OLEH:
Elik Anistina, S. Kep
NIM 182311101070
TIM PEMBIMBING
________________________________ _______________________________
NIP.
NIP.
Kepala Ruangan
________________________________
NIP.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
A. Definisi
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Manuaba, 2010).
Kanker serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks
atau kanalis servikalis dan atau porsio (Cunningham, 2010).
Menurut Diana, Rama (2009), kanker serviks merupakan tumor ganas
yang tumbuh didalan leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara
pasti tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh pada
terjadinya kanker serviks antara lain :
1. Human Papiloma Virus (HPV)
Merupakan penyebab kutil genitalis atau kondiloma akuminata yang
ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan varian yang
berbahaya yaitu HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
2. Merokok
Kandungan tembakau pada rokok akan merusak sistem kekebalan dan
mempengaruhi tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini dibawah 18 tahun
4. Berganti-ganti pasangan seksual
5. Pernah menikah dengan penderita kanker serviks
6. Pemakaian Dietilstilbestrol (DES)
Biasanya banyak digunakan pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran (banyak digunakan tahun 1940-1970).
7. Pemaikaian pil KB
8. Gangguan sistem kekebalan tubuh
9. Infeksi Herpes genitalis atau infeksi Klamidia menahun
10. Golongan ekonomi rendah, karena ketidakmampuan melakukan
papsmear secara rutin.
C. Epidemiologi
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35- 55 tahun, 90% dari
kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal
yang menuju kedalam rahim (Nurarif & Hardhi, 2015).
D. Klasifikasi
Tahapan atau stadium kanker menurut FIGO (2000) dalam Nurarif &
Hardhi (2015):
Stadium Keterangan
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel
Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran
ke korpus uteri diabaikan)
Stadium I A Invasi kanker ke stroma hanya bisa didiagnosis
secara mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat
secara makroskopik walau dengan invasi yang
superficial dikelompokkan pada stadium I B
Stadium I A 1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih
3,0 mm dan lebar horizontal lesi tidak lebih 7
mm
Stadium I A 2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tetapi kurang
dari 5 mm dan perluasan horizontal tidak lebih 7
mm
Stadium I B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau
secara mikroskopiklesi lebih luas stadium I A 2
Stadium I B 1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari
dimensi terbesar
Stadium I B 2 Lesi tampak > 4 cm dari diameter terbesar
Stadium II Tumor menginvasi diluar uterus, tapi belum
mengenai dinding panggul/ sepertiga distal/
bawah vagina
Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium
Stadium II B Menginvasi parametrium
Stadium III Tumor meluas ke dinding panggul dan/
mengenai sepertiga bawah vagina dan/
menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal
Stadium III A Tumor meluas ke sepertiga bawah vagina dan
tidak invasi ke parametrium tidak sampai ke
dinding panggul
Stadium III B Tumor meluas ke dinding panggul dan/
menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal
Stadium IV Tumor meluas keluar dari organ reproduksi
Stadium IV A Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih
atau rektum dan/ keluar dari rongga panggul
minor
Stadium IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif, invasi
stroma dengan kedalaman 3 mm/ kurang dari
membran basalis epitel tanpa invasi kerongga
pembuluh limfe/darah/melekat dengan lesi
kanker serviks
E. Manifestasi Klinis
Tanda –tanda dini kanker seviks kebanyakan tidak menimbulkan gejala,
akan tetapi dalam perjalanannya akan menimbulkan beberapa gejala antara
lain (Sastrawinata, 2005) :
1. Keputihan yang makin lama makin bau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III)
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-880%)
4. Perdarahan spontan saat defekasi
5. Perdarahan spontan pervaginam
F. Patofisiologi
Adanya faktor penyebab terjadinya kanker serviks akan menyebabkan
munculnya lesi pre invasif yang berkembang melalui stadium displasia,
adanya mutasi genetik pengendali sel kanker (onkogen, tumor supresor,
repair genes) yang memperantari timbulnya transformasi maligna. Lesi pre
invasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3-35%, bentuk
ringan memiliki angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari
displasia menjadi karsinoma in situ (KIS) berkisar 1-7 tahun, sedangkan
dari KIS berubah menjadi invasif sekitar 3-20 tahun. proses
berkembangnya kanker serviks berlangsung lambat diawali dengan
perubahan displasia perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini akan
muncul apabila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya
akibat trauma mekanik,/ kimiawi, infeksi virus/bakteri, atau gangguan
keseimbangan hormon. Sekitar 7-10 tahun perkembangan tersebut menjadi
bentuk preinvasif menjadi invasif pada stroma serviks dengan keganasan.
