Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
DEPARTEMEN SARAF
REFERAT :
Disusun oleh :
Mengesahkan :
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat
dengan judul “Peningkatan Tekanan Intrakranial”. Referat ini merupakan salah
satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter
di SMF Saraf RSUD Pasar Minggu.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………… … 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
KESIMPULAN………………………………………………………. ….22
4
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam referat ini saya akan membahas mengenai anatomi dari otak,
ventrikel otak dan fisiologis cairan serebrospinal. Serta, pembahasan mengenai
managemen pada pasien peningkatan TIK, faktor resiko terjadinya TIK,
manifestasi klinis pada kondisi peningkatan TIK. Sehingga, diharapkan
pengetahuan ini dapat membantu mengurangi angka kematian akibat peningkatan
TIK.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 ANATOMI
A. Atap
Atap atau Calvaria adalah atap berbentuk kubah yang melindungi aspectus
posterior encephalon. Terutama atap tersusun dari tulang frontale di anterior,
sepasang tulang parietale di tengah, dan tulang occipitale di posterior1.
Dari anterior ke posterior, ciri-ciri yang tampak pada atap tulang cavitas cranii
(Gambar 1) :
6
cerebri (suatu kekhususan dura mater yang memisahkan sebagai dari
kedua hemisperium cerebri);
● pada titik superior akhir crista frontalis terdapat permulaan sulcus sinus
sagittalis superioris, yang melebar dan menjadi dalam di posterior dan
menandai posisi sinus sagittalis superioris (sebuah struktur
venosusintradulare);
● pada kedua sisi sulcus sinus sagittalis superioris di sepanjang
perjalanannya, sejumlah kecil cekungan dan lubang (foveolae granulares),
yang menandai lokasi granulationes arachnoidales (struktur-struktur yang
menonjol yang langsung dapat diidentifikasi ketika encephalon dengan
pembungkus meningesnya diperiksa; granulationes arachnoidales terlibat
dalam reabsorbsi liquor cerebrospinalis); dan pada aspectus lateralis atap
cavitas cranii, sulci yang lebih kecil dibentuk oleh bermacam-macam
pembuluh darah meningeales1.
B. Dasar
Dasar cavitas cranii dibagi menjadi fossa cranii anterior, fossa cranii media,
dan fossa cranii posterior. Fossa cranii anterior Bagian-bagian tulang frontale,
tulang ethmoidale, dan tulang sphenoidale membentuk fossa cranii anterior 1.
Dasarnya disusun dari:
7
Fossa cranii media Fossa cranii media terdiri dari bagian-bagian tulang
sphenoidale dan tulang temporale. Batas antara fossa cranii anterior dan fossa
cranii media pada garis tengah adalah tepi anterior sulcus chiasmatis, yang
merupakan sebuah sulcus kecil yang membentang di antara canalis opticus
melintasi corpus sphenoidale. Batas-batas posterior fossa cranii media pada setiap
sisinya dibentuk oleh facies anterior, setinggi margo superior partis petrosae dari
pars petromastoidea tulang temporale1.
Fossa cranii posterior Sebagian besar fossa cranii posterior terdiri dari bagian-
bagian tulang temporale dan tulang occipitale, dengan sedikit kontribusi dari
tulang sphenoidale dan tulang parietale. Fossa ini adalah yang paling besar dan
dalam dari ketiga fossa cranii dan berisi truncus encephali (mesencephalon, pons,
dan medulla oblongata) dan cerebellum1.
8
II.1.2 Otak (Martini 2014)
Otak manusia dewasa memiliki hampir 97% terdiri dari jaringan saraf.
Berat otak sekitar 1.4 Kg dan memiliki volume 1200 mL. Otak pada pria lebih
besar 10% dibandingkan dengan wanita. Terdapat 6 bagian besar di otak yaitu,
Serebrum, Serebellum, Diensefalon, Midbrain, Pons dan medulla Oblongata.
Bagian yang terbesar ditempati oleh serebrum2.
Bagian terbesar ketiga dari otak adalah diensefalon terdiri dari thalamus
(kiri dan kanan thalamus). Setiap thalamus memproses pusat informasi sensorik.
Hipotalamus merupakan dasar bagi diensefalon, sebagai pusat yang berkaitan
dengan emosi, fungsi autonomy dan produksi hormone. Infundibulum merupakan
batang sempit yang menghubungkan hipotalamus dengan glandula pituitry.
Diensefalon merupakan sebagai penghubung structural maupun fungsional antara
hemisfer serebrum dan batang otak2.
