Anda di halaman 1dari 24

XI.

Gaya Gelombang

Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat:


1. menjelaskan karakteristik gaya gelombang pada struktur;
2. menjelaskan gaya gelombang pada pilar dengan persamaan Morison;
3. menjelaskan gaya gelombang pada struktur besar;
4. menjelaskan gaya gelombang pada struktur terapung;
5. menjelaskan stabilitas struktur akibat gaya gelombang;
6. Menghitung gaya-gaya gelombang pada struktur dengan berbagai metode.

11.1. Pendahuluan

Gelombang atau ombak yang menjalar menuju pantai mempunyai energi


gelombang (wave energy) dan gaya gelombang (wave force) sehingga sangat
penting diketahui karena dapat menyebabkan kerusakan pada pantai atau struktur
bangunan pantai. Energi dan gaya gelombang juga dapat diimanfaatkan untuk
perencanaan dan penghitungan dimensi struktur bangunan pantai di lepas pantai
maupun di sepanjang pesisir pantai.
Pemodelan gaya-gaya dan energi gelombang yang terjadi pada suatu
struktur bangunan pantai banyak diteliti oleh Chakrabarti (1987) untuk struktur
rangka kecil dan besar. Ada tiga teori yang dikemukakan, yaitu dengan
menggunakan teori Morison Equation, teori Froude-Krylove dan teori difraksi.
Morison Equation sering diterapkan pada struktur rangka yang kecil (small
structures) dimana dimensinya lebih kecil dibanding dengan panjang gelombang
laut (ocean wave length) karena berpengaruh pada gaya seret (drag forces) yang
lebih besar. Froude-Krylove mendasarkan konsep pada pressure-area method
yang terjadi pada suatu struktur rangka. Biasanya teori ini dipakai pada kasus
dimana gaya inersia lebih besar bila dibanding gaya seret untuk struktur rangka
kecil dan pada beberapa kasus dapat diterapkan pada struktur yang menengah
dimana panjang gelombang tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan dimensi
rangka. Teori difraksi dipakai pada struktur rangka besar (large structures)

244
dimana dimensi rangka hampir sama atau lebih besar dibanding dengan panjang
gelombang laut (ocean wave length)
Dari tiga teori tersebut, Morison Equation yang paling sering digunakan
dan diteliti oleh para ahli seperti Dean dan Dalrymple (1995), Avi, P. (1996), J.D.
Sorensen dan M.J. Sterndorff ( 2001), K. Mittendorf, dkk (2002), Yankova, T.
(2002), Gelder P. V. and J.K. Vrijling (2004), dan Pradnyana, G., dkk (1997).
Disamping itu Software STAAD PRO 2004 menggunakan teori Morison
Equation dengan Wave Load Generator untuk menganalisa gaya-gaya gelombang
pada suatu struktur bangunan di pantai dan lepas pantai (Tutorial STAAD PRO,
2004).
Pada bab ini pembahasan difokuskan hanya pada gaya gelombang,
sedangkan mengenai dasar energi gelombang dapat dipelajari pada Bab 2 dan
yang khusus mempelajari mengenai energi gelombang beserta penerapannya
dapat dilihat pada Bab 12.

11.2. Persamaan Morison

Prinsip umum untuk menghitung gaya gelombang adalah dengan


mengintegralkan tekanan gelombang pada suatu segmen atau panjang struktur
dari dasar hingga permukaan air diam (still water level).
Pada Gambar 11.1, adalah ilustrasi penurunan rumus tekanan gelombang
pada suatu pilar silinder. Tekanan gelombang terdiri dari dua suku utama, yaitu
suku aliran tetap (steady) dan suku aliran tidak tetap (unsteady). Untuk kontribusi
tekanan pada aliran tetap, persamaan yang dihasilkan adalah gaya seret (drag) per
unit elevasi dFD yaitu.


dFD = ∫ p (a ,θ ) a cos θ dθ (11.1)
0

dengan
ρ U 2 (t )
p( a ,θ ) − p( l ,0 ) =
2
(1− 4 sin θ )
2
(11.2)

245
sehingga gaya

⎡ ρ U 2 (t ) ⎤
dFD = ∫ ⎢ ( )
1 − 4 sin 2 θ + p( l ,0 ) ⎥ a cos θ dθ (11.3)
0 ⎣ ⎦
2

r
θ
U(t) a

Gambar 11.1 Aliran potensial di sekeliling pilar silinder

Pada aliran unsteady bentuk kontribusi tekanan terhadap gaya yang


bekerja pada pilar silinder adalah seperti berikut


ρ dU (t ) 2π
ρ dU (t )
dFi = ∫ 2 a 2 cos 2 θ dθ − ∫ l a cos θ dθ (11.4)
0
dt 0
dt

Dimana suku kedua di sebelah kanan sama dengan adalah bernilai nol
(zero) karena hasil integralnya sangat kecil sehingga tidak ada kontribusi gaya.
Jadi suku pertama saja yang digunakan untuk menghasilkan gaya inersia seperti
berikut
ρ a 2 dU
dFi = 2π (11.5)
dt
atau dapat ditulis dalam bentuk umum sebagai berikut
dU
dFi = Cm ρ V (11.6)
dt
Dengan Cm adalah koefisien inersia untuk silinder yang setara dengan 2,
V adalah volume pilar silinder π a2. Cm atau koefisien inersia dapat dirumuskan
menjadi

246
Cm = 1 + km (11.7)
Dengan km adalah massa tambahan (added mass) yang tergantung dari
bentuk obyek apakah berbentuk silinder, kubus, persegi panjang, hemisphere, dan
lain-lain.

11.3. Gaya Gelombang pada Pilar Silinder


Gaya gelombang (wave forces) atau gaya ombak misalnya pada suatu
benda seperti tiang vertikal yang berdiri pada suatu kedalaman laut dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Morison sebagai berikut:
1
df = ρ C d A u u + ρ C mV a (11.8)
2
dengan :
df = gaya gelombang pada suatu segmen (N)
Cd dan Cm = koefisien gesekan dan koefisien inersia
A = lebar dimensi benda melintang arah gelombang (m)
V = luas dimensi benda tegak lurus vertikal arah gelombang (m2)
u , a = kecepatan (m/detik) dan percepatan partikel gelombang (m/detik2)
ρ = rapat massa gelombang (kg/m3)

Arah rambatan gelombang

u
w
f
u
df
h

s x

Gambar 11.2. Ilustrasi gaya gelombang pada silinder diameter kecil.

247
Gaya gelombang yang bekerja pada tiang silinder dapat dihitung dengan
mengintegralkan dari mulai dasar laut hingga ke muka air laut diam (still water
level), sehingga total gaya gelombang yang terjadi adalah penjumlahan daya seret
dan gaya inersia. Lebar dimensi atau diameter tiang adalah D dan luas tiang
adalah ¼ π D2 sehingga gaya gelombang dengan persamaan Morison adalah
seperti di bawah ini.
1 1
df = ρ C d D u u + ρ C m π D 2 a (11.9)
2 4
h
1 1
F = ∫ ρ Cd D u u + ρ Cm π D 2 a (11.10)
0
2 4

menjadi

F = CD D n E cos (k x − σ t ) cos (k x − σ t ) +
(11.11)
tanh kh sin (k x − σ t )
D
CM π D E
H

dengan :
F = gaya gelombang (N)
D = diameter tiang (m)
E = 1 8ρ g H 2
1⎛ 2 kh ⎞
n= ⎜⎜1 + ⎟
2 ⎝ sinh 2 kh ⎟⎠
x = 0 ( lokasi pilar silinder)

Total momen yang bekerja pada dasar pilar silinder dapat dihitung dengan rumus
berikut ini.

⎧⎪ ⎡ 1 ⎛ cosh 2 kh −1 + 2(kh )2 ⎞⎤ ⎫⎪
M = CD D n E cos (k x − σ t ) cos (k x − σ t ) ⎨h ⎢1− ⎜⎜ ⎟⎥ ⎬

⎪⎩ ⎢⎣ 2n ⎝ 2kh sinh 2 kh ⎠⎥⎦ ⎪⎭
⎧ ⎡ cosh kh − 1 ⎤ ⎫
+ CM π D E tanh kh sin (k x − σ t ) ⎨h ⎢1 −
D
⎥⎬ (11.12)
H ⎩ ⎣ kh sinh kh ⎦ ⎭

248
Pada Gambar 11.3 di bawah ini dapat dilihat gaya total gelombang
(diarsir) pada suatu panjang gelombang akibat variasi gaya seret (cd) dan gaya
inersia (cm). Terlihat puncak gaya inersia lebih besar dari puncak gaya seret.

Gambar 11.3. Gaya gelombang total dari variasi gaya seret dan gaya inersia pada
suatu panjang gelombang.

Gambar 11.4. di bawah ini adalah grafik untuk menentukan apakah gaya
seret (drag force) atau gaya inersia (inertia force) yang berpengaruh berdasarkan
parameter H/D dan d/L dimana H adalah tinggi gelombang, D adalah diemater
pilar, d atau h adalah kedalaman muka air diam (SWL), y adalah jarak segmen ke
muka air diam (SWL), dan L adalah panjang gelombang

249
Gambar 11.4. Gaya gelombang yang berpengaruh pada struktur silinder antara
gaya inersia dan gaya seret berdasar H/D dan d/L.

250
11.4. Gaya Gelombang pada Pilar Silinder Miring

Gambar 11.5. Pilar silinder miring dan koordinat polar


dengan φ adalah sudut polar pada bidang x-y dan ψ adalah sudut polar pada
bidang x-z. Besaran dari kecepatan normal ke arah sumbu silinder adalah sebagai
berikut.

[
Wn = u 2 + v 2 − (c x u + c y v ) ]
2 1/ 2
(11.13)

Komponen kecepatan dalam arah x, y dan z adalah


unx = u – cx (cx u +cy y)
uny = v – cy (cx u +cy y)
unz = – cz (cx u +cy y)
dengan
c x = sin φ cosψ
c y = cos φ (11.14)

c x = sin φ sinψ
Komponen percepatan dalam arah x, y dan z adalah
anx = ax – cx (cx ax +cy ay)
any = ay – cy (cx ax +cy ay) (11.15)
anz = cz (cx ax +cy ay)

251
sehingga gaya gelombang untuk arah x, y dan z untuk suatu segmen pada pilar
silinder yang miring adalah

⎧ fx ⎫ ⎧U nx ⎫ ⎧a nx ⎫
⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪
⎨ f y ⎬ = 0.5 ρ c D Wn ⎨U ny ⎬ + 0.25 πρ ci D ⎨a ny ⎬ (11.16)
⎪f ⎪ ⎪U ⎪ ⎪a ⎪
⎩ z⎭ ⎩ nz ⎭ ⎩ nz ⎭

Gaya gelombang yang terjadi pada arah x, y dan z pada pilar silinder yang miring
adalah dengan mengintegralkan untuk seluruh kedalaman dari dasar hingga muka
air diam (still water level).
h
Fx = ∫ f x ds
0

h
Fy = ∫ f x ds (11.17)
0

h
Fz = ∫ f x ds
0

Jika pada persamaan morison untuk menghitung gaya gelombang dimasukkan


pengaruh kecepatan arus akibat adanya angin dan arus akibat pengaruh pasang
surut maka dihitung dengan rumus berikut.
17
⎛ y⎞
uT ( y ) = u oT ⎜ ⎟ (kecepatan arus akibat pasang surut) (11.18)
⎝d ⎠
17
⎛ y⎞
uT ( y ) = u oT ⎜ ⎟ ( kecepatan arus akibat angin) (11.19)
⎝d ⎠

11.5. Gaya Gelombang pada Kelompok Pilar Silinder


Untuk mencari gaya horisontal pad suatu kelompok pilar silinder (groups
of vertical cylindrical) beberapa pendekatan perlu dilakukan dalam menyelesaikan
persamaan gaya gelombang yang terjadi. Pertama adalah menentukan titik

252
koordinat referensi yang biasanya ditentukan pada salah satu titik di mana pilar
berada yang ditentukan dengan persamaan berikut
xn = ln cos α n (11.20)

dengan subscript n menunukk pada pilar yang ditentukan dan ln serta α n

ditentukan berdasarkan pada Gambar 11.6 di bawah ini.

P1

l1

P2
α1 l2
x
α2
α3 Arah rambatan gelombang
l3
Titik referensi
pilar
P3

Gambar 11.6. Ilustrasi kelompok pilar silinder untuk mengitung gaya gelombang

Sudut fase gelombang dihitung dengan rumus


2π x 2π t
θ= − (11.21)
L T
sehingga Ftotal adalah
N −1
Ftotal = ∑F( x
n =0
r + xn ) (11.22)

dengan
N = total jumlah tiang dalam kelompok
xn = ln cos α n

xr = lokasi dari titk refernsi tarhadap puncak gelombang

253
11.6. Faktor Koreksi Gaya Gelombang
Hitungan gaya gelombang pada pilar silinder dengan menggunakan
persamaan Morison harus dikoreksi dengan faktor koreksi Kim dan KDm (SPM,
1984). Faktor koreksi pada prinsipnya diperlukan karena hitungan gaya
gelombang sesungguhnya merupakan fungsi dari koefisien drag dan inersia yang
nilainya selalu berubah-ubah atau tidak linier. Faktor koerksi diperoleh dari
pembacaan Grafik dengan menghitung parameter pendahuluan untuk memperoleh
nilai Kim dan KDm yaitu.
d
(11.23)
gT 2
Gaya gelombang pada pilar silinder dengan persamaan Morison setelah
faktor koreksi adalah sebagai berikut
πD 2
Fim = c m ρ g H K im (gaya inersia) (11.24)
4
1
FDm = c D ρ g D H 2 K Dm (gaya seret / drag) (11.25)
2

Nilai koefisien CD dan Cm sesungguhnya bervariasi berdasarkan pada nilai


bilangan Reynold dimana :
a. untuk nilai CD.
Aliran bersifat subkritis dengan nilai Re < 1 x 105 nilai CD relatif kosntan
(=1.2). Untuk aliran bersifat transisi dengan nilai 1 x 105 < Re < 4 x 105 nilai CD
relatif bervariasi. Untuk aliran bersifat superkritis dengan nilai Re > 4 x 105 nilai
CD relatif konstan ( = 0.6 – 0.7).
b. untuk nilai Cm.
Aliran bersifat subkritis dengan nilai Re < 2.5 x 105 nilai Cm relatif
kosntan (=2.0). Untuk aliran bersifat transisi dengan nilai 2.5 x 105 < Re < 5 x 105
nilai Cm relatif bervariasi (= 2.5 hingga Re/5 x 105). Untuk aliran bersifat
superkritis dengan nilai Re > 5 x 105 nilai Cm relatif konstan ( = 1.5).

254
Dengan membaca pada Gambar 11.7 dan Gambar 11.8 di bawah ini dan
ditarik garis vertikal yang memotong dengan garis pada teori gelombang linier
Airy, maka nilai Kim dan KDm dapat ditentukan.

Sumber : USACE, 2000


Gambar 11.7. Grafik Kim tarhadap d/gT2

255
Sumber : USACE, 2000
Gambar 11.8. Grafik KDm tarhadap d/gT2

256
11.7. Gaya Gelombang pada Struktur Besar
Suatu struktur bangunan pemecah gelombang yang sangat besar rumus
yang dipakai adalah berdasarkan teori gelombang difraksi. Pada struktur yang
sangat besar, gaya yang dominan adalah gaya inersia (inertia force) sedangan
gaya seret (drag force) menjadi tidak diperhitungkan karena sangat kecil. Gambar
11.9. berikut adalah gaya-gaya yang bekerja pada suatu bentuk persegi panjang
(rectangular object).

l3

l1

Gambar 11.9. Tekanan dinamik gelombang pada obyek persegipanjang

Rumus yang dipakai untuk menganalisa kekuatan dan kestabilan struktur


terhadap gaya-gaya gelombang dimana dimensi struktur lebih besar dibandingkan
dengan panjang gelombang adalah sebagai berikut.

sinh (kl3 / 2) sin (kl1 / 2) ∂u


Fx = C h * ρ V (11.26)
kl3 / 2 kl1 / 2 ∂t
dengan :
Fx = adalah horizontal
Ch = koefisien bentuk persegi panjang 1.5 (Chakrabarti, 1987)
ρ = rapat massa laut (=1025 kg/m3)

257
V = Volume obyek persegi panjang

k = 2π
L
l1 , l 2 dan l3 = berturut-turut adalah lebar, panjang dan tinggi obyek,
dimana l2 adalah dimensi yang melintang arah rambatan
gelombang
∂u
= percepatan partikel gelombang (m/detik2)
∂t

11.8. Gaya-gaya Gelombang pada Struktur Terapung


Pada suatu struktur besar yang terapung di laut seperti ditunjukkan pada
Gambar 11.10. di bawah ini

y
Arah rambatan
gelombang

Dimensi struktur
terapung x
(Floating Body)

Gambar 11.10. Rambatan gelombang pada struktur sangat besar

258
Gaya-gaya yang bekerja dan persamaan yang digunakan adalah sebagai
berikut.
Persamaan perpindahan muka air dapat dihitung dengan persamaan

cos (k x x + k y y − σ t )
H
η= (11.27)
2
dengan
kx = k cos θ
ky = k sin θ

σ 2 = gk tanh kh

Bidang tekanan di bawah permukaan gelombang adalah

ρgH cosh k (h + z )
p= cos (k x x + k y y − σ t ) (11.28)
2 cosh kh

Gaya gelombang yang bekerja pada struktur sangat besar dengan demikian
adalah sebagai berikut.

− 4 ρ g ( H / 2) (sinh kh − sinh k (h − d )) k l k yx l y
Fx = sin x x sin sin σ t (11.29)
ky k cosh kh 2 2

dengan d adalah draft dari obyek benda tersebut.

11.9. Stabilitas Struktur Terhadap Gaya-gaya yang Bekerja


Kestabilan struktur merupakan penjumlahan gaya-gaya dan berat
konstruksi yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Gaya Apung
Flift = ρ V (11.30)

Gaya Angkat
V2
Flift = C L ρ S (11.31)
2

259
Berat Konstruksi

⎡ Forcewave ⎤
WeightDry = ⎢ ⎥ + ForceBuoyancy + Force Lift
⎣ µ ⎦ (11.32)
Gaya total horisontal
Fx * Fs = µ *(Berat konstruksi – Gaya apung – Gaya angkat) (11.33)
dengan:
Fs = angka aman diambil 1.5 (diasumsikan jarang terjadi gelombang besar)
Berat konstruksi = berat volume stuktur total (Ton)
Gaya apung = densitas air laut * volume obyek atau struktur (N)
Gaya angkat = koef. angkat * ρ * Luas tampang dasar struktur * Kecepatan
partikel gelombang (N)
µ = tahanan geser (diambil 0.5 karena asumsi bahwa dasar pantai adalah
pasir/lumpur)

Faktor keamanan (FS) bertujuan untuk menghindari kondisi atau keadaan


yang membahayakan struktur akibat pengaruh-pengaruh yang tidak atau belum
diketahui. Faktor keamanan struktur sebagai berikut.
Force wave * FS = Forceresisting (11.34)

11.10. Prediksi Gaya Gelombang dengan Pendekatan Spektrum Gelombang


Penerapan metode spektrum untuk menghitung gaya gelombang pada
suatu pilar silinder telah dilakukan oleh Borgman (1965). Gaya gelombang pada
suatu segmen sepanjang ds gaya gelombang dF adalah

⎛1 1 ⎞
df = ⎜ ρ C d D u m2 cos σ t cos σ t − ρ C m π D 2 u m σ sin σ t ⎟ ds (11.35)
⎝2 4 ⎠

Untuk dapat menerapkan pendekatan spektrum gelombang, perlu


melinierkan persamaan 11.35 menjadi bentuk persamaan 11.36 berikut ini.

260
⎛1 1 ⎞
df = ⎜ ρ C dL D u m cos σ t − ρ C m π D 2 u m σ sin σ t ⎟ ds (11.36)
⎝2 4 ⎠

dengan
8
CdL = C D U rms (11.37)
π

Borgman menunjukkan bahwa spectrum gaya Sdf( σ ) berhubungan dengan


spektrum permukaan air yaitu.

Sdf( σ ) = X df (σ ) Sη (σ )
2
(11.38)

dengan
⎧⎪⎡ C ρ D 8 2
⎤ ⎡CM ρ π D 2 ⎤
2
⎫⎪
X df (σ ) U rms X u (σ , s )⎥ + ⎢ X u (σ , s )σ ⎥
2
= ⎨⎢ D
⎬ (11.39)
⎪⎩⎣ 2 π ⎦ ⎣ 4 ⎦ ⎪⎭

dengan
um
X u (σ , s ) ≡
cosh ks
=σ (11.40)
η sinh kh

∫ X (σ , s ) Sη (σ ) dσ
2
U rms u (11.41)
0

Integrasi gaya gelombang pada seluruh kedalaman pada suatu pilar


silinder adalah seperti persamaan berikut.

⎧⎪⎡⎛ C ρ D ⎞ 2 8 ⎤ ⎡⎛ C M ρ π D 2 ⎞
2
⎤ ⎫⎪
S f (σ ) = ⎨⎢⎜ D ⎟ σ G (σ ) +
⎥ ⎜ ⎢⎜ ⎟
⎟ G (σ ) ⎥ ⎬ Sη (σ ) (11.42)
π
1 2

⎪⎩⎣⎝ 2 ⎠ ⎥
⎦ ⎣ ⎢⎝ 4 ⎠ ⎥⎦ ⎪⎭

dengan
h

∫ U (S )cosh ks ds
rms

G1 (σ ) = 0 (11.43)
sinh kh

261
σ2
G2 (σ ) = (11.44)
k

11.11. Contoh Aplikasi Perhitungan Gaya Gelombang pada Pilar Silinder


11.11.1 Gaya Gelombang Nonlinier pada Pilar Silinder.
Perhitungan gaya gelombang akan diterapkan pada suatu suatu struktur
tiang vertikal tunggal (single pile) seperti Gambar 11.11 di bawah ini. Gaya
gelombang dihitung dengan persamaan Morison dengan input data tinggi
gelombang H = 10.660 m, periode T=9.27 detik, kedalaman (d) = 22.860 m,
diameter tiang silinder = 1.2192 m, Koef. Drag (cd) = 1, Koef. Inersia (ci) = 2.
kecepatan arus =1.5 m/detik, rapat massa air laut ( ρ )=1025 kg/m3 (Noorzaei,
2005).

Gambar 11.11. Model percobaan gaya gelombang pada Tiang Vertikal Silinder

Gambar 11.12. menunjukkan hasil hitungan gaya gelombang dan


perbandingan antara teori gelombang linier dan gelombang nonlinier untuk
berbagai sudut phase. Rumus lengkap gaya gelombang untuk penggunaan

262
persamaan Morison dengan teori gelombang linier dan gelombang nonlinier dapat
dilihat pada Bab 3 tentang gelombang nonlinier

PERBANDINGAN WAVE FORCE/GAYA GELOMBANG


LINIER DAN NONLINIER
DATA: H=10.660m, T=9.27 detik, d=22.860m
600
NONLINIER
500
LINIER
400
WAVE FORCE

300
(KN)

200
100
0
-100 0 50 100 150 200 250 300 350

-200
PHASE (DERAJAT)

Gambar 11.12. Perbandingan Gaya Gelombang Linier dan Nonlinier

Gaya gelombang nonlinier Stoke orde 5 terlihat puncaknya tetap lebih


tinggi dan sedikit meruncing dibanding gelombang linier Airy sedangkan lembah
gelombang pada gelombang nonlinier Stoke orde V polanya hamper sama
dibanding dengan gelombang linier Airy.
Pada sudut phase 00 dan 3600 masing-masing gelombang linier dan
nonlinier mempunyai gaya gelombang yang maksimum, yaitu 349.712 KN
(linier) dan 361.141 KN (nonlinier). Tekanan gelombang linier mendekati nol
pada phase sekitar 650 dan 1900 sedangkan pada gelombang nonlinier terjadi pada
sudut phase 500 dan 2250.
Terlihat pada sudut phase 00, Gaya gelombang linier lebih rendah 0.05%
dibanding tekanan gelombang nonlinier. Gaya gelombang linier minimum terjadi
pada sudut phase 1050 yaitu -139.458 KN dan nonlinier terjadi pada sudut phase
1150 yaitu -144.8 KN.

263
11.11.2. Gaya Gelombang pada Pilar Tunggal dengan Faktor Koreksi (SPM,
1984)
Gelombang dengan tinggi gelombang H = 10 m dan periode T = 12 detik
dengan kedalaman 26 m menerpa sebuah tiang silinder dengan diameter 1.25 m.
Hitung variasi gaya gelombang dengan variasi sudut fase berdasarkan teori
gelombang linier Airy.
Tabel 11.1 Gaya Gelombang pada Pilar Tunggal
Data Parameter
H 10 m
cd 0.7 -
cm 1.5 -
d 26 m
g 9.8 m/detik2
T 12 detik
d/(gt2) 0.018424036 -
Kim 0.38 -
kDm 0.2 -
Baca dari Grafik
Fim 70306.29 70.30629 kN
Fdm 87910.9 87.9109 kN Trial and error dari
L 168.295 m persamaan panjang
D 1.25 m gelombang bab 2

Gaya Gelombang pada satu Pilar dengan variasi Fase


f total
deg x fi fd (deg) f(-deg)

0 0.0 0.0 87.9 87.9 87.9


20 9.5 24.1 77.6 101.7 53.6
40 19.5 45.2 51.6 96.8 6.4
60 28.5 60.9 21.9 82.8 -39.0
80 38.0 69.2 2.6 71.9 -66.6
100 47.5 69.2 -2.7 66.6 -71.9
120 57.0 60.9 -22.0 38.8 -82.9
140 66.5 45.1 -51.7 -6.5 -96.8
160 76.0 24.0 -77.7 -53.7 -101.7
180 85.5 -0.1 -87.9 -88.0 -87.8
Gaya Total Maksimum 101.7

Gaya gelombang total kemudian dapat dibuat grafik berdasarkan variasi


sudut fase seperti pada Gambar 11.13. di bawah ini.

264
Variasi Gaya Gelombang untuk 1 Pilar terhadap
120.0
Sudut Fase
100.0 F(deg)

Gaya Gelombang Total ( kN)


80.0 F(-deg)
60.0
40.0
20.0
0.0
-20.0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
-40.0
-60.0
-80.0
-100.0
-120.0
Fase (derajat)

Gambar 11.13. Variasi gaya gelombang pada satu pilar terhadap perubahan fase

11.11.3. Gaya Gelombang pada 2 Pilar (pile group) dengan Faktor Koreksi
(SPM, 1984)
Gelombang dengan tinggi gelombang H = 10 m dan periode T = 12 detik
dengan kedalaman 26 m menerpa sebuah tiang silinder dengan diameter 1.25 m.
Hitung variasi gaya gelombang pada dua pilar dengan jarak 30 m dengan arah
rambat gelombang 300 dari titik referensi pilar (sumbu x) dengan variasi sudut
fase berdasarkan teori gelombang linier Airy.
Jawaban

xn = ln cos (300)
xn = 26 m
2π x
θn = = 0.96 rad =54.70
L

Selanjutnya gaya-gaya gelombang dihitung dan hasilnya ditabelkan


seperti di bawah ini.

265
Tabel 11.2 Gaya Gelombang pada 2 Pilar
Data Parameter
H 10 m
cd 0.7 -
cm 1.5 -
d 26 m
g 9.8 m/detik2
T 12 detik
d/(gt2) 0.018424036 -
Kim 0.38 -
kDm 0.2 -
Fim 70306.29 70.30629 kN
Fdm 87910.9 87.9109 kN
L 168.295 m
D 1.25 m
jarak 30 m

Gaya Gelombang pada dua Pilar dengan Variasi Fase


deg x fi fd f total (deg) f(-deg)

0 0.0 57.6 116.8 174.4 59.2


20 26.0 81.7 106.5 188.2 24.8
40 26.0 102.8 80.5 183.3 -22.4
60 26.0 118.5 50.8 169.3 -67.7
80 26.0 126.9 31.5 158.4 -95.3
100 26.0 126.8 26.2 153.1 -100.6
120 26.0 118.5 6.8 125.3 -111.6
140 26.0 102.7 -22.8 80.0 -125.5
160 26.0 81.6 -48.8 32.8 -130.4
180 26.0 57.5 -59.0 -1.5 -116.5
Gaya Total Maksimum 188.2

Gaya gelombang total pada dua pilar (pile group) kemudian dapat dibuat
grafik berdasarkan variasi sudut fase sebagai berikut.

266
Variasi Gaya Gelombang untuk 2 Pilar terhadap
220
Sudut Fase
200 F(deg)
180
160
Gaya Gelombang Total (kN)
F(-deg)
140
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
-60
-80
-100
-120
-140
-160
Fase (derajat)

Gambar 11.14. Variasi gaya gelombang pada 2 pilar terhadap perubahan fase

RANGKUMAN

1. Gaya gelombang penting dalam perencanaan suatu bangunan pantai.


2. Persamaan Morison digunakan untuk struktur yang kecil seperti
tiang/pilar. Pada struktur yang kecil, gaya yang dominan adalah gaya
seret (drag force)
3. Persamaan difraksi digunakan untuk struktur yang sangat besar. Pada
struktur yang sangat besar, gaya yang dominan adalah gaya inersia
(inertia force)

267

Anda mungkin juga menyukai