Anda di halaman 1dari 23

ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Modul 5 : MODEL TRANSPORTASI DAN TRANSSHIPMENT

5.1 PENDAHULUAN

Masalah program linier yang khusus, yang dapat diselesaikan dengan


metode lain selain metode simpleks adalah masalah transportasi dan
masalah penugasan. Kedua masalah ini dapat diselesaikan dengan metode
simpleks, tetapi dalam prosesnya akan melibatkan tabel-tabel simpleks yang
cukup besar dan pengulangan simpleks yang cukup banyak. Namun dengan
keunikan karakteristik dari tiap masalah tersebut, telah dikembangkan
metode solusi alternatif yang memerlukan sedikit manipulasi matematis
dibandingkan dengan metode simpleks.
Tipe khusus persoalan program linier pada masalah transportasi
dibahas dalam 2 model, yaitu : Model Transportasi dan Model
Transshipment.

5.2 MODEL TRANSPORTASI

Model Transportasi berkaitan dengan penentuan rencana berbiaya


terendah untuk mengirimkan satu barang dari sejumlah sumber (misalnya,
pabrik) ke sejumlah tujuan (misalnya, gudang). Model ini dapat diperluas
secara langsung untuk mencakup situasi-situasi praktis dalam bidang
pengendalian mutu, penjadwalan dan penugasan tenaga kerja, diantara
bidang-bidang lainnya.
Model Transportasi pada dasarnya merupakan sebuah program linier
yang dapat dipecahkan oleh metode simpleks yang biasa. Tetapi strukturnya
yang khusus memungkinkan pengembangan sebuah prosedur pemecahan,
yang disebut teknik transportasi, yang lebih efisien dalam hal perhitungan.
Model transportasi membahas masalah pendistribusian suatu
komoditas atau produk dari sejumlah sumber (supply) kepada sejumlah

1
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

tujuan (demand), dengan tujuan meminimumkan ongkos pengangkutan yang


terjadi.
Ciri- ciri khusus persoalan transportasi ini adalah :
1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu.
2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap
sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan, besarnya tertentu.
3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu
tujuan, besarnya sesuai dengan permintaan dan /atau kapasitas
sumber.
4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan,
besarnya tertentu.

5.2.1 Diagram Model Transportasi

Dalam arti sederhana, model transportasi berusaha menentukan


sebuah rencana transportasi sebuah barang dari sebuah sumber ke
sejumlah tujuan. Karena hanya terdapat satu barang, sebuah tujuan dapat
menerima permintaannya dari satu sumber atau lebih.
Tujuan dari model transportasi adalah menentukan jumlah yang harus
dikirimkan dari setiap sumber ke setiap tujuan sedemikian rupa, sehingga
biaya transportasi total diminimumkan. Asumsi dasar model ini bahwa biaya
transportasi disebuah rute tertentu adalah proporsional secara langsung
dengan jumlah unit yang dikirimkan.
Definisi “unit transportasi” dapat bervariasi bergantung pada jenis
“barang” yang dikirimkan. Misalnya, kita dapat membicarakan unit
transportasi sebagai setiap balok baja yang diperlukan untuk membangun
jembatan. Atau kita dapat menggunakan beban truk dari sebuah barang
sebagai unit transportasi. Bagaimanapun juga, unit penawaran dan
permintaan harus konsistensi dengan definisi kita tentang unit yang
dikirimkan.
Secara diagramatik, model transportasi untuk m buah sumber dan n
buah tujuan dapat digambarkan sebagai berikut :

2
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Sumber Tujuan

a1 i=1 c11 ; x11 j=1 b1

a2 i=2 j=2 b2

Unit Unit
j=3
Persediaan . Permintaan
. .
. .
.
am i=m
cmn ; xmn j=n
bn

Gambar 5.1 Diagram transportasi

Keterangan :
 Masing-masing sumber mempunyai kapasitas ai, dengan
i = 1,2,3,…,m
 Masing-masing tujuan membutuhkan komoditas sebanyak bj, dengan
j = 1,2,3,…,n
 Jumlah satuan (unit) yang dikirimkan dari sumber i ke tujuan j adalah
sebanyak Xij
 Ongkos pengiriman per unit dari sumber i ke tujuan j adalah Cij

Dengan demikian, maka formulasi menggunakan program liniernya


adalah sbb :

Minimumkan : Z = ∑ i =1m ∑ j = 1n cij xij


Pembatas :
Sumber : ∑j =i n xij = ai , i = 1,2, …,m

Tujuan : ∑i =1m xij = bj, j = 1,2, …,n

Non negatif : xij ≥ 0 , untuk seluruh i dan j ……...(5.1)

3
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Sebagai ilustrasi, jika ada 2 sumber dan 3 tujuan (m =2 dan n =3), maka :

Sumber Tujuan

C11 ; X11
a1 b1

b2

a2 b3
C23 ; X23

Gambar 5.2 Diagram transportasi, 2 sumber – 3 tujuan

Dengan formulasi :

Minimumkan : Z = c11x11 + c12x12 + c13x13 + c21x21 + c22x22 + c23x23

Pembatas :

- Sumber : x11 + x12 + x13 = a1


x21 + x22 + x23 = a2

-Tujuan : x11 + x21 = b1


x12 + x22 = b2
x13 + x 23 = b3

-Non negatif : x 11, x12 , x13, x21 , x22 , x23 ≥ 0 …………. (5.2)

4
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Tabel program liniernya adalah :

z x11 x12 x13 x21 x22 x 23 Ruas


Kanan
Persamaan 1 -c11 -c12 -c13 -c21 -c22 -c23 0
tujuan
Pembatas 0 1 1 1 a1
Sumber
0 1 1 1 a2

Pembatas 0 1 1 b1
tujuan
0 1 1 b2
0 1 1 b3

Tabel 5.1 Tabel program linier

Dari tabel 5.1 diatas, semua koefisien teknologis akan berharga nol
atau satu, dan ini merupakan karakter atau sifat dari model transportasi. Kita
juga tidak dapat melihat solusi awal secara jelas, karena itu pada persoalan
transportasi tidak lagi digunakan tabel seperti table 5.1 diatas.
Untuk menyelesaikan iterasi model transportasi, tidak perlu
menggunakan tabel simpleks. Sebagai gantinya dapat digunakan tabel
matrik transportasi yang lebih sederhana yaitu :

Tujuan ( j ) Supply
1 2 3
c11 c12 c13

1 x11 x12 x13 a1


Sumber (i)
c21 c22 c23
2 x21 x22 x 23 a2

Demand b1 b2 b3

Tabel 5.2 Matriks persoalan transportasi

5
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Dengan demikian, walaupun persoalan transportasi dapat


diselesaikan dengan metode simpleks, tetapi karena sifat-sifatnya yang
khusus itu, maka dapat disusun suatu prosedur yang jauh lebih sederhana,
yang secara sepintas tidak ada hubungannya dengan program linier atau
metode simpleks.

5.2.2 Keseimbangan Model Transportasi

Persyaratan pokok untuk penyelesaian persoalan transportasi adalah


keseimbangan antara jumlah sumber (supply) dan tujuan (demand).
Dikatakan seimbang apabila total persediaan/sumber (supply) sama dengan
total permintaan/tujuan (demand). Dengan kata lain :
m n
∑ ai = ∑ b j ……………………………….(5.3)
i=1 j=1

Dalam persoalan yang sebenarnya, batasan ini tidak selalu terpenuhi atau
dengan kata lain, total jumlah persediaan/sumber yang tersedia mungkin lebih besar
atau lebih kecil daripada jumlah yang diminta. Jika hal ini terjadi, maka model
persoalannya disebut sebagai model yang tidak seimbang (unbalanced). Model
transportasi dapat dibuat seimbang dengan cara memasukkan variabel semu
(artificial).
Jika jumlah permintaan/tujuan (demand) melebihi jumlah persediaan/sumber
(supply), maka untuk menyeimbangkan kekurangan tersebut dibuat suatu sumber
dummy, yaitu sebanyak :

∑ bj - ∑ aj , ………………………………………………………………..(5.4)
j i

seperti pada tabel 5.3 berikut ini.

6
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Tujuan ( j ) Supply
1 2 3
c11 c12 c13

1 x11 x12 x13 a1


Sumber (i)
c21 c22 c23
2 x21 x22 x 23 a2

0 0 0 a dummy
Dummy = ∑ bj - ∑ aj
J i
Demand b1 b2 b3

Tabel 5.3 Matriks persoalan transportasi (sumber dummy)

Sebaliknya, jika jumlah persediaan/sumber (supply) melebihi jumlah


permintaan/tujuan (demand), maka untuk menyeimbangkan kekurangan tersebut
dibuat suatu tujuan dummy, yaitu sebanyak :

∑ ai - ∑ bj , ……………………………………………………………….…(5.5)
i j

seperti pada tabel 5.4 berikut ini.


Tujuan ( j ) Supply
1 2 3 dummy
c11 c12 c13 0

1 x11 x12 x13 a1


Sumber (i)
c21 c22 c22 0
2 x21 x22 x 23 a2

Demand b1 b2 b3 b dummy

=∑ ai - ∑ bj
i j

Tabel 5.4 Matriks persoalan transportasi (tujuan dummy)

7
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Contoh 5.1
Pertamina memiliki tiga daerah penambangan minyak di Pulau Jawa, yaitu di
Cepu, Cilacap dan Cirebon dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar
600.000 galon, 500.000 galon dan 800.000 galon setiap harinya. Dari tempat-
tempat tersebut minyak kemudian diangkut ke daerah-daerah pemasaran yang
terpusat di Semarang, Jakarta, dan Bandung, dengan daya tampung masing-
masing sebanyak 400.000 galon, 800.000 galon dan 700.000 galon per hari.
Ongkos pengangkutan per 100.000 galon adalah :
Dari Cepu ke Semarang dan Jakarta masing-masing Rp.120.000,- dan Rp.
180.000,-. Dari Cepu ke Bandung tidak dilakukan pengiriman.
Dari Cilacap ke Semarang, Jakarta dan Bandung masing-masing Rp.300.000,- ,
Rp.100.000,- dan Rp.80.000,-.
Dari Cirebon ke Semarang, Jakarta dan Bandung masing-masing Rp.200.000,- ,
Rp.250.000,- dan Rp.120.000,-.
Buatlah diagram transportasi pengiriman minyak. Buat pula tabel
transportasinya.

Jawab :

Diagram transportasi :

Supply Demand

600.000 galon Cepu Semarang 400.000 galon

500.000galon 800.000 galon


Cilacap Jakarta

Cirebon Bandung
800.000 galon 700.000 galon

Gambar 5.3 Diagram penambangan minyak

8
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Tabel transportasi :
Satuan supply & demand dalam “gallon”, ongkos pengangkutan dalam
“Rp./gallon”.

Tujuan
Semarang Jakarta Bandung Supply

1.2 1.8 0
Cepu 600.000

3.0 1.0 0.8

Sumber Cilacap 500.000

2.0 2.5 1.2

Cirebon 800.000

Demand 400.000 800.000 700.000

5.2.3 Iterasi

Untuk menyelesaikan persoalan transportasi, harus dilakukan


langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tentukan solusi layak basis awal.
2. Hitung angka perubahan ongkos masing-masing sel. Bila tidak terdapat
angka perubahan yang bernilai negative (-), solusi sudah optimum. Bila
masih terdapat, teruskan langkah 3.
3. Tentukan peubah masuk dari peubah-peubah non-basis, dan tentukan
peubah keluar dari peubah-peubah basis.
4. Buatlah solusi basis yang baru, dan ulangi mulai langkah 2 dst.

Langkah iterasi akan dapat dilakukan dengan memperhatikan bahwa,


banyaknya solusi basis awal adalah = m + n -1.

9
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Langkah 1 : Menentukan solusi layak basis awal

Terdapat tiga metode yang biasa digunakan untuk menentukan solusi


layak basis awal, dengan mengisikan asumsi pada masing-masing sel, yaitu:

1. Metode Pojok Kiri Atas (Nort-West Corner Method)


Asumsi solusi basis awal metode ini, dimulai dengan mengisi sel pojok
kiri atas table. Jumlah yang dialokasikan adalah jumlah yang paling
memungkinkan terbatas pada batasan persediaan dan permintaan untuk sel
tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a. Alokasikan sebanyak mungkin ke sel pojok kiri atas tabel, disesuaikan
dengan batasan persediaan dan permintaan (angka terkecil antara
jumlah persediaan/supply dengan jumlah permintaan/demand).
b. Dilanjutkan dengan mengisi sebanyak mungkin sel yang fisibel
berikutnya yang berdekatan (disebelah kanan atau bawahnya) dengan
mengisi angka seperti diatas, dikurangi dengan angka yang telah
diisikan pada sel sebelumnya.
c. Ulangi langkah b sampai semua kebutuhan permintaan dan
persediaan telah terpenuhi.

2. Metode Ongkos Terkecil (least Cost Method)


Prinsip metode ini adalah pemberian prioritas pengalokasian pada sel-
sel yang mempunyai satuan ongkos terkecil (cij), untuk diasumsikan sebagai
solusi basis awal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a. Alokasikan sebanyak mungkin ke sel fisibel yang mempunyai ongkos
terendah, dan sesuaikan dengan batasan persediaan dan permintaan.
b. Ulangi langkah a sampai semua kebutuhan persediaan dan
permintaan terpenuhi.

3. Metode Pendekatan Vogel (Vogel s Approximation Method –VAM)


Metode ini berdasarkan pada konsep biaya penalty (Penalty cost).
Pertama kali yang harus dilakukan adalah menghitung biaya penalty untuk

10
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

tiap baris (sumber/persediaan) dan tiap kolom (tujuan/permintaan). Adapun


langka-langkah yang dilakukan adalah sbb. :
a. Tentukan biaya penalty untuk tiap baris dan kolom, dengan jalan
mengurangkan elemen ongkos terkecil dari yang kedua terkecil, pada
baris dan kolom yang sama.
b. Kemudian selidiki dan pilih baris atau kolom dengan biaya penalty
terbesar.
c. Alokasikan sebanyak mungkin ke sel fisibel dengan ongkos terkecil
pada baris atau kolom, dengan biaya penalty terbesar, sesuaikan
besarannya dengan sumber/supply dan tujuan/demand.
d. Ulangi langkah a, b, c sampai semua kebutuhan telah terpenuhi .

Contoh 5.2

Diketahui tabel transportasi berikut ini, tentukan solusi basis awal


menggunakan cara pojok kiri atas, ongkos terkecil dan pendekatan Vogel.

Tujuan ( Penawaran )

1 2 3 4 ai
10 0 20 11
00
1 15

12 7 9 20
Sumber
2 25

0 14 16 18
3 5

(Permintaan) bj 5 15 15 10

11
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Jawab :
a. Cara pojok kiri atas

Tujuan
1 2 3 4 ai
10 0 20 11
00
1 5 10 15 10 0

12 7 9 20
Sumber 2 25 20 5 0
5 15 5

0 14 16 18
3 5 5 0

bj 5 15 15 10
0 5 0 5
0 0
Z = 10.5 + 0.10 + 7.5 + 9.15 + 20.5 + 18.5 = 410

b. Cara ongkos terkecil

Tujuan
1 2 3 4 ai
10 0 20 11
00
1 15 15 0

12 7 9 20
Sumber
15 10
2 25 10 0

0 14 16 18
3 5 555 5 0

bj 5 15 15 10
0 0 0 0
Z = 0.15 + 9.15 + 20.10 +0.5 = 335

12
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

c. Cara pendekatan Vogel

Tujuan (penalty)
1 2 3 4 ai
10 0 20 (10) (11) (11) (11) (0) (0)
11
1 00
5 10 15 15 15 15 5 (0)

Sumber 2 12 7 9 20 (2) (2) (13) (0) … …


10 15 25 25 10 0 … …

0 14 16 18
(14) (0) … … … …
5
3 555 5 0 … … … …

bj (Penalty) 5 (10) 15 (7) 15 (7) 10 (7)


0 (0) 15 (7) 15 (11) 10 (9)
… 15 (7) 0 (0) 10 (9)
… 5 (0) … 10 (11)
… 5 (0) … 0 (0)
… 0 (0) … …

Z = 0.5 + 11.10 + 7.10 + 9.15 + 0.5 = 315

Keterangan : angka dalam kurung ( ) = angka penalty

Langkah 2 : Menghitung angka perubahan ongkos.

Setelah solusi basis awal (solusi fisibel dasar) ditentukan oleh salah
satu dari ketiga metode penentuan solusi awal, langkah selanjutnya adalah
menyelesaikan model untuk mendapatkan solusi minimal (yaitu, total biaya
minimum). Solusi basis dinyatakan optimal apabila dilakukan perubahan
peubah basis sudah tidak memberikan penurunan harga lagi atau solusi
tujuan sudah minimal. Hal ini bisa ditunjukkan dengan angka perubahan
ongkos (∆cij). Bila belum optimal, maka harus dilakukan iterasi. Terdapat dua
metode solusi dasar untuk menghitung angka perubahan ongkos, yaitu :
metode stepping-stone (batu loncatan) dan metode modified distribution
/ MODI (distribusi yang dimodifikasi).

13
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

a. Metode solusi stepping-stone (batu loncatan)


Langkah pertama yang dilakukan dalam metode ini adalah
mengevaluasi sel-sel kosong (1-3, 1-4, 2-1, 3-1, 3-2, 3-3) untuk mengetahui
apakah dengan menggunakan sel-sel tersebut dapat menurunkan total
biaya. Terlebih dahulu harus dibuat suatu loop tertutup untuk masing-masing
calon peubah masuk, kemudian menghitung besarnya angka perubahan
ongkos. Jika ditemukan rute seperti itu, maka kita akan mengalokasikan
sebanyak mungkin pada sel tersebut.
Adapun langkah-langkah pada metode stepping-stone adalah sebagai
berikut :
1. Tentukan lintasan stepping-stone (loop tertutup) dan perubahan
biaya untuk tiap sel yang kosong dalam tabel.
2. Alokasikan sebanyak mungkin ke sel yang kosong yang
menghasilkan penurunan biaya terbesar.
3. Lakukan langkah a dan b sampai semua sel kosong memiliki
perubahan biaya positif yang mengindikasikan tercapainya solusi
optimal.

Sebagai contoh, diambil solusi awal yang diperoleh pada contoh 5.2.a
dengan cara pojok kiri atas. Untuk loop yang ditunjukkan pada tabel
berikut ini, besarnya angka perubahan ongkos adalah :

∆c31 = + c31 - c11 + c12 - c22 + c24 - c34 = -15 ……….(5.6)

1 2 3 4
10 0 20 11
00
1 B B
(-) (+)

12 7 9 20
2
B B B
(-) (+)

0 14 16 18
3 B
-15 (+) (-)

14
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Seluruh angka perubahan ongkos pada contoh 5.2 adalah sbb. :

1 2 3 4
10 0 20 11
00
1 B B
+18 -2
12 7 9 20
2
B B B
-5

- 0 14 16 18
3 B
-15 +9 +9

b. Metode Distribusi yang Dimodifikasi (Modified Distribution/MODI)


Metode distribusi yang dimodifikasi (MODI) pada dasarnya adalah
suatu modifikasi dari metode stepping-stone. Namun dalam metode MODI
perubahan biaya pada sel ditentukan secara matematis tanpa
mengidentifikasi lintasan sel-sel kosong seperti pada metode stepping-stone.
Cara ini dikembangkan berdasarkan teori dualitas. Untuk tiap baris i
dari tabel transportasi dikenal suatu angka pengali (multiplier) ui, dan untuk
kolom j disebut pengali (multiplier) vj, sehingga untuk tiap peubah basis xij
didapat persamaan :

ui + vj = cij …………………………………………………...(5.7)

Untuk mengawali, tentukan u1 = 0 dan hitung secara berselang-seling


untuk tiap vj dan ui. Sedangkan untuk menghitung angka perubahan ongkos
pada peubah-peubah non basis digunakan rumus :

∆cij = + cij - ui - vj ……………………………………….(5.8)

15
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Adapun langkah-langkah metode distribusi yang dimodifikasi (MODI) adalah


sebagai berikut :
1. Tentukan solusi awal menggunakan satu dari ketiga metode yang
tersedia.
2. Hitung nilai-nilai ui dan vj untuk tiap baris dan kolom, dengan
menerapkan formula ui + vj = cij pada tiap sel yang telah memiliki
alokasi.
3. Hitung perubahan biaya kij, untuk setiap sel kosong menggunakan
formula cij – ui – vj = ∆cij
4. Alokasikan sebanyak mungkin ke sel kosong yang menghasilkan
penurunan biaya bersih terbesar (∆cij yang paling negative).
Alokasikan sesuai dengan lintasan stepping-stone untuk sel yang
terpilih.
5. Ulangi langkah 2 sampai 4, sampai semua nilai ∆cij positif atau nol.

Perhitungan angka pengali dan angka perubahan ongkos pada contoh 5.2
sebagai berikut :

1 2 3 4
v1 = 10 v2 = 0 v3 = 2 v4 = 13
10 0 20 11
00
1 u1 = 0 B B
+18 -2
12 7 9 20
2 u2 = 7
B B B
-5

- 0 14 16 18
3 u3 = 5 B 555
-15 +9 +9

16
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Langkah 3 dan 4 : Menentukan peubah masuk dan keluar serta solusi


basis baru

Peubah masuk ditentukan oleh angka perubahan ongkos paling besar


(negatif), pada contoh ini adalah x31 dengan ∆c31 = - 15. Peubah keluar
dipilih salah satu dari peubah basis yang berada di sudut loop bertanda
positif, lihat cara batu loncatan (stepping stone), dalam contoh ini dipilih
antara x11, x22 atau x34.

Contoh 5.3
Selesaikan soal pada contoh 5.2 terdahulu, sampai ditemukan solusi
optimalnya menggunakan tabel transportasi.

Jawab :

Solusi basis awal :

Tujuan
1 2 3 4 ai
10 0 20 11
5 00 10
1 15
+18 -2

12 7 9 20
Sumber 2 5 15 5
25

-5
-
0 14 16 18
3 5 5
-15 +9 +9

bj 5 15 15 10

17
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Iterasi 1 :

Tujuan
1 2 3 4 ai
10 0 20 11
0 00 15
1 15
+18 -2

12 7 9 20
Sumber 2 0 15 10
25

-5
-
0 14 16 18
3 5 5 5
+24 +24 +15

bj 5 15 15 10

Iterasi 2 :

Tujuan
1 2 3 4 ai
10 0 20 11
00 15
1 15
+5 +18 -2

12 7 9 20
Sumber 2 0 0 15 10
25

-
0 14 16 18
3 5 5 5
+19 +19 +10

bj 5 15 15 10

18
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Iterasi 3 :
Tujuan
1 2 3 4 ai
10 0 20 11
00 5 10
1 15
+5 +18

12 7 9 20
Sumber 2 0 10 15
25

+2
-
0 14 16 18
3 5 5
+19 +19 +13

bj 5 15 15 10

Z = 0.5 + 11.10 + 12.0 + 7.10 + 9.15 + 0.5 = 315

Solusi akhir :
Sumber 1 ke Tujuan 2 = 5 unit, ongkos = 5 unit x Rp. 0,- = Rp. 0,-
Sumber 1 ke Tujuan 4 =10 unit, ongkos = 10 unit x Rp. 11,- = Rp. 110,-
Sumber 2 ke Tujuan 2 =10 unit, ongkos = 10 unit x Rp. 7,- = Rp. 70,-
Sumber 2 ke Tujuan 3 =15 unit, ongkos = 15 unit x Rp. 9,- = Rp. 135,-
Sumber 3 ke Tujuan 1 = 5 unit, ongkos = 5 unit x Rp. 0,- = Rp. 0,-

Jumlah = Rp. 315,-

5.2.4 Degenerasi

Solusi basis awal yang didapat dari metode pojok kiri atas pada
contoh 5.1 adalah 6 (enam) sel. Dikatakan memenuhi ketentuan m + n – 1,
dimana jumlah baris adalah 3 (m = 3) dan jumlah kolom adalah 4 (n = 4); jadi
3 + 4 – 1 = 6 sel dengan alokasi.
Tabel tersebut akan selalu mempunyai enam sel dengan alokasi, jadi
kondisi untuk mendapatkan normal solusi terpenuhi. Jika kondisi ini tidak

19
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

terpenuhi dan terdapat sel yang mempunyai alokasi kurang dari m + n – 1,


maka tabel dinyatakan mengalami degenerasi.
Kesulitan yang dihasilkan dari degenerasi atas solusi fisibel dasar
adalah bahwa baik metode stepping-stone maupun MODI tidak akan bekerja
kecuali kondisi di atas (m + n – 1) terpenuhi. Alasannya adalah lintasan
(loop tertutup) pada metode stepping-stone dan semua perhitungan pada
MODI (ui + vj = cij) tidak dapat dilengkapi.
Untuk mengatasi degenerasi, sebuah sel kosong secara artifisial
harus diperlakukan seolah-olah sebagai sebuah sel yang berisi alokasi
sebesar “0” (nol). Perhatikan bahwa pengalokasian “0” adalah acak, karena
tidak ada ketentuan umum untuk mengalokasikan sel artifisial.
Pengalokasian “o” pada sebuah sel tidak menjamin tebentuknya semua
lintasan stepping-stone.

5.3 Model Transshipment

Model transshipment adalah model transportasi yang


memungkinkan dilakukan pengiriman barang (komoditi) secara tidak
langsung, dimana barang dari suatu sumber dapat berada pada sumber lain
sebelum mencapai tujuan akhirnya. Jadi pada model transshipment ini suatu
sumber sekaligus dapat berperan sebagai tujuan, dan sebaliknya, suatu
tujuan dapat juga berperan sebagai sumber.
Dalam model ini, setiap sumber maupun tujuan dipandang sebagai
titik-titik potensial bagi supply maupun demand. Oleh karena itu, untuk
menjamin bahwa tiap titik potensial tersebut mampu menampung total
barang disamping jumlah barang yang telah ada pada titik-titik tersebut,
maka perlu ditambahkan kepada titik-titik itu kuantitas supply dan demand
masing-masing sebesar B, dengan syarat :
m n
B ≥ ∑ ai = ∑ bj …………………………………… .(5.9)
i=1 j=1

20
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Dengan demikian, apabila persoalan transportasi sbb.;

Tujuan
T1 T2 T3 ai

S1 10 20 30 100

Sumber 20 50 40
S2 200

bj 100 100 100

Akan menjadi persoalan transshipment sbb.:

Tujuan
S1 S2 T1 T2 T3 ai
10 20 30

S1 15 100+B

20 50 40
S2 25 200+B

Sumber T1 555 5 B

T2 B

Su S
T3 B

bj B B 100+B 100+B 100+B

21
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

Asumsikan bahwa seluruh ongkos per unitnya telah ditentukan,


maka model transshipment lengkapnya adalah :

Tujuan
S1 S2 T1 T2 T3 ai
0 80 10 20 30

S1 400

10 0 20 50 40
S2 500

-
20 30 0 40 10
Sumber T1 0 300
0
0
40 20 10 0 20
0
0
T2 300

60 70 80 20 0
Su S
T3 300

bj 300 300 400 400 400

Selanjutnya persoalan transshipment ini dapat dilakukan penyelesaian


melalui prosedur iterasi seperti pada model transportasi.

Latihan

1. Tiga pengilangan minyak dengan kapasitas harian maksimum


sebesar 6 juta, 5juta,dan 8 juta gallon bensin pemasoktiga daerah
distribusi dengan permintaan harian sebesar 4 juta, 8 juta dan 7
juta galon. Beensin diangkut ke tiga daerah distribsi melalui
jaringan pipa . biaya transportasi yang diperkirakan berdasarkan
panjang pipa sebesar 1 sen pe 100 galon per kilometer. Tabel
jarak dalam kilometer menunjakkan bahwa pengilangan 1 tidak

22
ANALISA SISTEM Modul 5 – Model Transportasi dan Transshipment

dapat dikirim ke daerah diatribusi 3. rumuskan kedalam model


transportasi dan selesaikan menggunakan tabel transportasi.

Daerah Distribusi
1 2 3
1 120 180 -
Pengilangan 2 300 100 80
3 200 250 120

2. Sebuah perusahaan yang berada di kota O harus mengirim


sebanyak 100 zak semen ke kota-kota A, B dan C yang masing –
masing membutuhkan semen berturut-turut 250, 650 dan 100 zak.
Ongkos pengiriman 1 zak semen dari dan ke kota-kota tersebut
separti pada gambar berikut. Pertanyaan : (a) Buatlah tabel
transshipment untuk menyelesaikan permasalahan agar didapat
total biaya pengiriman yang minimal. (b) Selesaikan model
transshipment ini.

23

Anda mungkin juga menyukai