1.2. Etiologi
Penyakit ini paling sering muncul pada neonatus yang sakit dan merupakan
kedaruratan bedah yang paling sering terjadi di antara bayi baru lahir. Skala
penyakitnya berbeda-beda, dari yang rendah (dapat sembuh sendiri) sampai berat
(inflamasi dan nekrosis menyebar pada lapisan mukosa dan submukosa usus).
Penyebab utama terjadinya necrotizing enterocolitis (NEC) yaitu:
a) Iskemi pada saluran intestinal
b) Kolonisasi bakteri pada intestine
c) Pemberian susu formula
d) Gangguan pertahanan pada host(sistem imun masih lemah)
Iskemia dan agen infeksi merupakan faktor predisposisi awal terjadinya NEC, faktor
lainnya seperti mediator inflamasi (sitokin), radikal bebas, produk fermentasi bakteri
dan toksin, diduga memperparah proses penyakit.
1.3. Patofisiologi
NEC adalah sekunder untuk interaksi yang kompleks dari beberapa faktor,
terutama pada bayi prematur, yang mengakibatkan kerusakan mukosa, akhirnya
mengarah ke iskemia usus dan nekrosis. Cedera mukosa mungkin karena infeksi, isi
intraluminal, imunitas yang belum matang, pelepasan vasokonstriktor, dan mediator
inflamasi. Hilangnya integritas mukosa memungkinkan bagian dari bakteri dan toksin
masuk ke dinding usus dan kemudian ke sirkulasi sistemik, sehingga terjadi respon
inflamasi umum dan sepsis pada NEC berat.
NEC merupakan hasil akhir dari suatu rentetan interaksi yang terjadi bersamaan
antara perusakan mukosa usus oleh berbagai faktor (iskemi, infeksi) dan reaksi penjamu
terhadap perusakan tersebut (sirkulasi, imunologi, dan inflamasi).
Foto polos abdomen adalah modalitas pilihan saat ini untuk evaluasi neonatus
diduga memiliki NEC. Waktu tindak lanjut foto polos abdomen tergantung pada
keparahan dari NEC dan dapat bervariasi 6-24 jam. Namun, foto polos abdomen
juga diperlukan pada setiap saat kemerosotan klinis akut
1.6. Penatalaksanaan
Prinsip dasar tatalaksana NEC yaitu menatalaksananya ssebagai akut abdomen dengan
ancaman terjadi peritonitis septic. Tujuannya adalah untuk mencegah perburukan
penyakit, perporasi intestinal dan syok. Jika NEC terjadi pada kelompok epidemis, para
penderita perlu dipertimbangakan untuk isolasi.
1. Pengelolaan Dasar :
Dihentikannya minum oral
Pemberian cairan intravena
Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit hisapan nasogastrik
Memberi antibiotik sistemik
Waspadai adanya distensi (ukur lingkar perut, isi gaster sebelum memberi
minum, mendengarkan adanya bising usus)
Observasi TTV, jangan mengukur suhu rectal karena bahaya perforasi
Cegah nosokomial
Penuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi
Antibiotik
ASI
Waspadai komplikasi seperti septikemia, hipoglikemia
2. Pembedahan
Pneumoperitonium merupakan indikasi mutlak untuk dilakukan intervensi bedah.
Indikasi relatif pembedahan yaitu gas vena portal, selulitis dinding abdomen, dilatasi
segmen intestinal yang menetap dilihat dari radiaografi, massa abdomen yang nyeri
dan perubahan kondisi klinis yang refrakter terhadap tatalaksana medis.
1.7. Komplikasi
NEC
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Pasien dengan EKN biasanya mengeluh adanya distensi abdomen.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat dari keluhan utama, berisi tentang penyakit yang sedang dialami
mencakup:
Provocatif/Paliatif : Pada pasien EKN biasanya keaadaan akan memburuk
jika diberi makan.
Qualitas/Quantitas : Kualitas keluhan pasien EKN tergantung pada tingkat
keparahan EKN.
Region/radiasi : Pasien EKN akan merasakan keluhan di daerah perut.
Skala : Pasien EKN terutama pasien bayi biasanya akan mudah rewel.
Timing : Biasanya keluhan dirasakan dalam waktu bertahap.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien dengan EKN biasanya ditemukan adanya riwayat gangguan pencernaan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pemeriksaan Fisik.
a. Penilaian keadaan umum
Menilai keadaan umum pasien meliputi keadaan sakit pasien, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital dan hal umum yang mencolok. Pada pasien dengan EKN
mungkin letargi dapat menjadi tampilan awal.
b. Pemeriksaan Sistemik.
1) Sistem pernapasan
Pada pasien dengan EKN mungkin ditemukan adanya apnea
2) Sistem kardiovaskuler
Pada pasien dengan EKN mungkin akan ditemukan bradikardi, serta perfusi
perifer yang buruk.
3) Sistem pencernaan
Pada pasien dengan EKN ditemukan adanya distensi abdomen, bunyi usus
yang kemungkinan tidak ada, edema di daerah abdomen dan darah di dalam
feses
4) Sistem muskuloskeletal.
Pada pasien dengan EKN ditemukan adanya perubahan aktifitas, seperti
mudah menangis terutama pada pasien bayi.
5) Sistem integumen
Pada pasien dengan EKN mungkin ditemukan adanya eritema pada dinding
abdomen serta suhu badan yang tidak stabil.
6) Sistem neurosensori
Pada pasien dengan EKN mungkin ditemukan kondisi letargi.
7) Sistem endokrin
Pada pasien dengan EKN mungkin akan ditemukan adanya hipoglikemi.
8) Sistem genitourinarius
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien EKN
1. Resiko infeksi
2. Resiko defisiensi volume cairan
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan
5. Nyeri
C. Rencana Keperawatan
1. Resiko infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan
infeksi
Kriteria hasil:
Tidak muncul tanda-tanda inflamasi
Suhu dalam batas normal
Tidak muncul kemerahan
Intervensi:
Gunakan sabun untuk cuci tangan
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Gunakan sarung tangan sebagai ala pelindung
Pertahankan lingkungan antiseptik selama pemasangan
2. Resiko defisiensi volume cairan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan
keseimbangan cairan klien terpenuhi
Kriteria hasil :
Tekanan darah dalam batas yang diharapkan
Intake dan output 24 jam seimbang
Berat badan stabil tidak ada asites
Tidak terdapat edema perifer
Membrane mukosa lembab
Intervensi:
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik) jika diperlukan
Monitor vital sign
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Pasang urin kateter jika diperlukan
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam,di harapkan
klien dapat terpenuhi kebutuhan nutrisi nya
Kriteria hasil :
Intake zat gizi (nutrient)
Intake makana dan cairan
Energi
Masa tubuh
Berat badan
Ukuran kebutuhan nutrisi secara biokimia
Intervensi:
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
di butuhkan pasien
Berikan makanan yang terpilih (sudah di konsultasikan dengan ahli gizi)
Monitor jumlah nutrisi dan kandunga kalori
Monitor BB setiap hari jika memungkinkan
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan
perfusi jaringan cerebral efektif.
Kriteria hasil :
Heart rate dalam rentang yang duharapkan
Sura jantung abnormal tidak muncul
Angina tidak muncul
Gas darah dalam rentang yang diharapkan
Nadi dalam batas normal
Nadi perifer teraba kuat
Intervensi:
Monitor intake dan output cairan
Monitor TTV
Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab
Letakkan kepala pada posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis
Pertahankan keadaan arah tirah baring
Kolaborasi pemberian nutrisi sesuai
5. Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan keperawatan selama 3x 24 jam, nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Sakal nyeri berkurang
Gelisah berkurang
Grimace berkurang
Intervensi:
Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, faktor presitipasi.
Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi, non farmakologi )
Berikan analgetik untuk menghilangkan nyeri
Daftar Pustaka
Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A. (2009). Buku saku keperawatan pediatri. Ed.5.
Jakarta: EGC (alih bahasa: Eny Meiliya).
() (.....)