Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN

NYAMAN

LAPORAN PENDAHULUAN KDP

oleh:
Noti Talia Meidiyah, S.Kep
NIM 162310101015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
A. Definisi Gangguan Aman dan Nyaman
Kemanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan
aman dan tentram (Kasiati dan Rasmalawati, 2016). Kenyamanan adalah suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan ketentraman misalnya suatu
kepuasaan yang meningkatkan penampilan sehari-hari, kelegaan yaitu terpenuhinya
kebutuhan, dann transeden yaitu keadaan tentang sesuatu melebihi masalah atau nyeri.
Kenyamanan biasanya dipandang secara kholistik yang mencakup empat aspek yaitu : fisik
berhubungan dengan sensasi tubuh, sosial berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam
diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan, lingkungan
berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi,
temperatur, warna dan unsur alamiah lainnya (Perry dan Potter, 2005)
Aman dan nyaman menurut Maslow dalam Perry dan Potter (2005) di definisikan
sebagai suatu keadaan yang mendorong individu dalam memperoleh ketentraman, kepastian
dan keteraturan dari lingkungan. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar
manusia dasarnya terdiri atas lima tingkatan yang dikenal sebagai kebutuhan hirarki maslow
meliputi : Kebutuhan biologis; kebutuhan rasa aman; kebutuhan rasa cinta dan memiliki;
kebutuhan akan penghargaan; kebutuhan aktualisasi diri. Perubahan keamanan dan
kenyamanan apabila adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dan berespon terhadap sesuatu yang berbahaya misalnya ancaman. Ancaman
terhadap kenyamanan dan kemanan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis,
kimiawi, retmal dan bakteriologis. Kebutuhan keamanan terkait dengan sesuatu yang
mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Gangguan atau ancaman ini bisa nyata atau
hanya imajinasi misalnya penyakit, nyeri, cemas dan sebagainya) (Kasiati dan Rasmalawati,
2016). Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan kurang senang,
kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik , psikospiritual, lingkungan serta
sosial pada diri yang biasanya mempunyai gejala dan tanda minor mengeluh mual (SDKI,
2016). Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dalam aplikasinya adalah kebutuhan rasa nyaman
yang bebas dari rasa nyeri. Dimana rasa nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari
sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu (Kasiati dan Rosmalawati,
2016).
B. Review Anatomi dan Fisiologi
Sistem saraf berfungsi untuk menyampaikan informasi tentang ancaman kerusakan
tubuh. Saraf yang dapat mendeteksi nyeri dinamakan nociception. Nociception dapat
menyampaikan informasi perifer dari reseptor khusus pada jaringan (nociceptors) kepada
struktur sentral pada otak. Menurut Wardani (2014), terdapat beberapa komponen pada
sistem nyeri, yaitu:
1. Reseptor khusus yang disebut nociceptors, pada sistem saraf perifer mendeteksi dan
menyaring intensitas dan tipe stimulus noxious.
2. Saraf aferen primer (saraf A-delta dan C) mentransmisikan stimulus noxious ke CNS.
3. Kornu dorsalis medulla spinalis adalah tempat teradi hubungan antara serat aferen
primer dengan neuron kedua dan tempat kompleks hubungan antara lokal eksitasi dan
inhibitor interneuron dan traktus desenden inhibitor dari otak.
4. Traktus asending nosiseptik (traktus spinothalamikus lateralis dan ventralis) yang
menyampaikan sinyal kepada area yang lebih tinggi pada thalamus.
5. Traktus thalamo-kortikalis yang menghubungkan thalamus sebagai pusat relay
sensibilitas ke korteks cerebralis pada girus post setralis.
6. Keterlibatan area yang lebih tinggi pada perasaan nyeri, komponen afektif nyeri,
ingatan tentang nyeri, dan nyeri yang dihubungkan dengan respon motoris termasuk
withdrawl respon.
7. Sistem inhibitor desenden mengubah impuls nosiseptik yang datang pada level medulla
spinalis.
Nyeri terjadi berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah nociceptor. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya
stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti bradikinin,
histamine, prostaglandin, dan asam yang dilepas apabila terjadi kerusakan pada jaringan
akibat kekurangan oksigenasi (Kasiati dan Rosmalawati, 2016).

C. Epidemiologi
Gangguan kenyamanan nyeri merupakan salah satu masalah besar bagi kesehatan di
dunia, diperkirakan 1 dari 5 orang dewasa mengalami nyeri, bahkan 1 dari 10 orang dewasa
mengalami nyeri kronis setiap tahunnya (Goldberg dan McGee, 2011 dalam Kurniawan,
2016). Beberapa studi epidemiologi menjelaskan bahwa terdapat variasi faktor- faktor yang
mempengaruhi nyeri di beberapa negara. Studi epidemiologi di negara Inggris menunjukkan
bahwa prevalensi nyeri lebih sering terjadi pada wanita dan meningkat pada usia lanjut. Nyeri
juga didapatkan meningkat pada kelompok dengan status sosioekonomi rendah, terutama
nyeri kepala. Penelitian di Jakarta terkait prevalensi nyeri terjadi pada muskoloskeletal di usia
lansia dan sebanyak 80% terjadi pada wanita. Nyeri pada muskoloskeletal terjadi pada daerah
lutut, punggung bawah (Amalia dkk., 2016).

