Anda di halaman 1dari 7

Notulensi Audiensi Mahasiswa Kedokteran Umum dan Kedokteran Gigi

dengan Menteri Kesehatan Republik Indonesia - Letnan Jenderal TNI


(Purn.) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K) Mengenai Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 24 Tahun 2020

Disusun pada Rabu, 4 November 2020 oleh Aditya Putra dan Basra Ahmad Amru serta
disunting oleh peserta ​Working Group Discussion​.

Notulensi ini tidak bersifat sebagai rilis pers, rilis ​statement ataupun rilis sikap. Notulensi ini
untuk kalangan sendiri, disusun oleh ​Working Group Discussion kolaborasi pengawalan isu
Permenkes No. 24 Tahun 2020 (ISMKI – PSMKGI – FK Undip – FK UB – FK Unsri – FK
UI) untuk mahasiswa kedokteran dan kedokteran gigi se-Indonesia.

Diharapkan notulensi ini dapat dibaca setelah membaca Permenkes No. 24 Tahun 2020
dan kajian bersama kita yang dapat diakses melalui laman ​bit.ly/TulisanSantaiAja​.

Waktu Audiensi​:
Rabu 5 November 2020
Pukul 11.00 – 12.30 WIB

Lokasi Audiensi:
Ruang Cut Meutia
Gedung dr. Adhyatma Lantai 2
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peserta Audiensi:
1. Letnan Jenderal TNI (Purn.) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K)
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
2. dr. Rita Rogayah, Sp.P(K), MARS
Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes
3. Sundoyo, SH, MKM, M.Hum
Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kemenkes
4. Mayor Jenderal TNI (Purn.) dr. Daniel Tjen, Sp.S
Staf Khusus Menteri Kesehatan
5. Aditya Putra, S.Ked
Vice President Policy and Advocacy ISMKI Nasional
6. Basra Ahmad Amru, S.Ked
Health Policy Studies ISMKI Nasional
7. Aldriyety Merdiarsy, S.KG
Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI)
8. Fahmi Syahtama Hasyim
BEM FK Universitas Brawijaya
9. Achmad Cesario Ludiana
Health Policy Studies ISMKI Wilayah 2

1
Sekilas Mengenai Permenkes No. 24 Tahun 2020 dan Tulisan Bersama yang Telah
Dibuat
Lebih lengkapnya, pembaca dapat mengakses tulisan lengkap di ​bit.ly/TulisanSantaiAja

Latar Belakang

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 24 tahun 2020 tentang Pelayanan Radiologi
Klinik yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan pada tanggal 21 September 2020 menuai
banyak kontroversi di kalangan profesi kedokteran dan kedokteran gigi. Beberapa kalangan
profesi kedokteran memandang Permenkes ini akan mengubah tatanan kewenangan dalam
pendidikan dan pelayanan di bidang radiologi. Sebelum bersikap, penulis melakukan
beberapa telaah dan jajak pendapat secara yuridis, teoritis, maupun empiris dengan
pihak-pihak yang berkaitan dari berbagai sudut pandang. Penulis melihat terdapat beberapa
kerancuan pada beberapa substansi di dalam Permenkes tersebut. Kerancuan tersebut dapat
ditemukan paling utama pada ketidakjelasan ruang lingkup dari peraturan tersebut, yaitu
cakupan peraturannya yang belum spesifik hanya organisasi pelayanan radiologi klinik
(departemen, instalasi, dan sebagainya) atau betul-betul mengatur seluruh pelayanan
radiologi klinik dalam sebuah fasilitas pelayanan kesehatan. Hal tersebut mengakibatkan
munculnya beberapa keresahan pada kalangan profesi kedokteran, yaitu reduksi kewenangan
pelayanan berdasarkan kompetensi, urgensi pendidikan dan sertifikasi pelayanan radiologi
kedepannya, hingga kekuatan hukum dari peraturan ini mengacu pada Undang-Undang yang
ada di atasnya. Penulis sebagai mahasiswa melihat masih diperlukan adanya proses dialog,
telaah, dan perbaikan lebih lanjut dari Kementerian Kesehatan terkait latar belakang dan
tujuan dari peraturan ini agar betul-betul dapat bermanfaat bagi kemajuan pelayanan
kesehatan di Indonesia.

Kerangka Masalah

Untuk diketahui, berdasarkan Permenkes No. 24 Tahun 2020 tentang Pelayanan Radiologi
Klinik maka:

● Pelayanan Radiologi Klinik pada Permenkes No. 24 Tahun 2020 didefinisikan


sebagai pelayanan medik yang menggunakan semua modalitas yang menggunakan
sumber radiasi pengion dan non pengion untuk diagnosis dan/atau terapi dengan
panduan imejing. Pelayanan Radiologi Klinik diselenggarakan untuk diagnostik
(pemeriksaan dan mendapatkan pendapat ahli dalam rangka menegakkan diagnosis)
dan terapi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Organisasi Pelayanan Radiologi
Klinik.
● Pelayanan Radiologi Klinik pada klinik pratama, klinik madya, klinik utama, dan
klinik paripurna dalam rangka diagnostik dan terapi ​hanya dapat dilakukan oleh
dokter spesialis radiologi.
● Khusus klinik pratama, apabila belum memiliki dokter spesialis radiologi, maka dapat
dilaksanakan oleh dokter, dokter gigi, dokter spesialis selain spesialis radiologi, dan

2
dokter gigi spesialis dengan ​syarat memiliki kewenangan tambahan. Kewenangan
tambahan diberikan setelah melalui pelatihan untuk mendapatkan ​kompetensi
terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan dibuktikan
dengan ​sertifikat dari Kolegium Radiologi Indonesia​.
● Pelayanan Radiologi Klinik pada klinik pratama meliputi modalitas alat radiologi
terbatas berupa pesawat mobile X-ray, dental X-ray, dan/atau USG. Pelayanan
Radiologi Klinik pratama dinyatakan dapat diselenggarakan di rumah sakit, balai,
puskesmas dan klinik.
● Pelayanan radiologi klinik terdampak Permenkes No. 24 Tahun 2020 secara
keseluruhan pada klinik pratama, madya, utama, dan paripurna meliputi;
1. USG,
2. Dental X-ray,
3. X-ray,
4. CT Scan,
5. Fluoroskopi,
6. Cephalometry,
7. Mammography,
8. MRI,
9. C-arm / fluororadiografi,
10. Bone densitometry,
11. Angiography,
12. PET-MR, SPECT-CT/PET-CT.
● Permenkes No. 24 Tahun 2020 juga mengatur sumber daya manusia selain dokter,
peralatan, bangunan dan prasarana, organisasi serta penjaminan dan kendali mutu.
● Tidak adanya pasal yang menjelaskan di dalam Permenkes No. 24 Tahun 2020
apakah:
○ Permenkes No. 24 Tahun 2020 hanya mengatur pelayanan radiologi klinik di
sebuah organisasi pelayanan radiologi klinik (departemen, instalasi, dan
sebagainya)
○ Permenkes No. 24 Tahun 2020 tidak mengatur pelayanan radiologi klinik di
luar organisasi pelayanan radiologi klinik tersebut, ataupun mengatur
kompetensi dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis
lainnya.

3
Teknis Berjalannya Audiensi:
1. Audiensi berlangsung tanpa didahului paparan dari mahasiswa maupun dari
Kementerian Kesehatan
2. Audiensi berlangsung cukup santai, dan berjalan cukup baik sesuai direncanakan oleh
Working Group Discussion​, yaitu audiensi yang lebih banyak mendengar dan belajar
3. Audiensi berlangsung tanpa siaran menggunakan platform ​Zoom atau serupa, tanpa
direkam gambar maupun suara

Ringkasan Audiensi:
dr. Terawan menyambut kami dengan baik, dan beliau diawal berpesan bahwa beliau senang
menerima tamu mahasiswa terutama penggiat organisasi mahasiswa karena beliau pernah ada
di posisi itu. Beliau berpesan jangan pernah mempolitisasi isu medis karena seringkali saat ini
isu-isu diputar dan intrik ego sektoral mempengaruhi semua orang.

