Anda di halaman 1dari 22

Nama : Agus Siregar

Npm : 17320071
M. K : Pengatar Ilmu Perkapalan
Tugas : 2 (dua)

1. Apa yang dimaksud dengan tegangan kapal ?


Jawab : Tegangan pada kapal disebabkan oleh beban yang bekerja pada kapal
sehingga terjadi bending moment. Besar tegangan rata-rata pada suatu bidang
dapat didefinisikan sebagai intensitas gaya yang bekerja pada bidang tersebut.
Tiap-tiap klasifikasi telah menentukan tegangan yang diijinkan pada kapal.

a.) Tegangan geser

Tegangan geser merupakan perihal yang perlu dilakukan analisa pada suatu
konstruksi. Perbedaan penerimaan beban yang dialami oleh suatu konstruksi dapat
menimbulkan tegangan geser dan hal semacam ini bila secara kontinu dialami oleh
suatu material akan menyebabkan fatigue dan ujungnya berakibat pada kerusakan
dan kerugian bagi semua orang tentunya. Penelitian tentang tegangan geser sudah
banyak diteliti seperti halnya peneletian tentang tegangan geser dasar yang
berpengaruh pada gelombang asimetris. Oleh karena itu, terutama pada kapal juga
perlu dilakukan analisa tegangan geser guna mengurangi kerugian yang dapat
ditimbulkan secara jangka panjang ataupun jangka pendek.
Perhitungan tegangan geser dapat dilakukan dengan metode analitik ataupun
metode finite element. Metode elemen hingga tidak hanya digunakan untuk
perhitungan analisa tegangan geser saja akan tetapi perhitungan yang lainya yang
mana hal ini telah memberikan kemudahan yang cukup besar dalam dunia
keilmuan. Seperti halnya penelitian tentang Analisa Hull Girder pada Kapal Box
Shape Bulk Carrier (BSBC) 50.000 DWT dengan menggunakan bantuan software
ANSYS dan penelitian tentang perkiraan umur konstruksi kapal Bulk Carier
50.000 DWT dengan analisa fatigue yang mengacu pada regulasi Common

1
Structural Rules I CSR serta menggunakan bantuan software MSC PATRAN
dalam analisa finite elemen.

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pembahasan tentang tegangan geser


pada kapal Chemical Tanker dan kapal Bulk Carier. Untuk penelitian tentang
tegangan geser pada kapal Bulk Carier, metode yang digunakan adalah metode
perhitungan manual dan metode elemen hingga. Perhitungan manual dilakukan
dengan menggunakan teori hull girder respon analysis, sedangkan metode elemen
hingga dilakukan dengan pemodelan tiga ruang muat pada progam Nastran dengan
input pembebanan berdasarkan regulasi Registro Italiano Navale (RINA) 2010.
Hasil analisa tegangan geser dari kedua metode tersebut selanjutnya dibandingkan
dengan batas ijin tegangan geser yang diberikan oleh regulasi RINA 2011.
Sedangkan pada penelitian tegangan geser pada struktur kapal Bulk Carier 8700
DWT dilakukan analisa manual dan metode elemen hingga sesuai dengan regulasi
common structural rules (CSR) bulk carriers. Pemodelan elemen hingga untuk
perhitungan tegangan geser menggunakan software MSC PATRAN sebagai pre
processor dan MSC NASTRAN sebagai processor. Kapal yang dijadikan studi
kasus adalah kapal bulk carrier 8700 DWT. Oleh karena itu penulis mencoba
melakukan penelitian tegangan geser pada struktur kapal kontainer yang mana
memiliki bukaan palkah yang besar dengan menggunakan 2 metode perhitungan
tegangan geser yaitu metode manual dengan teori hull girder respon analysis dan
metode elemen hingga dengan bantuan software MSC PATRAN.

 Shear Flow dan Shear Stress


Nilai aliran geser diperoleh dari nilai awal aliran geser sebelum koreksi ditambah
dengan koreksi aliran arah loop yang didapat dari perhitungan matrix diatas.

Hasil nilai aliran geser (-) menunjukkan arah aliran geser berlawanan dengan
asumsi awal. Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan analisa aliran geser

2
disetiap kondisi pembebanan. Selanjutnya dari nilai aliran geser yang didapatkan
dilakukan perhitungan tegangan geser dengan persamaan sebagai berikut

τ = q/t

τ = tegangan geser akibat momen torsi (N/mm )


q =shear flow dueto torsion moment

t = tebal pelat

1. Tegangan Geser Akibat Momen Torsi

Perhitungan aliran geser dilakukan pada setengah model (karena dianggap


simetris). Aliran geser pada penampang tertutup multi cell dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
M`x = å 2Aiqi

i=1

Mx = Momen Torsi
Ai = Luas close section i ( i= 0,1,2,…)
qi = Aliran geser akibat momen torsi i

Tabel 1 : Rekapitulasi nilai maksimum sheer stress disetiap kondisi pembebanan


melalui metode perhitunga manual akiban momen bending (Owen F. Hughes,
1983)

3
Pada perhitungan tegangan geser akibat momen torsi disebutkan oleh Owen F.
Hughes bahwa nilai tegangan geser yang terjadi sepanjang penampang kapal
disebabkan oleh aliran geser yang diakibatkan oleh momen torsi maksimum pada
kapal sehingga perhitungan disetiap kondisi tidak diberikan akan tetapi lebih
mengacu pada nilai momen torsi maksimum yang terjadi pada kapal. Tegangan
geser terbesar akibat momen torsi adalah 26 N/mm² terjadi pada lajur pelat h-i
seperti halnya pada perhitungan tegangan geser akibat momen bending vertikal.
Perhitungan tegangan geser manual akibat momen torsi yang telah diberikan oleh
Owen F. Hughes (1988) hanya memperhatikan kondisi pembebanan yang
diberikan oleh gaya geser pada kapal sedangkan gaya-gaya yang diberikan oleh air
laut (wave pressure dan inertial pressure), Still water bending moment dan lain
sebagainya tidak diperhatikan dalam perumusan Owen F. Hughes. Tegangan geser
yang terjadi akibat momen momen torsi diaatas secara keseluruhan telah
memenuhi persyaratan tegangan geser ijin yang diberikan oleh klas BKI (Biro
Klasifikasi Indonesia).

2. Analisa Tegangan Geser Dengan Metode Perhitungan Elemen Hingga

Setelah model elemen hingga diberikan pembebanan dan kondisi batas yang
ditentukan oleh regulasi RINA 2010, maka akan dilakukan analisis terhadap
tegangan geser (shear stress) pada bagian tengah dari model disetiap loading
condition, hal itu bertujuan untuk mengetahui diterima atau tidaknya system
konstruksi kapal yang dipakai melalui pemeriksaan terhadap tegangan geser.

Pembebanan yang diterapkan pada model elemen hingga sesuai dengan ketentuan
regulasi RINA 2010 dan yang diambil adalah 12 loading condition dan setiap
loading condition terdapat 5 macam kondisi sehingga jumlah total dilakuan
analisa terhadap 60 loading condition.

4
Pada hasil running progam hampir semua mengalami shear stress yang sangat
tinggi pada ujung model akibat kondisi batas serta bagian tengah model akibat
pemberian beban momen dan shear, oleh karena itu tegangan geser di bagian
tengah model dan ujung model itu diabaikan sepanjang 2 jarak gading. Untuk
rekapitulasi hasil analisa konstruksi metode elemen hingga pada setiap kondisi
dengan program PATRAN 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 2 : Rekapitulasi nilai maksimum sheer stress disetiap kondisi pembebanan


melalui metode elemen hingga dengan menggunakan software PATRAN 2010

b.) Tegangan Akibat Beban Gelombang pada Struktur Kapal Perang Tipe
Corvette

Dalam studi olah gerak kapal (seakeeping) perlu dipelajari terlebih dahulu
mengenai gelombang. Gelombang didefinisikan sebagai perubahan bentuk akibat
gerakan permukaan air. Setiap gelombang yang dimaksudkan pada penelitian ini
adalah gelombang air laut. Sebelum mempelajari lebih jauh mengenai gelombang,
lebih dahulu diperkenalkan hal-hal yang berhubungan dengan gelombang sebagai
berikut:

1) Puncak gelombang (crest) adalah titik dimana permukaan air berada pada
elevasi tertinggi.

2) Jumlah halaman artikel adalah 3-6.Lembah gelombang (trough) adalah titik


dimana permukaan air berada pada elevasi terendah.

3) Garis datum adalah garis datar permukaan air (diambil secara statistik) pada
waktu air tenang.

4) Elevasi gelombang (ζ) adalah jarak suatu titik pada permukaan gelombang
dengan garis datum pada suatu waktu tertentu.

5
5) Amplitudo gelombang (ζw) adalah garis vertikal antara titik tertinggi atau titik
terendah dengan garis datum.

6) Panjang gelombang (λ) adalah jarak dari puncak (lembah) gelombang dengan
puncak (lembah) gelombang berikutnya.

7) Kecepatan gelombang (v) adalah jarak yang ditempuh suatu titik per satuan
waktu.

8) Frekuensi gelombang (ω) adalah banyaknya puncak (lembah) gelombang


yang dilalui oleh suatu titik per satuan waktu

Menurut buku Dynamics of Marine Vehicles tegangan pada kapal ditampilkan


dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

Dimana :
σ = tegangan pada kapal
MV = momen lengkung searah vertikal
MH = momen lengkung searah horisontal
IV = momen inersia searah vertikal
IH = momen inersia searah horisontal
Beberapa dari peraturan klasifikasi memiliki formula yang sama dalam
menentukan tegangan ijin, misalnya Germanyscher’s Lloyd, Biro Klasifikasi
Indonesia, Lloyd’s

6
2. Apa yang dimaksud keselamatan kapal dan jelaskan dengan lengkap ?

Jawab : Kapal merupakan alat transportasi di laut yang umumnya bisa


mengangkut barang ataupun penumpang. Untuk ukuran kapal sendiri ada
berbagai macam, mulai dari jenis kapal kecil seperti sampan, kapal sedang
seperti feri hingga kapal besar untuk barang seperti tongkang. Adapun
keselamatan penumpang kapal harus diperhatikan dengan baik, untuk itu
biasanya dalam sebuah pelayaran akan disiapkan berbagai macam alat
keselamatan sehingga para awak kapal dan penumpang bisa merasa lebih aman.
Selain itu alat keselamatan dibutuhkan untuk menekan adanya korban jiwa jika
terjadi sesuatu yang tidak di inginkan di laut, dan ini telah di atur dalam
peraturan Safety of Life at Sea (SOLAS) berdasarkan hasil pertemuan sejumlah
negara pada tahun 1914.

keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material,


kontruksi, bangunan, permesinan dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan serta
perlengkapan alat penolong dan radio elektronik kapal, yang dibuktikan dengan
sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

Menurut peraturan menteri perhubungan REPUBLIK INDONESIA nomor


PM 61 tahun 2019 kelaiklautan kapal penumpang kecepatan tinggi berbendera
indonesia tentang keselamatan kapal pada pada bab II yaitu sebagai berikut :
Bagaian kesatu “umum” pada pasal ke 7 Keselamatan kapal sebagaiaman
dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huuf a, kapal harus memenuhi :

a. Material
1. Material sebagai mana dimaksud dengan pasal 7 huruf a pada kapal
termasuk permesinan, sistem pipa, dan perlengkapannya harus
menggunakan material yang memenuhi standart marine – use yang
dibuktikan dengan srtifikat dari instansi yang berwenang.

7
2. Material untuk kontruksi kapal tidak diperbolehkan menggunakan
material yang mengandung asbes, kecuali : baling baling yang digunakan
dalam putaran kompresor baling baling dan pompa penyedot putaran
baling baling, lapisan kedap dan lapisan yang digunakan untuk sirkulasi
cairan temperatur suhu naik lebih dari 3500 derajat celcius , pemasangan
isolasi panas yang digunakan untuk temperatur 10.000 derajat celcius.
3. Untuk kapal dari bahan fiber reindforced plastic, harus melampirkan fiber
reindforced plastic test .

b. Konstruksi kapal
1. Kontuksi kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf b meliputi
bagian kontruksi lambung dan bangunan kapal yang memberikan
kekuatan memanjang, kekeuatan melintang, dan kekuatan utama dari
kapal secara keseluruhan serta komponen penting lainnya seperti skrit dan
hydrofoil yang berhubungan langsung dengan badan kapal.
2. Kontruksi lambung dan bagunan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat
1 harus mampu menahan beban statis dan dianamis yang berpotensi
mempengaruhi kapal pada kondisi cuaca ekstrim yang dapat
mengakibatkan : melemahkan kekuatan kontruksi selama masa
pengoperasian, mengurangi fungsi normal permesinan, perlengkapan, dan
menggangu awak kapal dalam melakukan tugas, menciderai penumpang
dimana dimana ruangan yang dapat dimasuki penumpang tidak boleh
ditempatkan perlengkapal listrik, peralatan bersuhu tinggi, sistem pipa,
dan komponen yang berputar, kecuali diberi pelindung, pecahan jendela
yang berbahaya bagi penumpang dan awak kapal dikarenakan jendela
tidak dirancang tidak cukup kuat dan tidak cocok untuk kondisi cuaca
buruk serta terbuata dari material yang mudah hancur atau pecah.

8
c. Akomodasi
1. Akomodasi sebagaimana dimaksud dalam pasla 7 huruf c didesain untuk
memberikan perlindungan dalam kondisi normal dan darurat,
2. Akomodasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut : perlengkapan akomodasi yang cukup,
dilengkapi dengan ventilasi dan penerangan yang cukup, aman terhadap
hujan, angin, ombak, dan panas matahari.
3. Akomodasi sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat 1 paling sedikit
terdiri atas :
 ruang umum
 koridor
 toilet
 kabin
 rumah sakit kapal

d. Stabilitas kapal
1. Stabilitas kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf d harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Memiliki karakteristi stabilitas, sistem stabilitas, dan daya apung yang
aman untuk dioperasikan dalam kondisi tanpa benaman atau kondisi
dengan berat benaman dan bernilai positif
b. Memiliki sertifikat uji stabiliatas kapal
c. Ketentuan stabilitas kapal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
2. Kapal dengan ukuran panjang paling rendah 24 m yang melakukan
perubahan atau modifikasi, harus melaksanakan perhitungan uji
stabilistas ulang dan mendapatkan pengesahan dari direktur jendral.

9
e. Permesinan
1. Permesinan sebagaimana diamksud dalam pasal 7 huruf e terdiri atas :
 Mesin penggerak utama dan
 Mesin penggerak bantu.
2. Permesianan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tersedia pada
kapal kategori A dan kapal kategori B yang ditempatkan pada ruang
terpisah dari akkomodasi.
3. Kapal harus memiliki intalasi permesinan dan sistem pipa yang saling
terhubung.
4. Setiap mesin harus mempunyai alat untuk menunjukkan indikator serta
kontrol terhadap kecepatan, temperatur, tekanan, dan fungsi lainnya
terkait sifat pekerjaan mesin.
5. Daya masksimum mesin. Kapal dengaan panjang paling rendah 25m dan/
atau memilliki service speed paling rendah 26 mil/jam, harus
menggunakan mesin dalam (inboard engine)
6. Sumber tenaga mesin. Kapal memiliki 2 sumber tenaga permesinan
terdiri atas :
 Sumber tenaga utama dan
 Sumber tenaga bantu operasional.

f. Prosedur evakuasi
Prosedur evakuasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf f harus sesuai
dengan kondisi kapal dan rute yang dilayari.
1. Prosedur evakuasi sebagaimana dimaksud dakam pasal 26 berisis
informasi lenngkap mengenai prosedur keselamatan untuk setiap kapal
dan rute tertentu.
2. Informasi sebagaimana diamksud pada ayat 1 paling sedikit memuat :
 Kode keadaan darurat yang diumumkan oleh nahkoda
 Prosedur komunikasi dengan pelabuhan

10
 Penggunaan baju penolong (life jacket) sesuai dengan tipe yang
tersedia yang tersedia dikapal.
 Penggunaan survival craft
 Prosedur mematikan mesin dan jalur bahan bakar (fuel oi supply
line)
 Penanganan evakuasi terhadap awak kapal dan penumpang
berdasarkan rute daerah pelayaran
 Prosedur meniggalkan kapal.

g. Pencegahan kebakaran
1. Pencegahan kebakaran sebagaiman dimaksud dalam pasal 7 huruf g harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Pemakaian bahan bakar dengan titik nyala paling rendah 44
derajat celcius
 Badan kapal termasuk bangunan atas dan sekat geladak harus
dibangun dari bahan yang tidak mudah terbarbakar
 Zona bahaya kebakaran harus dipisah dengan pemisah tahan api
yang memenuhi persyaratan
 Tangki bahan bakar atau cairan lainnya yang mudah terbakar
harus dipisahkan dari ruangan penumpang dan awak kapal
 Setiap ruangan diddalam kapal harus dilengkapi dengan ventilasi.
 Pemadam kebakaran jinjing tersedia pada akomodasi ,stasiun
kontrol, dan ruang servis.
2. resiko kebakaran kapal diklasifikasikan menjadi 6 area kategori
kebakaran yang terdiri atas :
 area dengan resiko kebakaran tinggi ( major fire hazard)
diindikasikan sebagai area A
 area dengan resiko kebakaran sedang (moderate fire hazart)
diindikasika sebagai area B

11
 area dengan resiko kebakaran rendah (minor fire hazart)
diindikasikan sebagai area C
 stasiun kontrol
 tempat evakuasi dan rutte penyelamat dan
 ruang terbuka
h. Perlengkapal keselamatan kapal
1. Persyaratan perlengkapan pemadam kebakaran pada kapal tercantum
dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisah dari peraturan
menteri ini.
Perlengkapan keselamatan kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
huruf h terdiri atas :
 Perlengkapal keselamatan jiwa
 Perangkat komunikasi radio
 Peralatan bantu navigasi elektronika
 Perlengkapam penerangan dan
 Peralatan pencegahan pencemaran.
Perlengkapan keselamatan jiwa pada kapal sebagaimana dimaksud dalam
pasal 33 huruf a terdiri atas :
 Sekoci dan rakit penolong
 Sekoci penyelamat (resuce boat)
 Pelampung penolong
 Baju penolong
 Alat pelontar tali
 Isyarat marah bahaya
 Search an rescue radar transponder, dan
 Two way radio telephony.
Perangkat Komunikasi Radio Pasal 35 (1) Perangkat komunikasi radio pada
Kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b harus sesuai dengan

12
ukuran dan daerah pelayaran. (2) Perangkat komunikasi radio sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
 Penempatan
 fungsional
 suplai tenaga listrik dan
 frekuensi jaga.
Pasal 36 (1) Syarat penempatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat
(2) huruf a harus:
 terhindar dari gangguan mekanik, sistem listrik, atau peralatan lain;
 mencapai derajat tertinggi keselamatan dan kesiapan operasi; dan
 terlindung dari kerusakan akibat air, temperatur, dan potensi kondisi
lingkungan yang ekstrim lainnya.
Syarat fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf b
harus:
a. memancarkan dan menerima komunikasi dari kapal ke kapal
b. memancarkan dan menerima komunikasi dari kapal ke darat
c. memancarkan dan menerima informasi keselamatan pelayaran dan
d. memancarkan dan menerima berita bahaya

i. alat alat umum yang tersedia dalam kapal adalah sebagai berikut :
HT (Radio Dua Arah)
HT merupakan alat komunikasi yang biasa digunakan saat kondisi
darurat di atas kapal. Adapun alat ini biasanya berjumlah 3 buah yang
masing-masing digunakan oleh ketua operator, ketua penyelamatan dan
Kepala Engine Department. Jadi mereka akan saling berkomunikasi
menggunakan HT atau radio dua arah untuk mengabarkan situasi atau kondisi
saat kondisi darurat, sehingga bisa meminimalisir adanya korban.

SART (Search and Rescue Transponder)


SART adalah alat transmitter responder tahan air yang dirancang
khusus untuk keadaan darurat di laut untuk mengetahui keberadaan kapal
yang mungkin hilang atau keberadaannya tidak diketahui. Jadi dengan

13
bantuan alat ini kita bisa mendeteksi titik koordinat kapal yang kita tumpangi
maupun kapal lain yang berada di sekitar kita. Umumnya dalam sebuah kapal
penumpang setidaknya memiliki 2 buah alat SART yang dipasang di bagian
sisi kanan dan kiri dan berada di posisi yang terjangkau. Sementara untuk
kapal cargo GT 300 cukup dilengkapi dengan 1 alat SART.

Rocket Parachute Signal


Rocket parachute signal adalah alat yang bisa memancarakan tanda
minta bantuan atau singnalling for help saat kondisi darurat di atas kapal.
Alat ini bentuknya mirip seperti tabung yang terdapat parachute di dalamnya
dengan beban tergantung di dalamnya. Adapun beban tersebut terbuat dari
bahan phosphor yang mudah terbakar sehingga bisa menyala sangat terang.
Cara kerjanya apabila alat ini dinyalakan maka akan ada pelontar yang
melempar parasutnya ke atas dengan ketinggian tertentu dan bahan phosphor
tadi akan mulai terbakar yang menghasilkan cahaya terang untuk
memberikan tanda atau isyarat bahaya ke atas.

Immersion Suit

Immersion suit adalah jas kering tahan air yang bisa digunakan untuk
melindungi pemakainya dari penyakit hipotermia akibat dinginnya air laut
saat kapal yang ditumpanginya tengelam atau terbalik. Selain itu immersion
suits juga bisa digunakan saat terjadi kebakaran besar di kapal yang bisa
membahayakan awak kapal dan penumpang karena baju ini tidak mudah
rusak, terbakar atau meleleh karena api.

Ringbuoy (Ban Pelampung)

Ringbuoy atau ban pelampung adalah alat keselamatan di atas kapal


yang digunakan untuk membantu orang jatuh ke laut bisa tetap terapung. Jadi
misalkan ada salah satu penumpang atau awak kapal yang terjatuh ke air maka

14
bisa dengan segera melemparkan ringbuoy ke area yang bisa dijangkau untuk
menyelamatkan korban.

Rescue Boat

Apabila ringbuoy tadi dilemparkan untuk menyelamatkan korban yang


terjatuh agar tetap bisa mengapung di atas air, maka rescue boat ini digunakan
untuk menjemput korban untuk dibawa ke atas kapal. Rescue boat ini
biasanya bertenaga mesin yang dapat dikendalikan untuk menghampiri korban
dan membawanya kembali ke tempat yang lebih aman.

Muster List

Muster list adalah bagan atau gambaran daftar tugas seluruh awak
kapal saat terjadi masalah darurat di atas kapal. Jadi dengan adanya muster list
ini masing-masing awak sudah mengetahui apa saja tugas dan tanggung
jawabnya serta langkah apa yang harus diambil untuk meminimalkan korban
jiwa.

Lifeboat (Sekoci)

Lifeboat atau sekoci adalah alat keselamatan yang digunakan untuk


meninggalkan kapal utama saat kondisi darurat. Adaun lifeboat ini merupakan
kapal berukuran lebih kecil yang diletakkan diatas kapal dan dapat
diluncurkan dengan bantuan mekanik untuk melakukan penyelamatan semua
awak crew.

Inflatable Liferaft

Liferaft adalah sebutan untuk jenis perahu karet dengan tenda


pelindung yang juga dilengkapi dengan makanan dan minuman serta obat-
obatan. Liferaft merupakan alat keselamatan yang sengaja dirancang biasa

15
digunakan saat kondisi darurat agar pemakaianya bisa bertahan hidup selama
seminggu sebelum akirnya datang regu penolong untuk melakukan evakuasi.

Line Throwing Appliances

Line throwing appliances adalah alat pelontar tali di atas kapal yang
dapat menghubungkan antara survivor dan penolong untuk memudahkan
proses pendekatan evakuasi. Di atas kapal setidaknya harus dilengkapi alat
line throwing appliances sebanyak 4 set dan biasanya tali tersebut dapat
menjangkau hingga jarak 230 meter. Untuk cara kerjanya alat ini akan di
tembakkan ke lokasi korban dan tali tersebut akan menjangkau korban dengan
tepat sasaran.

Fire Retardant Bulkhead

Fire retardant bulkhead adalah sekat tahan api yang mampu


mencegah atau membatasi terjadinya penyebaran api ke ruangan sensitive lain
seperti area akomodasi , ruang pompa, ruang mesin, dll saat terjadi kebakaran.

Fire Door

Fire door adalah pintu anti api yang biasanya dipasang


berkesinambungan dengan Fire Retardant Bulkhead untuk memotong jalur
oksigen saat terjadi kebakaran. Jadi misalkan di area akomodasi terjadi
kebarakan, maka dengan segera dipasang fire door untuk memotong jalur
masuknya oksigen dari luar yang bisa memperparah kobaran api.

Fire Pump

Fire Pump adalah pompa untuk memadamkan api saat terjadi


kebakaran di atas kapal. Bahkan sesuai dengan peraturan, alat keselamatan ini

16
dan juga emergency power pump merupakan salah satu perlengkapan wajib
yang harus ada di setiap kapal yang beroperasi.

Fire Main Piping and Valves

Adalah jalur pipa utama yang menghubungkan antara pompa dan


hidran. Adapun dengan jalur ini kita bisa mengetahui hidran mana yang harus
dibuka atau tidak untuk memadamkan kobaran api.

Fire Hose and Nozzle

Adalah selang pemadam kebakaran di kapal yang memiliki panjang


minimal 10 meter. Adapun diameter dan jumlah selang telah ditentukan oleh
lembaga produksi. Jadi alat ini akan menyemprotkan air yang telah di pompa
dengan mode yang ada.

Fire Hydrant

Fire hydrant adalah alat yang mengontrol suplai air saat memadamkan
api dengan menggunakan fire pump. Bisa dibilang, alat ini yang mengatur
besar kecilnya tekanan yang harus dikeluarkan melalui selang yang ada.

Portable Fire Extinguisher

Portable fire extinguisher adalah alat pemadam kebakaran versi


portable yang mudah untuk dibawa dan di pindahkan. ALat ini ukurannya
tidak terlalu besar dan ada berbagai macam tipe yang berbeda sesuai dengan
fungsinya masing-masing.

Fixed Fire Extinguisher

Fixed fire extinguisher adalah alat pemadam kebakaran yang mampu


memadamkan api sangat besar dengan campuran CO2, busa dan air. Alat ini

17
biasanya ditempatkan di ruang-ruang vital seperti kamar mesin maupun ruang
muatan barang yang dapat dikendalikan jarak jauh.

Inert Gas System

Inert gas system adalah alat untuk mendeteksi kadar gas yang terlalu
tinggi yang bisa memicu terjadinya kebakaran. Jadi alat ini akan
memunculkan suara alarm jika mendeteksi kadar gas diatas rata-rata. Bisanya
alat ini dipasang pada jenis kapal tanker minyak bermuatan diatas 2000 dwt.

Fire Detector and Alarm

Adalah jenis alat pendeteksi tanda-tanda terjadinya kebakaran seperti


timbulnya percikan api dengan membunyikan alarm untuk memberitahukan
kepada seluruh awak kapal yang berjaga atau bertugas.

Remote Shut and Stop System

Adalah alat yang berfungsi untuk menghentikan suplai bahan bakar ke


mesin saat terjadi kebakaran di atas kapal. Adapun tujuannya untuk
meminimalisir terjadinya ledakan yang lebih besar khususnya di ruang kamar
mesin. Jika itu terjadi maka CE berhak untuk mengambil keputusan
menghentikan seluruh suplai bahan bakar yang menuju ke bagian permesinan
kapal.

EEBD

Emergency escape breathing device adalah alat yang digunakan untuk


menyelamatkan diri jika terjebak di area yang terjadi kebakaran penuh dengan
asap.

18
Fireman’s Outfit

Adalah pakaian yang biasa digunakan oleh seorang pemadam


kebakaran. Nah, saat terjadi kebakaran di atas kapal, awak kapal yang
bertugas menjadi fire fighter dapat mengenakan pakaian ini sembari
menjalankan tugas-tugasnya agar lebih aman.

International Shore Connection (ISC)

ISC adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan air pantai ke


sistem kapal untuk menanggulangi kebakaran saat fire pumps tidak dapat
beroperasi.

Means of Escape

Means of escape adalah jalur evakuasi yang dapat menunjukkan arah


kemana para penumpang harus menyelamatkan diri saat kondisi darurat.
Misalnya saja saat terjadi kebakaran di kapal, maka para awak dan
penumpang bisa segera keluar dengan mengikuti means of escape sembari
menggunakan EEBD.

Fire Dampers

Fire dampers adalah alat peredam kebakaran yang disedikan dalam


sistem ventilasi di ruang kargo, ruang akomodasi, ruang mesin, dll untuk
memblokir suplai oksigen berlebih ke dalam api. Oleh karena itu fire dampers
bisa dibuka tutup secara otomatis.

19
3. Apa yang dimaksud pemiliharaan kapal ?
Jawab : Pemeliharaan Kapal adalah kegiatan perawatan dan perbaikan kapal
yang dilaksanakan sendiri atau pihak lain baik pada masa operasi atau diluar
masa operasi kapal, dalam rangka mempertahankan kelayakan kapal sehingga
dapat beroperasi secara maksimal.
1. Perawatan atau Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang perlu dilaksanakan
terhadap seluruh obyek baik :
a. Non - Teknis meliputi manajemen dan sumber daya manusia agar dapat
berfungsi dengan baik.
b. Teknis meliputi suatu material atau benda yang bergerak ataupun benda
yang tidak bergerak, sehingga material tersebut dapat dipakai dan
berfungsi dengan baik serta selalu memenuhi persyaratan internasional.
2. Perawatan juga diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk
mempertahankan manajemen dan material sampai pada suatu tingkat kondisi
tertentu.
3. Perawatan kapal dalam arti luas, meliputi segala macam kegiatan yang
ditujukan untuk menjaga agar kapal selalu berada dalam kondisi laik laut
(sea worthyness) dan dapat dioperasikan untuk pengangkutan laut pada
setiap saat dengan kemampuan diatas kondisi minimum tertentu.
4. Sistem Perawatan Berencana adalah salah satu sarana untuk menuju kepada
perawatan kapal yang lebih baik dan secara garis besar tujuannya adalah :
a. Mengoptimalkan daya dan hasil guna material sesuai fungsi dan
manfaatnya (efficiency material)
b. Mencegah terjadinya kerusakan berat secara mendadak (breakdown),
serta mencegah menurunnya efisiensi.
c. Mengurangi kerusakan yang mendadak atau pengangguran waktu berarti
menambah hari-hari efektif kerja kapal (commission days).
d. Mengurangi jumlah perbaikan dan waktu perbaikan pada waktu kapal
melaksanakan perbaikan Dok tahunan (economical cost).

20
e. Menambah pemgetahuan awak kapal dan mendidik untuk memiliki rasa
tanggung jawab serta disiplin kerja (sence of belong).

Planned Maintenance System atau Sistem Pemeliharaan


Terencana adalah sistem berbasis kertas atau perangkat lunak yang
memungkinkan pemilik atau operator kapal untuk melakukan
pemeliharaan kapal dalam jangka waktu tertentu yang berdasarkan pada
persyaratan pabrikan dan badan klasifikasi kapal.
Tujuan dari penggunaan Planned Maintenance System diantaranya :
a. Memastikan semua pemeliharaan kapal dilakukan dengan interval
waktu yang sesuai dan sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh sistem.
b. Untuk memelihara dan menjaga semua permesinan dan komponen di
kapal tetap berfungsi dengan baik setiap saat.
c. Untuk menghindari adanya gangguan pada saat kapal beroperasi.
d. Untuk meminimalkan downtime dari kemungkinan terjadi kerusakan.
e. Untuk memberikan batasan yang jelas antara pemeliharaan di kapal
atau di darat.
f. Untuk meningkatkan keamanan dan kehandalan dari kapal.

Pemeliharaan kapal tersebut diawasi oleh personel yang ada di atas kapal,
yang kemudian dicatat sebagai item pemeriksaan untuk survei periodic
kapal. Rencana dan penjadwalan dari pemeliharaan kapal
didokumentasikan sesuai dengan sistem yang disetujui oleh badan
klasifikasi kapal. Mempunyai Planned Maintenance System atau Sistem
Pemeliharaan Terencana di kapal pada saat ini merupakan mandatory
sesuai dengan ISM (International Safety Management) Code. Planned
Maintenance System berbasis perangkat lunak pada saat ini sangat
berkembang, berbagai program untuk pemeliharaan kapal muncul
semakin banyak jenisnya. Para pemilik atau operator kapal dapat memilih
modul pada software Planned Maintenance System sesuai dengan

21
kebutuhan. Program pada Planned Maintenance System sekarang ini tidak
hanya perihal pemeliharaan kapal tetapi juga mencakup semua kebutuhan
di dalam atau di luar kapal.

22

Anda mungkin juga menyukai