Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN

DI NAKULA 3 RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO

ISTINGANATUL MUYASSAROH

P1337420617083

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2018
I. HALAMAN JUDUL
Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia Dengan Gangguan Rasa Aman dan
Nyaman di Ruang Nakula 3 RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro.

II. KONSEP DASAR


1. Definisi Keamanan dan Kenyamanan
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram. (Potter & Perry, 2006). Perubahan kenyamanan adalah
keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan
berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya. (Carpenito, Linda Jual, 2000).
Ada beberapa kebutuhan fisiologis dari keamanan yaitu :
a. Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak
berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem
pembuangan akan menyebabkan penumpukan CO2.
b. Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban
relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat.
c. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda yang dapat
menyebabkan kondisi – kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan risiko
infeksi dan keracunan makanan.

2. Definisi Nyeri

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan


ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah


sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Nyeri merupakan tanda terhadap adanya gangguan fisiologis atau jaringan.
Dimana seseorang dalam hal penanganannya disesuaikan pasien dan patologinya.
Oleh karena itu pengertian nyeri meliputi :
a. Secara Khusus
 Menurut Mc. Coffery (1979)
Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dimana
eksistensinya diketahui jika seseorang pernah mengalaminya.

 Menurut Wolf, Firest (1974)


Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan nyeri yang bisa menimbulkan ketegangan.

 Menurut Wolf, Firest (1974)


Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan nyeri yang bisa menimbulkan ketegangan.

 Menurut Arthur C. Cuvton (1983)


Nyeri adalah suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul bila mana
jaringan yang sedang dirusak dean menyebabkan individu tersebut
bereaksi atau menghilangkan rangsang nyeri. Jadi nyeri merupakan tanda
penting terhadap adanya gangguan fisiologis atau jaringan.

3. ANATOMI FISIOLOGI NYERI


I. Mekanisme Neuro Fisiologi Nyeri.
Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensori nyeri.
II. Transmisi Nyeri.
Reseptor nyeri ( nosi septor ) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya pada stimulus yang kuat , yang secara potensial merusak.
III. Bentuk Nyeri.
 Nyeri Akut
Datangnya tiba – tiba.
Biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan.
Nyeri yang sedang berlangsung dari beberapa detik hingga 6 bln.
Dapat sembuh secara spontan atau dengan pengobatan.
 Nyeri kronik
Nyeri yang menetap sepanjang suatu periode waktu.
Sulit diobati.
Nyeri yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
( Brunner and Suddarth , 2002 )

4. KLASIFIKASI NYERI
a. Nyeri Berdasarkan Kualitasnya
 Nyeri yang menyayat
 Nyeri yang menusuk
b. Nyeri Berdasarkan Tempatnya
 Nyeri superfisial/nyeri permukaan tubuh
 Nyeri dalam/nyeri tusuk bagian dalam
 Nyeri ulseral/nyeri dari tusuk jaringan ulseral
 Nyeri neurologis/nyeri akibat kerusakan saraf perifer
 Nyeri menjalar/nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat lain
 Nyeri sindrom/nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian tubuh karena
pengalaman masa lalu
 Nyeri patogenik/nyeri tanpa adanya stimulus
c. Nyeri Berdasarkan Serangannya
 Nyeri akut : Nyeri yang timbul tiba – tiba, waktu kurang dari 6 bulan.
 Nyeri kronis : Nyeri yang timbul terus – menerus, waktu lebih atau sama 6
bulan.
d. Nyeri Menurut Sifatnya
 Nyeri timbul sewaktu – waktu
 Nyeri yang menetap
 Nyeri yang kumat – kumatan
e. Nyeri Menurut Rasa
 Nyeri yang cepat : Nyeri yang menusuk
 Nyeri difus : Nyeri normal yang bisa dirasakan
f. Nyeri Menurut Kegawatan
 Nyeri ringan
 Nyeri sedang
 Nyeri berat

5. FASE NYERI

Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri :

a. Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)

Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini
bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang belajar
tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat
dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.

b. Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)

Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat
subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi
terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan orang lain. orang yang
mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri
dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah
akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat
toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya
orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya mencegah
nyeri, sebelum nyeri datang.

Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana


orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar
endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi sedikit merasakan
nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.

Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari


ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien
itulah yang digunakan perawat untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan
nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit
mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak
mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu
tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien
mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

c. Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)

Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih
membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga
dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami
episode nyeri berulang, maka respon akibat (aftermath)dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol
diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

6. ETIOLOGI NYERI
 Faktor resiko
a. Nyeri akut
Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
Menunjukkan kerusakan
Posisi untuk mengurangi nyeri
Muka dengan ekspresi nyeri
Gangguan tidur
Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
b. Nyeri kronis
Perubahan berat badan
Melaporkan secara verbal dan non verbal
Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
Kelelahan
Perubahan pola tidur
Takut cedera
Interaksi dengan orang lain menurun

 Factor penyebab
a. Stimulasi Kimia (Histamin, bradikirun, prostaglandin, bermacam-macam
asam).
b. Pembengkakan jaringan
c. Spasmus otot
d. Kehamilan
e. Inflamasi
f. Keletihan
g. Kanker

7. MANIFESTASI KLINIK
 Tanda dan gejala nyeri
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
 Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Faktor yang dapat mempengaruhi respon nyeri:
1. Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji


respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam
nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang
harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal
jika nyeri diperiksakan.

2. Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas
kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri)

3. Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon


terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri
adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi
mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

4. Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri


dan dan bagaimana mengatasinya.

5. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat


mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided
imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6. Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan


seseorang cemas.

7. Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat
ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.
Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu
dalam mengatasi nyeri.

8. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan


sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi
nyeri.

9. Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota


keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.

8. PATOFISIOLOGI
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia
seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang
dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan
sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat
menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga
dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak
10. KOMPLIKASI
a. Edema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur

11. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan keperawatan
Monitor tanda-tanda vital
Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang)
Kompres hangat
Mengajarkan teknik relaksasi
b. Penatalaksanaan medis
 Pemberian analgesic
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri
yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
 Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat
analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
12. INTENSITAS NYERI

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik
tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

a. 0 :Tidak nyeri

b. 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

c. 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat


menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.

d. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi

e. 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,


memukul.

13. PENGKAJIAN FOKUS


a) Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi wajah,
gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
b) Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri. Anjurkan
pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
c) Factor presipitasi
Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan,
suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
d) Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat
menggunakan skala dari 0-10.
e) Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama,
bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
f) Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.

14. DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Diagnose : nyeri akut
 Batasan karakteristik :
a. Mengkomunikasikan descriptor nyer (misalnya rasa tidak aman
nyaman, mual, kram otot)
b. Menyeringai
c. Rentang perhatian terbatas
d. Pucat
e. Menarik diri
 Faktor yang berhubungan :
a. Biologis
b. Kimia
c. Fisik
d. Psikologis
2. Diagnose : nyeri kronis
 Batasan karakteristik :
Subyektif
- Depresi
- Keletihan
- Takut kembali cidera
Obyektif
- Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
- Anoreksia
- Perubahan pola tidur
- Wajah topeng
- Perilaku melindungi
- Iritabilitas
- Perilaku protektif yang dapat diamati
- Penurunan interaksi dengan orang lain
- Gelisah
- Berfokus pada diri sendiri
- Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin,
perubahan posisi tubuh)
- Perubahan berat badan
 Faktor yang berhubungan
- Kanker metastasis
- Cedera
- Neurologi
- Arthritis
15. INTERVENSI
1) Diagnose: nyeri akut
NOC:
 Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan
psikologis
 Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
 Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
NIC:
 Pemberian analgesic : menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri
 Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat atau resep atau obat
bebas secara aman dan efektif
 Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien

2) Diagnose: nyeri kronis


NOC:
 Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan
psikologis
 Tingkat depresi : keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan minat
dengan peristiwa hidup
 Pengendalian diri terhadap depresi : tindakan individu untuk meminimalkan
melankolia dan mempertahankan minat dengan peristiwa hidup
 Nyeri : respon seimbang psikologis, keparahan respon seimbang kognitif dan
emosi yang dapat diamati atau dilaporkan terhadap nyeri fisik
 Pengendalian nyeri : tindakan pribadi untuk mengendalikan nyeri
 Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang tampak atau dilaporkan.
NIC:
 Pemberian analgesic : penggunan agen farmakologis untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri
 Mobilitas perilaku : meningkatkan perubahan perilaku
 Restrukturisasi kognitif : mendorong pasien untuk mengubah distrorsi pola
pikir dan memandang diri sendiri serta dunia secara lebih realistis
 Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi
stressor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan
peran hidup.
 Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas
secara aman dan efektif
 Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan,
dan pemeliharaan pada pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik
depresi maupun peningkatan alam perasaan
 Manajemen nyeri : menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ketingkat
yang lebih nyaman yang dapat ditoleransi oleh pasien
 Kontrak pasien : menegoisasi persetujuan dengan individu yang menekankan
perubahan perilaku bersama
 Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien : memfasilitasi pengendalian
pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien
 Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk lebih bertanggung
jawab terhadap perilakunya sendiri.
III. PATHWAYS
Kehamilan ektopik
Apendisitis akut Hernia strangulate Aneurisma yang pecah
Kolesistisis akut Hernia inkarserata Perdarahan limpa, hati
Pancreasitis akut Volvulus usus Perforasi organ dalam

Peradangan Obstruktif Perdarahan

Risiko Infeksi Hambatan pasase Peningkatan


dalam organ regangan/tarikan, organ
kontraksi berlebih

Peningkatan Merangsang
tekanan intra peritonium viseral
luminer

Penurunan aliran Nyeri viseral


darah

Hipoksia jaringan Gangguan rasa


dinding saluran nyaman (Nyeri)

Peningkatan
metabolisme aerob

Penumpukan asam
laktat

Nyeri hilang
timbul

Gelisah, gerak
paksa

Risiko cidera
IV. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Biodata Pasien
a. Nama :
b. Umur :
c. Agama :
d. Alamat :
e. Pekerjaan :
f. Tanggal masuk :
g. Diagnosa medis :
h. Nomor registrasi :

Biodata Penaggung Jawab

a. Nama :
b. Umur :
c. Agama :
d. Alamat :
e. Pendidikan :
f. Pekerjaan :
g. Hubungan dengan klien :

2. CATATAN MASUK
Catatan yang berisi tentang informasi keluhan pasien saat pertama kali masuk rumah
sakit.
3. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
b. Riwayat Keperawatan Terdauhulu
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda – tanda vital
d. Pengkajian skala nyeri
e. Pengkajian fisik
- Kepala
- Mata
- Hidung
- Mulut
- Telinga
- Leher
- Paru
- Abdomen
- Ekstremitas superior
- Ekstremitas inferior

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Cek laboratorium
b. USG

6. PROGRAM TERAPI
a. Infus RL 20 tpm
b. Injeksi Ketorolac amp/8
c. Injeksi Ranitidin amp/12
d. Paracetamol 3x100 mg

V. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit terkait
VI. PERENCANAAN (NCP)
1. RUMUSAN PRIORITAS MASALAH
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

2. TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN


a. Tujuan Intervensi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat
mengungkapkan bahwa nyeri yang dialami sudah berkurang dan pasien merasa
lebih nyaman.
b. Kriteria Hasil :
 Mampu mengontrol nyeri (mengetahui penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

3. INTERVENSI
a. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
b. Memonitor tanda – tanda vital.
c. Mengajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri.
d. Melakukan penanganan nyeri dengan farmakologi.
e. Menginformasikan kepada pasien tentang hal – hal yang dapat meningkatkan
nyeri seperti posisi yang tidak rileks, cemas dan kurang tidur.
f. Melakukan kolaborasi dengan dokter, farmasi dan gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J.2006.Rencana Asuhan dan Pendokumentasian Keperawatan (edisi 2).

Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma.2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC.


Mediaction Jogja.
Perry, Potter . 2006 . Fundamental Of Nursing . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63

Anda mungkin juga menyukai