9
Batang otak merupakan organ yang penting sebagai prosesnya pusat
maupun nucleus dari informasi. Batang otak terbagi menjadi otak tengah
(mesensefalon), pons, dan medulla oblongata. Otak tengah merupakan pusat
proses informasi visual dan auditory serta reflex control yang dipicu oleh
stimulus. Misalnya, reflex dari respon suara yang keras atau berisik, mata akan
bergerak dan kepala akan terangkat. Regio otak tengah juga berperan sebagai
kesadaran. Pons, yang menghubungkan antara serebelum dengan batang otak,
memiliki fungsi yang berkaitan dengan pusat motoric somatic maupun visceral.
Medulla oblongata yang menghubungkan antara otak dengan spinal cord2.
10
II.1.3 Ventrikel Otak
Setiap hemisfer serebral memiliki ruang yang besar yaitu ventrikel lateral.
Karena terdapat dua ventrikel lateral, ventrikel pada diensefalon dinamakan third
ventrikel. Dua ventrikel lateral tidak langsung berhubungan, tapi setiap ventrikel
berkomunikasi melalui ventrikel ketiga melalui foramen interventricular (foramen
monro). Otak tengah memiliki saluran yang sempit yang diketahui sebagai
aqueduct cerebral. Aqueduct cerebral yang menghubungkan antara ventikel ketiga
dengan ventrikel keempat. Ventrikel keempat akan meluas ke superior dari
medulla oblongata. Lalu, ventrikel keempat akan menyempit dan berlanjut ke
saluran sentral ke spinal cord (sumsum tulang belakang). Ventrikel akan berisi
cairan serebrospinal (CSF). CSF akan berlanjut sirkulasi dari ventrikel dan saluran
sentral ke subarachnoid space mengelilingi meningens kranial. CSF akan
melewati antara interior dan eksterior dari CSF melalui 3 foramina yang
mengelilingi 4 ventrikel2.
11
mencegah otak menumbuk bagian interior tengkorak keras ketika kepala
mengalami gerakan mendadak yang menggetarkan dengan keras. Selain
melindungi otak yang halus dari trauma mekanis, CSS berperan penting dalam
pertukaran bahan antara sel-sel saraf dan cairan interstisium di sekitarnya. Cairan
interstisium otak-bukan darah atau CSSadalah satu-satunya yang berkontak
langsung dengan neuron dan sel glia. Karena cairan interstisium otak langsung
membasahi neuron, komposisinya sangat penting3.
12
Gambar 7. Fisiologi Cairan Serebrospinal
13
sehari. Jika salah satu proses-proses ini terganggu sehingga terjadi akumulasi
CSS, timbul hidrosefalus ("air di kepala"). Peningkatan tekanan CSS dapat
menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental jika tidak diobati. Terapi
berupa pembentukan pirau secara bedah untuk mengalihkan CSS ke vena di
bagian lain tubuh3.
II.2.1 Definisi
14
etiologic seperti infeksi, karsinomatosa, granulomatous, hemoragik dapat
menyebabkan mekanisme lain dari penyumbatan4.
e. Lainnya
Setiap proses yang memperluas volume CSF (meningitis, perdarahan
subarachnoid) atau meningkatkan produksi CSF (tumor pleksus koroid),
dalam situasi ini terjadi perubahan gradien tekanan antara serebral dan
kompartemen tulang belakang yang mengakibatkan hidrosefalus4.
II.2.4 Patofisiologi
Kondisi normal ruang intracranial meliputi parenkim otak, darah arteri dan
vena, LCS. Jika terdapat massa, terjadi pendorongan keluar darah vena dan LCS
untuk mencapai kompensasi TIK. Jika massa cukup besar terjadi peningkatan
15
TIK. Nilai normal TIK masih ada perbedaan diantara beberapa penulis, dan
bervariasi sesuai dengan usia, angka 8-10 mmHg masih dianggap normal untuk
bayi, nilai kurang dari 15 mmHg masih dianggap normal untuk anak dan dewasa,
sedangkan bila lebih dari 20 mmHg dan sudah menetap dalam waktu lebih dari 20
menit dikatakan sebagai hipertensi intrkranial5.
atau MAP Ini dipakai ketika kranium sedang terbuka (saat operasi) dan ICP-nya
nol. Jadi perubahan pada tekanan intrakranial akan mempengaruhi tekanan perfusi
cerebral, dimana ini akan berakibat terjadinya iskemia otak. Bila terjadi kenaikan
yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial. Sebab volume yang meninggi ini dapat
dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinalis dari rongga tengkorak
ke kanalis spinalis dan disamping itu volume darah intrakranial akan menurun
oleh karena berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan
volume ini dikenal dengan complience. Jika otak, darah dan cairan serebrospinalis
volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal
dan terjadilah peningkatan tekanan intracranial5.
Gejala klinis yang paling sering pada peningkatan TIK adalah sakit kepala,
mual dan muntah, mengantuk, kelumpuhan mata dan edema papil. Papilendema
mengakibatkan pengaburan visual berkala, jika terlalu berlarut-laru akan
mengakibatkan atrofi optic dan kebutaan. Pemantauan TIK dapat diukur dengan
memasukkan kedalam rongga tengkorak, namun harus dikorelasikan dengan
tanda-tanda klinis dari peningkatan TIK. Namun, gejala dan tanda utama
neurologis adalah adaya masa pada intracranial, dilatasi pupil, kelumpuhan pada
abdusen, respon cushing dan penurunan kesadaran. 4
16
Pasien dengan tekanan darah yang normal membutuhkan kewaspadaan
terbadap terjadinya penignkatan TIK 25-40mmHg. Peningkatan TIK yang
menyebabkan koma umumnya ketika TIK melebihi 40-50 mmHg, aliran darah
serebral (CBF) akan berkurang yang mengakibatkan hilangnya kesadaran. Setiap
peningkatan lebih lanjut akan segera diikuti oleh iskemik global dan kematian
otak. Dari beberapa pengamatan, pergeseran otak dan herniasi menyebabakan
midriasis pada pupil yang umumnya ketika TIK mencapai 28-34 mmHg.
Kelumpuhan pada abdusen tidak langsung berkaitan dengan peningkatan TIK.
Namun, kelumpuhan abdusen paling saring berkaitan dengan pembengkakan otak,
hidrosefalus, proses meningitis atau pseudotumor. 4
II.2.6 Tatalaksana
1. Mengatur posisi kepala lebih tinggi sekitar 30-45º, dengan tujuan memperbaiki
venous return.
2. Mengusahakan tekanan darah yang optimal, tekanan darah yang sangat tinggi
dapat menyebabkan edema serebral, sebaliknya tekanan darah terlalu rendah akan
mengakibatkan iskemia otak dan akhirnya juga akan menyebabkan edema dan
peningkatan TIK.
5. Menjaga suhu tubuh normal < 37,5ºC Kejang, gelisah, nyeri dan demam akan
menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan akan substrat
metabolisme. Di satu sisi terjadi peningkatan metabolisme serebral, di lain pihak
17
suplai oksigen dan glukosa berkurang, sehingga akan terjadi kerusakan jaringan
otak dan edema. Hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan peninggian TIK.
18
bila diperlukan, misalnya pada pasien agitasi, atau terjadinya peningkatan
TIK karena manuver tertentu seperti memindahkan pasien ke meja CT scan.
Paralitik dapat digunakan untuk menurunkan TIK refrakter, tetapi beresiko
terjadinya myopati/neuropati dan dapat mengaburkan kejang. 6
19
hanya dilakukan untuk waktu yang singkat. Hemodilusi dan anemia mempunyai
efek yang menguntungkan terhadap CBF dan penyampaian oksigen serebral.
Hematokrit sekitar 30% (viskositas darah yang rendah) akan lebih berefek
terhadap diameter vaskuler dibanding terhadap kapasitas oksigen, sehingga akan
terjadi vasokonstriksi dan akan mengurangi CBV dan TIK. Namun, bila
hematokrit turun dibawah 30% akan berakibat menurunnya kapasitas oksigen. Hal
ini justru akan mengakibatkan vasodilatasi sehingga TIK akan meningkat. Dengan
demikian strategi yang sangat penting dalam menjaga TIK adalah mencegah
hematokrit jangan sampai turun dibawah 30%.6
6. Terapi osmotik
Terapi osmotik menarik air ke ruang intravaskuler, baik mannitol maupun salin
hipertonik memiliki manfaat dalam menurunkan viskositas darah dan menurunkan
volume dan rigiditas sel darah merah.
b. Mannitol 20% (dosis 0,25-1 gr/kg) : Loading dose 1gr/kg BB, diikuti
dengan dosis pemeliharaan 0,5 gr/kg BB tiap 4-6 jam dengan kadar
osmolaritas serum 300-320 mOsm. Osmolalitas serum diperiksa tiap 6 jam.
Waktu paruh mannitol adalah 0,16 jam. Efikasi terlihat dalam 15-30 menit,
dan durasi efek adalah 90 menit hingga 6 jam.
20
1. Menurunkan TIK :
21
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23