Anda di halaman 1dari 18

STATUS MENTAL

Bayu Prasetyo – 2220221106


Pembimbing:
dr. Poppy Dewi Ratih Sp.Kj
dr. Yaniar Mulyantini Sp.Kj
DEFINISI DAN FUNGSI

Pemeriksaan status mental  Pemeriksaan fisik untuk psikiatri digunakan untuk


mengidentifikasi, mendiagnosis, dan memantau tanda dan gejala penyakit mental.
• Pada tahun 1918, Adolf Meyer mengembangkan garis besar metode standar
untuk mengevaluasi “status mental” pasien untuk praktik psikiatri.
• Pemeriksaan status mental  Untuk melihat area fungsi mental yang berbeda
untuk menangkap secara menyeluruh aspek obyektif dan subyektif dari
penyakit mental.
• Penampilan
• Perilaku
• Aktivitas motorik
• Ucapan
• Suasana hati
• Afek
STATUS MENTAL • Proses berpikir
• Isi pikiran
• Gangguan persepsi
• Kognisi
• Wawasan
• Penilaian
PENAMPILAN

• Usia  Lebih tua atau muda  Keterlambatan perkembangan, worst clinical condition, penyalahgunaan zat terlarang
menahun, chronical poorly controlled mental illness
• Pakaian yang digunakan  Kebersihan dan kerapihan  Tingkat fungsi pasien  Depresi berat, mengalami gangguan
neurokognitif, atau mengalami gejala negatif gangguan psikotik seperti skizofrenia.

Jika tingkat kepercayaan tertentu telah terbentuk melalui wawancara, pewawancara dapat bertanya:
• Bekas luka  Akibat trauma  Tidak disengaja, kerugian yang disebabkan oleh orang lain, atau kerugian yang
ditimbulkan oleh diri sendiri.
• Tato  Arti tattoo  Nama anggota keluarga, orang terdekat, atau orang tercinta yang hilang
PERILAKU

• Pasien dalam keadaan KESUSAHAN atau TIDAK  Masalah medis mendasar  Ketidaknyamanan
• Deskripsi saat interaksi  Kooperatif?, atau apakah mereka gelisah?, menghindar?, menolak berbicara?, atau tidak dapat
diarahkan?  Enggan dievaluasi secara tidak sengaja atau secara aktif mengalami gejala penyakit mental. Pasien yang
tidak dapat diarahkan sering kali memberikan respons akut terhadap rangsangan internal atau menunjukkan perilaku
manik
• Situasi pasien  Co: Dibawa melalui polisi untuk evaluasi paksa  Mudah tersinggung dan tidak kooperatif. Namun,
jika dalam skenario yang sama, pasien tertawa dan tersenyum sepanjang wawancara, hal ini dianggap tidak pantas
AKTIVITAS MOTORIK

• Kecepatan Gerakan  Normal, Retardasi psikomotor/bradikinesia (Depresi atau gangguan neurokognitif), atau
agitasi/hiperkinesia psikomotor (Pengaruh stimulan akut atau menunjukkan perilaku manik).
• Gaya Berjalan  Kaku, terseok-seok, atau ataksia  Parkinson, yang ditandai dengan tiga serangkai utama yaitu
kekakuan, bradikinesia, dan tremor saat istirahat
• Postur tubuh  katatonia, sejenis imobilitas/stupor/tidak fleksibel psikomotor, dan ciri gangguan psikotik.  Penting,
memerlukan pengobatan terpisah dibandingkan psikosis yang mendasarinya.
• Akatisia, keinginan gelisah untuk bergerak/ketidakmampuan untuk diam, mereka mungkin menunjukkan
hiperaktif/impulsive  Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
• Kekakuan, gemetar, dan tics seperti menggemeretakkan gigi, memukul bibir, atau menjulurkan lidah  Efek samping
ekstrapiramidal (EPS) dari antipsikotik
• Distonik akut  Kekuan parah pasca pemberian antipsikotik
• Diskinesia tardif  timbul akibat pemberian antipsikotik jangka panjang yang mempertahankan efek samping
ekstrapiramidal ini.
• AIMS (Abnormal Involunter Movement Scale)
UCAPAN

• Jumlah verbalisasi  Seberapa banyak pasien berbicara  kurang dari biasanya (depresi atau kecemasan). Sebaliknya,
jika meningkat/hiperverbal (tingkat kecemasan tertentu atau dalam keadaan manik).
• Kefasihan/kelancaran  Bahasa Indonesia mungkin merupakan bahasa pertama mereka, namun mereka mungkin
mengalami kesulitan menemukan kata karena perubahan status mental atau gangguan neurokognitif.
• Kecepatan berbicara  Lambat (depresi atau gangguan neurokognitif) Tingkat tekanan cepat (Keracunan zat akut atau
episode manik)
• Waktu respons  Tertunda atau lambat(Gangguan neurokognitif atau gangguan proses berpikir seperti pemblokiran
pikiran, psikosis)
• Irama bicara  Tidak jelas (Keracunan), Disartria (disfungsi motorik), Volume suara pelan (depresi/menarik diri) atau
keras (gelisah). Beberapa pasien memiliki gangguan neurokognitif atau kesulitan mendengar yang mungkin membuat
mereka tidak dapat mengontrol volume suaranya.
• Nada suara  Suasana hati  Seperti anak kecil (keterlambatan perkembangan) tergantung pada usia pasien.
SUASANA HATI ATAU MOOD

Ini adalah gambaran subjektif pasien tentang apa yang mereka rasakan. Hal ini ditentukan dengan meminta pasien secara
langsung untuk menggambarkan perasaannya dengan kata-kata sendiri
• Eutimia  Normal
• Hipotimia  Diwarnai kesedihan dan kemurungan
• Hipertimia  Semangat dan kegairahan yang berlebihan
• Depresif  Penurunan suasana hati
• Disforik  Gelisah
• Iritabel  Dapat melukai
AFEK

Respon emosional yang dapat dinilai pemeriksa lewat ekspresi wajah, pembicaraan dan
sikap
• Afek Luas  Normal (saat senang ekspresi gembira, saat sedih ekspresi sedih)
• Afek Sempit  Ekspresi kurang bervariasi (tidak seberat tumpul)
• Afek Tumpul  Ekspresi sangat monoton (tidak seberat datar)
• Afek Datar  Tanpa ekspresi (seperti robot, paling berat)
PROSES BERPIKIR

• Normal  Pemikiran linier dan terarah pada tujuan.


• Proses berpikir tidak teratur  Tidak langsung, tangensial, flight of ideas, longgar, ketekunan, dan pemblokiran pikiran.
• Tidak langsung  Pemikiran terhubung tetapi keluar topik sebelum kembali ke pokok bahasan semula
• Tangensial  Rangkaian pemikiran terhubung yang keluar topik namun tidak kembali ke topik semula
• Flight of ideas  Pemikirannya keluar dari topik, tetapi hubungan antar pemikiran tersebut kurang jelas dan lebih sulit
untuk diikuti oleh pendengar
• Longgar dan tidak terorganisir, tidak ada hubungan antara pikiran-pikiran tersebut dan tidak ada alur pemikiran yang
diikuti.
• Ketekunan  Proses berpikir di mana apa pun topik atau pertanyaannya, pasien kembali ke subjek yang sama.
• Pemblokiran pikiran  Psikosis  Gangguan dalam pikirannya sehingga sulit untuk memulai atau mengakhiri suatu
pemikiran  Mengalami jeda dalam pola bicaranya dan keterlambatan dalam menanggapi pertanyaan.
ISI PIKIRAN

• Waham  memenuhi 5 syarat ini : Bertentangan dengan realitas (seperti budaya, norma, dan lain sebagainya),
bertentangan dengan logika, egosentris (dia yang paling tau), dipercaya 100% oleh penderita (selalu benar),
keyakinannya tidak dapat dipatahkan orang lain
• Overvalued idea / pikiran tidak memadai  Keyakinan yang tidak memenuhi 5 syarat waham (bisa mematahkan kalau
hal ini bukan waham)
• Obsesi  Pikiran terpaku dan terus-menerus serta berulang yang mengganggu
• Kompulsi  Obsesi yang dilakukan (untuk mengurangi kecemasan)
• Preokupasi  Pikiran berpusat di hal tertentu, keyakinannya harus
• Fobia  Ketakutan irasional, diakui ketidakbenaran oleh penderita, namun tetap menguasai pikirannya
• Kemiskinan isi pikir  Pikiran yang menghasilkan sedikit informasi
ISI PIKIRAN

• Waham nihilistik  Menganggap dunia tidak ada, menuju kiamat


• Waham bizarre  Aneh dan mustahil yang melekat pada diri
Waham paranoid :
• Waham kebesaran merasa dirinya lebih dari orang lain
• Waham kejar / persekutorik  Merasa dirinya adalah korban dari usaha untuk melukainya (in out  Tidak ada rangsang
dari luar objek harus manusia  Pasien merasa dikejar-kejar orang tetapi tidak tau siapa)
• Waham rujukan / ideas of reference  Meyakini tingkah laku orang lain akan menjahati dirinya (out in  Harus ada
objek dari luar baru pasien merasa  Ada tetangga yang sedang kumpul pasien meyakini mereka sedang membicarakan
dirinya)
• Waham dikendalikan :
• Thought of withdrawal  Merasa pikirannya dikeluarkan
• Thought of insertion Merasa pikirannya dimasuki
• Thought of broadcasting  Merasa isi pikirnya disiarkan (TV atau radio)
• Thought of control  Merasa pikirannya dikontrol dari luar
PERSEPSI

• Ilusi  Interpretasi yang salah dari suatu stimulus eksternal yang ditangkap panca indera (misalnya pasien delirium dia
melihat gorden bergerak-gerak, pasien mengatakan disitu ada anak yang sedang bergerak-gerak melambaikan tangan).
Jenis: visual, akustik, olfaktorik, gustatorik, dan taktil
• Halusinasi  Persepsi panca indera tanpa stimulus eksternal yang ditangkap panca indera. Syarat: pasien sadar,
ditangkap panca indera, terus-menerus dan tanpa stimulus (misalnya pasien skizofrenia mendapat bisikan dari malaikat
untuk membunuh adiknya)
• Derealisasi  Perasaan bahwa lingkungannya menjadi asing (misalnya aku kayaknya berada di surga, padahal hanya di
lingkungan rumahnya sendiri)
• Depersonalisasi  Perasaan bahwa diri sendiri menjadi tidak nyata atau asing (misalnya aku ini siapa kayaknya aku
sudah ditubuh orang lain)
PERSEPSI

Halusinasi  Persepsi panca indera tanpa stimulus eksternal yang ditangkap panca indera. Syarat: pasien sadar, ditangkap
panca indera, terus-menerus dan tanpa stimulus (misalnya pasien skizofrenia mendapat bisikan dari malaikat untuk
membunuh adiknya)
• Halusinasi auditorik (pendengaran) • Halusinasi haptic  Halusinasi seksual
• Akuasma  Bukan bentuk verbal (misalnya suara cuitan, angin, • Halusinasi kinestetik  Merasa anggota tubuh terlepas,
tetesan air)
berubah bentuk atau bergerak sendiri
• Phonema  Bentuk verbal (misalnya suara manusia)
• Halusinasi somatic  Perasaan didalam tubuh / visceral
• Commenting  Komentar (misalnya ada 2 orang sedang gosip si
pasien) • Halusinasi autoskopi  Seolah-olah melihat diri sendiri
• Commanding  Menyuruh (misalnya ayo lompat dari pagar) dihadapannya
• Halusinasi visual (penglihatan) • Halusinasi fisiologi
• Halusinasi olfaktori (pendengaran) • Hipnagogik  Saat akan tidur
• Halusinasi gustatori (pengecapan) • Hipnopompik  Saat akan bangun tidur
• Halusinasi taktil (perabaan)  Misalnya seperti ada semut
berjalan dibawah kulit
• Halusinasi haptik  Halusinasi seksual
KOGNISI

• Area kognisi  Kewaspadaan, orientasi, perhatian/konsentrasi, memori, dan penalaran abstrak.


• Pemeriksaan yang lebih menyeluruh  Mini-Mental State Examination (MMSE), Montreal Cognitive Assessment (MOCA), atau Mini-
Cog
• Kewaspadaan  tingkat kesadaran seorang pasien  Compos mentis, somnolen (lesu atau mengantuk), Obtunded (rangsangan ringan-
sedang tidak bangun, jika bangun akan mudah sekali mengantuk), pingsan, atau koma  Pasien mungkin mengalami cedera kepala,
menelan suatu zat, atau mengalami delirium akibat kondisi medis lain.
• Orientasi  Kesadaran pasien terhadap situasi dan lingkungannya  Nama, lokasi (kota, negara bagian), waktu  Tidak dapat
berorientasi akut mungkin mengalami keracunan zat, penyakit kejiwaan primer, atau delirium.
• Attention/concentration  menghitung mundur dari 100 hingga 7. Mengeja sebuah kata maju dan mundur atau meminta mereka
mengulangi serangkaian angka acak maju dan mundur  Buruk, terbatas, baik, atau bandingkan sebelumnya, memburuk versus membaik.
• Daya Ingat  Kemampuan memproduksi hal-hal yang lampau (ingatan segera, pendek, sedang, lama)
• Kapasitas Membaca dan Menulismeminta pasien membaca dan menulis
• Visuospasial  Menggambar jam bentuk lingkaran lengkap dengan angka,biasanya pukul 10.10
• Pikiran Abstrak  meminta pasien mengartikan suatu peribahasa
• Pengendalian Impulsbaik atau buruk
INSIGHT

• Tilikan 1  Menyangkal sepenuhya bahwa dirinya sakit  (paling buruk)


• Tilikan 2  Sedikit memahami dirinya sakit, namun menyangkal juga (ambivalensi)
• Tilikan 3  Menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain
• Tilikan 4  Menyadari dirinya sakit namun tidak tahu sebabnya
• Tilikan 5  Menyadari penyakit dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit, tidak menerapkan dalam perilaku
praktis (tilikan intelektual)
• Tilikan 6  Emotional insight (tilikan 5 + pasien memahami perasaan dan tujuan dalam diri pasien)  (paling baik)
PENILAIAN

Kemampuan pasien untuk membuat keputusan yang baik  Dengan cara penilaian secara langsung  Menanyakan pasien
apa yang akan mereka lakukan dalam skenario tertentu  Buruk, terbatas, sedang, atau jika ada evaluasi sebelumnya yang
bisa dibandingkan, memburuk atau membaik.
Daya nilai pasien  Co: “kalau ada dompet tergeletak ditengah jalan, apa yang anda lakukan?”
LAMPIRAN AIMS

Anda mungkin juga menyukai