LP Fraktur Clavicula
LP Fraktur Clavicula
COVER
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................I
KATA PENGANTAR...............................................................................................................II
DAFTAR ISI............................................................................................................................III
BAB II........................................................................................................................................1
A. Definisi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman................................................................1
B. Anatomi Fisiologi............................................................................................................2
C. Etiologi............................................................................................................................2
D. Klasifikasi.......................................................................................................................2
E. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...........................................................................3
F. Komplikasi......................................................................................................................3
G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................3
H. Penatalaksanaan Medis...................................................................................................3
DAFTRA PUSTAKA................................................................................................................5
Halaman | I
BAB II
Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri)
A. Definisi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyaman adalah keadaan bebas dari cidera fisik dan
psikologis. Pemenuhan kebutuhan keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari
kecelakaan baik pasien, perawat atau petugas lainnya yang bekerja utuk pemenuhan
kebutuhan tersebut (Asmadi, 2008).
Kenyamanan atau rasa aman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya. Kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah keadaan ketika individu mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan (Potter &
Perry, 2006).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito,
2006).
Kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi Kebutuhan Dasar Manusia,
kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari) kelegaan (kebutuhan terpenuhi) dan transenden (keadaan tentang
sesuatu yang melebihi masalah/nyeri) (Potter & Perry.2013)
Gangguan kenyamanan adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito,
Linda Jual 2013).
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik
maupun dari serabut syaraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi,
dan emosional (Hidayat Aziz, 2014).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat
subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya (Tetty, 2015).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu keadaan yang
tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam
tubuh ke otak yang diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.
Halaman | 2
Pola Terbatas Berlangsung terus, dapat
Bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat
setelah beberapa saat setelah beberapa saat
B. Anatomi Fisiologi
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri tersebar pada kulit dan mukosa dimana reseptor nyeri memberikan
respon jika adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat
kimia seperti histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam- macam asam yang
terlepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen.
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik, atau mekanis (Smeltzer & Bare,
2013).
Nyeri dapat dirasakan jika reseptor nyeri tersebut menginduksi serabut saraf
perifer aferen yaitu serabut A-delta dan serabut C. Serabut Adelta memiliki myelin,
mengimpulskan nyeri dengan cepat, sensasi yang tajam, jelas melokalisasi sumber
nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin, berukuran
sangat kecil, menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan terus-
menerus (Potter & Perry, 2013). Ketika serabut C dan A-delta menyampaikan
rangsang dari serabut saraf perifer maka akan melepaskan mediator biokimia yang
aktif terhadap respon nyeri, seperti : kalium dan prostaglandin yang keluar jika ada
jaringan yang rusak. Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut saraf
aferen sampai berakhir di bagian kornu dorsalis medulla spinalis. Didalam kornu
dorsalis, neurotransmitter seperti subtansi P dilepaskan sehingga menyebabkan suatu
transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus spinolatamus. Selanjutnya
informasi di sampaikan dengan cepat ke pusat thalamus (Potter & Perry, 2013)
C. Etiologi
Menurut (Handayani, 2015) Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu
a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau
cidera
b. Iskemik jaringan.
c. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak
terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada
otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang
berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang
lama.
d. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal
dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
e. Neoplasma (Jinak atau ganas)
f. Post operasi.
D. Klasifikasi
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis yaitu :
a. Nyeri Akut Nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi
(ringan sampai berat) dan berlangsung singkat kurang dari 3 bulan dan
menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area
yang rusak.
b. Nyeri Kronis Nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri yang disebabkan oleh adanya kausa keganasan seperti
Halaman | 3
kanker yang tidak terkontrol atau non keganasan. Nyeri kronik berlangsung
lama (lebih dari 3 bulan) dan akan berlanjut walaupun pasien diberi
pengobatan atau penyakit tampak sembuh. Karakteristik nyeri kronis adalah
area nyeri tidak mudah diidentifikasi, intensitas nyeri sukar untuk diturunkan,
rasa nyeri biasanya meningkat, sifat nyeri kurang jelas, dan kemungkinan kecil
untuk sembuh atau hilang
F. Komplikasi
Nyeri dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi ini dapat mencakup yaitu
:
a. Gangguan pola istirahat tidur
b. Syok neurogenik
c.
G. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan Ni Putu Wardani (2014). Pemeriksaan penunjangn yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui penyebab dari nyeri, pemeriksaan yang dilakukan yaitu
seperti :
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen, CT Scan, MRI, EKG, USG
H. Pentalaksanaan Medis
a. Farmakologi
Menurut Wahyudi & Wahid (2016) menjelaskan bahwa penanganan nyeri secara
farmakologi yaitu antara lain seperti berikut ini :
1. Pemberian Analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri
dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri.
