Anda di halaman 1dari 19

Modul 10.

PENELITIAN OPERASIONAL

MODEL TRANSPORTASI

Oleh :
Eliyani

PROGRAM KELAS KARYAWAN

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA


http://www.mercubuana.ac.id

JAKARTA

2007
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI
1. PENDAHULUAN

Suatu jaringan adalah suatu sistem garis-garis atau saluran-saluran yang


menghubungkan titik-titik yang berlainan, contohnya antara lain: jaringan rel
kereta api, sistem saluran pipa, jaringan jalan raya, dan jaringan
penerbangan. Dalam semua jaringan ini terjadi arus dari titik-titik sumber
menuju beberapa titik tujuan. Misalnya, dalam suatu sistem saluran pipa
dapat dikirim air, minyak atau gas dari sumber menuju langganan yang
meminta.

Terdapat bermacam-macam model jaringan (network model). Masalah


jaringan dapat juga dapat dirumuskan sebagai masalah LP dan solusinya
diperoleh dengan menggunakan metode simpleks. Tetapi, banyak teknik
jaringan khusus telah dikembangkan yang pada umumnya lebih efisien
daripada metode simpleks, salah satunya adalah model transportasi.

2. DEFINISI DAN APLIKASI MODEL TRANSPORTASI

Masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu produk tunggal


dari beberapa sumber, dengan penawaran terbatas, menuju beberapa
tujuan, dengan permintaan tertentu, pada biaya transpor minimum. Karena
hanya ada satu macam barang, suatu tempat tujuan dapat memenuhi
permintaannya dari satu atau lebih sumber.

Asumsi dasar model ini adalah bahwa biaya transpor pada suatu rute
tertentu proporsional dengan banyaknya unit yang dikirimkan. Definisi unit
yang dikirimkan sangat tergantung pada jenis produk yang diangkut, yang
penting, satuan penawaran dan permintaan akan barang yang diangkut
harus konsisten.

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 1


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI

a. Masalah Transportasi Seimbang

Untuk menjelaskan masalah transportasi, suatu contoh akan disajikan di


mana jumlah supply dari semua sumber sama dengan jumlah permintaan
pada semua tempat tujuan. Masalah jenis ini dinamakan masalah
transportasi seimbang.

Sebuah Perusahaan Negara berkepentingan mengangkut pupuk dari tiga


pabrik ke tiga pasar. Kapasitas supply ketiga pabrik, permintaan pada ketiga
pasar dan biaya transpor per unit disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Suplai Pupuk dari Tiga Pabrik ke Tiga Pasar

Pasar Penawaran

1 2 3
1 8 5 6 120
Pabrik 2 15 10 12 80
3 3 9 10 80

Permintaan 150 70 60 280

Masalah transportasi ini diilustrasikan sebagai suatu model jaringan pada


Gambar 1.

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 2


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI

Sumber volume yang diangkut tujuan


(x (X ij )
1 1
Supply
S 1 = 120
2 2

3 3

Gambar 1. Model jaringan suplai dan permintaan pupuk.

Kendala model menunjukkan jumlah yang dapat ditawarkan oleh masing-


masing pabrik dan jumlah yang diminta pada setiap pasar sebagai jumlah
dari alternatif-alternatif pengiriman secara individu (rute). Kendalanya berupa
persamaan karena masalahnya seimbang (semua barang yang ditawarkan
akan didistribusikan dan semua permintaan akan dipenuhi).

Masalah ini dapat dipecahkan dengan menggunakan metode simpleks.


Namun suatu masalah transportasi yang relatif kecil, seperti pada contoh di
atas, dapat berkembang menjadi tabel simplex yang besar dengan 6
kendala, 9 variabel keputusan dan 6 artificial variable. Jika diperhatikan lebih
lanjut, semua koefisien matriks kendala pada masalah ini sama dengan 1.
Sifat-sifat model ini mengakibatkan pengunaan metode solusi khusus yang
perhitungannya lebih efisien dibanding metode simplex.

