Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN VERTIGO DI RUANG ANGGREK PADA RUMAH SAKIT


BALADHIKA HUSADA JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN APLIKASI KLINIS

oleh:

Putri Rahmania Agustin

NIM 162310101003

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2018
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, taufik
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Vertigo” dengan baik meskipun banyak memiliki kekurangan di
dalamnya. Saya ucapkan terimakasih kepada Ns. Retno, M.Kep, dan juga Ns.
Sukma selaku dosen pembimbing akademik pada praktik Aplikasi Klinis
Keperawatan serta kepada semua pihak yang secara tidak langsung ikut serta
membantu dalam menyelesaikan tugas laporan pendahuluan ini.

Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan mengenai teori asuhan keperawatan yang dapat
diberikan pada klien dengan kasus Vertigo. Saya ucapkan mohon maaf jika di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, penulis berharap pembaca dapat memberi kritik, saran serta usulan demi
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Jember, 7 Januari 2019

Penulis
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN ........................................................... 1

1.1 Anatomi dan Fisiologi ................................................................................ 1

1.2 Definisi Diabetes Mellitus.......................................................................... 3

1.3 Epidemiologi .............................................................................................. 3

1.4 Etiologi ....................................................................................................... 4

1.5 Klasifikasi .................................................................................................. 5

1.6 Patologi / Patofisiologi ............................................................................... 6

1.7 Manifestasi Klinis ...................................................................................... 6

1.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 7

1.9 Penatalaksanaan Medis .............................................................................. 7

BAB 2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................................. 9

2.1 Pengkajian .................................................................................................. 9

2.2 Pemeriksaan Fisik ...................................................................................... 10

2.3 Diagnosa..................................................................................................... 12

2.4 Intervensi .................................................................................................... 12

2.5 Evaluasi ...................................................................................................... 14

2.6 Discharge Planing ...................................................................................... 16


iii

2.7 Pathway ...................................................................................................... 17

Bab 3 PENUTUP ............................................................................................. 18

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 18

3.2 Saran ........................................................................................................... 18

Daftar Pustaka .................................................................................................. 19

Lampiran ..........................................................................................................
1

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga

Gambar 1. Anatomi fisiologi Telinga Luar dan Tengah

Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor karena memberikan


respon getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Telinga
menerima gelombang suara, diskriminasi frekuensinya dan penghantaran
informasi di bawah ke susunan saraf pusat. Telinga dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu :

1. Telinga Bagian Luar


Pada telinga bagian luar terdapat beberapa bagian diantaranya yaitu
pinna yaitu terletak di samping kiri kanan dibawah temporal yang
berfungsi untuk mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkan ke
saluran telinga dalam lokalisasi suara. Meatus auditorius atau saluran
telinga merupakan saluran eksterior melalui temporalis ke membran
timpani yang memiliki fungsi mengarahkan gelombng suara ke
membran timpani. Pada telinga bagian luar juga terdapat membran
timpani (gendang telinga) yaitu memisahkan telinga luar dan telinga
tengah, serta bergetar secara sinkron dengan gelombang suara yang
2

mengenainya, menyebabkan tulang pendengaran bergetar (Syaifudin,


2011)

2. Telinga Tengah
Telinga tengah (kavum timpani) adalah ruang berisi udara dalam pars
peterosa ossis temporalis yang dilapisi oleh membran mukosa di dalam
nya, terdapat tulang tulang pendengar yang memisahkan kavum
timpani dari meningen dan lobus temporalis. Pada telinga tengah
terdapat rangkaian tulang yang bergerak melintasi rongga telingah
serta melekat ke membran timpani yang menimbulkan getaran seperti
gelombang di perilimf kokhlea (Syaifudin, 2011).

3. Telinga Dalam
Pada telinga bagian dalam di dalamnya terdapat labirinitus osseus yang
terdiri dari vestibulum, semisirkularis, dan kokhlea. Ketiganya
merupakan rongga yang terletak dalam substansi tulang padat
terstruktur dilapisis endosteum dan berisi cairan bening (perilimf) yang
terletak dalam labirinitus membranaseus. Kokhlea terdapat pada
bagian anterior vestibulum yang berfungsi untuk tempat sistem
sensorik untuk mendengar. Pada duktus kokhlearis atau bagian tengah
kokhlea mengandung endolimf tempat untuk membran basilaris. Pada
vestibularis memiliki fungsi sebagai sistem sensoris untuk
keseimbangan dan memberikan masukan yang penting untuk
mempertahan kan postur dan keseimbangan. Bagian urtikulus
3

merupakan struktur kantong di rongga bertulang antara kokhlea dan


kanalis semikular yang mampu mendeteksi perubahan posisi kepala
menjauhui sumbu vertikal, mengarahkan akselerasidan deselerasi
linear secara horizontal. Sedangkan pada bagian sakulus mampu
mendeteksi perubahan posisi kepala menjauhui sumbu horizontal,
mengarahkan akselerasidan deselerasi linear secara vertikal (Syaifudin,
2011).
1.2 Definisi

Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar akan
memiliki sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan Vertigo
merupakan sensasi abnormal berupa gerakan atau rasa berputar, gerak dari
tubuh atau lingkungan, dapat, disertai gejala lain. Terutama dari jaringan
otonomik mungkin akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Gangguan
Otonomik yang ditimbulkan dapat berupa pucat, peluh dinin, pusing, mual,
muntah (Mardjono dan Sidharta Priguna, 2008).

Vertigo merupakan gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam


sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian merasa keadaan
di sekelilingnya menjadi berputar atau melayang. Vertigo biasanya
menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjaadi
akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin
dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari
sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar (Mardjono dan Sidharta
Priguna, 2008)

1.3 Epidemiologi
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai sensasi berputar, rasa
tidak stabil (giddiness, unsteadiness) dan rasa pusing (dizziness). Keluhan
vertigo tersebut penting karena seringkali seseorang acuh terhadap pusing dan
4

nyeri kepala yang dialami secara bergantian (Wreksoatmodjo, 2004). Angka


kejadian vertigo di Amerika Serikat berkisar 64 dari 100.000 orang, wanita
cenderung lebih sering terserang (64%), kasus Benigna Paroxysmal Positional
Disease (BPPV) sering terjadi pada usia rata-rata 51-57 tahun, jarang pada
usia 35 tahun tanpa riwayat trauma kepala (George, 2009). Menurut survei
dari Department of Epidemiology, Robert Koch Institute Germany pada
populasi umum di Berlin tahun 2007, prevalensi vertigo dalam 1 tahun 0,9%,
vertigo akibat migren 0,89%, untuk BPPV 1,6%, vertigo akibat Meniere’s
Disease 0.51%. Pada suatu follow up study menunjukkan bahwa BPPV
memiliki resiko kekambuhan sebanyak 50% selama 5 tahun. Di Indonesia,
data kasus di R.S. Dr Kariadi Semarang menyebutkan bahwa kasus vertigo
menempati urutan ke 5 kasus terbanyak yang dijumpai di bangsal saraf
(Dewanto dkk., 2009) .

1.4 Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, yang disebabkan antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, serta
terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak. Tubuh akan merasakan posisi
dan mampu mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang
terdapat pada telinga khususnya pada telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu pada otak. Vertigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam saraf telinga, yang menghubungkan telinga
dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Keseimbangan akan dikendalikan
oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi tubuh dari organ
keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan
benign paroxysmal positional.
3. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
5

4. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, serta penyakit


maniere.
5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf
vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai
cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient
ischemic attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler (Mardjono dan
Sidharta Priguna, 2008).

1.5 Klasifikasi
Vertigo terbagi menjadi 2 jenis yaitu vertigo vestibular dan vertigo
nonvestibular. Pada vertigo vestibular merupakan vertigo dengan karakteristik
sebagai berikut, vertigo rotasi, vertigo posisi atau merasa pusing permanen
dengan disertai mual dan gangguan keseimbangan lainnya. Vertigo rotasi
diartikan sebagai perasaan dirinya berputar atau objek yang berputar. Vertigo
posisi dapat diartikan sebagai perasaan pusing karena perubahan posisi kepala
seperti pada saat seseorang berbaring dan bangkit dari tidur. Pada vertigo
vestibular dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu vertigo vestibular perifer dan
vertigo vestibular sentral. Vertigo vestibular periferal terjadi jika terdapat
gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian
tengah yang mengontrol keseimbangan. Sedangkan vestibular sentral terjadi
jika ada sesuatu yang tidak normal dalam otak, khusunya di bagian saraf
keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (Mardjono dan
Sidharta Priguna, 2008)
Vertigo non vestibular merupakan vertigo sitemik keluhan vertigo ini akan
disebabkan oleh penyakit tertentu misalnya diabetes mellitus, hipertensi,
jantung, sementara itu vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang
disebabkan oleh gangguan saraf keluhan vertigo yang disebabkan oleh
6

gangguan mata disebut vertigo ophtalmologis (Mardjono dan Sidharta


Priguna, 2008)

1.6 Patofisiologi
Vertigo dapat terjadi karena adanya ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem
ini adalah susunan vestibular atau keseimbangan. Yang secara terus menerus
akan menyampaikan impuls ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang
berperan ialah sistemik optik dan pro-prioseptik. Informasi yangberguna untuk
keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibular, visual dan pro-
piroseptik. Reseptor vesibular memberikan kontribusi paling besar. Dalam
kondisi normal informasi yang tiba di pusat alat keseimbangan tubuh yang
berasal dari reseptor vestibular, visual, dan pro-prioseptik kanan dan kiri akan
dibandingkan. Respon yang muncul berupa berupa penyesuaian otot mata dan
penggerak tubuh. Di samping itu orang menyadari orang menyadari posisi
kepala dan dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika alat fungsi
keseimbangan perifer atau sentral kondisi tidak normal, atau merasa terdapat
geraakan yang aneh maka proses pengelolahan informasi akan terganggu,
akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom, disamping itu respon
penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri dan berjala serta banyak
gejala lainya (Dewanto dkk., 2009)

1.7 Manifestasi Klinis

Pasien dengan vertigo biasanya akan memiliki tanda gejala yang dapat
dijumpai seperti akan merasakan perasaan berputar dan terkadang akan
disertai dengan mual, muntah, , kepala terasa berat dan nyeri. Serta akan
mengalami penurunan nafsu makan, yang berakibat pada kelelahan, lidah
pucat, nadi lemah, mulut pahit, puyeng ( dizzines), mata merah, penglihatan
7

kabur, mudah tersinggung, serta akan sering merasa gelisah (Dewanto dkk.,
2009).

1.8 Pemeriksaan Penunjang


Dalam penentuan diagnosis pada vertigo harus diperhatikan dengan
berbagai macam banyak hal, evaluasi vertigo harus memiliki tujuan dasar
yakni menentukan penyebab, serta menenukan lokasi sumber. Sebelum
memulai untuk pengobatan perlu dipastikan sifat dan penyebab vertigo. Dapat
dilihat dari gerakan mata yang abnormal menunjukkan kelainan fungsi
teklinga di bagian dalam atau saraf telinga bagian yang menghubungkan ke
otak.dapat juga dilihat dari Nistagmus yaitu dapat dilakukan dengan
merangsang menggerakkan kepala penderita secara tiba-tibaatau dapat
dengan meneteskan air dingin ke telinga. Untuk menguji keseimbangan si
penderita dimintauntuk berdiri dan berjalan dalam satu garis lurus, pertama
dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
Tes pendengaran juga dapat digunakan untuk menentukan kelainan
telinga yang mempengarui keseimbangan dan pendengaran. Pemeriksaan
lainya yakni dengan CT scan atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan
kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga suatu infeksi
dilihat cairan ditelinga atau sinus dari tulang belakang. Jika terjadi penurunan
aliran darah ke otak maka dapat dilakukan pemeriksaaan Angiogram, untuk
melihat adanya sumbatan pembuluh darah yang menuju ke otak (Dewanto
dkk., 2009).