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang
berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam
salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dan lainlain.
b. Non Farmakologi
Halaman | 4
Tindakan pengontrolan nyeri melalui tindakan non-farmakologi
1. Distraksi
Merupakan tindakan pengalihan perhatian klien ke hal-hal diluar nyeri, yang
dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan klien terhadap
nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
2. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stres.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri stres fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi
terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan
tersebut sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyeri.
3. Kompres
Kompres panas basah (dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri,
risiko terjadi infeksi luka, dan kerusakan fisik (mobilitas)).
Kompres panas kering (dilakukan untuk membebaskan rasa nyeri,
spamus otot, peradangan atau kongesti, dan memberikan rasa hangat)
Kompres dingin basah, (dilakukan untuk mengurangi aliran darah ke
suatu bagian dan mengurangi perdarahan serta edema)
Kompres dingin kering, (dilakukan pada pasien dengan suhu tubuh tinggi, perdarahan hebat,
kesakitan, misalnya infiltrasi apendikuler, sakit kepala berat, pasien pascabedah tongsil)
Mubarak, W.I., Indrawati, L.,& Susanto, J.(2015).
I. Prosedur Tindakan
a) Pengkajian
a. Pengkajian keperawatan dengan masalah gastrointestinal sebagai berikut :
1. Kaji riwayat kesehatan
2. Riwayat kesehatan sekarang : mendapatkan informasi tentang perasaan
Lelah, adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakteristiknya (lokasi,
frekuensi nadi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi),pola
eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau, dan
konsistensi feses, mencakup adanya darah dan mucus, serta terapi obat saat
ini.
3. Riwayat kesehatan masa lalu : mengenai penyakit usus inflmasi kronis
atau polip pada kolon, rektal, atau sikmoid
4. Riwayat kesehatan keluarga : adanya riwayat penyakit pada bagian kolon
5. Kaji kebiasaan diet : mencakup masukan lemak dan atau serat serta jumlah
konsumsi alcohol
6. Kaji riwayat penurunan berat badan
7. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual
Halaman | 5
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau tidak,
menyikat gigi.
e. Tanyakan pola istirahat dan tidur
Kebiasaan istirahat tidur berapa jam? Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa
saja yang dilakukan?
f. Tanyakan pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar kegiatan
olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan sekitarnya.
g. Tanyakan kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras, ketergantungan
dengan obat-obatan ( narkoba ).
h. Tanyakan hubungan peran
Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-teman sekitar
lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat?
i. Tanyakan Pola persepsi dan konsep diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga, kebersamaan
dengan keluarga.
j. Tanyakan pola nilai kepercayaan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap agama yang
dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh terhadap perintah dan
larangan-Nya.
k. Tanyakan pola reproduksi dan seksual
Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan keluarga
besarnya dan lingkungan sekitar.
c) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, suhu 37,5 C, nadi 60-
100X/ menit, RR 16-20x / menit tensi 120/ 80 mmHg.
b) Pemeriksaan head to toe
1) Kepala dan leher: Dengan tehnik inspeksi dan palpasi: Rambut dan
kulit kepala: Pendarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan
2) Telinga: Perlukaan, darah, cairan, bau?
3) Mata: Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak mata,
adanya benda asing, skelera putih ?
4) Hidung: Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan anatomi
akibat trauma?
5) Mulut: Benda asing, gigi, sianosis, kering?
Halaman | 6
6) Bibir: Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering?
7) Rahang: Perlukaan, stabilitas ?
8) Leher: Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar tiroid
c) Pemeriksaan dada
1. Inspeksi: Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi pernapasan,
irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara napas tambahan bentu
dada?
2. Palpasi: Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus samaantara kanan
kiri dinding dada.
3. Perkusi: Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup pada batas
paru dan hipar.
4. Auskultasi: Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan paru,suara
ronchi dan wheezing
d) Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi: Bentuk dada simetris
b. Palpasi: Frekuensi nadi,
c. Parkusi: Suara pekak
d. Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur
e) Sistem pencernaan/abdomen
a. Inspeksi: Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen membuncit
atau datar , tapi perut menonjol atau tidak, lembilikus menonjol atau tidak,
apakah ada benjolanbenjolan / massa.
b. Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa ( tumor, teses) turgor
kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah tupar teraba,
apakah lien teraba?
c. Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinaria, tumor)
d. Auskultasi: Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5- 35 kali
permenit.
f) Pemeriksaan extremitas atas dan bawah meliputi:
a. Warna dan suhu kulit
b. Perabaan nadi distal
c. Depornitas extremitas alus
d. Gerakan extremitas secara aktif dan pasif
e. Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi
f. Derajat nyeri bagian yang cidera
g. Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh
h. Reflek patella
g) Pemeriksaan pelvis/genitalia
a. Kebersihan, pertumbuhan rambut
Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter, terdapat lesi atau tidak
J. Manajemen Nyeri
K.
Halaman | 7
DAFTRA PUSTAKA
Halaman | 8