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 3


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI

a. Tabel Transportasi

Karena bentuk masalah transportasi yang khas, ia dapat ditempatkan dalam


suatu bentuk tabel khusus yang dinamakan tabel transportasi. Tabel ini
mempunyai bentuk umum seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bentuk Umum Tabel Transportasi

Ke Tujuan Supply

Dari 1 2 ... j . .. n

S 1 C1 C12 . .. C11 ... C1n S1


X1n
1
u
m
b
e 2 X11 C2 . .. C21 ... C2n S2
r C21 X21
X21 2
X2n
.

. X22 . .
. . .
. .
i CI1 CI2 ... Cij ... Cin S1
.
.
. . . .
. . . .
. . .
m Cm Cm Cm1 Xmn Sn
1 Xm1
2

Demand Xm1 Xm2 . .. Dj ... Dn


Sumber ditulis dalamD1baris-baris
D2 dan tujuan dalam kolom-kolom. Tabel itu
punya m x n kotak. Biaya transpor per unit (cij) dicatat pada kotak kecil di
bagian kanan atas setiap kotak. Permintaan dari setiap tujuan terdapat pada
baris paling bawah, sementara penawaran setiap sumber dicatat pada kolom
paling kanan. Kotak pojok kiri bawah menunjukkan kenyataan bahwa
penawaran sama dengan permintaan (S=D). Variabel Xij pada setiap kotak
menunjukkan jumlah barang yang diangkut dari sumber i ke tujuan j (yang
akan dicari).

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 4


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI
Tabel transportasi masalah transportasi pupuk di atas diilustrasikan pada
Tabel 3.

Tabel 3. Tabel Transportasi Masalah Pupuk

Ke 1 2 3
Dari

1 8 5 6

2 15 10 12 80

3 3 9 10 80

Demand 100 70 60 280

Dari masalah yang telah disajikan dalam bentuk tabel, dapat diselesaikan
melalui satu atau beberapa teknik solusi transportasi. Namun, untuk memulai

proses solusi, suatu solusi dasar layak harus ditentukan.

3. SOLUSI AWAL

Pada bentuk umum masalah transportasi di atas, terdapat m kendala


penawaran dan n kendala permintaan, keseluruhannya terdapat m + n

kendala. Dalam suatu masalah LP banyaknya variabel basis dalam tabel


simpleks sama dengan banyaknya kendala. Namun, pada masalah
transportasi, terdapat sebuah kendala yang berlebih (redundant).

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 5


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI

m n
Kondisi keseimbangan j1 S j 1
i D j memberikan kenyataan bahwa jika

m + n – 1 kendala terpenuhi kemudian m + n -1 persamaan independent.


Sehingga, solusi awal hanya memiliki m + n – 1 variabel basis.

Ada beberapa metode untuk mencari solusi dasar awal layak. Tiga dari
metode yang dikenal, yaitu North west Corner, Least Cost, dan Aproksimasi
Vogel.

a. Metode North – West Corner

Metode ini adalah yang paling sederhana diantara tiga metode yang telah
disebutkan untuk mencari solusi awal. Langkah-langkahnya diringkas seperti
berikut :
1) Mulai pada pojok barat laut tabel dan alokasikan sebanyak mugkin pada

X 11 tanpa menyimpang dari kendala penawaran atau permintaan (artinya

X 11 ditetapkan sama dengan yang terkecil di antara nilai S 1 da D 1 )


2) Ini akan menghabiskan penawaran pada sumber 1 dan atau permintaan
pada tujuan 1. Akibatnya, tak ada lagi barang yang dapat dialokasikan ke
kolom atau baris yang telah dihabiskan dan kemudian baris atau kolom
itu dihilangkan. Kemudian alokasikan sebanyak mungkin ke kotak di
dekatnya pada baris atau kolom yang tak dihilangkan. Jika baik kolom
maupun baris telah dihabiskan, pindahlah secara diagonal ke kotak
berikutnya.
3) Lanjutkan dengan cara yang sama sampai semua penawaran telah
dihabiskan dan keperluan permintaan telah dipenuhi.

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 6


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI

Pada masalah transportasi pupuk, solusi awal dengan metode North-West


Corner ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Solusi Awal Masalah Pupuk dengan Metode North-West Corner

Ke 1 2 3 Supply
Dari

1 8 5 6 120
120

2 15 10 12 80
30 50

3 3 9 10 80
20 60

Demand 150 70 280 280

Solusi awal diperoleh dengan cara seperti berikut :


1) Sebanyak mungkin dialokasikan ke X 11 sesuai dengan aturan bahwa X 11

adalah yang minimum di antara [120, 150], berarti X 11 = 120. Ini


menghabiskan penawaran pabrik 1 dan akibatnya, pada Langkah
selanjutnya baris 1 dihilangkan.

2) Karena X 11 = 120, maka permintaan pada tujuan 1 belum terpenuhi

sebanyak 30. Kotak di dekatnya, X 21 , di alokasikan sebanyak mungkin

sesuai dengan X 21 = min [30, 80] = 30. ini menghilangkan kolom 1 pada
langkah selanjutnya.

3) Kemudian X 22 = min [50, 70] = 50, yang menghilangkan baris 2.

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 7


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI

4) X 22 = min [20, 80] = 20

5) X 33 = min [60, 60] = 60

Perhatikan bahwa proses langkah tangga ini menghasilkan solusi awal


dengan 5 (=3+3 -1) variabel basis dan 4 variabel nonbasis (yaitu alokasi nol).
Untuk alokasi ini, biaya transpor total adalah :
Z = (8x120) + (15x30) + (10x50) + (9x20) + (10x60) = 2690

Ingat bahwa ini hanya solusi awal sehingga tidak perlu optimum.
Kenyataannya dari tiga metode untuk memperoleh suatu solusi awal,
metode ini adalah yang paling tidak efisien, karena ia tidak
mempertimbangkan biaya transpor per unit dalam membuat alokasi.
Akibatnya, mungkin diperlukan beberapa iterasi solusi tambahan sebelum
solusi optimum diperoleh.

b. Metode Least-Cost

Metode Least-Cost berusaha mencapai tujuan minimisasi biaya dengan


alokasi sistematik kepada kotak-kotak sesuai dengan besarnya biaya
transpor per unit . Prosedur metode ini adalah :

1. Pilih variabel X ij (kotak) dengan biaya transpor (C ij ) terkecil dan

alokasikan sebanyak mungkin. Untuk C ij terkecil, X ij = minimum [S i ,

D ]. Ini akan menghabiskan baris i atau kolom j.


j

2. Dari kotak-kotak sisanya yang layak (yaitu yang tidak terisi atau tidak
dihilangkan), pilih nilai C ij terkecil dan alokasikan sebanyak mungkin.
3. Lanjutkan proses ini sampai semua penawaran dan permintaan
terpenuhi.

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 8


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI

Pikirkan lagi contoh transportasi pupuk. Tabel 5 menunjukkan alokasi kotak


awal dengan metode Least-Cost.

Tabel 5. Solusi Awal Masalah Pupuk dengan Metode Least Cost

Ke 1 2 3 Supply
Dari

1 8 5 6 120

2 15 10 12 80

3 3 9 10 80
80

Demand 150 70 60 280

Langkah pertama dalam metode Least-Cost menyarankan alokasi pada X 31 ,

karena c 31 = 3 adalah kotak dengan biaya minimum. Jumlah yang

dialokasikan adalah X 31 = minimum [150, 80] = 80. Karena alokasi ini

menghabiskan penawaran sumber 3, baris 3 dihapus, dan X 32 maupun X 33

tak layak lagi. Juga, permintaan sebanyak 150 pada tujuan 1 dikurangi 80
sehingga sekarang permintaannya tinggal 70.

Alokasi kotak selanjutnya dipilih dari 6 kotak sisanya, c ij terkecil adalah c 12 =

5 dan X 12 = minimum [70, 120] = 70. Alokasi ini ditunjukkan pada Tabel 6.