1.9 Penatalaksanaan Medis


Pada penderita dengan fase akut penderita harus dibaringkan dan dapat
diberi terapi obat dengan Avoming 25mg setiap 6 Jam, prometazhine 25mg,
Chloropromazine 1,25 mg melalui IM tiap 6 jam selama 24 jam yang mampu
mengurangi muntah dan vertigo hebat pada fase tenang penderita dinjurkan
8

untuk mengurangi minum hanya sampai tiga gelas sehari, serta pantang
garam. Namun terdapat sebagian kecil penderita akan memerlukan tindakan
operasi pada telinga, jika pendengaran penderita masih baik yaitu untuk
menghilangkan vertigo yang dialamiuntuk mempertahankan pendengaran nya
seperti :
1. Miringotomi dan pemasangan gromet untuk mengurangi vertigo
2. Dekomprese sakus endolimfatikus untuk mengurangi tekanan di dalam
labirin mukosa
3. Perusakan dengan ultra sonik terhadap labirin untuk mempertahankan
koklea
4. Perusakan labirin membranosa perlu dilakukan dengan cara oprasi jika
pasien, satu telinganya mengalami tuli (Dewanto dkk., 2009).
9

BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

Identitas Klien :

Nama : Ny/Tn. X
Umur :-
Jenis Kelamin : Laki/ Perempuan
Agama :-
Alamat :-
Pekerjaan :-
Status :-
Tgl MRS :-
Pendidikan : Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan
klien dalam perawatan kesehatan
1) Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medis : Vertigo
b. Keluhan Utama : Keluhan yang biasa muncul pada pasien vertigo
yaitu nistagmus, unsteadiness, ataksia, sensasi berputar, rasa tidak stabil
(giddiness, unsteadiness) dan rasa pusing (dizziness).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Riwayat pasien dari masuk rumah sakit saat dilakukan pengkajian
ditemukan gejala-gejala khas yang diakibatkan oleh vertigo, serta apa
saja yang sudah dilakukan oleh klien.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu:
Dapat dilihat dari apakah pernah mengalami kelainan pada sistem
keseimbangan terutama pada bagian telinga ataupun saraf keseimbangan
lain.
e. Riwayat penyakit keluarga :
Kaji riwayat penyakit keluarga pasien apakah memiliki riwayat penyakit
keturunan atau penyakit kronik yang dialami oleh keluarga.
f. Riwayat psikososial:
10

Kaji hubungan psikososial pasien, tingkat stress, perasaan seperti


kecemasan, ketakutan atau ansietas dan lain-lain.

2) Keadaan Umum
a. Aktivitas / Istirahat : Letih, lemas atau malaise, keterbatasan
gerak, Ketegangan mata, kesulitan membaca, Insomnia, bangun
pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, Sakit kepala yang
hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.
b. Sirkulasi : Riwayat hypertensi, Denyutan vaskuler, misal daerah
temporal, Pucat, wajah tampak kemerahan.
c. Integritas Ego : Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan
depresi, Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit
kepala, Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
d. Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak,
jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), Mual/muntah, anoreksia
(selama nyeri) Penurunan berat badan
e. Neurosensoris : Pening, disorientasi (selama sakit kepala), Riwayat
kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke., Aura ;
fasialis, olfaktorius, tinitus.Perubahan visual, sensitif terhadap
cahaya/suara yang keras, epitaksis. Parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore. Perubahan pada pola
bicara/pola piker, Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
Penurunan refleks tendon dalam Papiledema.
f. Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,
sinusitis. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah. Respon
11

emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah. Otot-


otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g. Keamanan : Riwayat alergi atau reaksi alergi, Demam (sakit
kepala), Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis, Drainase
nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h. Interaksi social : Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi
sosial yang berhubungan dengan penyakit.
i. Penyuluhan / pembelajaran : Riwayat hypertensi, migrain, stroke,
penyakit pada keluarga Penggunaan alcohol/obat lain termasuk
kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

2.2 Pemeriksaan Fisik

a) Tanda-tanda vital
Tekanan darah :
Nadi :
Respirasi :
Suhu :
b) Head to Toe
1. Kepala Leher : Pengkaijian bentuk kepala, keadaan rambut,
pembesaran leher, gangguan pendengaran, penglihatan kabur atau
ganda, diplopia dan lensa mata keruh.
2. Sistem Kulit (Integumen) : Pengkajian turgor kulit, pada pasien yang
mengalami dehidrasi karena mual turgor kuliat kan menurun.
3. Sistem Pernafasan : Kaji pasien vertigo pada keadaan pernafasan yang
dialami.
4. Sistem Perkemihan (Urinary) : Kaji apakah ada gangguan perkamihan
5. Sistem Kardiovaskular : Waspada terhadap adanya komplikasi kronis
pada makrovaskular, perfusi jaringan menurun, nadi perifel melemah
atau berkurang, takikardi atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi.
12

6. Sistem Neurologis : Kaji apakah mempengarui system neurologis pada


pasien vertigo
7. Sistem Muskuloskeletal : Pasien vertigo akan mengalami nyeri dan
pusing berat, kaji moskuluskeletal apakah mengalami keadaan
abnormal pada moskuluskeletal tertentu.

2.3 Diagnosa

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera biologis,


kimia, fisik d.d perubahan selera makan, ekspresi wajah
nyeri
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan d.d kurang minat pada makan
3. Ketidakefektifan Koping berhubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah d.d keletihan,
perubahan pola tidur
13

2.4 Intervensi

DIAGNOSIS
NO. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut (00132) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Manajemen Nyeri (1400)
menunjukkan hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
Kontrol Nyeri (1605) mengenai ketidaknyamanan
Tujuan 3. Pastikan perawatan analgesik pasien
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 dilakukan dengan pemantauan tepat
Mengenali kapan √ 4. Berikan informasi mengenai nyeri terkait
1. 3 penyebab nyeri, dan berapa lama nyeri
nyeri terjadi
Menggambarkan √ dirasakan
2. 3 5. Pilih implementasi yang beragam (misal
faktor penyebab
Mengenali apa yang √ farmakologi, atau non farmakologi)
3. 3 6. Libatkan keluarga dalam modalitas
terkait gejala nyeri
Menggunakan √ penurunan nyeri
tindakan 7. Berikan terapi oksigen.
4. 3
pengurangan nyeri
tanpa analgesik NIC: Terapi Relaksasi (6040)
Melaporkan √ 1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat
perubahan terhadap relaksasi serta jenis relaksasi
5. gejala yang tidak 2 2. Pertimbangkan keinginan pasien untuk
terkontrol pada berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi,
profesional kesehatan pilihan, pengalaman masa lalu dan
Menggunakan √ kontraindikasi sebelum memilih strategi
6. 3 3. Dorong klien untuk mengambil posisi
tindakan pencegahan
Keterangan: yang nyaman dengan pakaian longgar dan
14

1. Tidak pernah menunjukkan mata tertutup


2. Jarang menunjukkan 4. Minta klien untuk rileks dan merasakan
3. Kadang kadang menunjukkan sensasi yang terjadi
4. Sering menunjukkan 5. Dorong klien untuk mengulangi
5. Secara konsisten menunjukkan 6. Evaluasi dan dokumentasi respon pasien
terhadap terapi relaksasi

NIC: Pemberian Analgesik (2210)


1. Cek adanya riwayat alergi obat
2. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik
yang sesuai ketika lebih dari satu yang
diberikan
3. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, frekuensi obat yang diresepkan
4. Monitor ttv sebelum dan sesudah
pemberian analgesik

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien NIC: Manajemen Gangguan Makan (1030)
nutrisi: kurang dari menunjukkan hasil: 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
kebutuhan tubuh untuk mengembangkan rencana
(00002) Status nutrisi: asupan nutrisi (1009) perawatan dengan melibatkan klien dan
Tujuan orang terdekat
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 2. Monitor perilaku klien yang dapat
1. Asupan kalori mempengarui pola makan, dan berat
badan
2. Asupan protein 3. Monitor intake/asupan dan asupan cairan
15

3. Asupan Lemak secara tepat


4. Asupan karbohidrat 4. Monitor asupan dan cairan sehari
5. Asupanserat 5. Dorong klien untuk memonitor asupan
6. Asupan vitamin harian makanan dan timbang berat badan
7. Asupan mineral
8. Asupan kalsium NIC: Manajemen nutrisi (1100)
9. Asupan natrium 1. Tentukan apa yang menjadi preferensi
Keterangan: makanan bagi pasien
1. Tidak adekuat 2. Bantu pasien dalam menentukan
2. Sedikit adekuat pedoman atau piramida makanan yang
3. Cukup adekuat paling cocok
4. Sebagian besar adekuat 3. Imtruksikan pasien mengenai kebutuhan
5. Sepenuhnya adekuat nutrisi
4. Monitor kalori dan asupan makanan
5. Ciptakan lingkungan yang optimal pada
saat menkonsumsi makan
3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien Peningkatan koping (5230)
koping menunjukkan hasil:
1. Bantu pasien dalam mengidentifikasi
Penerimaan status kesehatan (1300) tujuan jangka pendek dan jangka panjang
No Indikator Awal Tujuan yang tepat
. 2. Bantu pasien untuk menyelesaikan
1 2 3 4 5 masalah dengan cara yang konstruktif
1. Mengenali realita 3. Berikan penilaian kemampuan
status kesehatan penyesuaian pasien terhadap perubahan
2. Menyesuaikan
citra tubuh
perubahan dalam
status kesehatan 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan
16

3. Melaporkan harga memberikan jaminan


diri positif 5. Berikan suasana penerimaan
4. Mencari informasi 6. Dukung dikap terkait dengan
tentang kesehatan harapanyang realistis sebagai upaya
5. Mengatasi situasi
untuk mengatasi kemampuan
kesehatan yang ada
6. Menjelaskan prioritas Dukungan Pengambilan Keputusan (5250)
hidup
Keterangan: 1. Tentukan apakah terdapat perbedaan
antara pandangan pasien dan penyedia
perawatan kesehatan mengenai kondisi
pasien
2. Bantu pasien mengklarifikasi nilai dan
harapan yang mungkin akan membantu
membuat pilihan yang pentin
3. Fasilitasi pengambilan kolaboratif
4. Berikan informasi sesuai permintaan
pasien
5. Fasilitasi percakapanpasien mengenai
tujuan perawat
17

2.5 Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Evaluasi Paraf


perawat
1 Nyeri Akut 1. Kaji kondisi pasien data
berhubungan obyektif dan subyektif
dengan Agen 2. Kaji intensitas nyeri pasien
cedera biologis, 3. Kaji permasalahan pasien
kimia, fisik yang telah teratasi
4. Mengkaji permasalahan pasien
yang belum teratasi ataupun
teratasi sebagian
5. Melanjutkan intervensi
selanjutnya yang belum
teratasi
6. Hentikan intervensi jika
permasalahan sudah tercapai

2 Ketidakseimbangan 1. Kaji kondisi pasien data


nutrisi : kurang dari obyektif dan subyektif
kebutuhan tubuh 2. Mengkaji kondisi nafsu makan
berhubungan dan pola makan pasien
dengan 3. Mengkaji perubahan berat
ketidakmampuan badan pasien apakah
mencerna makanan mengalami kenaikan atau
penurunan
4. Mengkaji permasalahan pasien
yang belum teratasi ataupun
teratasi sebagian
5. Melanjutkan intervensi
selanjutnya yang belum
18

teratasi
6. Hentikan intervensi jika
permasalahan sudah tercapai

3. Ketidakefektifan 1. Kaji kondisi pasien data


Koping obyektif dan subyektif
berhubungan 2. Kaji perasaan klien apakah
dengan sudah merasa tenang
ketidakmampuan 3. Kaji kondisi klien apakah
mengatasi masalah sudah memahami kondisi
terkait penyakit
7. Kaji apakah klien sudah
mampu memberikan respon
koping yang baik Mengkaji
permasalahan pasien yang
belum teratasi ataupun teratasi
sebagian
8. Melanjutkan intervensi
selanjutnya yang belum
teratasi
9. Hentikan intervensi jika
permasalahan sudah tercapai

2.6 Discharge Planning

a. Identitas
Diisi identitas pasien, tanggal MRS dan KRS, nomor RM, alamat, tanggal
lahir, penanggung jawab pasien.
b. Diagnosa utama dan diagnosa sekunder
Diisi dagnosa utama yang ditegakkan dan diagnosa sekunder pada saat MRS
19

c. Data saat pasien pulang


Diisi data terakhir sebelum pasien KRS
d. Berat badan MRS dan KRS
Diisi berat badan saat MRS dan saat terakhir sebelum KRS
e. Tanda-tanda vital
Diisi tanda-tanda vital pasien sebelum krs
f. Pola makan
Perbanyak minum air putih serta makanan teratur dan seimbang
g. Obat selama di rumah sakit dan dirumah
Minum obat sesuai aturan
h. Penyuluhan kesehatan
Sarankan di lingkungan rumah agar tetap menjaga kesehatan yang berkaitan
dengan munculnya vertigo kembali

2.7 Pathway

Vestibular : Sentral VERTIGO Non Vestibular :


dan Perifer Visual
20

Sistem
Sensasikeseimbangan
seperti tubuh
Neuroma terganggu (vestibuler)
berputar,bergerak
Mengenai
Akustik
Nervus VIII

Ketidakcoc Motion
Pusing, Gg Sistem
okan sickness
sakit kepala saraf pusat
informasi
Peningkatan Gerakan
yang
Intrakranial berulang oleh
disampaika
Spasme n ke otak otak mel. N.
Peristaltik Usus
saraf oleh saraf Vestibularis
aferen dan N. Optikus
Penurunan Mual, Muntah otak melalui
Pendengaran Sakit kepala
Transmisi
Anorexia Presepsi
proprricepti
on
terganggure
septor

Ketidakseimbangan
Disorientasi
nutrisi: kurang dari Nyeri akut
kebutuhan tubuh Otak tidak
bisa
Penurunan Kegagalan mengkoordin
kesadaran koordinasi asikan input
otot dengan baik
Konflik
dalam
Kelebihan koordinasi
beban input
kerja
Ketidakefektifan
koping
21

(Akbar, M. 2013)

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Vertigo merupakan sensasi abnormal berupa gerakan atau rasa berputar,


gerak dari tubuh atau lingkungan, dapat, disertai gejala lain, gejala yang pertama
kali muncul dapat dirasakan di kepala. Vertigo merupakan suatu gejala, yang
disebabkan antara lain akibat kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian
dalam, obat-obatan, serta terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak. Serta
pada umumnya penyebab vertigo yaitu karena kondisi abnormal pada suatu saraf
telinga yang memiliki hubungan dengan otak.

3.2 Saran

Dengan adanya laporan pendahuluan terkait vertigo yang dibuat ini


semoga pembaca mampu menambah pengetahuan terhadap apa itu penyebab dan
bagaimana penyakit vertigo itu sendiri.
22

DAFTAR PUSTAKA

Akbar., M Diagnosis Vertigo. 2013. Makassar.

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9621/DIAGNOSIS%20
VERTIGO-MA.pdf?sequence=1 (diakses pada tanggal 8 Januari 2019, pukul
16:30)

Dewanto, G., B. Riyanto, dan Dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis &
Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC.

Mardjono, M. dan Sidharta Priguna. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
Rakyat.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Syaifudin. 2011. Anatomi Fisiologi. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai