Gaya Gelombang
11.1. Pendahuluan
244
dimana dimensi rangka hampir sama atau lebih besar dibanding dengan panjang
gelombang laut (ocean wave length)
Dari tiga teori tersebut, Morison Equation yang paling sering digunakan
dan diteliti oleh para ahli seperti Dean dan Dalrymple (1995), Avi, P. (1996), J.D.
Sorensen dan M.J. Sterndorff ( 2001), K. Mittendorf, dkk (2002), Yankova, T.
(2002), Gelder P. V. and J.K. Vrijling (2004), dan Pradnyana, G., dkk (1997).
Disamping itu Software STAAD PRO 2004 menggunakan teori Morison
Equation dengan Wave Load Generator untuk menganalisa gaya-gaya gelombang
pada suatu struktur bangunan di pantai dan lepas pantai (Tutorial STAAD PRO,
2004).
Pada bab ini pembahasan difokuskan hanya pada gaya gelombang,
sedangkan mengenai dasar energi gelombang dapat dipelajari pada Bab 2 dan
yang khusus mempelajari mengenai energi gelombang beserta penerapannya
dapat dilihat pada Bab 12.
2π
dFD = ∫ p (a ,θ ) a cos θ dθ (11.1)
0
dengan
ρ U 2 (t )
p( a ,θ ) − p( l ,0 ) =
2
(1− 4 sin θ )
2
(11.2)
245
sehingga gaya
2π
⎡ ρ U 2 (t ) ⎤
dFD = ∫ ⎢ ( )
1 − 4 sin 2 θ + p( l ,0 ) ⎥ a cos θ dθ (11.3)
0 ⎣ ⎦
2
r
θ
U(t) a
2π
ρ dU (t ) 2π
ρ dU (t )
dFi = ∫ 2 a 2 cos 2 θ dθ − ∫ l a cos θ dθ (11.4)
0
dt 0
dt
Dimana suku kedua di sebelah kanan sama dengan adalah bernilai nol
(zero) karena hasil integralnya sangat kecil sehingga tidak ada kontribusi gaya.
Jadi suku pertama saja yang digunakan untuk menghasilkan gaya inersia seperti
berikut
ρ a 2 dU
dFi = 2π (11.5)
dt
atau dapat ditulis dalam bentuk umum sebagai berikut
dU
dFi = Cm ρ V (11.6)
dt
Dengan Cm adalah koefisien inersia untuk silinder yang setara dengan 2,
V adalah volume pilar silinder π a2. Cm atau koefisien inersia dapat dirumuskan
menjadi
246
Cm = 1 + km (11.7)
Dengan km adalah massa tambahan (added mass) yang tergantung dari
bentuk obyek apakah berbentuk silinder, kubus, persegi panjang, hemisphere, dan
lain-lain.
u
w
f
u
df
h
s x
247
Gaya gelombang yang bekerja pada tiang silinder dapat dihitung dengan
mengintegralkan dari mulai dasar laut hingga ke muka air laut diam (still water
level), sehingga total gaya gelombang yang terjadi adalah penjumlahan daya seret
dan gaya inersia. Lebar dimensi atau diameter tiang adalah D dan luas tiang
adalah ¼ π D2 sehingga gaya gelombang dengan persamaan Morison adalah
seperti di bawah ini.
1 1
df = ρ C d D u u + ρ C m π D 2 a (11.9)
2 4
h
1 1
F = ∫ ρ Cd D u u + ρ Cm π D 2 a (11.10)
0
2 4
menjadi
F = CD D n E cos (k x − σ t ) cos (k x − σ t ) +
(11.11)
tanh kh sin (k x − σ t )
D
CM π D E
H
dengan :
F = gaya gelombang (N)
D = diameter tiang (m)
E = 1 8ρ g H 2
1⎛ 2 kh ⎞
n= ⎜⎜1 + ⎟
2 ⎝ sinh 2 kh ⎟⎠
x = 0 ( lokasi pilar silinder)
Total momen yang bekerja pada dasar pilar silinder dapat dihitung dengan rumus
berikut ini.
⎧⎪ ⎡ 1 ⎛ cosh 2 kh −1 + 2(kh )2 ⎞⎤ ⎫⎪
M = CD D n E cos (k x − σ t ) cos (k x − σ t ) ⎨h ⎢1− ⎜⎜ ⎟⎥ ⎬
⎟
⎪⎩ ⎢⎣ 2n ⎝ 2kh sinh 2 kh ⎠⎥⎦ ⎪⎭
⎧ ⎡ cosh kh − 1 ⎤ ⎫
+ CM π D E tanh kh sin (k x − σ t ) ⎨h ⎢1 −
D
⎥⎬ (11.12)
H ⎩ ⎣ kh sinh kh ⎦ ⎭
248
Pada Gambar 11.3 di bawah ini dapat dilihat gaya total gelombang
(diarsir) pada suatu panjang gelombang akibat variasi gaya seret (cd) dan gaya
inersia (cm). Terlihat puncak gaya inersia lebih besar dari puncak gaya seret.
Gambar 11.3. Gaya gelombang total dari variasi gaya seret dan gaya inersia pada
suatu panjang gelombang.
Gambar 11.4. di bawah ini adalah grafik untuk menentukan apakah gaya
seret (drag force) atau gaya inersia (inertia force) yang berpengaruh berdasarkan
parameter H/D dan d/L dimana H adalah tinggi gelombang, D adalah diemater
pilar, d atau h adalah kedalaman muka air diam (SWL), y adalah jarak segmen ke
muka air diam (SWL), dan L adalah panjang gelombang
249
Gambar 11.4. Gaya gelombang yang berpengaruh pada struktur silinder antara
gaya inersia dan gaya seret berdasar H/D dan d/L.
250
11.4. Gaya Gelombang pada Pilar Silinder Miring
[
Wn = u 2 + v 2 − (c x u + c y v ) ]
2 1/ 2
(11.13)
c x = sin φ sinψ
Komponen percepatan dalam arah x, y dan z adalah
anx = ax – cx (cx ax +cy ay)
any = ay – cy (cx ax +cy ay) (11.15)
anz = cz (cx ax +cy ay)
251
sehingga gaya gelombang untuk arah x, y dan z untuk suatu segmen pada pilar
silinder yang miring adalah
⎧ fx ⎫ ⎧U nx ⎫ ⎧a nx ⎫
⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪
⎨ f y ⎬ = 0.5 ρ c D Wn ⎨U ny ⎬ + 0.25 πρ ci D ⎨a ny ⎬ (11.16)
⎪f ⎪ ⎪U ⎪ ⎪a ⎪
⎩ z⎭ ⎩ nz ⎭ ⎩ nz ⎭
Gaya gelombang yang terjadi pada arah x, y dan z pada pilar silinder yang miring
adalah dengan mengintegralkan untuk seluruh kedalaman dari dasar hingga muka
air diam (still water level).
h
Fx = ∫ f x ds
0
h
Fy = ∫ f x ds (11.17)
0
h
Fz = ∫ f x ds
0
252
koordinat referensi yang biasanya ditentukan pada salah satu titik di mana pilar
berada yang ditentukan dengan persamaan berikut
xn = ln cos α n (11.20)
P1
l1
P2
α1 l2
x
α2
α3 Arah rambatan gelombang
l3
Titik referensi
pilar
P3
Gambar 11.6. Ilustrasi kelompok pilar silinder untuk mengitung gaya gelombang
dengan
N = total jumlah tiang dalam kelompok
xn = ln cos α n
253
11.6. Faktor Koreksi Gaya Gelombang
Hitungan gaya gelombang pada pilar silinder dengan menggunakan
persamaan Morison harus dikoreksi dengan faktor koreksi Kim dan KDm (SPM,
1984). Faktor koreksi pada prinsipnya diperlukan karena hitungan gaya
gelombang sesungguhnya merupakan fungsi dari koefisien drag dan inersia yang
nilainya selalu berubah-ubah atau tidak linier. Faktor koerksi diperoleh dari
pembacaan Grafik dengan menghitung parameter pendahuluan untuk memperoleh
nilai Kim dan KDm yaitu.
d
(11.23)
gT 2
Gaya gelombang pada pilar silinder dengan persamaan Morison setelah
faktor koreksi adalah sebagai berikut
πD 2
Fim = c m ρ g H K im (gaya inersia) (11.24)
4
1
FDm = c D ρ g D H 2 K Dm (gaya seret / drag) (11.25)
2
254
Dengan membaca pada Gambar 11.7 dan Gambar 11.8 di bawah ini dan
ditarik garis vertikal yang memotong dengan garis pada teori gelombang linier
Airy, maka nilai Kim dan KDm dapat ditentukan.
255
Sumber : USACE, 2000
Gambar 11.8. Grafik KDm tarhadap d/gT2
256
11.7. Gaya Gelombang pada Struktur Besar
Suatu struktur bangunan pemecah gelombang yang sangat besar rumus
yang dipakai adalah berdasarkan teori gelombang difraksi. Pada struktur yang
sangat besar, gaya yang dominan adalah gaya inersia (inertia force) sedangan
gaya seret (drag force) menjadi tidak diperhitungkan karena sangat kecil. Gambar
11.9. berikut adalah gaya-gaya yang bekerja pada suatu bentuk persegi panjang
(rectangular object).
l3
l1
257
V = Volume obyek persegi panjang
k = 2π
L
l1 , l 2 dan l3 = berturut-turut adalah lebar, panjang dan tinggi obyek,
dimana l2 adalah dimensi yang melintang arah rambatan
gelombang
∂u
= percepatan partikel gelombang (m/detik2)
∂t
y
Arah rambatan
gelombang
Dimensi struktur
terapung x
(Floating Body)
258
Gaya-gaya yang bekerja dan persamaan yang digunakan adalah sebagai
berikut.
Persamaan perpindahan muka air dapat dihitung dengan persamaan
cos (k x x + k y y − σ t )
H
η= (11.27)
2
dengan
kx = k cos θ
ky = k sin θ
σ 2 = gk tanh kh
ρgH cosh k (h + z )
p= cos (k x x + k y y − σ t ) (11.28)
2 cosh kh
Gaya gelombang yang bekerja pada struktur sangat besar dengan demikian
adalah sebagai berikut.
− 4 ρ g ( H / 2) (sinh kh − sinh k (h − d )) k l k yx l y
Fx = sin x x sin sin σ t (11.29)
ky k cosh kh 2 2
Gaya Angkat
V2
Flift = C L ρ S (11.31)
2
259
Berat Konstruksi
⎡ Forcewave ⎤
WeightDry = ⎢ ⎥ + ForceBuoyancy + Force Lift
⎣ µ ⎦ (11.32)
Gaya total horisontal
Fx * Fs = µ *(Berat konstruksi – Gaya apung – Gaya angkat) (11.33)
dengan:
Fs = angka aman diambil 1.5 (diasumsikan jarang terjadi gelombang besar)
Berat konstruksi = berat volume stuktur total (Ton)
Gaya apung = densitas air laut * volume obyek atau struktur (N)
Gaya angkat = koef. angkat * ρ * Luas tampang dasar struktur * Kecepatan
partikel gelombang (N)
µ = tahanan geser (diambil 0.5 karena asumsi bahwa dasar pantai adalah
pasir/lumpur)
⎛1 1 ⎞
df = ⎜ ρ C d D u m2 cos σ t cos σ t − ρ C m π D 2 u m σ sin σ t ⎟ ds (11.35)
⎝2 4 ⎠
260
⎛1 1 ⎞
df = ⎜ ρ C dL D u m cos σ t − ρ C m π D 2 u m σ sin σ t ⎟ ds (11.36)
⎝2 4 ⎠
dengan
8
CdL = C D U rms (11.37)
π
Sdf( σ ) = X df (σ ) Sη (σ )
2
(11.38)
dengan
⎧⎪⎡ C ρ D 8 2
⎤ ⎡CM ρ π D 2 ⎤
2
⎫⎪
X df (σ ) U rms X u (σ , s )⎥ + ⎢ X u (σ , s )σ ⎥
2
= ⎨⎢ D
⎬ (11.39)
⎪⎩⎣ 2 π ⎦ ⎣ 4 ⎦ ⎪⎭
dengan
um
X u (σ , s ) ≡
cosh ks
=σ (11.40)
η sinh kh
∫ X (σ , s ) Sη (σ ) dσ
2
U rms u (11.41)
0
⎧⎪⎡⎛ C ρ D ⎞ 2 8 ⎤ ⎡⎛ C M ρ π D 2 ⎞
2
⎤ ⎫⎪
S f (σ ) = ⎨⎢⎜ D ⎟ σ G (σ ) +
⎥ ⎜ ⎢⎜ ⎟
⎟ G (σ ) ⎥ ⎬ Sη (σ ) (11.42)
π
1 2
⎢
⎪⎩⎣⎝ 2 ⎠ ⎥
⎦ ⎣ ⎢⎝ 4 ⎠ ⎥⎦ ⎪⎭
dengan
h
∫ U (S )cosh ks ds
rms
G1 (σ ) = 0 (11.43)
sinh kh
261
σ2
G2 (σ ) = (11.44)
k
Gambar 11.11. Model percobaan gaya gelombang pada Tiang Vertikal Silinder
262
persamaan Morison dengan teori gelombang linier dan gelombang nonlinier dapat
dilihat pada Bab 3 tentang gelombang nonlinier
300
(KN)
200
100
0
-100 0 50 100 150 200 250 300 350
-200
PHASE (DERAJAT)
263
11.11.2. Gaya Gelombang pada Pilar Tunggal dengan Faktor Koreksi (SPM,
1984)
Gelombang dengan tinggi gelombang H = 10 m dan periode T = 12 detik
dengan kedalaman 26 m menerpa sebuah tiang silinder dengan diameter 1.25 m.
Hitung variasi gaya gelombang dengan variasi sudut fase berdasarkan teori
gelombang linier Airy.
Tabel 11.1 Gaya Gelombang pada Pilar Tunggal
Data Parameter
H 10 m
cd 0.7 -
cm 1.5 -
d 26 m
g 9.8 m/detik2
T 12 detik
d/(gt2) 0.018424036 -
Kim 0.38 -
kDm 0.2 -
Baca dari Grafik
Fim 70306.29 70.30629 kN
Fdm 87910.9 87.9109 kN Trial and error dari
L 168.295 m persamaan panjang
D 1.25 m gelombang bab 2
264
Variasi Gaya Gelombang untuk 1 Pilar terhadap
120.0
Sudut Fase
100.0 F(deg)
Gambar 11.13. Variasi gaya gelombang pada satu pilar terhadap perubahan fase
11.11.3. Gaya Gelombang pada 2 Pilar (pile group) dengan Faktor Koreksi
(SPM, 1984)
Gelombang dengan tinggi gelombang H = 10 m dan periode T = 12 detik
dengan kedalaman 26 m menerpa sebuah tiang silinder dengan diameter 1.25 m.
Hitung variasi gaya gelombang pada dua pilar dengan jarak 30 m dengan arah
rambat gelombang 300 dari titik referensi pilar (sumbu x) dengan variasi sudut
fase berdasarkan teori gelombang linier Airy.
Jawaban
xn = ln cos (300)
xn = 26 m
2π x
θn = = 0.96 rad =54.70
L
265
Tabel 11.2 Gaya Gelombang pada 2 Pilar
Data Parameter
H 10 m
cd 0.7 -
cm 1.5 -
d 26 m
g 9.8 m/detik2
T 12 detik
d/(gt2) 0.018424036 -
Kim 0.38 -
kDm 0.2 -
Fim 70306.29 70.30629 kN
Fdm 87910.9 87.9109 kN
L 168.295 m
D 1.25 m
jarak 30 m
Gaya gelombang total pada dua pilar (pile group) kemudian dapat dibuat
grafik berdasarkan variasi sudut fase sebagai berikut.
266
Variasi Gaya Gelombang untuk 2 Pilar terhadap
220
Sudut Fase
200 F(deg)
180
160
Gaya Gelombang Total (kN)
F(-deg)
140
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
-60
-80
-100
-120
-140
-160
Fase (derajat)
Gambar 11.14. Variasi gaya gelombang pada 2 pilar terhadap perubahan fase
RANGKUMAN
267