Kelompok D2
Ketua :
Farida Tunnida (102015045)
Anggota :
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510
Tlp. 021- 56942061 Fax . 021-5631731
Kelompok D2
NIM
Nama
Paraf
102013354
Irma Fajriah
102014202
Yesie Manise
102015012
102015045
Farida Tunnida
102015062
102015091
Tessa Carolina
102015137
Aqmarina Borisman
102015228
A. Tujuan praktikum
Praktikum fisiologi ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas udara dalam setiap
pernafasan yang dilakukan secara normal dan beberapa faktor yang mempengaruhinya.
B. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang dipersiapkan untuk melaksanakan praktikum ini adalah seperti
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Spirometer
Spirometer digital
Pipa mulut disposable
Penjepit Hidung
Tissue
C. Langkah kerja
Keseluruhan percobaan ini dibagi menjadi dua percobaan yang berbeda. Langkahlangkah untuk masing-masing percobaan adalah:
I. Spirometer manual
a. Persiapan :
1. Isi bejana biru dengan air sampai tanda garis pengisian. Gunakan pegangan tangan yang
disamping bejana untuk membawa bejana.
2. Tekan sungkup putih perlahan-lahan ke bawah untuk meyakinkan penempatannya di
dasar bejana biru.
3. Masukkan pipa mulut yang disposable ke ujung pipa plastik yang fleksibel. Selalu
gunakan pipa mulut disposable yang baru setiap pergantian OP.
4. Tempatkan garis penunjuk pada garis 0 yang terdekat dengan ujung lengan skala, dengan
mengatur cakram penunjuk yang harus berada di sebelah kanan garis penunjuk.
5. Bila mengukur volume inspirasi letakkan cakram penunjuk disebelah garis penunjuk di
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
II.
Spirometer Digital
1. Pakai penjepit hidung
2. OP duduk dengan tegak dan rileks
3. Pengukuran TV (Volume Tidal)
OP diminta untuk melakukan isnpirasi dan ekspirasi tenang melalui pipa sampai
diberikan instruksi lain oleh pemeriksa.
4. Pemeriksa menginstruksikan OP untuk melakukan ekspirasi maksimum sesuai petunjuk
pada alat pengukuran. Apabila OP sudah tidak mampu lagi melakukan ekspirasi
maksimum, maka OP diminta untuk menahan nafas.
5. Pemeriksa menginstruksikan OP untuk melakukan inspirasi maksimum melalui pipa dan
menahannya hingga diinstruksikan untuk berhenti melakukan inspirasi.
Setelah melakukan seluruh percobaan-percobaan di atas, demikian adalah hasil yang
kami peroleh dari percobaan kami.
1. Hasil Praktikum Spirometer
Identitas OP :
Nama : Kabilen A/L Selvaraja
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tinggi badan : 173,4 cm
Berat badan 65 kg
Tabel 1 . Hasil Spirometer manual dan spirometer digital
Spirometer
manual
TV
IRV
IC
ERV
400 ml
700 ml
1100 ml
1300
ml
VC
FRC
TLC
RV
1200 ml
Spirometer
digital
500 ml
2340 ml
2840 ml
1300 ml
TV + ERV = 1700 ml
ERV = 1700 - TV= 1700 -400= 1300 ml
IRV + TV + ERV = VC = 2400 ml
IRV = VC - (TV + ERV)
=2400 (1700)= 700 ml
IC = TV + IRV
400 + 7000 = 1100 ml
FRC = ERV + RV
=1300 +1200 = 2500 ml
TLC = VC + RV
= 2400 + 1200 = 3600 ml
FRC = ERV + RV
= 1300 + 1200 = 2500 ml
TLC = VC + RV
= 4140 + 1200 = 5340 ml
1200 ml
Dalam keadaan normal paru mengandung sekitar 2 sampai 2,5 liter udara selama siklus
respirasi, tetapi dapat diisi sampai 5,5 liter atau dikosongkan sampai tersisa 1 liter. Pada orang
dewasa sehat, rata- rata jumlah udara maksimum yang dapat dikandung oleh ke dua paru adalah
sekitar 5,7 liter pada pria (4,2 liter pada wanita). Bentuk anatomis, usia, distensibilitas paru, dan
ada atau tidaknya penyakit pernafasan mempengaruhi kapasitas paru total ini.
Perubahan- perubahan volume paru yang terjadi selama bernafas dapat di ukur dengan
menggunakn spirometer. Pada dasarnya, spirometer terdiri dari sebuah tong berisi udara yang
mengapung dalam wadah berisi air. Sewaktu seseorang menghirup dan menghembuskan udara
ke dalam tong tersebut melalui selang yang menghubungkan mulut ke wadah udara, tong akan
naik dan turun di wadah air. Naik turunnya tong tersebut dapat dicatat sebagai spirogram, yang
dikalibrasikan ke perubahan volume. Pena mencatat inspirasi sebagai defleksi ke atas dan
ekspirasi sebagai defleksi ke bawah.
Volume paru dan kapasitas paru berikut ini (kapasitas paru adalah jumlah dari dua atau
lebih volume paru) dapat di tentukan:
Tidal Volume (TV). Volume udara yang masuk atau keluar dari paru selama satu kali
ratanya = 3.000 ml
Kapasitas Inspirasi (KI). Volume maksimum udara yang dapat di hirup pada akhir ekspirasi
normal tenang (KI= VCI + TV). Nilai rata- ratanya = 3.500 ml.
Volume Cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume, VCE). Volume tambahan udara yang
dapat secara aktif di keluarkan oleh kontraksi maksimum melebihi udara yang di keluarkan
secara pasif pada akhir tidal volume biasa. Nilai rata- ratanya = 1.000 ml.
Volume Residual (VR). Volume minimum udara yang tersisa di paru bahkan setelah ekspirasi
maksimum. Nilai rata- ratanya = 1.200 ml. volume residual tidak dapat di ukur secara
langsung dengan spirometer karena volume udara ini tidak keluar masuk paru.
Kapasitas Residual Fungsional (KRF). Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif
penyakit (seperti emfisema), volume sisa meningkat dengan berkurangnya kapasitas vital
paru-paru. Subyek mula- mula melakukan inspirasi maksimum, kemudian melakukan
ekspirasi maksimum (KV= VCI + TV + VCE). KV mencerminkan perubahan volume
oleh banyak faktor. Salah satunya adalah frekuensi pernapasan dari masing-masing orang yang
berbeda pula. Frekuensi pernapasan yang berkaitan dengan jumlah proses inspirasi-ekspirasi
seseorang dalam hitungan waktu ini akan sangat berpengaruh dalam jumlah udara yang dapat
masuk maupun keluar paru-paru. Frekuensi pernapasan inipun tak luput dari berbagai faktor
yang dapat mempengaruhinya, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Umur.
Bertambahnya umur seseorang mengakibatkan frekuensi pernapasan menjadi
semakin lambat. Pada usia lanjut, energi yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan
pada saat pertumbuhan, sehingga oksigen yang diperlukan relatif lebih sedikit. Untuk
mengimbangi kebutuhan oksigen yang relatif kecil ini maka frekuensi pernapasan pada
orang dengan usia lanjut jauh lebih kecil dibandingkan dengan orang dengan usia yang
lebih muda dalam masa pertumbuhan yang memiliki kebutuhan energi yang lebih
besar. Frekuensi yang kecil ini menunjukkan juga bahwa volume udara yang dapat
masuk maupun keluar paru akan lebih kecil bila dibandingkan dengan volume udara
pernapasan pada orang dengan usia lebih muda dan frekuensi pernapasan yang lebih
besar.
b. Suhu tubuh.
Manusia memiliki suhu tubuh yang konstan berkisar antara 36-37 oC, karena
manusia mampu mengatur produksi panas tubuhnya dengan meningkatkan laju
metabolisme. Jika suhu tubuh menurun, tubuh akan meningkatkan metabolismenya,
sehingga kebutuhan akan oksigen meningkat. Sama halnya dengan faktor usia,
kebutuhan akan oksigen yang meningkat akibat peningkatan metabolism tubuh juga
meningkatkan frekuensi napas yang dengan otomatis juga berpengaruh pada volume
udara pernapasan seseorang.
c. Posisi tubuh
Posisi tubuh akan mempengaruhi banyaknya otot yang bekerja. Misalnya pada
saat berdiri, otot akan berkontraksi, sehingga oksigen yang dibutuhkan lebih banyak
dan laju pernapasan pun akan meningkat dibandingkan pada saat orang duduk.
7
d. Jenis kelamin.
Pada umumnya laki-laki banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu, lai-laki
memerlukan oksigen yang lebih banyak dari wanita.
Selain pengaruh frekuensi pernapasan masih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pernafasan dan tentunya akan berpengaruh terdapat oksigenasi yang sangat dibutuhkan untuk
hidup. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perkembangan.
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang
pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan
ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang
dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada
bentuk thorak dan pola napas.
b. Lingkungan.
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi
daratan, makin rendah PaO2 ( tekanan parsial O2 darah arteri), sehingga makin sedikit O2
yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki
laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat. Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi,
sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan
oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi
pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan
kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
c. Gaya Hidup.
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplai oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan
tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
d. Status Kesehatan.
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan
dari sel.
e. Narkotika.
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula.
Kesimpulan
Jumlah kapasitas udara yang dapat masuk maupun keluar paru-paru masing-masing orang
berbeda satu dengan yang lainnya baik dalam keadaan tenang atau istirahat maupun dalam
isnpirasi dan ekspirasi maksimum. Perbedaan ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang mampu
mempengaruhi keseluruhan kapasitas pernapasan masing-masing orang.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta : EGC. 2016. h.
504- 05.
2. Guyton, Arthur C, John EH. Buku ajar fisioloi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta : EGC.
3. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi 2. Jakarta : Erlangga. 2004. h.
193-4.
10
Lampiran
1. Hasil percobaan spirometer digital
11