Anda di halaman 1dari 39

Manajemen Kasus

Dinah Zhafira Qubro 1718012200


Fahma Azizaturrahmah 1718012137
Fahrezi Fathilla 1718012120
Natasya Hayatillah 1718012174
Ramadirga Thio Saba 1718012178
Tassya Fatimah 1718012179
Tiffani Dinda Ashar 1718012191

Perseptor : dr. Tendry Septa Sp.KJ (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
Skenario

Tn. A, usia 40 tahun, dibawa berobat ke RSJD Provinsi Lampung oleh keluarga,
karena sejak sekitar 2 bulan lalu sering bengong dan terkadang marah tanpa
alasan yang jelas, menurut keluarga sekitar 1,5 bulan yang lalu, Tn. A pernah
kejang dan setelah kejang tersangka gelisah dan bicara kacau. Pendidikan
terakhir Tn.A S1, telah berkeluarga dan memiliki1 orang anak. Menurut keluarga,
saat usia 12 tahun Tn. A pernah juga kejang dan mendapatkan pengobatan
sekitar 1,5 tahun.
Anamnesis berdasarkan skenario
Riwayat Identitas
pendidikan
• apakah selama Nama : Tn. A
pendidikan pasien Jenis Kelamin: Laki-laki
mengalami Usia : 40 tahun
masalah atau Pendidikan : S1
pernah tinggal Pekerjaan : (?) Riwayat pekerjaan
kelas?
• Perlu ditanyakan
Keluhan Utama 4

Sering bengong dan marah tanpa alasan sejak 2 bulan yang lalu.
RPS
• Pasien dibawa berobat oleh keluarga karena sejak 2 bulan yang lalu sering bengong dan
terkadang marah tanpa alasan yang jelas. Menurut keluarga, sekitar 1,5 bulan yang lalu
pasien pernah kejang dan setelah kejang menjadi gelisah dan bicara kacau. Menurut
keluarga, saat usia 12 tahun Tn. A pernah juga kejang dan mendapatkan pengobatan
sekitar 1,5 tahun.

Riwayat pengobatan
• Obat kejang diminum selama 1,5 tahun

Situasi kehidupan sekarang


• Pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Pasien
memiliki 1 orang anak.
Anamnesis yang seharusnya diperdalam: 5

 Frekuensi kejang: seberapa sering pasien kejang (saat kejang 1,5 bulan yang lalu)?
 Etiologi/stressor:
-sebelum kejang terakhir apakah pasien mengalami infeksi, gangguan metabolik, trauma kepala, atau
neoplasma?
-saat bengong 2 bulan yang lalu, apakah pasien sadar bila sering bengong?  menyingkirkan kejang
lena/absens.
- Apakah pasien mengkonsumsi NAPZA?
- Apa yang membuat pasien sering marah? Apakah ada waham? Apakah pasien mudah berganti
perasaan?
- Apakah pasien memiliki halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi?
 Riwayat penyakit dahulu:
-mengapa obat kejang dahulu hanya diminum selama 1,5 tahun?
 Riwayat keluarga:
- apakah pada keluarga ada yang pernah kejang?
- apakah ada riwayat gangguan jiwa pada keluarga?
 Bagaimana riwayat tumbuh kembang pasien?
 Situasi kehidupan sekarang: apakah pasien memiliki masalah keluarga?
 Mood dan afek : bagaimana perasaan pasien selama 1 bulan terakhir?
 Tilikan: bagaimana tilikan pasien terhadap penyakitnya?
6
Status Mental berdasarkan skenario
Deskripsi Umum Mood dan Afek Pembicaraan
• Kesadaran: Kompos mentis • Mood: Disforia/ iritabel / Labil • Gaya pembicaraan pasien
• Sikap Terhadap Pemeriksa • Afek: Terbatas / mendatar / lancar?, spontan?, artikulasi?,
• Penampilan labil volume?, kualitas?,
• Perilaku dan Aktivitas • Keserasian : (?) kuantitas?.
Psikomotor

Sensorium dan Kognisi


Gangguan Persepsi Proses Pikir
Orientasi
Halusinasi Bentuk Pikir Orientasi Tempat
Ilusi Arus Pikir Orientasi Waktu
Derealisasi Isi Pikir Orientasi Orang
Depersonalisasi Daya Ingat
Daya Ingat Segera
Daya Ingat Jangka Pendek
Daya Ingat Jangka Sedang
Daya Ingat Jangka Panjang
Konsentrasi dan Perhatian
Status Mental berdasarkan skenario 7

Pengendalian Impuls Daya Nilai Tilikan


• Pengontrolan impuls? • Nilai sosial • Bagaimana tilikan pasien?
membahayakan diri sendiri • Uji daya nilai
atau orang lain?

Taraf Dapat Dipercaya?


Apakah pasien dapat
dipercaya?
Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut
Status Keadaan umum baik. Fungsi pernafasan, kardiovaskular,
Internus dan gastrointestinal belum dapat dipastikan

Tanda-tanda Tekanan Darah:-, nadi: -, RR:-, suhu: -oC.


Vital

Pemeriksaan Pemeriksaan mata, hidung, telinga, paru, jantung,


Fisik abdomen, dan ekstremitas belum dapat dipastikan

Status Sistem sensorik, motorik, dan fungsi luhur belum dapat


Neurologis dipastikan
FORMULASI DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan wawancara dan pemeriksaan


psikiatrik lebih lanjut, serta pemeriksaan penunjang. Adapun kemungkinan
diagnosis pada skenario dijelaskan sebagai berikut:
FORMULASI DIAGNOSIS 10

 Kejang usia 12 tahun, pengobatan kejang 1.5


 Blok F0 : gangguan mental tahun
organik atau simptomatik  Kejang kembali 1,5 bulan yang lalu setelahnya
menjadi gelisah dan bicara kacau
Ciri khas : gangguan jiwa atau mentalnya
disebabkan oleh : memiliki riwayat gangguan otak :
• Penyakit atau gangguan fisik atau kondisi medik epilepsi
yang secara primer mempengaruhi otak secara
fisiologis sehingga terjadi disfungsi otak.
• Penyakit atau kondisi fisik di luar otak yang
secara sekunder atau secara sistemik
mempengaruhi fungsi otak secara fisiologis
sehingga terjadi disfungsi otak.

Untuk memastikan diagnosis dalam blok ini


diperlukan bukti dari riwayat penyakit, pemfis dan
laboratorium yang menyokong hal itu.
Data yang perlu ditanyakan lagi:
Data yang perlu ditanyakan lagi: 11

ensefalitis
Data yang perlu ditanyakan lagi: 12
13

F.0
F.06.0 F.07.0
F.06.2 F.07.1

F.06.3
F.06.4
F 06.0 (Halusinasi
organik)
Pedoman Diagnostik

• Kriteria umum tersebut diatas (F06)


• Adanya halusinasi dalam segala bentuk
(biasanya visual atau audiotorik), yang menetap
atau berulang
• Kesadaran yang jernih (tidak berkabut)
• Tidak ada penurunan fungsi intelek yang
bermakna
• Tidak ada gangguan afektif yang menonjol
• Tidak jelas adanya waham (seringkali “insight”
masih utuh)
Data yang perlu ditanyakan lagi: 15

Pada pasien Data yang perlu ditdanyakan :


• Apakah pasien baru pertama
ditemukan : kali untuk berbica kacau atau
sudah sering?
• Apakah pasien berbicara
Keluhan berupa karena mendengar seseorang
gelisah dan bicara yang mengajaknya berbicara?
Atau melihat seseorang ?
kacau setelah kejang • Bila ada, apakah suara itu
terdengar jelas? Apakah
membberikan instruksi /
perintah atau hanya suara
yang tidak jelas?
F06.2 (Gangguan waham
organic (Lir-skizofrenia))
Pedoman diagnostic

• Kriteria umum tersebut diatas (F06)


• Disertai : waham yang menetap atau berulang
(waham kejar, tubuh berubah, cemburu,
penyakit, atau kematian dirinya atau orang lain)
• Halusinasi, gangguan proses pikir, atau
fenomena katatonik tersendiri, mungkin ada
• Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu
Data yang perlu ditanyakan lagi: Data yang perlu ditdanyakan : 17
• Apakah pasien baru pertama kali untuk
berbica kacau atau sudah sering?
• Apakah pasien berbicara karena
mendengar seseorang yang
Pada pasien ditemukan : mengajaknya berbicara? Atau melihat
seseorang ?
• Bila ada, apakah suara itu terdengar
Keluhan berupa gelisah jelas? Apakah membberikan instruksi /
perintah atau hanya suara yang tidak
dan bicara kacau jelas?

setelah kejang Data yang perlu ditanyakan :


• Apakah pasien merasakan
Riwayat kejang usia 12 kejang karena setelah adanya
pikiran bahwa pasien memiliki
tahun dan 1,5 bulan yll penyakit yang berat selama ini?
• Apakah pasien setelah kejang
masih bisa mengingat kejadian
sebelumnya?
F 06.3
(Gangguan
afektif organik)

• memenuhi kriteria umum(F 06)


• Tedapat kondisi yang sesuai dengan
salah satu diagnosis dari gangguan
suasana perasaan (F30-F33)

1. episode manik (F.30)


2. gangguan afektif bipolar (F.31)
3. episode depresif (F.32)
4. gangguan depresif berulang (F.33).
F 06.3 (Gangguan afektif organik)
apakah gejala sudah pernah dialami
terdapat riwayat kejang sering bengong dan sebelumnya. Apakah diantara keluhan bengong
saat usia 12 tahun serta terkadang marah tanpa dan marah marah pasien sempat berperilaku
1,5 bulan yang lalu alasan yang jelas seperti biasa

PADA PASIEN PERLU DITANYAKAN


gagasan tentang energi yang
apakah disertai rasa bersalah, harga berkurang atau
dengan adanya nafu makan diri yang rendah, bertambah hingga apakah terdapat
waham ataupun terganggu, dan dan membahayakan mempengaruhi kehilangan minat dan
halusinasi gangguan tidur diri sendiri aktifitas kegembiraan

GEJALA LAINNYA
F 06.4 Gangguan cemas (anxietas) organik

gambaran utama dari gangguan cemas menyeluruh (F 41.1),


gangguan panik (F 41.0), atau campuran dari keduanya,
tetapi timbul sebagai akibat dari gangguan organiK yang
dapat menyebabkan disfungsi otak (seperti epilesi lobus
temporalis, tirotoksikosis, atau feokromositoma).

Ketegangan Overeaktivitas
Kecemasan
motorik otonomik

gelisah dan bicara apakah pasien apakah kedaan


kacau setelah dalam perasaan gelisah menetap
kejang, hingga cemas atau tidak, setelah beberapa
memungkinkan apa yang pasien hari hingga
bahwa terjadi cemas bayangkan ketika beberapa minggu.
setelah gelisah tersebut
kejang(unpredictable
situations)
21

F.07.0 Gangguan Kepribadian Organik

.

.

Data yang perlu ditanyakan lagi:


22
F.07.0 Gangguan Kepribadian Organik
Data yang perlu ditanyakan lagi:
• Apakah pasien mengalami penurunan konsisten dalam
kemampuan untuk mempertahankan aktivitas yang bertujuan?
(goal-directed activities).

• Apakah pasien perah memiliki keinginan atau kebutuhan tanpa


mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman sosial? (pasien
mungkin terlibat dalam tindakan dissosisal, seperti mencuri,
bertindak melampaui batas kesopanan sosial atau kurang
memperhatikan kebersihan dirinya).
23
F.07.1 Sindrom Pasca-ensefalitis

• Sindrom ini mencakup perubahan perilaku sisa (residual)


setelah kesembuhan dari suatu ensefalitis virus atau
bakterial.
• Gejalanya tidak khas dan berbeda dari satu orang ke orang
lain, dari satu penyebab infeksi ke penyebab infeksi lainnya
dan yang pasti berkaitan dengan usia pasien pada saat
terkena infeksi.
• Namun untuk menegakan diagnosisi ini pada kasus ini
perlu ditanyakan apakah pasien mengalami infeksi yang
dapat ditandai dengan demam sebelum kejang terakhir?
Intoksikasi Akut dengan Konvulsi (F1x.06)
Intoksikasi akut dapat merupakan suatu
kondisi peralihan yang timbul akibat
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lain
 gangguan kesadaran, fungsi kognitif,
persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi
dan respon psikofisiologis lainnya

Pada pasien perlu dipastikan terkait


penggunaan alkohol atau zat
psikoaktif serta adanya gangguan
fungsi kognitif dan persepsi 
anamnesis psikiatri maupun
pemeriksaan darah.
Intoksikasi Akut dengan Konvulsi (F1x.06)
Intensitasi intoksikasi berkurang dengan
berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya
menghilang bila tidak terjadi penggunaan
obat lagi.  pasien kembali ke kondisi
semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak
atau terjadi komplikasi lainnya.

Carbamazepine 2-3x 200 mg atau


asam valproate 3 x 250 mg.
Gangguan Psikotik ( F1x.5)

Penegakkan gangguan psikotik pada pasien, perlu


diketahui waktu penggunaan zat psikoaktif
Jika onset lambat (>2 minggu
Biasanya dalam 48 jam setelah penggunaan zat)
dimasukkan dalam F1x.75.

Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat


psikoaktif bervariasi. Hal tersebut dipengaruhi
jenis zat yang digunakan dan jenis kepribadian
pengguna zat.
Aksis II
Pasien menyelesaikan pendidikan S1 hingga selesai dan
kemungkinan jika dilakukan pemeriksaan didapati kemampuan
pasien untuk menjawab pertanyaan pemeriksa baik, tidak
terdapat hendaya dalam kemampuan berbahasa maupun
visusospasial.

Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental


(F.70)

Dari anamnesis didapatkan pasien terkadang marah tanpa


alasan yang jelas, bengong, dan gelisah. Sehingga perlu
ditanyakan apakah ada suatu kejadian yang memicu
amarahnya, apakah pasien sedang mempunyai masalah
dalam pekerjaan atau kinerja social, merasa perasaannya
kosong dan ingin bunuh diri, merasa cepat akrab pada
orang yang tidak dikenal, dan apakah pasien tidak dapat
mengontrol emosinya sehingga cenderung menyakiti diri
sendiri atau orang lain.

Sehingga kemungkinan diagnosis Gangguan Kepribadian Emosional Tak


Stabil Tipe Ambang (F.60.31)
Aksis
III
Pada skenario ditemukan riwayat kejang pada pasien oleh karena itu Aksis III sampai saat ini
kemungkinan diagnosis adalah

1. Penyakit infeksi dan parasit tertentu


2. Neoplasma
3. Penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolik
4. Penyakit susunan saraf

Sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut:


1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan CT-SCAN
3. Pemeriksaan EEG
Aksis
IV Aksis V

Masalah dengan Primary Skor GAF 60-


support group: 51(Current),
Pasien dirasa kerap marah tanpa Belum dapat dinilai
alasan yang jelas, ini dirasakan sangat
tidak nyaman oleh keluarganya. (HLPY)
DIAGNOSIS MULTI AXIAL
AXIS I: F.06.3 (Gangguan Afektif Organik)
AXIS II: belum ada diagnosis
Kemungkinan diagnosis Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Tipe Ambang
(F.60.31)

AXIS III: Belum ada diagnosis, kemungkinan:


-Penyakit infeksi dan parasit tertentu
-Neoplasma
-Penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolik
4. Penyakit susunan saraf

AXIS IV: Belum ada diagnosis


AXIS V: Skor GAF 60-51(Current), Belum dapat dinilai (HLPY)
DAFTAR
MASALAH
• Organobiologik
Pasien memiliki masalah pada susunan sistem saraf pusat/otak
• Genetik
Tidak diketahui riwayat gangguan jiwa pada keluarga pasien
• Psikologi
Pada pasien ditemukan adanya gangguan afek setelah susunan
sistem saraf
pusat terganggu.
• Sosial
Belum diketahui apakah terdapat masalah dengan lingkungan sosial
pasien
Psikofarmaka:
Asam Valproate (antikonvulsan dan mood stabilizer): 2X
250 mg (10-15 mg/KgBB/Hari).
RENCANA
TERAPI Psikoterapi
Konseling: Memberikan pengertian kepada pasien
tentang penyakitnya danmemahamikondisinya
lebihbaikserta menganjurkan untukberobatteratur.
Menjelaskan bahwa penyebabdarisakityangdideritanya
sekarang,sehingga dibutuhkan pengobatan rutin untuk
penyakitdasarnya.

Psikoedukasi: Memberikan penjelasan pada pasien dan


orang sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan
menciptakan lingkunganyangkondusif. Support terhadap
penderita dan keluarga, meminta pasien berbicara pada
orang terdekat apabila merasa gelisah. Keluarga diminta
mendampingi dan menjaga Tn. A agar tidak putus
mengkonsumsi obat antikonvulsanya.
Prognosis

Quo Ad Vitam
Contents Ad bonam
Quo Ad functionam
Dubia
Contents

Quo Ad Sanationam
Ad bonam
Contents
TINJAUAN PUSTAKA
GMO
Definisi Gangguan Mental Organik
Gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan
sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk gangguan mental simtomatik, dimana
pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak
(ekstracerebral).

Gambaran Utama :
• Gangguan fungsi kognitif
Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya belajar (learning).
• Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention).
• Sindrom dengan manifestasi yang menonjol di bidang
-Persepsi (halusinasi)
-Isi pikiran (waham/delusi)
-Suasana perasaan dan emosi (depresi,gembira, cemas).
Gangguan Mental Karena Kondisi Medis Umum:
EPILEPSI

Epilepsi adalah penyakit neurologis kronis yang paling umum terjadi. Masalah utama
epilepsi untuk psikiater adalah pertimbangan diagnosis epilepsi pada pasien psikiatrik, serta
efek psikologis dan kognitif dari obat antikonvulsan yang sering digunakan. Gejala perilaku
yang paling umum dari epilepsi adalah perubahan kepribadian. Psikosis dan kekerasan
adalah gejala yang jarang muncul dari gangguan epileptik.

Kejang merupakan suatu gangguan patofisiologis paroksismal sementara dari fungsi serebral yang
disebabkan oleh pelepasan neuron yang spontan dan banyak. Pasien dikatakan menderita epilepsi
apabila memiliki keadaan yang kronis yang ditandai oleh kejang rekuren. Terdapat periode iktal dan
non-iktal pada epilepsi. Peiode non-iktal dikategorikan menjadi preiktal, post-iktal, dan interiktal.
Gejala selama kejadian iktal ditentukan secara primer oleh tempat asal kejang di otak dan oleh pola
penyebaran aktivitas kejang di otak. Gejala interiktal dipengruhi oleh kejadian iktal dan faktor
neuropsikiatrik dan psikososial lain seperti adanya penyakit psikiatrik atau neurologis, adanya stresor
psikososial dan premorbid personalitas.
Klasifikasi utama kejang adalah parsial dan umum. Kejang parsial melibatkan aktivitas epileptiformis di
daerah otak setempat. Kejang umum melibatkan keseluruhan otak. Kejang umum tonik klonik memiliki
gejala klasik yaitu hilangnya kesadaran, gerakan tonik-klonik umum pada tungkai, menggigit lidah dan
inkontinensia. Periode penyembuhan kejang umum tonik-klonik bervariasi dari beberapa menit sampai
beberapa jam dengan gambaran klinis delirium semakin jelas secara bertahap. Masalah psikiatrik yang
paling sering berhubungan dengan kejang umum adalah membantu pasien untuk menyesuaikan diri
dengan gangguan neurologis kronis dan menilai efek kognitif atau perilaku dari obat antiepileptik.

Sedangkan kejang parsial diklasifikasikan sebagai kejang sederhana (tanpa penurunan kesadaran)
atau kompleks (dengan penurunan kesadaran). Lebih dari setengah pasien dengan kejang parsial
memiliki kejang parsial kompleks. Peristiwa pra-iktal pada epilepsi parsial komplek termasuk sensasi
otonomik (perut terasa penuh, blushing, perubahan pernapasan), sensasi kognitif (déjá vu, jamais vu,
dreamy state), keadaan afektif (ketakutak, panik, depresi, elasi), dan automatisme (mengecap bibir,
gerakan menggigit). Gejala interiktal yaitu gangguan kepribadian, gejala psikotik, kekerasan, dan
gejala gangguan mood.
Diagnosis epilepsi yang tepat dapat sulit ditegakkan khususnya apabila gejala iktal dan interiktal epilepsi
merupakan manifestasi berat dari gejala psikiatrik tanpa adanya perubahan yang bermakna pada kesadaran
dan kemampuan kognitif. Diagnosis banding lain yang dipertimbangkan adalah kejang semu, dimana pasien
memiliki kontrol kesadaran atas gejala kejang yang mirip.

Pada pasien yang sebelumnya didiagnosis epilepsi, timbulnya gejala psikiatrik harus dipertimbangkan
sebagai kemungkinan evolusi gejala epileptik. Munculnya gejala psikotik, gangguan mood,
gangguan kepribadian, atau gejala ansietas (contoh panic attack) dapat dipikirkan untuk
mengevaluasi komplians pasien terhadap obat antikonvulsan yang digunakan dan sebaiknya
mempertimbangkan apakah gejala psikiatrik muncul sebagai efek samping obat antikonvulsan.

Apabila gejala psikiatrik tampak pada seorang pasien yang memiliki riwayat diagnosis epilepsi atau
dipertimbangkan epilepsi, klinisi harus melakukan satu atau lebih pemeriksaan EEG. Pada pasien yang
belum pernah didiagnosis epilepsi, terdapat empat karakteristik yang harus dipenuhi untuk seorang klinisi
mencurigai kemungkinan tersebut, yaitu onset psikosis yang tiba-tiba pada orang yang sebelumnya
dianggap sehat secara psikologis, onset delirium yang tiba-tiba tanpa penyebab yang diketahui,
riwayat episode yang serupa dengan onset yang mendadak dan pemulihan spontan, dan riwayat
terjatuh atau pingsan sebelumnya yang tidak dapat dijelaskan.
Dalam pengobatan pasien epilepsi dengan gangguan psikiatrik, hal pertama yang perlu dilakukan
adalah mengatasi epilepsi dengan obat antikonvulsan seperti carbamazepin, asam valproat,
gabapentin, dan lamotrigine. Hal kedua yang perlu diperhatikan adlah obat-obat antipsikotik
yang menurunkan ambang kejang. Hal ketiga yang perlu disadari adalah potensi terjadinya
interaksi antara antikonvulsan dan antipsikotik.
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai