Anda di halaman 1dari 2

Studi Kasus Hipertensi

Widya
102019057
Identitas Pasien
 Nama : Tn. A
 Usia : 63 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Pekerjaan : Buruh
 Keterangan : Pasien datang ke Puskesmas Natar dengan keluhan tangan dan kaki terasa
nyeri dan pegal - pegal pada sendinya. Nyeri disertai dengan bengkak pada pergelangan kaki
kiri dan hilang timbul. Sebelumnya pernah merasakan nyeri pada sendi lain tetapi tidak
pernah disertai bengkak ataupun kemerahan. Pasien masih bisa melakukan aktivitas fisik
sehari - hari dan tidak pernah mengkonsumsi obat - obatan untuk mengurangi keluhannya.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun lalu dan memiliki keluhan sakit kepala yang
mengganggu sehingga pasien memeriksakan diri dan diberikan obat hipertensi. Setelah obat
habis, pasien tidak datang kontrol lagi dan mengaku bahwa sudah mengetahui mengidap
hipertensi selama pemeriksaan selama ini. Pasien juga belum mengontrol pola makan ataupun
aktivitas sehari - harinya. Pasien suka mengkonsumsi jeroan, melinjo dan makanan bersantan.
Pasien memiliki kebiasaan merokok dan jarang berolahraga.
Pemeriksaan fisik
 KU : tampak sakit ringan
 TD : 162/100 mmHg (Hipertensi Stadium 2)
 HR : 86x/menit
 RR : 20x/menit
 Suhu : 36,7
 BB,TB : 50 kg, 148 cm
 IMT : 22,83 (normal)
Pemeriksaan penunjang
 GDS : 127 mg/dl
 Asam urat : 11,2 mg/dL
Rencana pengobatan pasien
 Diet rendah garam, purin, lemak dan kolesterol
 Olahraga 3x/seminggu selama 30 menit
 Amlodipine 1 x 5 mg
 Captopril 2 x 12,5 mg
 Allopurinol 2 x 100 mg
 Piroxicam 1 x 20 mg
Analisis kasus
Penatalaksanaan penyakit hipertensi dapat diberikan golongan obat Calcium Channel Blocker
(CCB) dan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) yaitu amlodipine 5 mg dan captopril
12,5 mg. Amlodipine adalah obat hipertensi golongan CCB yang merupakan pilihan utama yang
digunakan terutama untuk usia di atas 55 tahun. Obat amlodipine ini bekerja dengan cara
mengendurkan pembuluh darah. Penggunaan obat ini sebagai monoterapi atau dikombinasikan
dengan golongan obat lain seperti diuretik, ACE-inhibitor, ARA II atau beta bloker dalam
penatalaksanaan hipertensi. Amlodipine sendiri bersifat vaskuloselektif, memiliki bioavailabilitas oral
yang rendah, memiliki waktu paruh yang panjang, dan absorbsi yang lambat sehingga mencegah
tekanan darah turun secara mendadak.
Captopril adalah suatu ACE inhibitor yang akhir-akhir ini paling banyak dipakai untuk
menurunkan preload dan afterload, dan merupakan ACE Inhibitor pertama yang ditemukan dan paling
banyak digunakan di klinik untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung. Captopril bekerja dengan
cara menghambat produksi hormon angiotensin II dengan begitu dinding pembuluh darah akan lebih
rileks sehingga tekanan darah menurun, serta suplai darah dan oksigen ke jantung menjadi meningkat.
Secara umum ACE Inhibitor dibedakan atas dua kelompok yaitu yang bekerja langsung seperti
captopril dan lisinopril serta prodrug seperti enalapril, quinapril, fosinopril, dan lainnya. Pemberian
captopril bisa dikombinasi dengan obat antihipertensi yang lain atau diberikan tunggal. ACE
mengkatalisis konversi angiotensin I yang inaktif menjadi angiotensin II dimana memegang peranan
dalam pengaturan tekanan darah dan keseimbangan air dan natrium. Captopril menghambat konversi
tersebut sehingga kadar angiotensin II rendah yang mengakibatkan vasodilatasi, sekresi aldosteron
menurun, aliran darah ke ginjal meningkat dan akhirnya sekresi natrium meningkat. ACE Inhibitor
menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat pembentukan angiotensin II di sirkulasi maupun
di jaringan dan juga mengakibatkan kalsium masuk ke sel sehingga menyebabkan vasodilatasi,
memperlambat laju jantung, serta menurunkan kontraksi miokard sehingga menurunkan tekanan
darah.
Pada kasus ini, pasien mengidap hipertensi stadium 2 (TD > 160/100 mmHg) dimana
membutuhkan kombinasi DT dengan obat antihipertensi yang lain. Dalam pemberian terapi
farmakologi untuk pasien hipertensi, dikenal 5 kelompok obat antihipertensi lini pertama (first line
drug) yang biasa digunakan untuk pengobatan awal hipertensi adalah diuretik tiazid
(bendroflumethiazide), penyekat reseptor beta adrenergik atau beta bloker (propranolol, atenolol),
penghambat angiotensin converting enzymes atau ACE inhibitor (captopril, enalapril), penghambat
reseptor angiotensin atau Angiotensin Receptor Blocker atau ARB (candesartan, losartan), Calcium
Channel Blocker (amlodipine, nifedipin) dan alpha blocker (doksazosin). Pasien dianjurkan juga
untuk mengkonsumsi obat allopurinol untuk asam urat dan piroxicam untuk meredakan rasa nyeri di
sendi. Selain itu, pasien juga harus melakukan dan menerapkan gaya hidup sehat seperti diet rendah
garam, purin, kolesterol dan lemak serta berolahraga minimal 3x/seminggu agar penyakitnya tidak
bertambah parah.

Referensi
1. Saftarina F, Baresti SW. Studi Kasus: Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis
Pelayanan Kedokteran Keluarga pada Lansia Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis. Jurnal
Kedokteran Universitas Lampung. 2018 Aug 6;2(2):188-97.
2. Zulfiah Z. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Informasi Obat Hipertensi
(Amlodipine 5 Mg) Di Klinik Nur Ichsan Tahun 2019. Jurnal Farmasi Sandi Karsa. 2019 Nov
18;5(2):105-9.
3. Usman NA, Hernawan I. Tatalaksana Xerostomia Oleh Karena Efek Penggunaan
Amlodipine: Laporan Kasus. Incisive Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisivus.
2017 Nov 13;6(2):15-23.
4. Nurhaeni H. Perbandingan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Berdasarkan Waktu Pemberian
Obat Captopril Di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. 2017

Anda mungkin juga menyukai