Anda di halaman 1dari 41

II.

Gelombang Linier

Setelah menyelesaikan bab ini, Anda akan dapat:


1. menjelaskan macam-macam teori gelombang laut;
2. menjelaskan manfaat gelombang linier dalam perencanaan pantai;
3. menjelaskan parameter fisik gelombang dan kegunaannya;
4. menjelaskan dasar-dasar teori gelombang linier;
5. menjelaskan kegunaan masing-masing parameter gelombang;
6. menghitung parameter gelombang linier.

2.1. Pengantar Gelombang


Gelombang laut (ocean wave) di alam mempunyai bentuk yang sangat
komplek dan sulit untuk digambarkan karena bersifat acak (random wave), tidak
teratur (irregular wave), tiga dimensi dan tidak linier seperti terlihat pada Gambar
2.1. di bawah ini.

Sumber : Google, 2007


Gambar 2.1. Profil gelombang acak, tidak linier dan tiga dimensi

Dalam rekayasa pantai, gelombang mempunyai peran yang sangat penting


sebagai alat analisa dalam perencanaan dan pengelolaan pantai, perlindungan

12
pantai, perencanaan bangunan-bangunan pantai seperti pelabuhan, dermaga,
pemecah gelombang (breakwater) dan lain-lain.
Gelombang menjadi penting untuk alat analisa karena diperlukan data-data
mengenai berapakah tinggi gelombang yang terjadi di sekitar daerah pantai dan
bangunan pantai?, berapa tekanan hidrostatik serta tekanan hidrodinamiknya?,
bagaimana pola penyebaran gelombang di sekitar daerah pantai, dan sekitar
bangunan pantai seperti tiang pondasi, dan-lain-lain. Bagaimana pola transformasi
seperti refraksi, difraksi, dan tinggi gelombang pecahnya. Bagaimana gaya
gelombang yang terjadi dan pengaruhnya terhadap kekuatan struktur pemecah
gelombang dan bangunan pantai lainnya.
Disamping itu, gelombang yang dibangkitkan oleh angin akan mempunyai
frekuensi dan tinggi gelombang yang bervariasi sehingga perlu pemodelan
masalah statistik gelombang untuk menentukan tinggi gelombang rencana (wave
height design). Dan terakhir, bagaimana pengaruh gelombang dalam
membangkitkan arus dan mekanisme angkutan sedimen pantai serta proses
terjadinya erosi dan abrasi pada pantai.

2.2. Parameter Fisik Gelombang


Secara umum, profil gelombang laut terdiri dari puncak dan lembah yang
merambat pada suatu kedalaman air laut. Ciri-ciri gelombang di laut dapat dilihat
dari beberapa parameter fisik penting yang harus diketahui yaitu (Lihat Gambar
2.2): muka air rata-rata (mean sea level) MSL ditunjukkan pada no 1, lembah
ditunjukkan pada no. 5, puncak ditunjukkan pada no 4, panjang gelombang (L)
ditunjukkan pada no. 3, amplitudo gelombang (a) ditunjukkan pada no. 4, tinggi
gelombang (H) = 2 x amplitudo.
Berikut ini adalah gambar ilustrasi sederhana mengenai profil gelombang
dan parameternya.

13
Gambar 2.2. Ilustrasi profil gelombang sinusoidal sederhana

Puncak
L
gelombang

x
H
a

Lembah h
gelombang

Gambar 2.3. Parameter fisik gelombang sinusoidal

Pada Gambar 2.3. dapat dijelaskan beberapa paramater dan definisi yang
perlu diketahui dalam memahami pengertian gelombang laut.

14
a. Gelombang laut (ocean wave) adalah rambatan massa air laut yang
berfluktuasi naik turun akibat dibangkitkan terutama oleh angin di daerah
pembangitan di laut dalam.
b. Panjang gelombang (L) didefinisikan sebagai jarak dari satu puncak
gelombang ke puncak gelombang berikutnya. Bisa juga disebutkan sebagai
jarak antara dua puncak atau jarak antara dua lembah.
c. Periode gelombang (T) didefinisikan sebagai waktu yang ditempuh untuk
mencapai jarak satu panjang gelombang,
d. Cepat rambat gelombang (c) adalah cepat rambat gelombang yang dapat
dihitung dengan hubungan persamaan berikut
c = L/T
e. Puncak gelombang adalah bagian dari gelombang yang permukaan airnya
paling tinggi membentuk pola cembung yang menghadap ke bawah (convex
upward shape) .
f. Lembah gelombang adalah bagian dari gelombang yang permukaan airnya
paling rendah membentuk pola cekungan yang menghadap ke atas (concave
upward shape).
g. Tinggi gelombang (H) adalah jarak vertikal dari puncak gelombang ke
lembah gelombang.
h. Amplitude gelombang (a) adalah jarak vertikal dari puncak gelombang atau
lembah gelombang ke muka air rata-rata (mean water level) atau muka air
diam (still water level). Amplitudo gelombang juga sering disebut sebagai
setengah dari tinggi gelombang (= H/2).
i. Kedalaman gelombang (h) adalah jarak vertikal dari dasar laut ke muka air
rata-rata (mean water level) atau muka air diam (still water level).
j. Frekuensi gelombang (f) adalah 1/T yaitu jumlah gelombang yang melalui
suatu lokasi atau titik pada suatu waktu tertentu
k. Angka gelombang (k) disebut juga sebagai wave number adalah 2π T .
l. Laut dalam (deep water) adalah daerah laut dimana tidak dipengaruhi oleh
kecepatan gelombang dan hanya tergantung pada periode dan panjang
gelombang.

15
m. Laut transisi (Transisional water) adalah daerah antara gelombang laut
dalam dan laut dangkal yang kecepatannya tergantung pada periode dan
panjang gelombang.
n. Laut dangkal (shallow water) adalah daerah laut yang kecepatannya
tergantung hanya pada kedalamannya dan tidak dipengaruhi oleh periode
gelombang.

2.3. Pembagian karakter gelombang berdasarkan kedalaman laut.


Kedalaman laut (water depth) dapat dibagi menjadi tiga yaitu kedalaman
laut dalam (deep water), kedalaman laut transisi (intermediate water) dan
kedalaman laut dangkal (shallow water). Batasan kedalaman laut berhubungan
erat dengan penggunaan rumus gelombang linier Airy dan berguna untuk analisa
sifat-sifat gelombang linier.
Untuk laut dalam (deep water), jenis gelombang yang terjadi disebut
sebagai gelombang pendek (short wave) karena panjang gelombang lebih pendek
(kecil) dibanding besar kedalaman laut (L << h). Untuk laut dangkal (shallow
Water), gelombang yang merambat disebut sebagai gelombang panjang (long
wave) karena panjang gelombang yang terjadi lebih panjang dibanding
kedalamannya (L >> h). Gelombang yang merambat di tengah-tengah antara laut
dalam dengan laut dangkal disebut sebagai gelombang transisi (intermediate wave
atau transitional wave). Batasan kedalaman berdasarkan penggunaan teori
gelombang linier dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut ini.

Tabel 2.1. Jenis kedalaman laut untuk menentukan karakteristik


gelombang
No Jenis kedalaman laut Parameter
1. laut dalam (deep water) h/L > 1/2 kh > π /2
2. laut transisi (intermediate water) 1/20 < h/L < 1/2 π /10< kh < π /2
3. laut dangkal (shallow Water) h/L < 1/20 kh < π /10

16
Ilustrasi dari Tabel 2.1. di atas dapat dilihat secara lebih baik pada Gambar
2.4 yang menunjukkan masing-masing karakteristik gelombang dan bentuk gerak
orbital partikel gelombang pada masing-masing kedalaman.

Sumber: USACE, 2000


Gambar 2.4. Profil tiga jenis gelombang berdasarkan kedalaman dengan tiga
karakter gerak orbit partikel.

Sesuai dengan asumsi dasar teori gelombang linier, pola gerakan partikel
gelombang linier adalah irotasional sehingga membentuk trayektori lingkaran
partikel yang tertutup dan membentuk lintasan orbital dan tidak bergerak maju ke
depan.

2.4. Beberapa Macam Teori Gelombang


Dalam ilmu rekayasa pantai, gelombang acak dianalisa dan dimodelkan
dengan beberapa teori pendekatan (approximation theory). Berikut adalah Gambar
2.5 bentuk diagram untuk menganalisa gelombang laut berdasarkan teori
pendekatan dan berdasarkan analisa statistik.

17
Gelombang acak

Pendekatan berdasarkan Pendekatan berdasarkan


teori gelombang teori statistik

a. Gelombang Linier a. Gelombang regular


b. Gelombang Non-Linier (periode tunggal)
b. Gelombang tidak regular
(periode banyak)

Gambar 2.5. Skema pemodelan dan teori pendekatan gelombang laut.

Definisi dari gelombang linier adalah gelombang yang mempunyai


amplitudo yang kecil terhadap kedalaman air laut. Dinamakan gelombang linier
karena menghilangkan suku nonlinier pada persamaan Bernoulli yang merupakan
persamaan kondisi batas dinamik.
Gelombang nonlinier adalah teori gelombang dimana amplitudo tidak
kecil (finite amplitude) terhadap kedalaman. Gelombang linier tidak mengabaikan
suku nonlinier pada persamaan Bernoulli.
Gelombang reguler adalah gelombang yang mempunyai ciri periode
tunggal karena merupakan gelombang swell yang sudah jauh dari
pembangkitannya dan sudah mengalami dispersi atau penyebaran energi. Hal ini
mengakibatkan tidak adanya perubahan variasi dalam periode sehingga seringkali
gelombang reguler disebut sebagai gelombang monokromatik.
Gelombang tidak reguler adalah gelombang acak yang mempunyai periode
yang tidak konstan dan bervariasi. Gelombang tidak reguler biasanya adalah
gelombang yang masih dipengaruhi oleh daerah pembangkitannya dan umumnya
berada di laut dalam (offshore area)

18
Penjelasan skema pada Gambar 2.5 masing-masing akan dijelaskan pada bab 2
sub bab 2.6 mengenai gelombang linier, bab 3 mengenai gelombang nonlinier,
dan bab 7 mengenai statistik gelombang.
Berdasarkan pendekatan teori gelombang linier dan nonlinier, maka profil
masing-masing gelombang linier dan nonlinier dapat dilihat pada Gambar 2.6. di
bawah ini.

a.

b.

c.

d.

Sumber: Chakrabarti, 1987


Gambar 2.6. Perbandingan profil gelombang linier dan nonlinier

Pada Gambar 2.6. (a) adalah bentuk gelombang linier, sedangkan 3.4 (b),
(c) dan (d) adalah bentuk gelombang nonlinier. Pendekatan berdasarkan
penyederhanaan analisa gelombang secara statistik terdiri dari model gelombang
reguler dan gelombang ireguler.
Gambar 2.7. berikut ini adalah contoh ilustrasi dari beberapa gelombang
regular yang membentuk gelombang ireguler dan acak.

19
Gelombang
sinusoidal
individual
(regular)

Gelombang
laut yang
acak
(irregular)

Sumber : www.carbontrust.co.uk, 2006


Gambar 2.7. Ilustrasi gelombang acak yang terdiri dari penjumlahan gelombang
individual

Gelombang regular pada prinsipnya merupakan suatu gelombang yang


mempunyai karakter dan parameter yang relatif konstan dimana periode (T) dan
tinggi gelombang (H) serta panjang gelombang (L) tidak variatif. Gelombang
regular disebut juga dengan gelombang tunggal atau monokromatik
(monochromatic wave).
Gelombang ireguler (irreguler wave) adalah gelombang yang mempunyai
banyak variasi parameter gelombang dimana nilai T dan L serta H sangat banyak
dan berbeda-beda. Pada pengukuran atau pengamatan gelombang selama 30
menit, akan dijumpai nilai T, L dan amplitudo atau tinggi gelombang yang
bervariasi, sehingga untuk menganalisanya membutuhkan metode statistik
gelombang. Gelombang ireguler dengan demikian merupakan gelombang yang
terdiri dari banyak komponen gelombang regular dengan periode yang berbeda
berdasarkan fungsi waktu.

20
2.5. Batasaan Penggunaan Teori Gelombang
Penggunaan pendekatan teori gelombang linier dan teori gelombang
nonlinier sebagai alat analisa sangat tergantung pada beberapa parameter,
diantaranya adalah berdasarkan pada kedalaman laut (h), tinggi gelombang (H),
dan panjang gelombang (L) serta periode (T), yang dapat dilihat pada Gambar 2.8
dan Gambar 2.9.
Pada Gambar 2.8 terlihat bahwa teori gelombang Stokes cocok digunakan
pada perairan laut dalam dan laut transisi (intermediate). Sedangkan gelombang
cnoidal dan solitary cocok untuk laut dangkal. Stream function cocok untuk laut
transisi dan teori gelombang linier Airy cocok digunkan untuk laut dalam dan
transisi. Yang menarik, semua teori gelombang mempunyai batasan yang sama
untuk kecuraman gelombang (H/ L) dimana merupakan syarat batas gelombang
akan mengalami peristiwa gelombang pecah (wave breaking).

Sumber :USACE, 2000


Gambar 2.8. Kesesuaian tipe teori gelombang berdasarkan pada kedalaman

21
Gambar 2.8 adalah kesesuaian teori gelombang berdasarkan fungsi
parameter tinggi gelombang (H), kedalaman (d), dan periode (T). Pada gambar
2.8. juga dijelaskan masing masing orde untuk teori Stokes dimana berlaku untuk
laut dalam hingga laut transisi. Kecuraman gelombang maksimum adalah 0.14
dimana merupakan batas gelombang untuk mulai terjadi gelombang pecah.
Pada Gambar 2.9. juga merupakan pembagian penggunaan teori
gelombang berdasarkan kedalaman yang mengakomodasi teori gelombang
nonlinier untuk gelombang solitar (solitary wave). Pada Gambar 2.9 juga
diberikab ilustrasi bentuk muka air gelombang untuk gelombang linier dan
nonlinier dimana untuk gelombang linier berbentuk sinusoidal dan untuk
gelombang nonlinier berbentuk trokoidal atau runcing di puncak dan landai di
lembah.

Sumber :USACE, 2000


Gambar 2.9. Kesesuaian tipe teori gelombang berdasarkan pada kedalaman

22
2.6. Persamaan Laplace
Sebelum memahami gelombang linier, perlu dipelajari proses penurunan
persamaan gelombang linier yang akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
Untuk dapat menganalisa suatu gelombang laut yang sangat komplek dan rumit
harus memodelkan persamaan gelombang ke dalam bentuk yang sederhana. Salah
satu pemodelan gelombang yang sederhana adalah model gelombang amplitudo
kecil (small amplitude wave) berdasarkan pada persamaan kontinuitas berikut ini.
∂u ∂v ∂w
+ + =0 (2.1)
∂x ∂y ∂z
Untuk dapat menyelesaikan persamaan gelombang yang sederhana, salah
satu syarat yang harus dipenuhi adalah asumsi bahwa aliran bersifat tidak
rotasional sehingga muncul konsep mengenai potensial kecepatan φ .
Potensial kecepatan didefinisikan sebagai kecepatan aliran pada suatu arah
yang tergantung pada perbedaan potensial. Komponen kecepatan dalam arah x, y,
z sebagai fungsi kecepatan adalah sbagai berikut.
dφ dφ dφ
u= , v= , w= (2.2)
dx dy dz
Substitusi komponen kecepatan ke dalam persamaan kontinuitas untuk
aliran permanen dan tak kompresibel akan diperoleh persamaan berikut ini.

∂ 2φ ∂ 2φ ∂ 2φ
+ + =0 (2.3)
∂x 2 ∂y 2 ∂z 2
persamaan ini disebut sebagai persamaan Laplace untuk tiga dimensi. Persamaan
gelombang linier diturunkan berdasarkan pada persamaan Laplace dua dimensi
berikut ini.

∇2 φ = 0 (2.4)

yang dapat ditulis ke dalam bentuk persamaan seperti di bawah ini:


∂ 2φ ∂ 2φ
+ =0 (2.5)
∂x 2 ∂y 2

23
dengan φ adalah potensial kecepatan. Untuk menyelesaikan persamaan Laplace
agar dapat digunakan sebagai persamaan gelombang dibutuhkan penerapan
kondisi batas sebagaimana terdapat dalam Gambar 2.10. berikut ini.

Kondisi batas permukaan bebas kinematik

z Kondisi batas permukaan bebas dinamis

w Kondisi
Kondisi
batas
batas
samping
samping
u

Kondisi batas dasar (kinematic boundary condition)

Gambar 2.10. Kondisi batas persamaan Laplace gelombang linier

Asumsi-sumsi dasar yang digunakan dalam penerapan kondisi batas pada


persamaan Laplace adalah sebagai berikut:
1. Aliran bersifat homogen dan tak termampatkan (incompressible)
2. Tegangan permukaan diabaikan
3. Gaya Coriolis diabaikan
4. Zat cair ideal
5. aliran bersifat irotasional
6. dasar laut rata dan datar (flat) dan tetap atau tidak berubah(fix) serta
impermeabel
7. gelombang mempunyai amplitudo yang sangat kecil dibanding dengan
panjang gelombangnya (L) dan kedalaman laut (h)
8. Tekanan pada permukaan air seragam dan konstan

Dengan penerapan kondisi batas samping, kinematik dan dinamik serta


mengabaikan suku nonlinier, maka potensial kecepatan φ dapat ditulis sebagai
berikut:

24
H g cosh k (h + z )
φ= cos kx sin σ t (2.6)
2σ cosh kh

dengan H adalah tinggi gelombang (H = 2a), a adalah amplitudo, k adalah angka


gelombang (wave number) dimana k = 2 π L dan σ = 2 π T , g adalah percepatan
gravitasi, h adalah jarak konstan muka air laut rata-rata dengan dasar laut (water
depth), z adalah jarak muka air dengan dasar laut. Potensial kecepatan φ dapat
dirubah menjadi bentuk persamaan fluktuasi muka air laut η seperti berikut ini:

H
η= cos (kx − σ t ) (2.7)
2

Maksud dari Pers. 2.7. artinya adalah gelombang berjalan ke arah kanan
sumbu x dengan kecepatan fase (kx- σ t ). Fluktuasi gelombang linier pada Pers.
2.7 dapat digambarkan dalam bidang dua dimensi arah x- z, dimana penjalaran
gelombang arah horizontal adalah searah sumbu x dan fluktuasi naik turun
permukaan gelombang adalah searah dengan sumbu z. (Lihat Gambar 2.11).

+z η
a x
H z=0
a
-z
h

Gambar 2.11. Standar aturan persamaan gelombang dua dimensi

Apabila gelombang tersebut berjalan ke arah kiri maka Pers. 2.7 akan
berubah menjadi seperti berikut ini.

25
H
η= cos (kx + σ t ) (2.8)
2

2.7. Persamaan Dispersi Gelombang

Salah satu karakter gelombang adalah dispersi. Dispersi gelombang (wave


dispersion) adalah peristiwa penyortiran (sorting of wave) berbagai bentuk dan
ukuran gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai menurut ruang
waktu dan jarak. Pengaruh dari adanya dispersi gelombang adalah terbentuknya
pola gelombang yang lebih teratur dan lebih seragam di dekat pantai yang disebut
sebagai gelombang swell atau sering dikenal sebagai gelombang alun.
Karakter gelombang swell adalah regular, sinusoidal dan monokromatik,
yaitu gelombang yang mempunyai periode dan panjang gelombang yang tunggal
dan seragam. Biasanya periode gelombang swell cukup panjang yaitu berkisar
antara 1 detik hingga 15 detik. Sedangkan gelombang yang mempunyai periode
yang lebih kecil akan tertinggal di daerah laut dalam dimana energi gelombangnya
terhambur (dissipated wave).
Persamaan dispersi gelombang diperoleh dari persamaan kondisi batas
kinematik di permukaan air (Kinematic water surface boundary condition) yang
mengasumsikan bahwa kecepatan partikel di permukaan sama dengan kecepatan
permukaan air atau kecepatan gelombang itu sendiri. Persamaan dispersi
gelombang sangat penting untuk mencari parameter gelombang seperti panjang
gelombang L dan kecepatan rambat gelombang c. Persamaan dispersi (dispersion
equation) dapat ditulis sebagai berikut.

σ 2 = gk tanh kh (2.9)

dengan subsitusi σ = 2 π T dan k = 2 π L serta L = c . T maka diperoleh

⎛ 2π ⎞ 2π
2
L
⎜ ⎟ =g tanh kh , c = (2.10)
⎝ T ⎠ L T

26
Hasil dari subsitusi di atas adalah persamaan untuk mencari kecepatan gelombang
seperti ini.
g
c2 = tanh (kh) (2.11)
k
atau

g
c= tanh (kh) (2.12)
k

Persamaan panjang gelombang dapat dituliskan seperti berikut ini.

gT 2 2π h
L= tanh (2.13)
2π L

Persamaan 2.13 memerlukan iterasi dalam mencari nilai L karena


persamaan tersebut bersifat implisit dimana nilai L ada disisi kiri dan kanan sama
dengan.
Untuk mempermudah dalam perhitungan, maka masing-masing
kedalaman mempunyai rumus yang disederhanakan seperti berikut ini.

a. Gelombang laut dalam


Parameter gelombang di laut dalam seperti panjang gelombang dan
kecepatan gelombang di laut dalam rumusnya dapat disederhanakan sebagai
berikut.

gT 2
L0 = (2.14)

atau
L0 = 1.56 T2 (2.15)
sedangkan kecepatan gelombang di laut dalam adalah
gT
c0 = (2.16)

atau
c0 = 1.56 T (2.17)

27
Parameter gelombang laut dalam bisanya disimbolkan dengan subscript O
di bawah simbolnya (contohnya L0 atau c0 atau h0).

b. Gelombang laut dangkal


Gelombang laut dangkal hanya dipengaruhi oleh kedalaman sehingga
mempunyai parameter panjang gelombang (L) dan cepat rambat gelombang (c)
sebagai berikut.
c = gh (2.18)

L = gh T (2.19)

c. Gelombang laut transisi


Gelombang laut transisi mempunyai parameter gelombang yang dapat
dihitung dengan rumus berikut ini
gT
c= tanh kh (2.20)

gT 2
L= tanh kh (2.21)

d. Komputasi untuk menghitung panjang gelombang dan k
Rumus-rumus Persamaan 2.13 dan Persamaan 2.21 dapat dibuat program
sederhana dengan bahasa Fortran atau Visual Basic sehingga dapat dengan mudah
mencari nilai parameter gelombang secara praktis dan efisien dengan metode
iterasi dengan cara Newton-Rhapson.
Berikut ini adalah contoh subroutine program untuk mencari nilai L
dengan melalui hubungan k = 2 π L .
a. Metode Eckart (1951)

⎛σ 2 ⎞
σ 2 = g k tanh ⎜⎜ h ⎟⎟ (2.22)
⎝ g ⎠
Persamaan ini langsung dapat mencari nilai k karena periode T sudah
diketahui dengan σ = 2π T , sehingga persamaan ini tidak perlu iterasi
atau trial and error.

28
Atau dapat dirubah menjadi persamaan berikut untuk mencari panjang
gelombang L.
2
⎛ ⎡ 2 34 ⎤ ⎞ 3
⎜ ⎛σ h ⎞ ⎥⎟
L = L0 ⎜ tanh ⎢⎜⎜ ⎟
⎢⎝ g ⎟⎠ ⎥ ⎟
(2.23)
⎜ ⎢⎣ ⎥⎦ ⎟⎠

dengan :
L0 = 1.56 T2 , yang merupakan panjang gelombang di laut dalam.

Rumus ini meskipun praktis dan cepat namun tidak mempunyai


ketelitian yang baik sehingga sebaiknya hanya dipakai untuk prediksi
secara kasar dan bersifat sementara saja.

b. Hunt (1979) mengusulkan solusi pendekatan untuk mencari nilai kh


dengan persamaan berikut.

(kh)2 = y 2 + 6
y
1+ ∑ d n y n
n =1

dengan y = σ 2 h g = k0h dan d1 = 0.6666666697, d2 = 0.3555555556,


d3 = 0.1608465608, d4 = 0.0632098765, d5 = 0.0217540484, d6 =
0.0065407983.
Rumus aproksimasi untuk mencari nilai kh dari Hunt cukup
akurat dengan kesalahan 0.1% untuk 0 < y < ∞ yang dapat ditulis
dengan mudah menggunakan Visual Basic 6.0 sebagai berikut.

29
pi = 22 / 7
T = 14
Lo = 1.56 * T ^ 2
co = Lo / T

For i = 1 To imax
For j = 1 To jmax
K0 = 2 * pi / Lo
Y = K0 * dalam(i, j)
YE = 0
D(1) = 0.6666666667
D(2) = 0.3555555556
D(3) = 0.1608465608:
D(4) = 0.0632098765
D(5) = 0.0217540484
D(6) = 0.0065407983
For K = 1 To 6
YE = YE + D(K) * Y ^ K
Next K
X = Y ^ 2 + Y / (1 + YE)
If dalam(i, j) = 0 Then
EN(i, j) = 0
Else
PANJG(i, j) = 2 * pi * dalam(i, j) / Sqr(X)
DUAKH = 4 * PI / PANJG(i, j) * dalam(i, j)
SINH = 0.5 * (Exp(DUAKH) - Exp(-DUAKH))
EN(i, j) = 0.5 * (1 + DUAKH / SINH)
End If
C(i, j) = PANJG(i, j) / t
Next j
Next i

Gambar 2.12. Subroutine menghitung kh dan panjang gelombang berdasarkan


metode Hunt (1979)

Disamping rumus dari Hunt, ada juga rumus dan program Fortran yang
diusulkan oleh Dean (1979) dengan metode Newton Raphson untuk mencari nilai
k berikut ini.

30
Sub iterasik(i, j, dalam(), k(), pi, t, g)

knol = ((2 * pi / (t)) ^ 2) * (dalam(i, j)) / g


kno = knol ^ (3 / 4)
nnol = 0.5
'mencari nilai k dengan metode Newton Raphson
tanh = (Exp(kno) - Exp(-kno)) / (Exp(kno) + Exp(-kno))
coth = 1 / tanh
kn = knol * coth ^ (2 / 3)
For m = 1 To 10
THH = (Exp(kn) - Exp(-kn)) / (Exp(kn) + Exp(-kn))
ch = (Exp(kn) + Exp(-kn)) / 2
f = knol - kn * THH
fprime = -kn / (ch ^ 2) - THH
deltak = -f / fprime
If (Abs(deltak / kn) < 0.000001) Then GoTo 9
kn = kn + deltak
Next m
9 k(i, j) = kn / dalam(i, j)

End Sub

Gambar 2.13. Subroutine menghitung k dengan Newton Raphson

Berikut ini juga akan ditampilkan contoh subroutine dengan metode iterasi
yang konsepnya adalah berdasarkan prinsip trial and error dengan menggunakan
bahasa Visual Basic 6.0. Maksud dari menampilkan tiga metode subroutine ini
adalah untuk memberikan tambahan informasi mengenai teknik-teknik iterasi
yang digunakan dalam program komputer untuk persamaan yang bersifat implisit.
Waktu hitungan iterasi ketiga contoh subroutine di atas sulit untuk dicari
kelemahannya karena dengan kemampuan hardware komputer di zaman sekarang
yang semakin cepat, ketiganya dapat mencari nilai atau variabel yang belum
diketahui dalam waktu yang sekejap saja.

31
For I =1 to imax
For j = 1 to jmax
If H(i,j) = 0 then goto 25
L1 = L0
15 kh=2* pi*H(i,j)/L1
TANH = (Exp(kh) - Exp(-kh)) / (Exp(kh) + Exp(-kh))
LL1 = L0 * TANH
If Fix(LL1*1000) = Fix(L1*1000) then goto 20
L1 = (LL1+L1)/2
Goto 15
20 LL2 (i,j) = LL1
CC(i,j) = LL2(i,j) /T
kh = 2*pi*H(i,j)/LL2(i,j)
nn(i,j) = 0.5+1 kh / (Exp(2*kh) – (Exp(-2*kh))*2
25 next j
next i

Gambar 2.14. Subroutine menghitung L dengan iterasi

Disamping menggunakan bantuan komputer, hitungan untuk mencari nilai


panjang gelombang (L) pada suatu kedalaman dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan Tabel pada Lampiran 1. Berikut adalah contoh
penggunaannya.
Soal.
Jika suatu gelombang merambat ke pantai dengan periode T = 10 detik.
Hitung panjang gelombang L pada kedalaman a) 100 meter, b) 50 m dan c) 2 m.
Jawaban
Hitung panjang gelombang laut dalam L0 = 1.56 . T2 = 1.56 .(10)2 = 156 m
a). untuk kedalaman h = 100 m, hitung h/L0 = 100/156 = 0.6410
lihat pada lampiran 1 , untuk h/L0 = 0.6410 maka h/L = 0.64041,:
L = h/0.64041. sehingga L = 100/0.64041 = 156.15 m

b). untuk kedalaman h = 50 m, hitung h/L0 = 50/156 = 0.3205


lihat pada lampiran 1, diperlukan interpolasi untuk mencari nilai h/L diantara
nilai 0.3200 dan 0.3210 sebagai berikut:
h/L0 h/L
0.3200 0.33025 Dicari nilai h/L untuk h/L0 = 0.3205
0.3210 0.33116

32
⎛ 0.33116 − 0.33025 ⎞
h/L = 0.33025 + ⎜⎜ ⎟⎟ . (0.3205 − 0.3200 ) = 0.330925
⎝ 0.3210 − 0.3200 ⎠
, untuk h/L0 = 0.3205 maka h/L = 0.330925,:
L = h/0.330925. sehingga L = 50/0.330925 = 151.09 m

c). untuk kedalaman h = 2 m, hitung h/L0 = 2/156 = 0.1282


lihat pada lampiran 1 , diperlukan interpolasi untuk mencari nilai h/L diantara
nilai 0.12800 dan 0.12900 sebagai berikut:
h/L0 h/L
0.12800 0.16489 Dicari nilai h/L untuk h/L0 = 0.1282
0.12900 0.16573

⎛ 0.16573 − 0.16489 ⎞
h/L = 0.16489+ ⎜⎜ ⎟⎟ . (0.1282 − 0.12800 ) = 0.165058
⎝ 0.12900 − 0.12800 ⎠

untuk h/L0 = 0.1282 maka h/L = 0.165058,:


L = h/0.165058. sehingga L = 2/0.165058 = 12.11695 m

2.8. Kecepatan dan percepatan partikel gelombang.


Gelombang mempunyai kecepatan serta percepatan partikel arah vertikal
dan horisontal. Kegunaan dan penerapan dari mengetahui kecepatan dan
percepatan partikel gelombang linier adalah untuk menghitung gaya gelombang
pada struktur dengan menggunakan persamaan Morison (Morison Equation).
Persamaan Morison membutuhkan kecepatan dan percepatan partikel gelombang
dalam mencari gaya gelombang yang mengenai suatu struktur (Dean and
Dalrymple, 1995).
Berdasarkan persamaan Laplace, partikel gelombang bersifat irotasional
atau berputar secara stasioner membentuk trayektori seperti orbit dan tidak
bergerak maju. Sebuah gambar yang menyelidiki kebenaran teori partikel
gelombang yang bergerak menyerupai lintasan orbit berhasil dilakukan oleh Van
Dyke seperti Gambar 2.15. di bawah ini.

33
Sumber : Parsons, 2000
Gambar 2.15. Foto lintasan orbital tertutup partikel gelombang linier

Kecepatan partikel gelombang juga diperlukan dalam menghitung


pergerakan sedimen dasar dan juga berpengaruh dalam proses tegangan radiasi
(radiation stress) yang memainkan peranan penting dalam transportasi sedimen di
pantai (Massel, 1989). Berikut ini adalah contoh pengaruh gerakan partikel
gelombang dalam pergerakan sedimen dasar (suspended sediment movement)
yang dapat dilihat pada Gambar 2.16 dibawah ini.

Gambar 2.16 Pola gerakan partikel gelombang yang membentuk gerakan


sedimen dasar berbentuk ripple (Sumber, Horikawa, 1988).

34
Pada Gambar 2.17 berikut ini merupakan gambar kecepatan partikel
maksimum vertikal dan horisontal untuk gelombang berjalan (progessive wave)
pada kondisi laut dangkal (shallow water) atau model gelombang panjang (long
wave).

Sumber : Dalrymple’s Java Applet, 2003

Gambar 2.17. Kecepatan horisontal dan vertikal partikel pada h = 5 m, H = 2m


dan periode T= 10 detik

Gambar di atas adalah simulasi profil kecepatan dan percepatan gerakan


partikel dengan menggunakan software java applet yang dikembangkan oleh
Dalrymple (2003). Pada simulasi di atas data masukan untuk tinggi gelombang H
adalah 2 meter, periode gelombang T adalah 10 detik dan kedalaman air 5 meter.
Gerakan partikel gelombang linier membentuk gerakan melingkar yang
membentuk elipsoidal karena gelombang menjalar pada daerah yang dangkal
yaitu kedalaman 5 meter.
Tinggi gelombang sangat kecil dibandingkan dengan panjang gelombang
dimana H/L = 2 / 67.7 atau sekitar 0.03 sehingga memenuhi persayaratan
gelombang amplitudo kecil.

35
Untuk melihat pengaruh perbedaan bentuk orbit partikel gelombang pada
saat berjalan di laut dangkal dan pada saat di laut dalam akan disimulasi dua
kedalaman lagi yaitu pada kedalaman 20 meter dan 50 meter.
Pada gelombang berjalan untuk kedalaman 20 meter maka terlihat ada
perbedaan pada bentuk orbital partikel yang menjadi lebih bulat dibandingkan
dengan gelombang yang berjalan pada kedalaman 5 meter seperti terlihat pada
Gambar 2.18 berikut.

Sumber : Dalrymple’s Java Applet, 2003

Gambar 2.18. Kecepatan horisontal dan vertikal partikel pada h = 20 m, H = 2m


dan periode T= 10 detik
Gambar 2.18 di atas adalah profil kecepatan dan percepatan gerakan partikel
dengan tinggi gelombang H adalah 2 meter dan periode T adalah 10 detik dan
kedalaman air adalah 20 meter. Gerakan partikel gelombang linier membentuk
gerakan melingkar yang membentuk lingkaran yang agak bulat pada permukaan
air sedangkan semakin ke bawah mendekatai dasar saluran gerakan partikel
gelombang membentuk pola elipsoidal.
Jika gelombang menjalar pada kedalaman 50 meter maka bentuk gerak
orbit partikel menjadi semakin bulat dan semakin ke bawah semakin kecil
diameter orbitalnya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.19 di bawah ini.

36
Gambar 2.19. Kecepatan horisontal dan vertikal partikel pada h = 50 m, H = 2m
dan periode T= 10 detik

Kecepatan dan percepatan partikel arah horisontal dan vertikal masing-


masing dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini.

∂φ H cosh k (h + z )
a) u = − = σ cos (kx − σ t ) (kecepatan horisontal) (2.24)
∂x 2 sinh kh
atau

∂φ gHk cosh k (h + z )
u=− = cos (kx − σ t ) (2.25)
∂x 2σ cosh kh

∂u H 2 cosh k (h + z )
b) = σ sin (kx − σ t ) (percepatan horisontal) (2.26)
∂t 2 sinh kh

∂φ H sinh k (h + z )
c) w = − = σ sin (kx − σ t ) (kecepatan vertikal) (2.27)
∂z 2 sinh kh

∂w H sinh k (h + z )
d) =− σ 2 cos (kx − σ t ) (percepatan vertikal) (2.28)
∂t 2 sinh kh

37
Pola dan arah kecepatan dan percepatan gerak orbital partikel gelombang
dapat dilukiskan dalam gambar 2.20. di bawah ini.

kecepatan
Arah rambat gelombang

kecepatan

percepatan

Sumber: USACE, 2000


Gambar 2.20. Ilustrasi kecepatan dan percepatan gerak orbital partikel gelombang

Profil kecepatan dan percepatan gerak orbit partikel gelombang semakin


mengecil ke arah dasar air laut seperti diilustrasikan secara tiga dimensi pada
Gambar 2.21.

Sumber : Walker, 2005


Gambar 2.21. Ilustrasi gerakan orbital partikel pada gelombang berjalan.

38
Mengecilnya diameter gerak orbit partikel gelombang disebabkan akibat
adanya gesekan dengan dasar laut sehingga kecepatan dan percepatan partikel
gelombang juga semakin mengecil.

2.9. Perpindahan Partikel Gelombang


Gerak partikel gelombang yang berputar menyerupai gerak orbit dapat
dihitung dengan mengetahui perpindahan partikel pada arah horisontal dan arah
vertikal. Kegunaan dari menghitung perpindahan partikel gelombang yang
bergerak secara orbital adalah akan dapat diketahui apakah gelombang yang
terjadi merupakan gelombang yang menjalar di laut dalam, laut transisi atau laut
dangkal hanya dari bentuk orbitnya, yaitu apakah berbentuk lingkaran penuh,
elpitik atau semi eliptik.
Perpindahan gerak partikel dapat dihitung dengan rumus di bawah ini yang
dapat diilustrasikan seperti pada gambar 2.22.
gHk cosh k (h + z )
ζ =− sin (kx − σt ) (perpindahan horisontal) (2.29)
2σ 2 cosh kh
atau
H cosh k (h + z )
ζ =− sin (kx − σt ) (2.30)
2 sinh kh

H sinh k (h + z )
ξ= cos (kx − σt ) (perpindahan vertikal) (2.31)
2 sinh kh

Gambar 2.22. Bentuk perpindahan partikel gelombang horisontal dan vertikal

39
Trayektori partikel gelombang dapat dituliskan sebagai berikut.

⎛ς ⎞ ⎛ξ ⎞
2 2

⎜ ⎟ + ⎜ ⎟ =1 (2.32)
⎝ A⎠ ⎝ B ⎠
dengan
H cosh k (h + z )
A= (2.33)
2 sinh kh
H sinh k (h + z )
B= (2.34)
2 sinh kh
Sehingga persamaan untuk gelombang laut dalam (h/L > ½) bentuk trayektori
partikel gelombang menjadi
H kz
A =B e (2.35)
2
Sedangkan untuk gelombang laut dangkal (h/L < 1/20) sebagai berikut
H HT g
A= = (2.36)
2 kh 4π h

H ⎛ z⎞
B= ⎜1 + ⎟ (2.37)
2 ⎝ h⎠
2.10. Gelombang Berjalan dan Gelombang Berdiri
Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai disebut sebagai
gelombang berjalan (progressive wave). Gelombang berjalan merupakan fungsi
dari waktu akan mempunyai rumus sebagai berikut

cos (kx + σ t )
H
η= (2.38)
2
Maksud dari Pers. 2.31. yaitu gelombang berjalan ke arah kiri dri sumbu x.
Sedangkan gelombang yang berjalan ke arah kanan sumbu x mempunyai
persamaan gelombang seperti ini.

cos (kx − σ t )
H
η= (2.39)
2
Apabila gelombang berjalan dan membentur suatu dinding, maka gelombang akan
dipantulkan kembali (reflection). Apabila pantulan gelombang memantul

40
seluruhnya, maka akan terjadi gelombang berdiri (standing wave) yang
mempunyai persamaan seperti di bawah ini.
η = H cos kx cos σ t (2.40)

Gambar 2.23. di bawah ini merupakan contoh dari bentuk gelombang yang
terefleksi sempurna akibat membentur dinding yang tegak lurus.

Sumber: CEM, 2002

Gambar 2.23. Gelombang berdiri yang membentur dinding

Kecepatan partikel di bawah permukaan gelombang berdiri (standing


wave) dapat dihitung dengan rumus berikut.
∂φ gHk cosh k (h + z )
u=− = sin kx sin σ t (kecepatan arah horisontal) (2.41)
∂x 2σ cosh kh
∂φ H sinh k (h + z )
w=− = σ cos kx sin σ t (kecepatan arah vertikal) (2.42)
∂z 2 sinh kh

Percepatan partikel di bawah permukaan gelombang berdiri (standing wave) dapat


dihitung dengan rumus berikut.

∂u H 2 cosh k ( h + z )
= σ sin kx cos σ t (percepatan arah horisontal) (2.43)
∂t 2 sinh kh

41
∂w H sinh k (h + z )
=− σ 2 cos kx cos σ t (percepatan arah vertikal) (2.44)
∂t 2 sinh kh

Perpindahan partikel air untuk gelombang berdiri adalah sebagai berikut.


H cosh k (h + z )
ζ =− sin kx cos σ t (perpindahan horisontal) (2.45)
2 sinh kh
H sinh k (h + z )
ξ= cos kx cos σ t (perpindahan vertikal) (2.46)
2 sinh kh

2.11. Tekanan Gelombang.


Salah satu sifat gelombang adalah mempunyai tekanan gelombang
(pressure wave). Tekanan gelombang terjadi akibat adanya massa air yang
bergerak fluktuatif dengan kedalaman tertentu. Persamaan tekanan dinamis dan
hidrostatis gelombang diperoleh melalui persamaan Bernoulli yang
menghilangkan suku nonlinier orde 2 seperti berikut ini.
∂φ 1
p=− ρ − ρ V2 − ρgz (2.47)
∂t 2
suku suku suku
unsteady nonlinier tekanan
fluctuation orde 2 hidrostatis

suku tekanan
hidrodinamis

dengan menghilangkan suku nonlinier orde kedua, maka medan tekanan (pressure
field) pada gelombang berjalan (progressive wave) dapat dituliskan dalam
persamaan berikut ini.

ρgH cosh k (h + z )
p = − ρgz + cos(kx − σ t ) (2.48)
2 cosh kh

Suku pertama pada ruas kanan dari persamaan tersebut adalah tekanan
hidrostatis, sedang suku kedua adalah tekanan dinamis yang disebabkan oleh
percepatan partikel. Tekanan hidrostatis dan dinamis untuk gelombang berjalan
(progressive wave) dapat dilihat pada Gambar 2.24 di bawah ini.

42
z
η ( x, t ) x
Arah rambatan gelombang

dinamik hidrostatik
dinamik

hidrostatik
hidrostatik

Sumber: Dean dan Dalrymple, 1991

Gambar 2.24. Tekanan hidrostatis dan dinamis gelombang berjalan

2.12. Tekanan dan gaya akibat gelombang berdiri.

Gelombang yang terpantul seluruhnya (gelombang berdiri) terjadi jika

gelombang membentur suatu benda vertikal dan terjadi refleksi sempurna

sehingga tinggi gelombang menjadi dua kali lipat besarnya. Rumus gelombang

berdiri adalah sebagai berikut:

η = H cos kx cos σ t (2.49)

Tekanan dan gaya gelombang yang terjadi pada gelombang berdiri adalah sebagai

berikut:

a. Tekanan gelombang berdiri.

ρgH cosh k (d + h)
p = − ρgh + cos kx cos σ t (2.50)
2 cosh kd

b. Gaya gelombang berdiri.

g h2 tanh kh
F =ρ +ρ gh η (2.51)
2 kh

43
2.13. Energi Gelombang
Salah satu ciri gelombang adalah mempunyai energi. Gelombang
mempunyai dua macam energi, yaitu energi kinetik dan energi potensial. Energi
kinetik disebabkan oleh gerakan partikelnya sedangkan energi potensial
gelombang disebabkan oleh perubahan muka airnya dan letak posisinya pada
suatu ketinggian atau datum tertentu. Energi kinetik gelombang dan energi
potensial dalam hal ini mempunyai rumus yang sama, sebagai berikut.

ρ gH2 L
Es = (2.52)
16

Energi total gelombang tiap satuan luas adalah jumlah dari energi kinetik
dan potensial gelombang. Tiap satuan luas maksudnya adalah satuan panjang
gelombang dikalikan 1m panjang, sehingga L pada Pers. 2.44 menjadi hilang dan
persamaan energi menjadi seperti berikut ini.

ρgH2
Es = (2.53)
8
Satuan energi gelombang dalam SI unit adalah Joule/m2. Energi gelombang
merambat bersama – sama dengan kelompok gelombang (wave group) yang
mempunyai kecepatan kelompok gelombang (wave group celerity, cg).

Arah rambat gelombang

Gelombang muncul
Dan menghilang
di belakang
di sini

Sumber : Krogstad, 2000

Gambar 2.25. Proses munculnya gelombang baru pada rambatan kelompok


gelombang

44
Pada Gambar 2.25. di atas, selama proses penjalaran gelombang pendek
(short wave) di laut dalam maka akan selalu muncul gelombang baru di ujung
belakang kelompok gelombang, gelombang yang baru terbentuk tersebut akan
mengejar kelompok gelombang hingga menghilang di ujung depan kelompok
gelombang. Munculnya gelombang baru ini disebabkan oleh karena kecepatan
kelompok gelombang lebih kecil dai kecepatan jalar gelombang sehingga
tertinggal di belakang dan seolah-olah membentuk gelombang baru.

2.14. Kecepatan kelompok gelombang (wave group)

Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju laut dangkal berjalan
dalam suatu kelompok gelombang (wave group). Penjalaran gelombang (wave
train) dalm suatu kelompok gelombang membentuk suatu envelope dari rangkaian
banyak gelombang. Berikut ini adalah contoh gambar suatu kelompok gelombang
yang terdiri dari dua gelombang.

Lg
η1
η = η1 + η 2
cg

η2

Gambar 2.26. Ilustrasi dua gelombang yang membentuk envelope kelompok


gelombang

Kecepatan kelompok gelombang (wave group celerity) tidak sama


rumusnya dengan kecepatan jalar gelombang yang membentuk envelope sehingga
persamaan kecepatan kelompok gelombang adalah seperti di bawah ini.

45
∆ σ ∂σ
cg = = (2.54)
∆k ∂k
1⎛ 2 kh ⎞
cg = ⎜⎜1 + ⎟c , (2.55)
2 ⎝ sinh 2 kh ⎟⎠
dengan
1⎛ 2 kh ⎞
n= ⎜⎜1 + ⎟ (2.56)
2 ⎝ sinh 2 kh ⎟⎠
jadi
cg = n . c (2.57)
Energi flux gelombang dapat dituliskan sebagai berikut.

Flux = n.c.Es (2.58)

Dari Gambar dan dari persamaan fluks energi kelompok gelombang dapat
diketahui bahwa kecepatan ujung depan gelombang (wave front) mempunyai
kecepatan yang sama dengan kecepatan energi gelombang dan kecepatan
kelompok gelombang.
c wave front = cg (2.59)

Berdasarkan dari rumus Fluks juga diketahui bahwa kecepatan maksimum


kelompok gelombang adalah sama dengan kecepatan jalar gelombang c di laut
dangkal dan pada saat di laut dalam kecepatan kelompok gelombang lebih kecil
dibanding kecepatan rambat gelombang. Hal ini terjadi karena nilai n untuk laut
dalam nlaut dalam = 0.5, sedangkan pada luat dangkal nlaut dangkal = 1

2.15. Program Komputer


Perhitungan semua karakteristik gelombang sebagaimana yang sudah
diterangkan di atas dpat dihitung dengan cepat dan akurat dengan membuat suatu
program matematis sederhana dengan komputer menggunakan bahasa Visual
Basic. Ide program ini berasal dari Java Applet yang dibuat oleh Dean dan
Dalrymple yang dapat di download dengan gratis di Internet. Berikut ini adalah
tampilan muka dari Program Sederhana.

46
Gambar 2.27. Tampilan muka software sederhana untuk analisa Pantai

Gambar 2.28. Tampilan kedua software untuk memilih 4 analisa pantai

47
Input data gelombang

Gambar 2.29. Tampilan input data dan Hasil Hitungan yang masih kosong untuk
analisa parameter gelombang

Pada Gambar 2.29 masukkan input data gelombang yaitu:


a. Tinggi gelombang (H )
b. Periode Gelombang (T)
c. Sudut datang gelombang (dalam derajat)
d. Kedalaman air laut yang ditinjau (h)
e. Slope atau kemiringan dasar laut (batimetri)

48
Kemudian klick pada tombol Hitung untuk mengetahui parameter gelombang
yang dapat dilihat pada Gambar 2.30 di bawah ini.

Hasil analisa hitungan


parameter gelombang

Hasil analisa hitungan


energi gelombang

Gambar 2.30. Tampilan input data dan Hasil Hitungan yang sudah di-jalankan

Pada Gambar 2.29 dan 2.20 ada beberapa parameter gelombang yang akan
diterangkan pada Bab 4 mengenai transformasi gelombang, yaitu refraksi,
shoaling, perhitungan tinggi gelombang setelah mengalami refraksi dan shoaling,
dan gelombang pecah dan tipe-tipe gelombang pecah.

49
2.17. Soal –soal Teori Gelombang Linier
1. Suatu gelombang dari laut dalam dengan periode T = 10 detik menjalar tegak
lurus arah pantai. Hitunglah variabel pada kedalaman 100 m, 50 m, 20 m, 10
m, 5 m, 2 m.
a. panjang gelombang L,
b. k (wave number)
c. cepat rambat gelombang c,
d. n
e. kecepatan kelompok gelombang cg
f. tentukan tipe gelombangnya apakah kategori gelombang laut dalam,
laut transisi atau laut dangkal
Jawaban:
Data yang dipunyai adalah:
T = 10 detik
θ = 00 (arah gelombang tegak lurus pantai)
Dan dengan menggunakan rumus

gT 2 2π h
L= tanh
2π L
k = 2π / L
c=L/T

1⎛ 2 kh ⎞
n= ⎜⎜1 + ⎟
2 ⎝ sinh 2 kh ⎟⎠

cg = n . c

Jenis kedalaman laut Parameter


laut dalam (deep water) h/L > 1/2 kh > π /2
laut transisi (intermediate water) 1/20 < h/L < 1/2 π /10< kh < π /2
laut dangkal (shallow Water) h/L < 1/20 kh < π /10

50
melalui cara coba-coba (trial and error) nilai L diperoleh sehingga nilai k dan c ,
n dan cg dapat dihitung:
L k c n cg keterangan
h = 100 m 155.96965 0.04030 15.59696 0.50254 7.83819 Laut dalam
h = 50 m 151.25149 0.04155 15.12514 0.56515 8.54798 transisi
h = 20 m 121.22191 0.05185 12.12219 0.76483 9.27142 transisi
h = 10 m 92.36849 0.06805 9.23684 0.87352 8.06858 transisi
h=5m 67.67855 0.09287 6.76785 0.93474 6.32622 transisi
h=2m 43.69906 0.14384 4.36990 0.97344 4.25385 Laut dangkal

2. Gelombang berjalan di perairan pantai. Untuk menghitung tinggi gelombang


di perairan pantai dipasang 2 sensor alat pengukur tekanan (pressure sensor).
Sensor 1 dipasang di dasar laut rata dan sensor 2 dipasang pada jarak 7.62 m
dari dasar laut rata. Diketahui amplitudo tekanan dinamik pada sensor 1 and 2

tercatat sebesar 1.5 x 104 N/m2 and 2.0 X104 N/m2. Periode gelombang 1

detik. Hitunglah :
a. panjang gelombang, L
b. kedalaman laut, h
c. tinggi gelombang, H

Sensor 2

Sensor 1 h
7.62 m

Jawaban.
T = 10 detik

51
ρgH
Pada z1 = -h, P1 = 1.5 x 104 =
2 cosh kh
ρ g H cosh ( 7.62 k )
Pada z2 = -(h-7.62), P2 = 2.0 x 104 =
2 cosh kh
Sehingga,
2.0
Cosh (7.62 kh) = → k = 0.104 → L = 60.29 m (panjang gelombang)
1.5
dengan
L = 1.56T2 tanh (kh) → h = 3.9 m (kedalaman air laut)
maka :
ρgH 9806 H
P1 = 1.5 x 104 = =
2 cosh kh 2 cosh ( 0.104 )( 3.9 )
H = 3.31 m (tinggi gelombang)

RANGKUMAN

1. Gelombang berdasar teori gelombang dibagi menjadi 2 jenis,


gelombang linier dan gelombang nonlinier.
2. Gelombang berdasarkan analisa statistik dibagi menjadi 2, yaitu
gelombang reguler dan gelombang nonreguler.
3. Gelombang linier berbentuk sinusoidal, mempunyai lembah dan
puncak yang simetris.
4. Amplitudo gelombang linier sangat kecil dibandingkan dengan
kedalaman laut dan panjang gelombangnya.
5. Tinggi gelombang = 2 x amplitudo.
6. Gerak partikel air berbentuk orbit dan semakin ke dasar semakin
kecil. Pada laut dangkal gerak orbit partikel berbentuk eliptik.
7. Gelombang linier mempunyai kecepatan jalar gelombang individu
(c=celerity) dan mempunyai kecepatan jalar kelompok gelombang
(cg=wave group).
8. kecepatan maksimum kelompok gelombang sama dengan kecepatan
jalar gelombang individu di laut dangkal.
9. untuk laut dalam kecepatan kelompok gelombang lebih kecil
dibanding kecepatan rambat gelombang individu.
10. Energi gelombang linier merupakan fungsi dari tinggi gelombang
dan periode gelombang atau berbanding lurus dengan kuadrat tinggi
gelombang.

52

Anda mungkin juga menyukai