Tn. A, usia 40 tahun, dibawa berobat ke RSJD Provinsi Lampung oleh keluarga,
karena sejak sekitar 2 bulan lalu sering bengong dan terkadang marah tanpa
alasan yang jelas, menurut keluarga sekitar 1,5 bulan yang lalu, Tn. A pernah
kejang dan setelah kejang tersangka gelisah dan bicara kacau. Pendidikan
terakhir Tn.A S1, telah berkeluarga dan memiliki1 orang anak. Menurut keluarga,
saat usia 12 tahun Tn. A pernah juga kejang dan mendapatkan pengobatan
sekitar 1,5 tahun.
Anamnesis berdasarkan skenario
Riwayat Identitas
pendidikan
• apakah selama Nama : Tn. A
pendidikan pasien Jenis Kelamin: Laki-laki
mengalami Usia : 40 tahun
masalah atau Pendidikan : S1
pernah tinggal Pekerjaan : (?) Riwayat pekerjaan
kelas?
• Perlu ditanyakan
Keluhan Utama 4
Sering bengong dan marah tanpa alasan sejak 2 bulan yang lalu.
RPS
• Pasien dibawa berobat oleh keluarga karena sejak 2 bulan yang lalu sering bengong dan
terkadang marah tanpa alasan yang jelas. Menurut keluarga, sekitar 1,5 bulan yang lalu
pasien pernah kejang dan setelah kejang menjadi gelisah dan bicara kacau. Menurut
keluarga, saat usia 12 tahun Tn. A pernah juga kejang dan mendapatkan pengobatan
sekitar 1,5 tahun.
Riwayat pengobatan
• Obat kejang diminum selama 1,5 tahun
Frekuensi kejang: seberapa sering pasien kejang (saat kejang 1,5 bulan yang lalu)?
Etiologi/stressor:
-sebelum kejang terakhir apakah pasien mengalami infeksi, gangguan metabolik, trauma kepala, atau
neoplasma?
-saat bengong 2 bulan yang lalu, apakah pasien sadar bila sering bengong? menyingkirkan kejang
lena/absens.
- Apakah pasien mengkonsumsi NAPZA?
- Apa yang membuat pasien sering marah? Apakah ada waham? Apakah pasien mudah berganti
perasaan?
- Apakah pasien memiliki halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi?
Riwayat penyakit dahulu:
-mengapa obat kejang dahulu hanya diminum selama 1,5 tahun?
Riwayat keluarga:
- apakah pada keluarga ada yang pernah kejang?
- apakah ada riwayat gangguan jiwa pada keluarga?
Bagaimana riwayat tumbuh kembang pasien?
Situasi kehidupan sekarang: apakah pasien memiliki masalah keluarga?
Mood dan afek : bagaimana perasaan pasien selama 1 bulan terakhir?
Tilikan: bagaimana tilikan pasien terhadap penyakitnya?
6
Status Mental berdasarkan skenario
Deskripsi Umum Mood dan Afek Pembicaraan
• Kesadaran: Kompos mentis • Mood: Disforia/ iritabel / Labil • Gaya pembicaraan pasien
• Sikap Terhadap Pemeriksa • Afek: Terbatas / mendatar / lancar?, spontan?, artikulasi?,
• Penampilan labil volume?, kualitas?,
• Perilaku dan Aktivitas • Keserasian : (?) kuantitas?.
Psikomotor
ensefalitis
Data yang perlu ditanyakan lagi: 12
13
F.0
F.06.0 F.07.0
F.06.2 F.07.1
F.06.3
F.06.4
F 06.0 (Halusinasi
organik)
Pedoman Diagnostik
GEJALA LAINNYA
F 06.4 Gangguan cemas (anxietas) organik
Ketegangan Overeaktivitas
Kecemasan
motorik otonomik
.
.
Quo Ad Vitam
Contents Ad bonam
Quo Ad functionam
Dubia
Contents
Quo Ad Sanationam
Ad bonam
Contents
TINJAUAN PUSTAKA
GMO
Definisi Gangguan Mental Organik
Gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan
sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk gangguan mental simtomatik, dimana
pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak
(ekstracerebral).
Gambaran Utama :
• Gangguan fungsi kognitif
Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya belajar (learning).
• Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention).
• Sindrom dengan manifestasi yang menonjol di bidang
-Persepsi (halusinasi)
-Isi pikiran (waham/delusi)
-Suasana perasaan dan emosi (depresi,gembira, cemas).
Gangguan Mental Karena Kondisi Medis Umum:
EPILEPSI
Epilepsi adalah penyakit neurologis kronis yang paling umum terjadi. Masalah utama
epilepsi untuk psikiater adalah pertimbangan diagnosis epilepsi pada pasien psikiatrik, serta
efek psikologis dan kognitif dari obat antikonvulsan yang sering digunakan. Gejala perilaku
yang paling umum dari epilepsi adalah perubahan kepribadian. Psikosis dan kekerasan
adalah gejala yang jarang muncul dari gangguan epileptik.
Kejang merupakan suatu gangguan patofisiologis paroksismal sementara dari fungsi serebral yang
disebabkan oleh pelepasan neuron yang spontan dan banyak. Pasien dikatakan menderita epilepsi
apabila memiliki keadaan yang kronis yang ditandai oleh kejang rekuren. Terdapat periode iktal dan
non-iktal pada epilepsi. Peiode non-iktal dikategorikan menjadi preiktal, post-iktal, dan interiktal.
Gejala selama kejadian iktal ditentukan secara primer oleh tempat asal kejang di otak dan oleh pola
penyebaran aktivitas kejang di otak. Gejala interiktal dipengruhi oleh kejadian iktal dan faktor
neuropsikiatrik dan psikososial lain seperti adanya penyakit psikiatrik atau neurologis, adanya stresor
psikososial dan premorbid personalitas.
Klasifikasi utama kejang adalah parsial dan umum. Kejang parsial melibatkan aktivitas epileptiformis di
daerah otak setempat. Kejang umum melibatkan keseluruhan otak. Kejang umum tonik klonik memiliki
gejala klasik yaitu hilangnya kesadaran, gerakan tonik-klonik umum pada tungkai, menggigit lidah dan
inkontinensia. Periode penyembuhan kejang umum tonik-klonik bervariasi dari beberapa menit sampai
beberapa jam dengan gambaran klinis delirium semakin jelas secara bertahap. Masalah psikiatrik yang
paling sering berhubungan dengan kejang umum adalah membantu pasien untuk menyesuaikan diri
dengan gangguan neurologis kronis dan menilai efek kognitif atau perilaku dari obat antiepileptik.
Sedangkan kejang parsial diklasifikasikan sebagai kejang sederhana (tanpa penurunan kesadaran)
atau kompleks (dengan penurunan kesadaran). Lebih dari setengah pasien dengan kejang parsial
memiliki kejang parsial kompleks. Peristiwa pra-iktal pada epilepsi parsial komplek termasuk sensasi
otonomik (perut terasa penuh, blushing, perubahan pernapasan), sensasi kognitif (déjá vu, jamais vu,
dreamy state), keadaan afektif (ketakutak, panik, depresi, elasi), dan automatisme (mengecap bibir,
gerakan menggigit). Gejala interiktal yaitu gangguan kepribadian, gejala psikotik, kekerasan, dan
gejala gangguan mood.
Diagnosis epilepsi yang tepat dapat sulit ditegakkan khususnya apabila gejala iktal dan interiktal epilepsi
merupakan manifestasi berat dari gejala psikiatrik tanpa adanya perubahan yang bermakna pada kesadaran
dan kemampuan kognitif. Diagnosis banding lain yang dipertimbangkan adalah kejang semu, dimana pasien
memiliki kontrol kesadaran atas gejala kejang yang mirip.
Pada pasien yang sebelumnya didiagnosis epilepsi, timbulnya gejala psikiatrik harus dipertimbangkan
sebagai kemungkinan evolusi gejala epileptik. Munculnya gejala psikotik, gangguan mood,
gangguan kepribadian, atau gejala ansietas (contoh panic attack) dapat dipikirkan untuk
mengevaluasi komplians pasien terhadap obat antikonvulsan yang digunakan dan sebaiknya
mempertimbangkan apakah gejala psikiatrik muncul sebagai efek samping obat antikonvulsan.
Apabila gejala psikiatrik tampak pada seorang pasien yang memiliki riwayat diagnosis epilepsi atau
dipertimbangkan epilepsi, klinisi harus melakukan satu atau lebih pemeriksaan EEG. Pada pasien yang
belum pernah didiagnosis epilepsi, terdapat empat karakteristik yang harus dipenuhi untuk seorang klinisi
mencurigai kemungkinan tersebut, yaitu onset psikosis yang tiba-tiba pada orang yang sebelumnya
dianggap sehat secara psikologis, onset delirium yang tiba-tiba tanpa penyebab yang diketahui,
riwayat episode yang serupa dengan onset yang mendadak dan pemulihan spontan, dan riwayat
terjatuh atau pingsan sebelumnya yang tidak dapat dijelaskan.
Dalam pengobatan pasien epilepsi dengan gangguan psikiatrik, hal pertama yang perlu dilakukan
adalah mengatasi epilepsi dengan obat antikonvulsan seperti carbamazepin, asam valproat,
gabapentin, dan lamotrigine. Hal kedua yang perlu diperhatikan adlah obat-obat antipsikotik
yang menurunkan ambang kejang. Hal ketiga yang perlu disadari adalah potensi terjadinya
interaksi antara antikonvulsan dan antipsikotik.
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation