
- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress pernafasan
- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) B = Breathing dan ventilasi
Kaji :
- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) C = Circulation
Kaji :
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembaban kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) D = Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal, P = pain/respon
nyeri, U = unresponsive.
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
5) E = Eksposure
Kaji :
Tanda-tanda trauma yang ada.
b. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABCD yang ditemukan pada
pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan
subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala
sampai kaki.
1) Pengkajian Riwayat Penyakit :
Komponen yang perlu dikaji :
- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
- Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit
- Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
- Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
- Waktu makan terakhir
- Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang, imunisasi
tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien.
Metode pengkajian :
(1)Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :
S (Signs And Tanda Dan Gejala Yang Diobservasi
Symptoms) Dan Dirasakan Klien
b) Pengkajian dada
Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
- Kelainan bentuk dada
- Pergerakan dinding dada
- Amati penggunaan otot bantu nafas
- Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae, perdarahan, sianosis, abrasi
dan laserasi
d) Pengkajian Ekstremitas
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Tanda-tanda injuri eksternal
- Nyeri
- Pergerakan
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer
f) Pengkajian Psikosossial
Meliputi :
- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
- Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus seperti sakit tiba-tiba,
kecelakaan, kehilangan anggota tubuh ataupun anggota keluarga
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang dimanifestasikan dengan
takikardi, tekanan darah meningkat dan hiperventilasi.
1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, No. RM, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku, alamat rumah, sumber biaya, tanggal masuk RS,
diagnosa medis.
2) Riwayat kesehatan
a) Gambaran tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien, seperti adanya
massa atau pembengkakan yang abnormal, pucat, kecenderungan
mengalami memar, nyeri lokal yang persisten, demam yang
berlangsung lama, sakit kepala sering, kadang-kadang disertai
muntah, perubahan penglihatan yang mendadak, dan penurunan berat
badan yang cepat dan berlebihan.
b) Riwayat pranatal seperti adanya pajanan terhadap radiasi ionisasi,
infeksi maternal, obat-obatan, dan penggunaan zat. Selain itu riwayat
abnormalitas kromosom, gangguan kekebalan, keganasan
sebelumnya, dan riwayat keluarga terhadap kanker.
c) Pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital, pantau adanya peningkatan suhu
akibat demam, pantau peningkatan dan penurunan berat badan, dan
pantau tekanan darah, dapat rendah (sepsis) atau tinggi (tumor
ginjal/neuroblastoma)
3) Aktivitas : Kelelahan, malaise, kelemahan, serta ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas seperti biasanya. Tanda: Kelelahan otot,
peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
4) Sirkulasi Gejala: Palpitasi Tanda: Takikardia, murmur jantung, kulit,
membran mukosa pucat, defisit saraf kranial dan atau tanda perdarahan
serebral.
5) Eliminasi Gejala: Diare, nyeri tekan perianal dan nyeri, darah merah
terang pada tisu, feses hitam, darah pada urine, penurunan keluaran urin.
6) Integritas Ego Gejala: Perasaaan tak berdaya atau tak ada harapan Tanda:
Depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan alam perasaan, kacau.
7) Makanan/Cairan Gejala: Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah,
perubahan rasa/penyimpangan rasa, penurunan berat badan, faringitis,
disfagia. Tanda: Distensi abdominal, penurunan bunyi usus,
splenomegali, hepatomegali, ikterik, stomatitis, ulkus mulut, hipertrofi
gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut).
8) Neurosensori Gejala: Kurang atau penurunan koordinasi, perubahan
alam perasaan, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing, kebas,
kesemutan, parastesia. Tanda: Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
9) Nyeri/Kenyamanan Gejala: Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri
tulang/sendi; nyeri tekan sternal, kram otot. Tanda: Perilaku berhati-hati,
distraksi, gelisah, fokus pada diri sendiri.
10) Pernapasan Gejala: Napas pendek dengan kerja minimal. Tanda:
Dispnea, takipnea, batuk, gemericik, ronkhi, penurunan bunyi napas.
11) Keamanan Gejala: Riwayat infeksi saat ini atau dahulu, riwayat jatuh,
gangguan penglihatan atau kerusakan, perdarahan spontan tak terkontrol
dengan trauma minimal. Tanda: Demam, infeksi, kemerahan, purpura,
perdarahan retinal, perdarahan gusi, atau epistaksis, pembesaran nodus
limfe, limpa atau hati (sehubungan dengan invasi jaringan), papiledema
dan eksoftalmus, infiltrat leukemik pada dermis.
12) Seksualitas Gejala: Perubahan libido, perubahan aliran menstruasi,
menoragia, impoten.
13) Penyuluhan/Pembelajaran Gejala: Riwayat terpajan pada kimiawi,
misalnya benzene, fenilbutazon, dan kloramfenikol; kadar ionisasi
radiasi berlebihan; pengobatan kemoterapi sebelumnya, khususnya agen
pengkelat, gangguan kromosom, contoh sindrom Down atau anemia
Franconi aplastik.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal dan penurunan kontraktilitas miokard.
b. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru karena penekanan kapiler paru.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
kelelahan.
C. Perencanaan keperawatan
Melaporkan secara (ADLs) secara mandiri 6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
beraktivitas.
DO : 8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
Respon abnormal dari 9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
tekanan darah atau nadi sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
terhadap aktifitas sosial
Perubahan ECG : 10. Bantu untuk mengidentifikasi dan
aritmia, iskemia mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
2. Jakarta : EGC.
Caterino JM, Kahan S. 2012. Master Plan Kedaruratan Medik. Indonesia: Binarupa
Aksara Publisher
Hudak, Carolyn M. 2000. Keperawatan Kritis: pendekatan holistic. Jakarta: EGC.
Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Nanda International Inc. 2018. Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC.
Nanda NIC- NOC. 2017. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson and Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi: konsep
klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.