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 9


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI

Tabel 6. Tabel transportasi kedua Masalah Pupuk dengan Metode Least


Cost

Ke 1 2 3 Supply
Dari

1 8 5 6 120
70

2 15 10 12 80

3 3 9 10 80
80 60

Demand 150 70 60 280

Jika terdapat nilai C ij terkecil yang kembar, pilih di antara kotak itu secara

sembarangan. Karena ini hanya merupakan solusi awal yang tidak


berpengaruh terhadap solusi optimum, kecuali mungkin memerlukan iterasi
lebih banyak untuk mencapainya.

Solusi awal dengan metode Least-Cost pada Tabel 6 adalah X 12 =70,

X 13 =50, X 21 =70, X 23 =10, dan X 31 =80 dengan biaya transport Z = 2.060.

Membandingkan solusi awal yang diperoleh dari metode Least-Cost dengan


North-West menunjukkan bahwa dengan metode Least-Cost terjadi
penurunan sebesar 630 (=2.690 – 2.060). Pada umumnya, metode Least-
Cost akan memberikan solusi awal lebih baik (biaya lebih rendah) dibanding
metode North-West Corner. Karena metode Least-Cost menggunakan biaya

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 10


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI
per unit sebagai kriteria alokasi sementara metode North-West tidak.
Akibatnya, banyaknya iterasi tambahan yang diperlukan untuk mencapai
solusi optimum lebih sedikit. Namun, dapat terjadi meskipun jarang, di mana
solusi awal yang sama atau lebih baik dicapai melalui metode North-West
Corner.

c. Metode Aproksimasi Vogel (VAM)

VAM selalu memberikan suatu solusi awal yang lebih baik disbanding
metode North-west Corner dan sering kali lebih baik daripada metode Least-
Cost.

Kenyataannya, pada beberapa kasus, solusi awal yang diperoleh melalui


VAM akan menjadi optimum. VAM melakukan alokasi dalam suatu cara yang
akan meminimumkan penalty (apportunity cost) dalam memilih kotak yang
salah untuk suatu alokasi. Proses VAM dapat diringkas sebagai berikut :
1. Hitung Opportunity cost untuk setiap baris dan kolom. Opportunity cost

untuk setiap baris I dihitung dengan mengurangkan nilai C ij terkecil pada

baris itu dari nilai C ij satu tingkat lebih besarpada baris yang sama.

Opportunity cost kolom diperoleh dengan cara yang serupa. Biaya-biaya


ini adalah penalty karena tidak memilih kotak dengan biaya minimum.
2. Pilih baris atau kolom dengan opportunity cost terbesar (jika terdapat nilai
kembar, pilih secara sembarang). Alokasikan sebanyak mungkin ke kotak

dengan nilai C ij minimum pada baris atau kolom yang dipilih. Untuk C ij

terkecil, X ij =minimum [S i ,D j ]. Artinya penalty terbesar dihindari.

3. Sesuaikan penawaran dan permintaan untuk menunjukkan alokasi yang


sudah dilakukan. Hilangkan semua baris dan kolom di mana penawaran
dan permintaan telah dihabiskan.

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 11


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI
4. Jika semua penawaran dan permintaan belum dipenuhi, kembali ke
langkah 1 dan hitung lagi opportunity cost yang baru. Jika semua
penawaran dan permintaan telah dipenuhi, solusi awal telah diperoleh.

Penerapan langkah-langkah pada contoh transportasi pupuk memberikan


suatu alokasi VAM awal seperti ditunjukkan Tabel 7.

Tabel 7. Solusi Awal Masalah Pupuk dengan Metode VAM

Ke 1 2 3 Supply Penalty costs baris


Dari 1
1 8 5 6 120

2 15 10 12 80
2
3 3 9 10 80
80

Demand 150 70 60 280


6

Penalty 5 4 4
Cost
kolom

Sebagai suatu contoh perhitungan penalty cost, pikirkan baris pertama. Nilai

C ij terkecil adalah 5 untuk C 12 . Kemudian yang satu tingkat lebih besar

adalah C 13 = 6 sehingga penalty cost adalah beda antara dua nilai ini, 6-5 =
1. Semua baris dan kolom yang lain dihitung dengan cara serupa.

Penalty cost terbesar untuk Tabel 7 adalah 6 yang terdapat pada baris 3.
Alokasi pada baris ini dibuat pada kotak dengan nilai C ij terkecil, dalam hal

ini X 31 = minimum [80, 150] = 80. Sekarang tabel harus disesuaikan untuk
menunjukkan sumber ke 3 telah terpakai habis dengan cara menghapus

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 12


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI
baris 3. Di samping itu, permintaan yang belum terpenuhi pada tujuan 1
menjadi 70 bukan lagi 150. Tabel yang disesuaikan dengan perhitungan
ulang penalty cost dan alokasi kedua diyunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Tabel Transportasi Kedua Masalah Pupuk dengan Metode VAM

Ke 1 2 3 Supply Penalty costs baris


Dari 1

1 8 5 6 120
70

2 15 10 12 80
2

3 3 9 10 80
80

Demand 150 70 60 280

Penalty 7 5 6
Cost
kolom

5. MENENTUKAN SOLUSI OPTIMUM

Setelah solusi layak dasar awal diperoleh, kemudian dilakukan perbaikan


untuk mencapai solusi optimum. Dua metode mencari solusi optimum akan
dibahas di sini, yaitu metode stepping-stone dan modified distribution.

a. Metode Stepping Stone

Setelah solusi layak dasar awal diperoleh dari masalah transportasi, langkah
berikutnya adalah menekan ke bawah biaya transport dengan memasukkan
variabel nonbasis (yaitu alokasi barang ke kotak kosong) ke dalam solusi.

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 13


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI
Proses evaluasi variabel non basis yang memungkinkan terjadinya
perbaikan solusi dan kemudian mengalokasikan kembali dinamakan metode
stepping stone.

Ini adalah proses jalur tertutup dalam prosedur stepping stone. Jalur untuk
X 12 ini ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jalur X12 Metode Stepping Stone.

Ke 1 2 3 Supply

1 -1 5 6 120
8 +1
120

2 +1 15 -1 10 12 80
30 50

3 3 9 10 80
20 60

Demand 150 70 60 280

Beberapa hal penting perlu disebutkan dalam kaitannya dengan penyusunan


jalur stepping stone.

1) Arah yang diambil, baik searah maupun berlawanan arah dengan jarum
jam adalah tidak penting dalam membuat jalur tertutup.
2) Hanya ada satu jalur tertutup untuk setiap kotak kosong
3) Jalur harus hanya mengikuti kotak terisi (di mana terjadi perubahan
arah), kecuali pada kotak kosong yang sedang dievaluasi.

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 14


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI

4) Namun, baik kotak terisi maupun kosong dapat dilewati dalam


penyusunan jalur tertutup

a. Metode Modified Distribution (MODI)

Solusi dengan menggunakan metode Modified Distribution (MODI) adalah


suatu variasi metode stepping stone yang didasarkan pada rumusan dual. Ia
berbeda dari variasi metode stepping stone dalam hal bahwa dengan MODI
tidak perlu menentukan semua jalur tertutup variabel nonbasis. Sebagai

gantinya, nilai-nilai C ditentukan secara serentak dan hanya jalur tertutup


ij

untuk entering variable yang diidentifikasikan. Ini menghilangkan tugas yang


melelahkan dari identifikasi semua jalur stepping stone.

Dalam metode MODI, suatu nilai U i dirancang untuk setiap baris I dan

suatu nilai, Vj, dirancang untuk setiap kolom j pada tabel transportasi. Untuk
setiap variabel basis (yaitu kotak yang ditempati), X ij mengikuti hubungan
seperti berikut :
Ui + Vj = C ij

di mana C ij adalah biaya transport per unit.

Metode MODI dapat diringkas dalam langkah-langkah berikut:


1). Yentukan nilai U i untuk setiap baris dan nilai-nilai V j
untuk setiap kolom

dengan menggunakan hubungan C ij = U i + V j


untuk semua variable

basis dan tetapkan nilai nol untuk U 1


2). Hitung perubahan biaya C ij untuk setiap variable non basis dengan

menggunakan rumus C ij = C ij - U i - V j

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 15


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI

3) Jika terdapat nilai C ij negatif, solusi belum optimal. Pilih variable

X ij dengan nilai C ij negative terbesar sebagai entering variable

4)Alokasikan barang ke entering variable, X ij , sesuai proses stepping

stone. Kembali ke langkah 1

d. Masalah transportasi tak seimbang

Sejauh ini hanya dibahas masalah transportasi seimbang, di mana


penawaran sama dengan permintaan. Kenyataannya, kasus seimbang
adalah kekecualian. Pada umumnya, kebanyakan masalah adalah tak
seimbang di mana penawaran lebih besar daripada permintaan atau
sebaliknya. Dalam kasus masalah tak seimbang, metode solusi transportasi
membutuhkan sedikit modifikasi.

Dalam kasus di mana penawaran lebih besar daripada permintaan,


diperlukan modifikasi tabel yang sebaliknya, suatu kolom dummy
ditambahkan. Misalkan dalam masalah transportasi pupuk, jika permintaan
pada tujuan 1 adalah 100 dan bukan lagi 150, maka jumlah permintaan
menjadi 230 dan jumlah penawaran tetap 280. Sekali lagi, metode solusi
tidak berubah dalam kasus ini. Tabel yang telah dimodifikasi disajikan pada
Tabel 10.

d. Degenerasi

Untuk mengevaluasi kotak kosong dalam menetukan entering variable,


banyaknya kotak terisi (variabel basis) harus sama dengan m + n – 1. Jika
suatu tabel transportasi memiliki kurang dari m + n – 1 kotak terisi, ini adalah
degenerasi. Peristiwa ini dapat terjadi baik pada solusi awal atau selama
iterasi berikutnya. Dilarang menerapkan metode solusi stepping stone atau

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 16


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI
MODI jika terjadi degenerasi. Tanpa m + n – 1 variabel basis adalah tak
mungkin menentukan semua jalur tertutup atau menyelesaikan m + n -1

persamaan MODI ( U i + V = C ij ).
j

Tabel 10. Tabel Transportasi yang Telah Dimodifikasi

Ke 1 2 3 Dummy Supply

1 8 5 6 0 120

2 15 10 12 0 80

3 3 9 10 0 80

100 70 60 50 280

f. Solusi Optimum Ganda

Solusi optimum unik terhadap suatu masalah transportasi terjadi jika


perubahan biaya, C ij , untuk semua variabel non basis adalah positif.
Namun, seperti pada tabel simpleks, jika suatu variabel nonbasis memiliki
perubahan biaya sama dengan nol (C ij = 0), maka terjadi solusi optimum
ganda. Artinya biaya transpor tetap sama tetapi terdapat suatu kombinasi
alokasi yang berbeda.

g. Rute Terlarang

Dalam praktek sering ditemui masalah di mana adalah tidak mungkin


mengangkut barang melewati rute tertentu. Suatu masalah transpor dengan

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 17


http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 10
RISET OPERASIONAL
MODEL TRANSPORTASI

rute-rute terlarang dapat ditunjukkan dengan menetapkan suatu nilai C ij

yang besar, M, kepada X ij yang dilarang. Proses solusinya dijalankan

dengan memperlakukan nilai M seperti nilai C ij yang lain. Seperti dalam

tabel simpleks, variabel dengan C ij =M akhirnya akan dikeluarkan dari

solusi. Hasil yang sama dapat diperoleh dengan menutup kotak terlarang
dan mengebaikannya dalam proses solusi.

Dikutip dari Mulyono, 2004 by Eliyani 18


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai