Gelombang Nonlinier
3.1. Umum.
Gelombang di laut adalah gelombang yang acak dan irreguler. Anggapan
bahwa gelombang di laut mempunyai amplitudo kecil (small amplitude wave)
tidak selamanya benar. Teori gelombang linier Airy hanyalah teori pendekatan
(approximation theory) dalam menggambarkan fenomena fisik gelombang.
Gelombang linier mengabaikan suku nonlinier (nonlinear term) pada persamaan
Bernoulli sehingga belum sepenuhnya memberikan gambaran yang orisinil
mengenai profil dan karakteristik gelombang laut (ocean wave). Gelombang di
laut adalah gelombang acak dan ireguler sehingga sering disebut gelombang
pendek (short wave) seperti dapat dilihat pada Gambar 3.1. di bawah ini.
53
Sedangkan gelombang di laut dangkal (shallow water) adalah gelombang
yang sudah jauh dari pusat pembangkitannya sehingga menjadi bersifat reguler
dan teratur.
Melalui riset dan pengamatan di lapangan dan di laboratorium yang sudah
dilakukan oleh banyak peneliti, membuktikan bahwa gerak orbital partikel
gelombang sesungguhnya tidak simetris, tidak tertutup dan tidak berputar secara
stasioner pada titik pusat yang tetap namun merupakan gerak partikel yang
asimetri, terbuka dan maju ke depan sesuai dengan arah rambat gelombang. Pola
gerakan gelombang di laut yang sesungguhnya dapat dilihat secara ilustratif pada
Gambar 3.2. di bawah ini.
54
Gerak maju orbit spiral gelombang gerak orbit yang terbuka dan maju
(zoom)
h 1
> (3.1)
L 8
atau
atau
Ur < 79 (3.3)
55
Teori gelombang Stokes Orde V secara ringkas dapat ditulis rumusnya
sebagai berikut (Chaplin, 1970 dan Noorzaei , 2005). Elevasi muka air untuk teori
gelombang nonlinier Stokes orde 5 adalah seperti berikut.
1 5
η= ∑ Fn cos n (kx − σ t )
k n =1
(3.4)
dan persamaan
[
kh tanh (kh ) 1 + λ3 C1 + λ4 C 2 = 4 π 2 ] h
gT 2
(3.6)
σ 5
cosh nky
u=
k
∑G n =1
n
sinh nkd
cos n(k .x − σ .t ) (3.7)
σ 5
sinh nky
v=
k
∑G n =1
n
sinh nkd
sin n(k .x − σ .t ) (3.8)
− kc 2 5
ay =
2
∑S
n =1
n cos n(k .x − σ .t ) (3.10)
56
Koefisien-koefisien yang merupakan fungsi dari Rn dan Sn:
cosh nky
U n = Gn (2.41) (3.13)
sinh nkd
sinh nky
Vn = G n (3.14)
sinh nkd
Suku-suku yang dihitung atau diiterasi untuk mendapatkan nilai lamda (λ),
nilai Un dan Gn, nilai ax dan ay adalah sebaagi berikut.
F1 = λ
F2 = λ2Β22 + λ4Β24
F3 = λ3Β33 + λ5Β35 (3.15)
F4 = λ4Β44
F5 = λ5Β55
S0 = -2U1V1
S1 = 2V1 -3U1V2 -3U2V1 -5U2V3-5U3V2
S2 = 4V2 -4U1V3 -4U3V1 (3.18)
S3 = 6V3-U1V2+U2V1- 5U4V1 - 5U4V1
S4 = 8V4 -2U1V3 +2U3V1 +4U2V2
S5 = 10V5 -3U1V4 +3U4V1 -U2V3 +U3V2
57
b. Gelombang Stream function
Stream function diperkenalkan oleh Dean yang persamaan dasarnya juga
berasal dari persamaan Laplace berikut ini.
∂ 2ψ ∂ 2ψ
+ =0 (3.19)
∂x 2 ∂y 2
N
ψ (x, z ) = ∑ X (n ) sinh (n k (d + z )) cos n k x (3.20)
n =1
dengan N adalah orde teori stream function dan X(n) adalah koefisien. Dalam
referensi lain dituliskan persamaan stream function sebagai berikut.
N
ψ ( x, z ) = z + ∑ X (n ) sinh (n k (d + z )) cos n k x
L
(3.21)
T n =1
L/2
2
ψ n=
L ∫ X (n ) sinh (n k (d + z ))cos n k x
0
(3.23)
H
0≤ ≤1 (3.24)
Hb
c. Gelombang Cnoidal
Skorteweg dan De Vries (1895) mengembangkan teori gelombang Cnoidal
yang berdasarkan pada persamaan Boussinesq. Gelombang Cnoidal berlaku
apabila:
h 1
> (3.25)
L 8
58
atau
Ur > 20 (3.26)
Elevasi muka air laut gelombang cnoidal yang diukur dari dasar laut
adalah sebagai berikut.
⎡ ⎛x t ⎞ ⎤
ys = yt + H cn 2 ⎢2 K (k )⎜ − ⎟ , k ⎥ (3.27)
⎣ ⎝L T⎠ ⎦
dengan
ys = ordinat muka air yang diukur dari dasar
yt = jarak dari dasar ke lembah gelombang
H = tinggi gelombang dari lenbah ke puncak
cn = fungsi cosinus eliptik
K(k) = konstanta tipe pertama integral eliptik sempurna
k = modulus integral eliptik
y t y c H 16 h 2
K (k ) [K (k ) − E (k )] + 1 −
H
= − = 2
(3.28)
h h h 3L h
16 h 3
L= k K (k ) (3.29)
3H
dengan periode gelombangnya adalah
⎡ ⎤
⎢ ⎥
g 16 y t h ⎢ k K( k ) ⎥
T = (3.30)
h 3H y t ⎢ H ⎛ 1 E( k ) ⎞ ⎥
⎢1 + ⎜ −
2 ⎜
⎟⎟ ⎥
⎢⎣ y t k ⎝ 2 K ( k ) ⎠ ⎥⎦
p = ρ g (ys − y) (3.31)
59
Sumber: USACE, 2000
Gambar 3.5. Profil muka air yang dinormalisasi untuk gelombang cnoidal
Gambar 3.6. Profil muka air yang dinormalisasi untuk gelombang cnoidal untuk
nilai k2 dan X/L yang lebih besar.
60
Gambar 3.7. Hubungan k2 dengan L2 H/d2, dan k2 dengan T g h dan H/h
(Wiegel, 1960 dalam USACE, 2000)
Gambar 3.8. Hubungan L2H/d3 dan kwadrat modulus eliptik (k), yc/H, yt/H dan
K(k) (Wiegel, 1960 dalam USACE, 2000)
61
d. Gelombang Solitary
Gelombang solitary adalah gelombang pada laut dangkal dan merupakan
gelombang yang bertlanslasi namun tidak berosilasi. Gelombang Solitary
(Solitary wave) ditemukan oleh Russell (1844), kemudian dilanjutkan oleh
Boussinesq (1871), Rayleigh (1876) dan Keller (1948) dan Munk (1949).
Gelombang solitary hanya dapat digunakan untuk daerah air dangkal.
Persamaan elevasi gelombang, kecepatan partikel gelombang dan
tekanan gelombang berturut-turut sebagai berikut.
η u
= (elevasi muka air laut) (3.32)
H H
gd
h
u H ∆p
= (kecepatan partikel gelombang)
gd h ρgH
3 H ⎡ ⎛ ys ⎞ ⎤
2
∆p
= 1− ⎢1 − ⎜ ⎟ ⎥ (tekanan gelombang) (3.33)
ρgH 4 h ⎣⎢ ⎝ h ⎠ ⎥⎦
⎡ 3 H ⎤
ys = h + H sec h 2 ⎢ 3
( x − C t )⎥ (3.35)
⎣ 4 h ⎦
Permukaan air laut adalah sebagai berikut
⎡ 3 H ⎤
η = H sec h 2 ⎢ 3
(x − Ct )⎥ (3.36)
⎣ 4 h ⎦
Volume air di atas levasi muka air diam per unit lebar puncak gelombang
adalah sebagai berikut.
62
1/ 2
⎛ 16 ⎞
V = ⎜ h3 H ⎟ (3.37)
⎝3 ⎠
C = g (H + h ) (3.38)
dengan y adalah diukur dari dasar, M dan N adalah fungsi H/h dimana h =
d = kedalaman yang dapat ditunjukkan pada Gambar 3.9. berikut ini
63
Sumber : USACE, 2000
Gambar 3.9. Fungsi M dan N gelombang Solitary (Munk,
1949)
64
8
E= ρ g H 3/ 2 h3/ 2 (3.42)
3 3
p = ρ g (ys − y) (3.43)
Hb
= 0.75 + 25 m − 112 m 2 + 3870 m 3 (3.45)
hb
65
Skjelbreia dan Hendrickson (1980), Dalrymple (1995) dan Horikawa
(1987) meneliti gelombang nonlinier dengan Stokes orde 2 dan orde 5 namun
belum mengembangkannya untuk pemodelan transformasi gelombang laut.
Penelitian tentang pemodelan transformasi gelombang nonlinier dengan
modifikasi persamaan mild slope equation diteliti misalnya oleh Hedges (1976),
yang berhasil memodifikasi persamaan dispersi linier menjadi persamaan dispersi
empiris nonlinier untuk model gelombang laut dangkal (shallow water wave)
namun belum bisa diterapkan untuk gelombang laut dalam (deep water wave) dan
gelombang laut transisi (intermediate water wave).
Kirby dan Dalrymple (1986) memperbaiki persamaan dispersi nonlinier
dengan memodifikasi dan menggabungkan persamaan Stoke orde kedua dengan
persamaan empiris Hedges sehingga dapat memodelkan gelombang nonlinier
untuk laut dangkal maupun laut dalam, meskipun belum bisa digunakan untuk
kedalaman laut transisi karena masih terjadi kesalahan yang cukup besar pada
daerah kedalaman relatif 1< kh < 1.5 dimana kecepatan gelombang yang terjadi
semakin membesar.
Li dan Yan (2002), mengusulkan suatu pendekatan baru terhadap
persamaan dispersi gelombang nonlinier untuk mengatasi problem yang dihadapi
oleh Hedges dan Kirby dan Dalrymple. Persamaan dispersi nonlinier yang
dimodifikasi oleh Li dan Yan ini dapat memberikan hasil yang memuaskan untuk
semua interval kedalaman.
Pemodelan gaya-gaya dan energi gelombang yang terjadi pada suatu
struktur bangunan pantai banyak diteliti oleh Chakrabarti (1987) untuk struktur
rangka kecil dan besar. Ada tiga teori yang dikemukakan, yaitu dengan
menggunakan teori Morison Equation, teori Froude-Krylove dan teori difraksi.
Dari tiga teori tersebut, Morison Equation yang paling banyak digunakan dan
diteliti oleh para ahli seperti Dean dan Dalrymple (1995), Avi, P. (1996),
Sorensen dan Sterndorff ( 2001), Mittendorf, dkk (2002), Yankova, T. (2002),
Gelder P. V. and J.K. Vrijling (2004), dan Pradnyana, G., dkk (1997).
66
3.3.2. Gelombang Nonlinier Mild Slope Equation
Persamaan dispersi untuk gelombang nonlinier stokes orde V diusulkan
oleh Li dan Yan, 2002 sebagai berikut.
∇(cc g ∇η )+ ⎜ k 2 cc g − W 2 + i σ 0 W ⎟η − ζ (η )
⎛ 1 ⎞
(3.47)
⎝ 4 ⎠
dengan :
cg = kecepatan kelompok gelombang (m/detik)
η = elevasi muka air laut (m)
i = angka imajiner = − 1
ζ (η ) = suku non linier, yaitu (σ 2 − σ 02 )η
3
8 fa ⎛ σ 0 ∇S ⎞
W =− ⎜ ⎟ adalah energi disipasi (3.48)
3πg ⎜⎝ k sinh kh ⎟⎠
Pada Pers. (12) di atas, dapat diubah lagi menggunakan operasi vektor dan
substitusi elevasi muka air laut (η ) menjadi amplitudo gelombang ( a )
menggunakan persamaan:
67
η = a( x, y )eiS ( x , y ) (3.49)
∂ 2 ∂
∂x
(a cc g ∇S cos α )+ (a 2 cc g ∇S sin α )+ σ 02 Wa 2 = 0
∂y
(3.50)
∂
( ∇S sin α ) − ∂ ( ∇S cos α )= 0 (3.52)
∂x ∂y
π
ab = tanh (µ ∇S h ) (3.53)
7 ∇S
dengan :
ab= amplitudo gelombang pecah (m)
µ = 0.8 + tanh (1.06 I )
68
d. Kecepatan arus =1.5 m/detik,
e. Rapat massa air laut ( ρ )=1025 kg/m3.
LINIER
4
0
0 50 100 150 200 250 300 350
-2
-4
-6
PHASE(DERAJAT)
Gambar 3.12. Perbandingan Elevasi Muka Air Gelombang Linier dan Nonlinier
69
PERBANDINGAN KECEPATAN GELOMBANG LINIER
DAN NONLINIER
DATA: H=10.660m, T=9.27 detik, d=22.860m
6
KECEPATAN (M/DETIK) NONLINIER
4
LINIER
2
0
0 50 100 150 200 250 300 350
-2
-4
-6
PHASE(DERAJAT)
70
PERBANDINGAN PERCEPATAN GELOMBANG
LINIER DAN NONLINIER
DATA: H=10.660m, T=9.27 detik, d=22.860m
4 NONLINIER
3
LINIER
PERCEPATAN
2
(M/DETIK^2)
1
0
-1 0 50 100 150 200 250 300 350
-2
-3
-4
PHASE (DERAJAT)
71
PERBANDINGAN TEKANAN DINAMIK GELOMBANG
LINIER DAN NONLINIER
DATA: H=10.660m, T=9.27 detik, d=22.860m
60000
NONLINIER
TEKANAN DINAMIK
40000
LINIER
20000
(N/M^2)
0
0 50 100 150 200 250 300 350
-20000
-40000
-60000
PHASE (DERAJAT)
72
running lebih besar 0.3087m (0.2% ) dibanding data verifikasi. Sedangkan angka
gelombang nonlinier lebih kecil 0.0001 (0.2%).
Hasil running program untuk mencari panjang gelombang linier (L) dan
angka gelombang linier (k) kurang lebih sama dengan data verifikasi. Terlihat
bahwa panjang gelombang linier hasil running lebih kecil 0.0571 m (0.05% )
dibanding data verifikasi Noorzaei J. dkk , 2005 dan lebih kecil 0.07707m
(0.06%) dibanding data verifikasi Dalrymple. Sedangkan angka gelombang linier
lebih besar sekitar 0.1%.
73
Gambar 3.16. Verifikasi gelombang linier dari program java applet Dalrymple
74
Gambar 3.18. Hasil Perbandingan energi gelombang nonlinier dan linier
75
L2 H
= 290
d3
290 .33
L= = 88.5 m
1
d. Setelah L diketahui cek apakah sesuai dengan syarat batas gelombang
cnoidal dengan Ursel Number
d/L = 3 / 88.5 = 0.00339 < 1 / 8 (OK)
L2 H
= 290 > 26 (OK)
d3
e. Hitung kecepatan gelombang
C = L/T = 88.5 / 15 = 5.9 m/detik
f. Hitung yt dan yc dengan Gambar 3.8.
yc − d
= 0.865 (86.5 %)
H
yc = 0.865 H + d = 0.865 (1) + 3 m = 3.865 m (puncak)
yt − d
+ 1 = 0.865
H
yt – d + 1H= 0.865 H
yt = 0.865 H - H + d = 0.865 (1) – (1) + (3) = 2.865 m (lembah)
RANGKUMAN
76