Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga adalah suatu kelompok individu yang hidup bersama, baik yang memiliki
hubungan darah, persetujuan hukum, dan ataupun adanya tanggung jawab sosial. Dalam sistem
kesehatan keluarga memiliki peranan penting baik untuk kesembuhan atupun keberhasilan terapi.
Dengan dilibatkannya keluarga dalam penangan kesehatan individu, diharapkan dapat
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dan menurunkan angka kesakitan.
Semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, khusunya kabupaten Lahat, maka
kebutuhan akan pelayanan kesehatan semakin meningkat. Sedangkan, jumlah institusi pelayanan
kesehatan dirasa masih kurang, terutama sebuah klinik-klinik yang berprinsip pada kedokteran
keluarga. Hal ini sangat disayangkan karena keluarga memegang peranan penting dalam
keberhasilan suatu pelayanan kesehatan.
Kesehatan sebagai kebutuhan essensial dasar bagi manusia memiliki arti penting ketika
salah satu anggota keluarganya atau dirinya sendiri sakit. Artinya, kita membutuhakan suatu
tempat pelayanan kesehatan yang berorientasi pada prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga. Oleh
karena itu, kami bermaksud untuk membangun sebuah klinik dokter keluarga di kawasan
Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.
Klinik dokter keluarga tersebut akan melakukan pelayanan kesehatan pada keluarga yang
berprinsip kepada kedokteran keluarga dan mengacu pada kondisi masalah kesehatan serta angka
kesakitan di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Dengan dibangunnya klinik dokter keluarga ini
diharapkan akan meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas masyarakat khususnya di
Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam perencanaan ini
yaitu mengapa memilih Kabupaten Lahat sebagai lokasi untuk membangun klinik kedokteran
keluarga serta bagaimana merancang dan mengelola suatu klinik dokter keluarga
I.3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum

Untuk memenuhi pelayanan kesehatan yang menitik beratkan pada permasalahan


kesehatan keluarga yang ada di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.
I.3.2 Tujuan Khusus

1. Menurunkan angka kesakitan serta angka kejadian penyakit pada keluarga


2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pencegahan penyakit yang
bermula dari keluarga
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di masyarakat

I.4 Manfaat

1. Bagi Penulis
Memberikan infomasi tentang cara merancang dan mengelola suatu klinik dokter
keluarga
2. Bagi Institusi
Menambah pembaruan informasi yang dapat menjadi referensi di Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menjadi referensi yang ilmiah agar pembaca dapat mengetahui cara merancang dan
mengelola suatu klinik dokter keluarga

DAFTAR PUSTAKA
https://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
https://docplayer.info/45840966-Klinik-dokter-keluarga.html
https://repository.unimal.ac.id/4007/1/DOKTER%20KELUARGA.pdf
BAB II
PROFIL DAERAH

PROFIL DAERAH
Kabupaten Lahat terletak di Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis, Kabupaten
Lahat terletak antara 3,25° sampai 4,15° LS, 102,37° sampai 103,45° BT. Berdasarkan
Administrasi tahun 2017, Kabupaten Lahat terdiri dari 24 kecamatan, 17 kelurahan, dan 360 desa
dengan luas wilayah sebsar 4.360,83 km2. Kabupaten Lahat memiliki jumlah penduduk sebanyak
401.494 dengan kepadatan penduduk sebesar 93,43/km2. Kabupaten Lahat memiliki batasan
wilayah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : dengan Kabupaten Muara Enim dan Musi Rawas
 Sebelah Selatan : dengan Kota Pagaralam dan Kab Bengkulu Selatan Prov.
Bengkulu
 Sebelah Timur : Kabupaten Muara Enim
 Sebelah Barat : Kabupaten Empat Lawang
Kabupaten
Lahat
merupakan
daerah
perbukitan
dengan
ketinggian
wilayah dari
atas
permukaan
laut yang
bervariasi
mulai dari 25
meter hingga
1000 meter namun secara umum wilayah Kabupaten Lahat tergolong kedalam dataran tinggi.
Wilayah Kabupaten Lahat termasuk dalam alur Bukit Barisan dengan puncak tertingginya yaitu
Bukit Serelo dengan ketinggian kurah lebih 600 meter dpl dan Gunung Dempo dengan
ketinggian >3159 meter dpl. Kabupaten Lahat juga dilalui oleh sungai-sungai besar dan kecil.
Sungai Lematang merupakan sungai terbesar yang melintasi Kabupaten Lahat. Sungai ini
merupakan sumber daya alam yang berguna bagi masyarakat Kabupaten lahat sebagai sumber air
bersih dan sumber air untuk pertanian pada daerah sekitarnya.
Kabupaten Lahat mempunyai iklim tropis basah dengan rata-rata suhu udara maksimum
30,47°C dan rata-rata suhu udara minimum 22,16°C. rata-rata curah hujan di wilayah Kabupaten
Lahat adalah sebesar 288,72 mm/bulan dengan kelembaban udara 78,5% dan rata-rata kecepatan
angin sebesar 4,66km/jam. Musim kemarau berlangsung pada bulan April hingga Oktober,
sedangkan musim penghujan berlangsung pada bulan Oktober hingga bulan April.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Lahat pada tahun 2012 pada golongan usia
7-12 tahun adalah sebesar 98,28%. Pada usia 13-15 tahun sebesar 92,57% dan pada usia 16-18
tahun sebesar 54,36%. Pada tahun 2010, jumlah sekolah setingkat SD terdapat sebanyak 321
sekolah negeri, setingkat SMP sebanyak 73, dan setingkat SMA sebanyak total 47 sekolah yang
terbagi menjadi 32 SMA, 4 MA, dan 11 SMK.
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat berdasarkan indikator angka mortalitas,
morbiditas, dan angka status gizi masyarakat. Angka mortalitas merupakan angka kematian yang
terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu. Pada tahun 2017, angka kematian bayi pada
Kabupaten Lahat adalah sebesar 11 kasus dan angka kematian ibu sebesar 6 kasus.
Angka kejadian penyakit menular malaria pada tahun 2014 didapatkan sebanyak 1.087
orang yang terkonfirmasi malaria dengan pemeriksaan sediaan darah di laboratorium. Angka
penyakit menular tuberculosis paru didapatkan sebanyak 181 penderita pada tahun 2014. Angka
kejadian penyakit kusta tercatat sebanyak 5 orang yang mengalami kusta basah (Multi Basiler).
Berdasarkan data pada Kementerian Kesehatan tahun 2014, sepuluh penyakit terbanyak
di Kabupaten Lahat adalah ISPA, penyakit infeksi pada usus (kolera, diare, dan disentri),
penyakit kulit (infeksi bakteri, jamur, dan alergi), penyakit system otot dan jaringan, hipertensi,
malaria, penyakit pada rongga mulut, infeksi saluran nafas bagian bawah, kecelakaan dan
keracunan, serta infeksi telinga.

Status gizi masyarakat dapat dilihat dari status gizi penduduk usia dibawah lima tahun
(balita) karena tergolong rawan gizi. Pada tahun 2014, kasus balita dengan gizi buruk ditemukan
sebanyak 10 orang. Semua kasus balita dengan gizi buruk tersebut sudah mendapat perawatan
dari tenaga kesehatan.
Fasilitas kesehatan yang terdapat pada Kabupaten Lahat didapatkan sebanyak 2 RS yaitu
RS DKT (Dinas Kesehatan Tentara) Lahat dan RSUD Lahat. Fasilitas kesehatan puskesmas
tercatat sebanyak 33 Puskesmas yang tersebar pada berbagai kecamatan seperti sebagai berikut
(PUSDATIN-Kemenkes RI, 2021):
No. Nama Puskesmas Jenis Puskesmas Kecamatan
1. Golden Great Borneo Non Rawat Inap Desa Prabu Menang
2. Pagar Jati Non Rawat Inap Kec Kikim Selatan
3. Sukarami Non Rawat Inap Kec. Gumay Talang
4. Tinggi Hari Non Rawat Inap Kec. Gumay Ulu
5. Jarai Rawat Inap Kec. Jarai
6. Saung Naga Non Rawat Inap Kec. Kikim Barat
7. Wana Rawa Non Rawat Inap Kec. Kikim Barat
8. Nanjungan Non Rawat Inap Kec. Kikim Selatan
9. Tanjung Aur Non Rawat Inap Kec. Kikim Tengah
10. Bumi Lampung Rawat Inap Kec. Kikim Timur
11. Bungamas Rawat Inap Kec. Kikim Timur
12. Palembaja Non Rawat Inap Kec. Kikim Timur
13. Kota Agung Rawat Inap Kec. Kota Agung
14. Bandar Jaya Non Rawat Inap Kec. Lahat
15. Pagar Agung Non Rawat Inap Kec. Lahat
16. Perumnas Non Rawat Inap Kec. Lahat
17. Selawi Non Rawat Inap Kec. Lahat
18. Senabing Non Rawat Inap Kec. Lahat
20. Usila Non Rawat Inap Kec. Lahat
21. Merapi II Rawat Inap Kec. Merapi Barat
22. Perangai Non Rawat Inap Kec. Merapi Selatan
23. Merapi I Non Rawat Inap Kec. Merapi Timur
24. Muara Lawai Non Rawat Inap Kec. Merapi Timur
25. Muara Payung Non Rawat Inap Kec. Muara Payung
26. Muara Tiga Rawat Inap Kec. Mulak Ulu
27. Pagar Gunung Non Rawat Inap Kec. Pagar Gunung
28. Pajar Bulan Non Rawat Inap Kec. Pajar Bulan
29. Pseksu Non Rawat Inap Kec. Pseksu
30. Pulau Pinang Non Rawat Inap Kec. Pseksu
19. Sukamerindu Non Rawat Inap Kec. Sukamerindu
31. Tanjung Sakti Pumi Rawat Inap Kec. Tanjung Sakti Pumi
32. Simpang III Pomo Non Rawat Inap Kec. Tanjung Sakti Pumu
33. Tanjung Tebat Non Rawat Inap Kec. Tanjung Tebat

Pada Kecamatan Lahat tercatat sebanyak 6 Puskesmas. Tiap puskesmas memiliki


Polindes dan Posyandu. Polindes dan Posyandu yang tercatat dari tiap puskesmas adalah sebagai
berikut (Kemenkes RI, 2014):
No. Nama Puskesmas Jumlah Polindes Jumlah Posyandu
1. Bandar Jaya 1 22
2. Pagar Agung 0 11
3. Senabing 2 14
4. Perumnas 2 14
5. Selawi 2 7
6. Usila 0 4

Pada tahun 2014, jumlah dokter umum di Puskesmas Kabupaten Lahat berjumlah 25
orang , sedangkan jumlah dokter gigi sebanyak 5 orang. Jumlah perawat di Kabupaten Lahat
sebanyak 336 orang yang terdistribusi di Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan RSUD Lahat.
Sedangkan, jumlah perawat gigi sebanyak 13 orang yang terdistribusi di Puskesmas dan RSUD
Lahat. Tenaga non kesehatan yang terdapat pada Kabupaten Lahat pada tahun 2014 berjumlah
128 orang.

Daftar pustaka
Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Lahat Tahun 2014
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan
Satgas penyusunan RPI2-JM. 2016. Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah 2016-2020
PUSDATIN-KEMKES RI. 2021. Daftar Puskesmas
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Data Dasar Puskesmas Provinsi Sumatera Selatan Keadaan
Desember 2013
A. DENAH KLINIK

*Keterangan:
a. Loket 1 = Loket Pendafataran & Informasi
b. Loket 2 = Loket Pembayaran

B. RENCANA BUDGETING/PENDANAAN KLINIK


1. Biaya Pembangunan Klinik
Total biaya pendirian sebesar Rp. 1.700.000.000,- (satu koma tujuh milyar rupiah)

2. Biaya Operasional Klinik


Biaya minimal operasional klinik adalah Rp. 117.800.000,- (seratus tujuh belas juta
delapan ratus ribu rupiah)

A. Fasilitas
1. Ruangan
BAB III
PROFIL KLINIK

III.2 Jenis Pelayanan yang Akan Tersedia


III.2.1 Poli Umum
Poli umum merupakan salah satu dari jenis layanan di Puskesmas yang
memberikan pelayanan kedokteran berupa pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan
penyuluhan kepada pasien atau masyarakat, serta meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan. Kegiatan yang dilakukan oleh poli
umum adalah melakukan pemeriksaan pasien secara umum dengan melihat indikasi
atau gejala – gejala yang di derita oleh pasien.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter dan perawat yang memiliki
Sertifikat dan Kompetensi yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan primer.
Dalam menjalankan tugasnya, poli umum terintegrasi dengan seluruh Unit pelayanan
lainnya di Puskesmas Poli Gigi, Poli Anak, Poli Ibu, Poli Gizi, Apotik,
Labatarorium, dll).
Poli umum melayani pasien antara lain:
1. Pasien Umum
2. Pasien Jamkesda
3. Pasien Jamkesmas/KIS
4. Pasien BPJS
5. Pasien dengan SKTM
6. Pemeriksaan KIR
Poli umum memberikan jenis pelayanan seperti melaksanakan pemeriksaan
fisik, melakukan penatalaksanaan Tindakan keperawatan, diagnosa penyakit,
pengobatan, penyuluhan, memberikan atau melakukan rujukan untuk
perawatan lebih lanjut secara tepat, cepat dan benar serta melaksanakan dan
mengelola administrasi

III.2.2 Unit Gawat Darurat (UGD)


Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu ujung tombak
pelayanan Kesehatan. Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk
memberikan pertolongan pertama bagi pasien yang datang dan menghindari berbagai
resiko, seperti: kematian , menanggulangi korban kecelakaan, atau bencana lainnya
yang langsung membutuhkan tindakan.
Pelayanan pada Unit Gawat Darurat untuk pasien yang datang akan langsung
dilakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya. Bagi pasien yang
tergolong emergency (akut) akan langsung dilakukan tindakan menyelamatkan jiwa
pasien (life saving). Bagi pasien yang tergolong tidak akut dan gawat akan dilakukan
pengobatan sesuai dengan kebutuhan dan kasus masalahnya yang setelah itu akan
dipulangkan kerumah atau dilakukan perawatan lebih lanjut ( rawat inap ).
UGD 24 jam melayani kasus-kasus khususnya gawat darurat dan memberikan
pelayanan mulai dari :
1. Pemeriksaan,
2. Diagnose,

3. Terapy,

4. Konseling,

5. Rawat Inap

6. Rujukan Dan

7. Pelayanan Ambulance 24 Jam


III.2.3 Rawat Inap

Gambar 1 Alur Pelayanan Rawat Inap

III.2.4 Poli Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59
bulan (balita) secara menyeluruh. Suatu manejemen untuk balita yang datang di
pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi, status
gizi, status imun maupun penanganan dan konseling yang diberikan.

III.2.5 Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah. Poli KIA adalah tempat mendapatkan
pelayanan kesehatan terkait dengan ibu dan anak. Poli KIA adalah bentuk pelayanan
Puskesmas dalam gedung yang pelayananannya sebatas pelayanan dasar
Poli KIA sering diintegrasikan dengan Poli KB, sehingga pelayanan yang ada dalam
poli KIA nantinya akan ada dua jenis, yaitu pelayanan antenatal neonatus (antenatal
neonatus care) dan pelayanan KB.

Tabel 1 Pelayanan Poli KIA/KB


POLI KIA POLI KIA/KB
 ANC pada ibu hamil normal dan ibu  Konseling pranikah
hamil resiko tinggi  Konseling metode KB
 Penatalaksanaan ibu hamil resiko  IFA
tinggi
 Pelayanan KB kondom, pil injeksi,
 ANC pada ibu hamil normal dan ibu implant, IUD, PAP SMEAR
hamil resiko tinggi  Penatalaksanaan efek samping KB
 Penatalaksanaan ibu hamil resiko baik hormonal maupun non
tinggi hormonal

 Nifas  Melakukan rujukan kasus KB ke

 Melaksanakan perawatan nifas fasilitas kesehatan yang lebih

normal tinggi secara tepat, cepat dan benar.

 Penanganan perdarahan postpartum

 Penanganan infeksi nifas

 Pre-eklamsi / eklamsi nifas

 Melakukan rujukan kasus resiko


tinggi ke fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi secara tepat, cepat,
benar.

III.2.6 Poli Tuberkulosis (TB)


Poli TB memberikan pelayanan khusus bagi pasien lama yang terdiagnosa TB
paru/TB ekstra paru berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik maupun penunjang
yang telah dilakukan sebelumnya. Pasien yang telah terdiagnosa Tb akan diberikan
konseling tentang penyakit Tb, kesehatan lingkungan dan gizi. Pasien Tb dikelola
dengan strategi DOTs untuk meningkatkan angka kesembuhan, menurunkan angka
penularan, dan mengurangi angka Drop Out ( putus berobat ) .
III.2.7 Poli Gigi
Poli Gigi merupakan salah satu dari jenis layanan di puskesmas yang
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa pemeriksaan kesehatan gigi
dan mulut, pengobatan dan pemberian tindakan medis dasar kesehatan gigi dan mulut
seperti penambalan gigi, pencabutan gigi dan pembersihan karang gigi, juga melayani
tindakan medis spesialistik tingkat pertama seperti perawatan saluran akar pada gigi
anterior atau gigi satu saluran akar.
Selain itu juga memberikan penyuluhan dan edukasi mengenai pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari menjaga kesehatan pribadi,
serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan
gigi dan mulut.
Adapun kegiatan yang dilakukan di poli gigi adalah: melakukan pemeriksaan
dan pengobatan terhadap penyakit gigi dan mulut, pelayanan di poli gigi dilakukan
oleh seorang perawat gigi yang setiap hari bisa melayani pasien, Adapun tindakan
yang dilakukan di poli gigi adalah :
1. Penambalan gigi
2. Pencabutan gigi
3. Pembersihan karang gigi
4. Perawatan pulp capping ( saluran akar )
5. Konseling
6. Rujukan

 
III.2.8 Unit Kesehatan Masyarakat
III.2.8.1 Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan. Kegiatan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan dilakukan dalam bentuk antara lain Konseling, Inspeksi
Kesehatan Lingkungan; dan/atau Intervensi Kesehatan Lingkungan.
Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan
dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehatan
lingkungan yang dihadapi. Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan
pemeriksaan dan pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan dalam
rangka pengawasan berdasarkan standar, norma, dan baku mutu yang berlaku untuk
meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat. Intervensi Kesehatan Lingkungan
adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan pengendalian untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.
Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah setiap orang yang telah lulus
pendidikan minimal Diploma Tiga di bidang kesehatan lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan.

III.2.8.2. Pelayanan Gizi


Pelayanan Gizi suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan,
dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran,
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status
kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi
yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet,
konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan
penyakit pasien.
Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan
bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan
dari tubuh. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi
dua arah yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi
masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
Penyuluhan gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesanpesan gizi
dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya
terhadap upaya peningkatan status gizi dan kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukan
untuk kelompok atau golongan masyarakat massal, dan target yang diharapkan adalah
pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyuluhan Gizi meliputi :
1. Persiapan penyuluhan
2. Menentukan materi sesuai kebutuhan
3. Membuat susunan/outline materi yang akan disajikan
4. Merencanakan media yang akan digunakan
5. Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
6. Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang dibutuhkan
Rujukan gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang
memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah
gizi, baik secara vertikal maupun horizontal.
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dilakukan pada pasien yang berisiko kurang
gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu,
proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus) sebagai berikut:

Gambar 2 Proses Asuhan Gizi

III.2.8.3 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas Kesehatan di bidang surveilans
epidemiologi dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa serta
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Dinas Kesehatan.
Fungsi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit meliputi :
1. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit mempunyai fungsi :
2. Penyelenggaraan administrasi dan ketatausahaan program pencegahan dan
pengendalian penyakit;
3. Pembinaan dan bimbingan teknis program pencegahan dan pengendalian
penyakit;
4. Penyelenggaraan program surveilans epidemiologi;
5. Penyelenggaraan program penanggulangan wabah dan KLB;
6. Penyelenggaraan program kesehatan matra;
7. Penyelenggaraan program imunisaasi;
8. Penyelenggaraan program pencegahan dan pengendalian penyakit menular;
9. Penyelenggaraan program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;
10. Penyelenggaraan program pencegahan dan pengendalian kesehatan jiwa;
11. Mengkoordinasikan dengan lintas program dan lintas sektor terkait
penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit membawahi :
1. Seksi Surveilans dan Imunisasi;
2. Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular;
3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa.
III.2.9 Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan bahan
medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk, sebagai berikut.
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan
dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat Kegiatan


pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Dosis dan jumlah Obat.
c. Stabilitas dan ketersediaan.
d. Aturan dan cara penggunaan.
e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
b. Duplikasi pengobatan.
c. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
d. Kontra indikasi.
e. Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan
kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat,
memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang
memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan:
a. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
b. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan
informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya dan pasien.

Tujuan:
a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan:
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif
dan pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
f. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
a. Sumber informasi Obat.
b. Tempat.
c. Tenaga.
d. Perlengkapan
III.2.10 Laboratorium Klinik
Laboratorium klinik umum pratama merupakan laboratorium yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan
pemeriksaan terbatas dengan teknik sederhana.
Pelayanan Laboratorium Klinik meliputi pemeriksaan-pemeriksaan seperti :
a. Hematologi : Hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, jumlah
trombosit, hitung jenis leukosit, LED, masa perdarahan dan masa pembekuan.
b. Kimia klinik : Glukosa, asam urat, cholesterol total, HDL,LDL, trigliserid, ureum
kreatinin, SGOT,SGPT.
c. Mikrobiologi dan parasitologi : BTA, malaria.
d. Imunologi : Tes kehamilan, golongan darah, widal, HbS
e. Urinalisa : Makroskopis (warna, kejernihan, bau, volume), pH, berat jenis,
protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, keton, nitrit, leukosit, eritrosit, dan
mikroskopis (sedimen urin).
f. Parasitologi: Faeses rutin (makroskopis dan mikroskopis)
g. Patologi klinik: Usap tangan, rectal swab.

Dafus :
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014, BAB III Pelayanan Farmasi Klinik
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
411/MENKES/PER/III/2010 Tentang Laboratorium Klinik
https://labkes.slemankab.go.id/pelayanan-laboratorium-klinik/
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
https://dinkes.temanggungkab.go.id/home/halaman/101/bidang-pencegahan-dan
pengendalian-penyakit

Anda mungkin juga menyukai