Perluasan lesi di serviks menimbulkan luka, pertumbuhan eksofitik, atau
dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks dapat meluas juga ke forniks, jaringan
pada serviks, parametria, akhirnya dapat menginvasi rektum atau kandung
kemih.virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal
zona transformasi dibantu oleh faktor resiko lain menyebabkan perubahan
gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap dan
kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga menjadi
keganasan (Manuaba, 2010).
G. Pathways
PATHWAYS CARSINOMA SERVIKS
Ca servik
I. Penatalaksanaan Medis
Pemilihan dalam melakukan penatalaksanaan kanker serviks tergantung
dari lokasi, ukuran tumor, stadium, usia, keadaan umum penderita dan
rencana penderita untuk hamil lagi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa
dilakukan :
1. Kriosurgeri/ pembekuan
2. Kauterisasi/ pembakaran bisa disebut juga diatermi
3. LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure)
4. Radiasi : dapat dipakai untuk semua stadium, bisa untuk wanita gemuk
tua dan pada medical risk
5. Cytostatika : bleomicyn terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten
6. Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel abnormal tanpa
melukai jaringan sehat di sekitarnya
7. Kemoterapi, adapun tujuannya antara lain :
a. Mengurangi massa tumor selain melalui pembedahan atau radiasi
b. Memperbaiki kualitas hidup
c. Mengurangi komplikasi akibat metastase
(Sarwono, 2010)
J. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan intervensi pembedahan antara lain :
1. Fistula uretra
2. Disfungsi kandung kemih
3. Emboli pulmonal
4. Infeksi pelvis
5. Obstruksi usus besar
6. Fistula rektovaginal
(Sofian, 2012)
K. Pencegahan
1. Perubahan pola diet atau makan banyak sayur dan buah yang
mengandung antioksidan dan mencegah kanker misal alpukat, brokoli,
kol, wortel, anggur, jeruk, tomat.
2. Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks, diberikan untuk wanita
yang belum terinfeksi HPV resiko tinggi (16 dan 18).
3. Melakukan pap smear
(Manuaba, 2010)
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keluhan utama : nyeri intraservikal disertai keputihan menyerupai air,
berbau bahkan bisa terjadi perdarahan
2. Riwayat penyakit dahulu : riwayat abortus, infeksi pasca abortus,
infeksi masa nifas, riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit
kanker.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : pasien tampak kelelahan, kurus, sering mual, kulit pucat
karena anemia, meringis menahan sakit, mata cekung
b. Palpasi : nyeri pada abdomen dan punggung bawah
B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kanker serviks)
2. Disfungsi seksual berhubungan dengan proses penyakit
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
C. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kanker serviks)
NOC : Pain Level, Pain Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diaharapkan masalah nyeri
akut dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil.
Kriteria hasil : Mampu mengontrol nyeri
Mampu menggunakan teknik non farmakologis
Mengungkapkan bahwa nyeri berkurang
NIC : Pain Management
a. Kaji nyeri secara komprehensif
b. Observasi reaksi non verbal
c. Gunakan pendekatan terapeutik
d. Ajarkan teknik management nyeri (napas dalam)
e. Tingkatkan istirahat
f. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat analgetik
2. Disfungsi seksual berhubungan dengan proses penyakit
NOC : Sexuality Pattern, Ineffective
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah disfungsi
seksual dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil.
Kriteria hasil : Penerimaan identitas seksual pribadi
Mampu beradaptasi dengan ketidakmampuan fisik
Kontrol resiko penyakit menular seksual (PMS)
NIC : Sexual Counseling
a. Membangun hubungan saling percaya
b. Menginformasikan tentang fungsi seksual
c. Diskusikan efek dari suatu penyakit
d. Diskusikan tingkat pengetahuan pasien tentang seksualitas
e. Kolaborasi dengan keluarga atau pasangan tentang konseling
seksual
3. Ansietas berhubungan dengan perubahn status kesehatan
NOC : Anxiety Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
kecemasan dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil.
Kriteria hasil :
NIC : Anxiety Control
a. Kaji tingkat nyeri
b. Observasi reaksi non verbal
c. Dengarkan apa yang dirasakan pasien dengan penuh perhatian
d. Ajarkan teknik relaksasi (genggam jari)
e. Anjurkan meningkatkan istirahat
f. Anjurkan keluarga selalu menemai pasiean
g. Kolaborasi dengan dokter
DAFTAR PUSTAKA