D. Etiologi
Penyebab timbulnya gangguan rasa nyaman menurut SDKI ( 2016):
a. Gejala penyakit
b. Kurang pengendalian situasional/ lingkungan
c. Ketidakadekuatan sumber daya (mis. dukungan finansial, sosial, dan pengetahuan)
d. Kurangnya privasi
e. Gangguan stimulus lingkungan
f. Efek samping terapi (mis. medikasi, radiasi, kemoterapi)
g. Gangguan adaptasi kehamilan

E. Tanda dan Gejala


Menurut SDKI (2016) tanda gejala gangguan rasa nyaman dibagi menjadi dua yaitu:
1. Gejala dan tanda mayor :
a) Mengeluh tidak nyaman
b) Gelisah
2. Gejala dan tanda minor
a) Mengeluh sulit tidur
b) Tidak mampu rileks
c) Mengeluh kedinginan atau kepanasan
d) Merasa gatal
e) Mengeluh mual
f) Mengeluh lelah
g) Menunjukkan gejala distres
h) Tampak merintih atau menangis
i) Pola eliminasi berubah
j) Postur tubuh berubah
k) Iritabilitas
Nyeri termasuk dari gangguan aman dan nyaman. Secara umum nyeri dibedakan
menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul
secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi tiga bulan dan ditandai dengan
adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-
lahan, ndurasi nyeri lebih dari tiga bulan yang termasuk dalam nyeri kronis adalah nyeri
(Kasiati dan Rosmalawati, 2016).terminal, sindrom nyeri kronis dan nyeri psikosomatis
Berikut adalah perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis menurut Kasiati dan Rosmalawati
(2016) :

Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis


Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status ekstensi
Sumber Sebab eksternal atau penyakit Tidak diketahui atau
dari dalam pengobatan yang terlalu lama
Serangan Mendadak Bisa mendadal, berkembang
dan terselubung
Waktu Kurang dari 3 bulan Lebih dari tiga bulan sampai
bertahun tahun
Pernyataan nyeri Saerah nyeri tidak diketahui Daerah nyeri sulit dibedakan
dengan pasti intensitasnya, sehingga sulit
di evaluasi
Gejala klinis Pola respon yang khas Pola respon bervariasi
dengan gejala yang jelas dengan sedikit gejala
(adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus, dapat
bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang setelah Penderitan meningkat setelah
beberapa saat beberapa saat

F. Patofisiologi / Web of Causation dan pasthway


Nyeri terjadi berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksut adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang tidak memiliki
meylin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khusunya pada vicera, peresendian, dinding
arteri, hati dan empedu. Reseptor nyeri dapat dapat memberikan respon akibat adanya
stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti beradikinin,
histamin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila ada kerusakan
jaringan akibat kekurangan oksigenasi (Kasiati dan Rosmalawati, 2016).
Clinical pathway

Trauma Trauma Trauma Trauma Agen cedera


mekanik Termal Kimiawi Psikologis biologis

Kontak dengan jaringan sekitar


syaraf (kerusakan jaringan)

Tranduksi stimulus : stimulus


dirubah menjadi implus

Transmisi : melalui serabut


syarat A dan serabut saraf C

Modulasi : implus ke batang


otak

Prsepsi:
Sensasi Nyeri

Nyeri < 3 bulan Nyeri > 3 bulan

Pola nyeri terbatas Pola nyeri bevariasi

Hipersensitivitas
Respon Afektif
terhadap nyeri

Nyeri Akut Nyeri kronis

Gangguan Rasa
Nyaman
G. Penatalaksanaan Medis
penatalaksanaan medis gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) menurut Bahruddin(2018)
meliputi :
1. Farmakologi :Pemberian Analgesik
Obat golongan analgesik dapat merubah persepsi nyeri dengan jalan mendpresi sistem
saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan
sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh
obat analgesik yakni asam salisilat (non narkotik), morphin (narkotik),Placebo adalah obat
yang mengandung komponen analgesik seperti gula, larutan garam atau normal salin, air.
Terapi ini dapat digunakan dalam menurunkan nyeri, hal ini karena adanya presepi dari
kepercayannya pasien.
2. Non famakologis
a) Distraksi (Visual : pendengaran dan pernafasan)
b) Imajinasi terbimbing
c) Terapi musik
d) Relaksasi
e) Teknik sentuhan
f) Pemijatan (Stimulasi Kutaneus)
g) Kompres hangat dan dingin

H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas Klien

Nama : Tanggal MRS :


No. RM : Pendidikan :
Umur : Tanggal Pengkajian:
Pekerjaan : Alamat :
Jenis Kelamin: Sumber Informasi :
Status : Agama :

b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : keluhan utama yang dirasakan yakni adanya nyeri
2) Riwayat kesehatan :menanyakan kronologi nyeri seperti :
P: (Provoking) atau pemicu, yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri.
Q (Quality) atau kualitas dari nyeri, apakah tajam, tumpul, atau tersayat.
R (Region) atau daerah, yaitu daerah terjadinya nyeri.
S (Severity) atau keparahan, yaitu ringan, sedang, atau berat.
T (Time) atau waktu, yaitu frekuensi munculnya nyeri
Intensitas nyeri dapat dapat dilakukan dengan salah satu metode skala nyeri
menurut Hayward (1975):
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : sangat nyeri tapi dapat dikontrol
10 : sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
3) Riwayat kesehatan terdahulu :
4) riwayat kesehatan terdahulu dikaji untuk mengetahui adanya kemungkinan
penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan nyeri
c) Pengkajian Pola Gordon
1) Presepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
2) Nutrisi dan metabolic
3) Eliminasi
4) Aktivitas dan latihan
5) Tidur dan istirahat
6) Kognitif dan presepsi sensori
7) Presepsi kondep diri
8) Peran dan hubungan dengan sesama
9) Reproduksi dan seksualitas
10) Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
11) Nilai dan kepercayaan
d) Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Tidak tampak sakit : mandiri, tidak terpasang alat medis
Tampak sakit sedang : bed rest, lemah, terpasang infus, alat medis
2) Tanda Tanda Vital
Perhatikan tekanan darah, nadi, suhu dan respiratory rate
3) Pemeriksaan Head To Toe : kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran raambut, kebersihan rambut, perubahan
warna rambut setelah terkena luka, cek adanya lesi
4) Mata : cek kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi,
adanya benda asing yang menyebabkan gangguan peneglihatan akibat luka
5) Hidung : catat adanya perdarahan, mukosa kering, sumbatan dan bulu
hidung rontok bila ada
6) Mulut : cek mukosa bibir, bibir kering karena intake cairan kurang
7) Telinga : catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
8) Leher : catat denyut nasi karotis cek adanya benjolan
9) Thorax / dada : Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi
dada, auskultasi suara ucapan egoponi, cek ada atau tidak suara nafas
tambahan ronchi
10) Abdomen
Inspeksi : cek adanya luka, adanya lesi, adanya edema,
Palpasi : palpasi dilakukan untuk menentukan adanya pembengkakan dan
nyeri
11) Urogenital : Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakan tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga
potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman D. 0074
Kategori : psikologis
Sub kategori : Nyeri dan kenyamanan
Definisi : perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikopiritual, lingkungan dan sosial
2) Nyeri Akut D.0077
Kategori : psikologis
Sub kategori : Nyeri dan kenyamanan
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dari
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
3) Ansietas D.0080
Kategori : Psikologis
Sub Kategori : Integritas Ego
Definisi : Kondisi emosional dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
4) Gangguan pola tidur D.0055
Kategori : Fisiolgis
Sub Kategori : Aktivitas dan Istirahat
Definisi :Gangguan Kualitas dan kuantitas tidur akibat faktor eksternal
3. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan Status kenyamanan L. 08064 Terapi relaksasi I.09326
Rasa Nyaman asuhan keperawatan 1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
Awa Tujuan
2x24 jam diharapkan No. Indikator digunakan
l 1 2 3 4 5
gangguan rasa Tidak √ 2. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
1. 3
nyaman
nyaman yang 3 √ gangguan dengan pencahayaan dan suhu
2. gelisah
dirasakan klien dapat ruangan nyaman jika memungkinkan
3. Mual 4 √
teratasi 3. Gunakan pakaian longgar
Keterangan:
4. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
1. Meningkat, 2. Cukup meningkat 3.
5. Monitor respon terhadap terapi relakasasi
Sedang, 4. Cukup menurun, 5. Menurun
6. Anjurkan sering mengulangi teknik yang dipilih
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan Tingkat Nyeri L. 2102 Manajemen nyeri I. 08238
asuhan keperawatan Awa Tujuan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi,
No. Indikator
l 1 2 3 4 5
2x24 jam diharapkan kualitas, intensitas nyeri
Keluhan √
nyeri yang dirasakan 1. 4 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri
klien dapat teratasi 4 √ 3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
2. Meringis
3. Mual 3 √ 4. Kontrol lingkungan
Keterangan: 5. Edukasi penyebab, periode, dan pemicu nyeri
1. Menurun, 2. Cukup menurun, 3. Sedang, 6. Anjurkan memonitor nyeri
4. Cukup meningkat, 5. Meningkat
3. Ansietas Setelah dilakukan Tingkat Ansietas L. 09093 Reduksi Ansietas I. 09314
asuhan keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
No Awa Tujuan
2x24 jam diharapkan Indikator 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
. l 1 2 3 4 5
ansietas klien dapat 1. Tegang 3 √ 3. Ciptakan suasana terapeutik untuk
3 √
teratasi 2. Gelisah menumbuhkan kepeercayaan
Kebingunga √ 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
3. 4
n
5. Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan
Keterangan:
1 Meningkat, 2. Cukup meningkat 3. Sedang, presepsi
4. Cukup menurun, 5. Menurun 6. Kolaborasi pemberian obat ansietas bila perlu
4 Gangguan Pola Setelah dilakukan Tingkat Ansietas L. 09093 Dukungan Tidur I. 05174
Tidur asuhan keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
Tujuan
2x24 jam diharapkan No. Indikator Awal 2. Identifikasi faktor penganggu tidur
1 2 3 4 5
gangguan pola tidur 1. Sulit tidur 2 √ 3. Tetapkan jadwal tdiur rutin
Sering 2
klien dapat teratasi 2. √ 4. Batasi waktu tidur siang bila perlu
terjaga
Tidak 5. Anjurkan menghindari makanan atau minuman
3. 2 √
puas tidur
penganggu tidur
Keterangan:
1 Menurun, 2. Cukup menurun 3. Sedang, 4. 6. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Cukup meningkat, 5. Meningkat
I. Penatalaksanaan Berdasarkan Evidence-Bases Practice in Nursing

Nyeri bisa diatasi dengan penatalaksanaan nyeri yang bertujuan untuk


meringankan atau mengurangi rasa nyeri. Terdapat dua cara penatalaksanaan untuk
mengatasi gangguan rasa nyaman yaitu terapi farmakologis dan terapi non-
farmakologis. Teknik relaksasi adalah suatu prosedur untuk membantu individu
berhadapan pada situasi stress, nyeri, menghilangkan ketegangan otot, dan dapat
memperbaiki gangguan tidur. Teknik relaksasi yang dapat diberikan untuk mengatasi
nyeri pada klien salah satunya adalah teknik relaksasi Benson. Teknik relaksasi ini
merupakan pengobatan untuk menghilangkan nyeri dengan upaya memusatkan
perhatian pada suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang kalimat ritual dan
menghilangkan berbagai pikitan yang menganggu. Relakasasi benson ini juga memiliki
tujuan yang sama dengan relakasi yang lain yaitu untuk meredakan nyeri dan membuat
pasien lebih tenang.
Penelitian ini mempraktikkan relakasi benson untuk nyeri menstruasi, hasil yang
didapat adalah relaksasi benson efektif untuk menurunkan nyeri menstruasi, hal ii
terbukti dari sikap responden setelah diberikan relaksasi benson. Responden dapat
merasakan perubahan tingkat nyeri menstruasi yang responden alami dan peneliti dapat
melihat adanya perubahan nyeri dari responden. Relaksasi benson membantu tubuh
menjasi rileks sehingga mengehentikan produksi hormon adrenalin dan semua hormon
yang diperlukan saat sedang stres. Hal ini terjadi karena hormon esterogen dan
progesteron serta hormon progesteron diproduksi dari hal yang sama. Ketika seseorang
mengurangi stres maka nyeri akan berkurang (Astuti dkk, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. F., T. Runtuwene, dan M. A. H. N. Kembuan. 2016. Profil nyeri di


poliklinik saraf rsup prof . dr . r . d . kandou manado. Jurnal E-Clinic. 4:7.

Astuti, L., P. Putra K, W. Dan A. Yulianti 2018. Efektifitas Relaksasi Benson terhadap
Penurunan Nyeri Disminore pada Mahasiswa di Stikes Karya Husada Semarang.
Jurnal Kebidanan . Vol 10 (02) :103-105

Bahrudin, M. 2018. Patofisiologi nyeri (pain). Saintika Medika. 13(1):7.

Kasiati dan N. W. D. Rosmalawati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia. Dalam Modul


Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Editor N. Suwarno. Jakarta Selatan: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Kurniawan, E. H. 2016. Terapi komplementer alternatif akupresur dalam menurunkan


tingkat nyeri. Nurseline Journal. 1(2):246–256.

Perry dan Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
Praktik. Jakarta: EGC.

SDKI DPP PPNI 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wardani, N. P. 2014. Manajemen Nyeri Akut. Denpasar

Anda mungkin juga menyukai