Audiensi dibuka dengan pernyataan pembuka oleh Sdr. Basra Ahmad Amru, mengenai
keinginan kita mahasiswa kedokteran umum dan kedokteran gigi untuk belajar dari dr.
Terawan mengenai pendekatan beliau terhadap isu-isu yang ada dengan membuat kebijakan
strategis di pemerintahan. Sdr. Basra menyampaikan bahwa terkhusus pada isu Permenkes
No. 24 Tahun 2020, ​Working Group Discussion mahasiswa kedokteran umum dan
kedokteran gigi telah dibuat dan berkolaborasi berusaha untuk melihat ada masalah apa
dibalik polemik dan kegaduhan yang ada di ruang publik. Sdr. Basra kemudian menceritakan
bahwa telah dilakukan berbagai jajak pendapat, dari praktisi di lapangan, hingga guru
besar-guru besar, pejabat organisasi profesi, konsili dan lain-lain.

Mengenai latar belakang dan alasan dibalik pembuatan Permenkes No. 24 Tahun 2020, dr.
Terawan mengaku Permenkes No. 24 Tahun 2020 itu dibuat dasarnya adalah bagaimana
melindungi para dokter-dokter, yang beberapa waktu belakangan ini seringkali “ditangkap”
karena menggunakan alat x-ray dan modalitas radiologi lainnya. Masalah lainnya adalah di
perizinan-perizinan dimana pertanggungjawaban peralatan radiologi belumlah optimal. dr.
Terawan mengaku, Permenkes No. 24 Tahun 2020 ini memperbaiki Permenkes No. 780
Tahun 2008 dan perubahannya tidak banyak. Beliau menyayangkan mengapa Permenkes
yang perubahannya tidak banyak ini seharusnya bisa dilihat manfaatnya di lapangan, karena
beliau mengaku permasalahan dari Permenkes No. 24 Tahun 2020 bukanlah di lapangan, tapi
di elit-elit organisasi.

dr. Terawan menekankan bahwa sudah selayaknya kita sebagai sebagai dokter saling
menghormati sejawat. Asih – Asah – Asuh, ungkap beliau. Beliau menyampaikan bahwa
dalam dunia medis, ilmu pengetahuan sangatlah luar biasa, dan ​nabrak-nabrak satu dokter
dengan yang lain itu hal yang wajar terjadi bila ingin memperluas pengetahuan untuk
mengutamakan keselamatan pasien. ​Dalam hal ini, beliau menyampaikan tidak ada
maksud sama sekali untuk “mencaplok” milik orang lain, tapi ingin saling mendukung
satu sama lain.

Sdr. Basra Ahmad Amru kemudian memastikan sekali lagi apakah Permenkes No. 24 Tahun
2020 hanyalah mengatur dalam lingkup organisasi pelayanan radiologi klinik seperti instalasi
radiologi saja atau tidak, dan bagaimana tanggapan dr. Terawan terhadap apa yang hangat di
media seperti dokter kebidanan dan kandungan tidak bisa lagi melakukan USG dan
sebagainya bilamana memang hanya mengatur pelayanan di instalasi radiologi, apakah dr.
Terawan memiliki rencana untuk memperbaiki Permenkes No. 24 Tahun 2020 tersebut atau
tidak. ​dr. Terawan menyampaikan bahwa Permenkes No. 24 Tahun 2020 tidak

4
mengatur di luar organisasi radiologi klinik seperti instalasi radiologi​. ​Beliau kemudian
menyampaikan bahwa tidak ada satupun poin dalam Permenkes No. 24 Tahun 2020
yang perlu diperbaiki; mengingat tidak ada penjelasan dokter spesialis A tidak boleh
mengerjakan A, dokter spesialis B tidak boleh mengerjakan B dan sebagainya. Beliau
mengaku bahwa perbaikan dalam sebuah Permenkes itu wajar terjadi, dan beliau seringkali
merevisi dan memberikan catatan pada surat edaran bilamana memang terdapat poin yang
keliru. ​Untuk Permenkes No. 24 Tahun 2020, beliau mengaku tidak ingin memberikan
revisi. Beliau menyayangkan etika sekelompok orang yang memprotes dan mensomasi beliau
karena mempengaruhi organisasi profesi dan organisasi-organisasi didalamnya. Walau
begitu, beliau tetap menghormati guru-guru dan orang tua mereka disana, ungkapnya. Beliau
menyampaikan bahwa semua Permenkes itu tergantung kacamata mau dilihat darimana.

Sdr. Basra Ahmad Amru kemudian menambahkan bahwa dalam semua kesempatan untuk
mencapai kepentingan orang banyak memang kadang terdapat gesekan dan yang dibutuhkan
adalah dialog-dialog seperti yang audiensi yang sedang berjalan, dan menanyakan apakah dr.
Terawan memiliki rencana untuk melakukan dialog atau memberikan penjelasan kedepannya
mengenai beberapa poin yang dirasa publik “gagal paham”. ​dr. Terawan menyampaikan
bahwa beliau tidak memiliki rencana untuk memberikan penjelasan ataupun
klarifikasi. Kerap kali beliau lebih memilih untuk tidak berbicara di depan media
karena kerap kali menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat​. Dialog-dialog seperti
audiensi ini menurut beliau sangatlah bermanfaat, dan beliau memberikan pesan bahwa tidak
ada satupun penyakit klinis yang bisa diselesaikan oleh satu disiplin ilmu. Beliau mengaku
tidak memiliki konflik dengan siapapun, namun beliau mengaku apabila ada segelintir orang
(yang kemudian menarik orang-orang di organisasinya) yang berkonflik dengan beliau.
Beliau paham bahwa dalam suasana kemarin, orang-orang disekitarnya menjadi emosional
hingga membuat surat bertanda tangan kolegium-kolegium tersebut.

Sdr. Aditya Putra menyampaikan bahwa kesempatan ini adalah kesempatan yang baik bagi
mahasiswa untuk berproses dan belajar karena sesuai dengan pesan dr. Terawan, setiap dari
kita tenaga kesehatan harus menghargai sejawat dan bergotong-royong dengan kompetensi
masing-masing mengutamakan pelayanan kesehatan masyarakat. Sdr. Aditya Putra bertanya
bila Permenkes No. 24 Tahun 2020 memiliki latar belakang untuk memberikan perlindungan
kepada dokter-dokter, apakah terdapat latar belakang lain seperti untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan masyarakat terutama mengenai pelayanan radiologi melihat tuntutan
banyak pihak untuk mencabut Permenkes No. 24 Tahun 2020 didasari karena adanya
kemungkinan mempengaruhi pelayanan kesehatan terutama pelayanan radiologi secara
keseluruhan oleh seluruh dokter-dokter dalam sebuah fasilitas pelayan kesehatan. dr.
Terawan kemudian memberikan kesempatan kepada Bapak Sundoyo untuk menanggapi.
Bapak Sundoyo menjelaskan bahwa Permenkes No. 24 Tahun 2020 ini alasan utamanya
adalah alat-alat modalitas radiologi terjamin keamanannya. Beliau mengungkapkan bahwa
Permenkes No. 24 Tahun 2020 memiliki historis dari Permenkes No. 780 Tahun 2008 yang
mengatur pelayanan nuklir, diagnostik dan terapi dimana pada tahun 2017, perhimpunan
meminta kepada Kemenkes untuk memisah menjadi Permenkes masing-masing. Dibuatlah
Permenkes No. 24 Tahun 2020 ini ​dengan mengatur bagaimana alat-alatnya, dan mutu
pelayanannya terjamin. Sehingga bila digunakan oleh dokter spesialis lain, alat-alat
cukup aman dan pelayanannya handal. Sebuah rumah sakit dalam memberikan pelayanan
radiologi hematnya memiliki 2 izin yaitu izin alat dan izin pelayanan. Bapak Sundoyo
menyampaikan kedua izin tersebut seringkali lama keluarnya, bisa 6 bulan atau bahkan lebih.
Sembari menunggu izin, seringkali peralatan radiologi dalam rumah sakit tersebut itu tidak
dapat dioperasikan dan tim hanya bisa menunggu. ​Permenkes No. 24 Tahun 2020 ini juga

5
ditujukan untuk menyelesaikan masalah tersebut dimana pelayanan radiologi bisa
berjalan asalkan sudah memenuhi kriteria pada Permenkes No. 24 Tahun 2020,
sehingga meminimalisir kerugian investasi rumah sakit​, terutama peralatan radiologi
yang seringkali mengalami penurunan daya radiasi seiring berjalannya waktu, meski tidak
digunakan. Dokter spesialis lain dengan modalitas yang ada pun masih bisa melaksanakan.

dr. Terawan menambahkan bahwa Menteri Kesehatan tidak memiliki wewenang untuk
mengatur kompetensi karena merupakan kewenangan kolegium. Agar pelayanan jalannya
lancar, beliau mengaku disitulah Menteri Kesehatan bekerja dengan mengatur peraturan
pelayanan kesehatan serta melindungi teman sejawat dari proses-proses yang dianggap
memiliki “peraturan yang salah”. ​Permenkes No. 24 Tahun 2020 diakui beliau tidak ada
kaitan sama sekali dengan kompetensi karena hal tersebut juga merupakan wewenang
KKI.

Di sela diskusi, dr. Terawan bercerita mengenai respon Kementerian Kesehatan terhadap
pandemik, bagaimana beliau pernah melihat adanya kemungkinan pandemik dan apa saja
kiat-kiat yang harus dilakukan. Kiat-kiat tersebut disampaikan di berbagai kuliah tamu beliau
di berbagai negara dan tidak ada kebijakan mengenai ​lockdown.​ Beliau menekankan bahwa
keputusan tersebut akan tetap dipertahankan dan beliau mempertaruhkan jabatannya untuk
tetap tidak melakukan ​lockdown​ di Indonesia.

dr. Terawan kemudian menyorot kekhawatirannya terkait rasio dokter di Indonesia yang di
atas kertas adalah 0,52 padahal kenyataannya adalah 0,4 dibandingkan dengan rasio ideal
yaitu 1,2. Beliau mengaku khawatir mengenai isu ​retaker ​UKMPPD dan memiliki rencana
untuk menindaklanjuti ujian kompetensi tersebut. Beliau juga mengaku mau dan mendukung
moratorium FK.

Di akhir diskusi, Sdr. Basra Ahmad Amru menyampaikan bahwa semangat kami mahasiswa
kedokteran umum dan kedokteran gigi adalah tidak ingin ​grasak-grusuk,​ semuanya akan
terjawab ketika 2 sisi melakukan dialog dan ​ngobrol.​ dr. Terawan menghargai itikad baik dan
senang dapat bercerita dan berbagi mengenai praktik baik dokter yang bernegara. dr. Terawan
berpesan bahwa beliau pernah ada di posisi mahasiswa, pernah di-​bully,​ pernah disudutkan
dan lain-lain tapi beliau memberikan pesan untuk tetap semangat memajukan pendidikan dan
mengembangkan pelayanan kesehatan, utamakan pelayanan kesehatan yang baik, dengan
saling dukung. Mewakili ​Working Group Discussion, ​peserta audiensi mahasiswa telah
menyampaikan saran untuk dapat terus menjunjung kesejawatan dan mengutamakan
dialog-dialog seperti ini yang lebih solutif di tengah maraknya pandemik, dan tingginya
perhatian publik tentang vaksin dan pelayanan kesehatan yang optimal.

dr. Terawan dan staf Kementerian Kesehatan kemudian memberikan kenang-kenangan


berupa buku perjalanan beliau ketika memberikan kuliah tamu di berbagai negara dan
Working Group Discussion memberikan dokumen berupa buku “Belajar dari PMK 24” yang
adalah kajian milik kita bersama dan telah dicetak.

Terimakasih kepada teman-teman institusi FK se-Indonesia, PSMKGI, peserta


Working Group Discussion​, dan Sekretaris Jenderal ISMKI Sdr. Moh. Arif Djimbula
dan ​National Coordinator Public Realtionship (​ NC PR) ISMKI Sdri. Qonita Adzkia atas
bantuan dan dukungan sehingga audiensi ini dapat berlangsung

6
Dokumentasi:

Anda mungkin juga menyukai