OLEH :
SYAHRA RAMADHANI
NIM : 70900120035
( ) ( )
i
KATA PENGANTAR
Syahra Ramadhani,S.Kep
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
ii
BAB I.......................................................................................................................1
KONSEP KEBUTUHAN KENYAMANAN (NYERI)..........................................1
A. Defenisi Kebutuhan Dasar Kenyamanan......................................................1
B. Defenisi Nyeri...............................................................................................2
C. Fisiologi Sistem Nyeri..................................................................................4
D. Teori Gate Control........................................................................................5
E. Klasifikasi Nyeri (Kemenkes, 2016).............................................................6
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri...................................................7
G. Macam-Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi Pada Sistem.................9
H. Skala Pengukuran Nyeri................................................................................9
I. Penanganan Nyeri........................................................................................11
BAB II....................................................................................................................13
RENCANA ASUHAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN
DASAR KENYAMANAN (NYERI)....................................................................13
A. Pengkajian...................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2017)........................................................15
C. Perencanaan (SIKI, 2018 ; SLKI, 2019)....................................................19
D. Penyimpangan KDM..................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
iii
BAB I
iv
mengatasi/ meminimalkan nyeri yang dirasakan pasien. Hal terpenting yang
harus diketahui yakni keyakinan perawat terhadap rasa nyeri yang dirasakan
oleh pasien adalah hal yang nyata sehingga dibutuhkan manajemen nyeri yang
efektif untuk setiap pasien. Manajemen nyeri adalah prioritas yang penting
dalam sistem perawatan kesehatan, di dalam perkembangann dunia kedokteran
juga, para peneliti dalam bidang kesehatan bersatu dan mengupayakan hal
tersebut. (Taylor,2011).
B. Defenisi Nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak
bisa disamakan satu sama lain (Asmadi, 2008). Nyeri merupakan keadaan
ketika individu mengalami sensasi ketidaknyaman dalam merespons suatu
rangsangan yang tidak menyenangkan (Lynda Juall, 2012).
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan (PPNI, 2016)
Nyeri Kronis pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat
dan berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung lebih dari 3 bulan
(PPNI, 2016)
Nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan. Sensasi ketidak nyamanan yang dimanefestasikan
sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman,
dan fantasi luka. Nyeri merupakan suatu keadaan yang menitiberatkan pada
kejadian fisik dan suatu pengalaman emosional. Penatalaksanaan ini tidak
hanya berfokus pada pengelolahan fisik semata, namun penting juga untuk
melakukan manipulasi (tindakan) psikologis untuk mengatasi nyeri (Tamsuri,
2014).
Definisi keperawatan tentang nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan
oleh individu yang mengalami nyeri serta kapanpun individu mengatakannya.
v
Namun tidak semua individu mampu mengungkapkan rasa nyeri yang
dirasakan secara verbal, sehingga perawat memiliki tanggung jawab terhadap
pengamatan perilaku nonverbal yang dapat terjadi bersama dengan nyeri
(Ariesta, 2014).
vi
penurunan motilitas saluran cerna, dan vasokontriksi perifer. Sedangkan
respon nyeri pada stimulasi saraf parasimpatis seperti pucat, ketegangan otot,
penurunan denyut jantung dan tekanan darah, pernafasan cepat dan tidak
teratur, mual dan muntah, serta kelemahan atau kelelahan (Potter dan Perry,
2006).
vii
hantaran rasa nyeri terhambat juga. Rangsangan serat besar ini dapat
langsung merangnsang ke korteks serebri dan hasil persepsinya akan
dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan
reaksinya akan mempengaruhi aktifitas sel T. Rangsangan pada serat kecil
akan menghambat akifitas substansi gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme sehingga aktifitas sel T meningkat yang akan menghantar ke
otak (Hidayat, 2006).
E. Klasifikasi Nyeri (Kemenkes, 2016)
Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yakni: nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
Yang termasuk dalam nyeri kronis ini adalah nyeri terminal, sindrom nyeri
kronis, dan nyeri psikosomatis. Bila ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dibagi
menjadi nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
viii
2. Usia
Semakin bertambah usia, maka semakin besar pula toleransi terhadap
rasa nyeri yang ditimbulkan. Kemampuan untuk mengontrol nyeri akan
terus bertambah seiring dengn bertambahya usia. Oleh karena itu, persepsi
nyeri akan dipengaruhi oleh usia.
3. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam merespon adanya nyeri.
Dalam suatu study dilaporkan bahwa jenis kelamin laki-laki akan kurang
merasakan nyeri jika dibandingkan dengan perempuan. Hal ini berdasarkan
dengan etnis tertentu.
4. Kultur
Respon terhadap nyeri tergantung pada bagaimana orang belajar dari
budayanya, seperti kepercayaan yang mengatakan bahwa nyeri yang
dirasakan merupakan akibat kesalahan yang mereka lakukan sehingga harus
diterima dan tidak mengeluh.
5. Makna nyeri
Nyeri yang dirasakan tergantung bagaimana pengalaman atau persepsi
seseorang terhadap nyeri dan bagaimana cara mengatasinya.
6. Kecemasan
Kecemasan dapat meningkatkan persepsi terhadap nyeri yang dirasa
dan nyeri juga dapat menyebabkan kecemasan.
7. Pengalaman masa lalu
Ketika seseorang sudah mengalami jenis nyeri yang sama dengan
masa lampau, maka akan lebih mudah bagi individu untuk melakukan
tindakan penghilang rasa nyeri. Hal ini terjadi karena adanya proses
pengontrolan pusat dan dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau.
8. Pola koping
Pola koping yang adaptif akan mempermudah seseorang dalam
mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptif akan
menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9. Support keluarga dan sosial
ix
Indivudu yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan
perlindungan.
10. Harapan
Harapan positif tentang pengobatan dapat meningkatkan keefektifan
pengobatan. Sering kali semakin banyak petunjuk yang diterima oleh
pasien tentang keefektifan intervensi maka semakin efektif pula
intervensi yang diberikan nantinya. Hubungan pasien dengan perawat
yang positif juga dapat menjadi peran yang sangat penting dalam
meningkatkan efek penyembuhan.
x
1. Skala deskriptif verbal
Skala deskriptif verbal atau Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan
salah satu alat ukur tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif. Skala
deskriptif verbal ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari kalimat
pendeskripsian yang berawal dari tidak ada nyeri sampai nyeri berat yang
tidak terkontrol (Prasetyo, 2010).
Skala analog visual atau Visual Analog Scale (VAS) merupakan suatu
pengukuran dengan garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus
xi
menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pada
pengukuran skala analog visual dapat memberikan kebebasan kepada
pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri yang dirasakannya
(Prasetyo, 2010).
I. Penanganan Nyeri
Penanganan rasa nyeri dapat dilakukan dengan metode farmakologi
dan non farmakologi. Banyak cara yang dilakukan untuk mengurangi nyeri
salah satunya yaitu dengan teknik distraksi relaksasi dan distraksi relaksasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan cara visual,
xii
auditorial, distraksi 4 relaksasi pernafasan, teknik pernafasan, dan imajinasi
terpimpin (Tamsuri, 2007).
Menurut Ayudiahningsih & Maliya, (2009) selain tindakan
farmakologi (analgesik) cara lain yang berperan yakni tindakan non farmakologi
dalam hal ini teknik relaksasi. Teknik relaksasi merupakan alternatif non
obat-obatan dalam strategi penanggulangan nyeri, disamping metode distraksi.
Relaksasi merupakan suatu kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stress, karena dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien.
Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa
tidak nyaman atau nyeri.
Tindakan lain yang dapat digunakan selain relaksasi adapun terapi
musik. terapi musik sebagai teknik relaksasi yang digunakan untuk
penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu.
Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan
keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia, dan slow musik (Erfandi, 2009).
Dari hasil penelitian Nurdiansyah (2015) tentang Pengaruh terapi
musik terhadap respon nyeri pada pasien dengan post operasi di RSUD A.
Dadi Tjokrodipo kota Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa rerata
respon nyeri responden pada kelompok intervensi sebelum terapi musik
adalah sebesar 8,35, sedangkan rerata respon nyeri responden pada kelompok
kontrol sebelum diberikan prosedur standar adalah sebesar 8,65, rerata respon
nyeri responden pada kelompok intervensi setelah terapi musik adalah sebesar
5,71, sedangkan rerata respon nyeri responden pada kelompok kontrol
setelah diberikan prosedur standar adalah sebesar 7,06 .
xiii
BAB II
1. Biodata/identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi dan diagnose medis.
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup
klien. Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden
terjadinya penyakit dan cedera yang akan mempengaruhi rasa aman dan
nyaman klien.
b. Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/ bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung
pada reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman klien
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan gangguan rasa
aman dan nyaman. Karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien
akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman
seperti nyeri.
3. Pemeriksaan fisik: data fokus
a. Ekspresi wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir bawah
b. Verbal
xiv
1) Menangis
2) Berteriak
c. Tanda- tanda vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernapasan
d. Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mealokasikan tempat atau rasa yang
tidak nyaman
e. Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan P,Q,R,S,T yaitu
1) P (Provocate)
Faktor paliatif meliputi faktor pencetus nyeri,terasa setelah
kelelahan,udara dingin dan saat bergerak.
2) Q (Quality)
Kualitas nyeri meliputi nyeri seperti di tusuk-tusuk,dipukul-pukul
dan lain-lain.
3) R (Region)
Lokasi nyeri,meliputi byeri abdomen kuadran bawah,luka post
operasi,dan lain-lain.
4) S (Skala)
Skala nyeri ringan,sedang,berat atau sangat nyeri.
5) T (Time)
Waktu nyeri meliputi : kapan dirasakan,berapa lama, dan berakhir.
f. Respon Nyeri
1) Respon simpatik
a) peningkatan frekuensi pernafasan
b) dilatasi saluran bronkiolus
c) peningkatan frekuensi denyut jantung
d) dilatasi pupil
e) penurunan mobilitas saluran cerna
2) Respon parasimpatik
xv
a) Pucat
b) ketegangan otot
c) penuru nan denyut jantung
d) mual dan muntah
e) kelemahan dan kelelahan
3) Respon perilaku
Respon perilaku yang sering di tunjukan oleh pasien antara lain
perubahan postur tubuh, mengusap, menopong wajah bagian nyeri
yang sakit mengertakan gigi, ekspresi wajah meringis, mengerutkan
alis
4. Pemeriksaan Penunjang
a. USG
USG digunakan untuk data penunjang apabila ada rasa tidak nyaman
pada bagian perut
b. Rontgen
Rontgen untuk mengetahui tulang/organ yang abnormal yang dapat
mengganggu rasa nyaman klien
xvi
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
c. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif : 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
d. Faktor yang berhubungan/penyebab
1. Agen pencedera Fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan).
2. Nyeri kronik
a. Defenisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung lebih
dari 3 bulan.
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : Mengeluh nyeri
Merasa depresi (tertekan)
Objektif : 1. Tampak meringis
2. Gelisah
3. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
c. Gejala dan Tanda Minor
xvii
Subjektif : Merasa takut mengalami cedera berulang
Objektif : 1. Bersikap protektif
2. Waspada
3. Pola tidur berubah
4. Anoreksia
5. Fokus menyempit
6. Berfokus pada diri sendiri
d. Faktor yang berhubungan/penyebab
1. Kondisi musculoskeletal kronis
2. Kerusakan sistem saraf
3. Penekanan saraf
4. Infiltrasi tumor
5. Ketidak seimbangan neurotransmitter
6. Gangguan imunitas
7. Gangguan fungsi metabolic
8. Riwayat posisi kerja statis
9. Peningkatan indeks massa tubuh
10. Kondisi pasca trauma
11. Tekanan emosional
12. Riwayat penganiayaan
13. Riwayar penggunaan obat/zat
3. Gangguan Mobilitas Fisik
a. Defenisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif : 1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM) menurun
c. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Nyeri saat bergerak
xviii
Enggan melakukan pergerakan
Merasa cemas saat bergerak
Objektif : 1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
d. Faktor yang berhubungan/penyebab
1. Kerusakan integritas stuktur tulang
2. Perubahan metabolisme
3. Ketidakbugaran fisik
4. Penurunan kendali otot
5. Penurunan massa otot
6. Nyeri
7. Gangguan muskuloskeletal
C. Perencanaan (SIKI, 2018 ; SLKI, 2019)
1. Nyeri Akut dan Nyeri Kronik
Manajemen Nyeri
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambar dan berintraksi ringan hingga berat.
Kriteria Hasil
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar dan
berintraksi ringan hingga berat dan konstan dapat menurut dengan kriteria
hasil:
1) Keluhan nyeri menurun dari 3 ke 2
2) Meringis dapat menurun dari 3 ke 2
3) Gelisah dapat menurun dari 3 ke 2
4) Sikap protektif dapat menurun dari 3 ke 2
b. Intervensi keperawatan dan rasional
xix
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
Rasional : mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri dari pasien
b) Identifikasi skala nyeri
Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien
c) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Rasional : mengetahaui hal-hal yang dapat memperberat ataupun
memperingan nyeri yang dirasakan pasien
d) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Rasional : mengetahui seberapa besar rasa nyeri mempengarui
kualitas hidup pasien
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi pijat, kompres hangat/dingin, hypnosis, relaksasi napas
dalam)
b) Rasional : mengurangi tingkat nyeri pasien/ mengalihkan pasien dari
rasa nyerinya
c) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Rasional : mengurangi resiko factor yang dapat memperberat
nyeri/menimbulkan nyeri
d) Fasilitasi isterahat dan tidur
Rasional : mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istrahat pasien
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Rasional : memberikan informasi terkait nyeri yang dirasakan pasien
b) Jelaskan strategi mengatasi nyeri
Rasional : membantu pasien mengatasi saat rasa nyeri muncul
c) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
Rasional : pasien dapat mengetahui sendiri karakteristik, penyebak,
lokasi saat nyeri muncul
d) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
xx
Rasional : memudahkan pasien untuk mengotrol nyeri dengan cara
sederhana
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Rasional : mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan
pasien.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Dukungan Mobilisasi
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan
Mengidentifikasi dan mengelola keterbatasan dalam gerakan fisik
dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.
b. Kriteria Hasil
Kemampuan dalam gerakan fisik satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dapat meningkat dengan kriteria hasil:
1) Pergerakan ekstremitas meningkat 3 ke 5
2) Kekuatan otot dari meningkat3 ke 5
3) Rentang gerak (ROOM) meningkat dari 3 ke 5
4) Nyeri menurun dari 3 ke 2
c. Intervensi keperawatan dan rasional
1) Observasi
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Rasional : mengetahui kualitas dan intensitas nyeri dari pasien
dan keluhan fisik lain yang dirasakan
b) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan mobilisasi pasien
c) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
Rasional : mengetahaui adanya perubahan frekuensi jantug dan
tekanan darah pasien
d) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
xxi
Rasional : mengetahui hal-hal yang dapat terjadi selama
melakukan mobilisasi yang memberatkan pasien
2) Terapeutik
a) Fasilitasi aktivitas mobilsasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
Rasional : membantu atau memudahkan pasien dalam
melakukan mobilisasi
b) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergeran
Rasional : meningkatkan aktivitas otot agar terlatih sedikit
demi sedikit
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan Prosedur mobilisasi
Rasional : memberikan informasi terkait latihan mobilisasi
yang akan diberikan pada pasien
b) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
Duduk ditempat tidur, dudu disisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Rasional : membantu pasien melatih pergerakan otot
PENYIMPANGAN KDM
Etiologi
xxii
Bradikinin, bradikinin
Prostaglandin,
Merangsang Serotonin, ion,
thermosensitive Kalium dll)
reseptor
merangsang nosiseptor
dihantarkan
serabut tipe A
serabut tipe C
Medulla spinalis
otak
persepsi nyeri
Nyeri
xxiii
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2006. Fundamentals of nursing, (7th ed.). Missouri : Mosby
Elsevier, Inc
Potter & Perry. 2009. Fundamentals of nursing, (7th ed.). Missouri : Mosby
Elsevier, Inc
Taylor, C.R., Lilis, C., Lemone, P., Lynn, P., 2011. Fundamentals of Nursing: The
Art and Science of Nursing Care, 7th ed. Wolters Kluwer, China
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
xxiv
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
xxv