Npm : 17320071
M. K : Pengatar Ilmu Perkapalan
Tugas : 2 (dua)
Tegangan geser merupakan perihal yang perlu dilakukan analisa pada suatu
konstruksi. Perbedaan penerimaan beban yang dialami oleh suatu konstruksi dapat
menimbulkan tegangan geser dan hal semacam ini bila secara kontinu dialami oleh
suatu material akan menyebabkan fatigue dan ujungnya berakibat pada kerusakan
dan kerugian bagi semua orang tentunya. Penelitian tentang tegangan geser sudah
banyak diteliti seperti halnya peneletian tentang tegangan geser dasar yang
berpengaruh pada gelombang asimetris. Oleh karena itu, terutama pada kapal juga
perlu dilakukan analisa tegangan geser guna mengurangi kerugian yang dapat
ditimbulkan secara jangka panjang ataupun jangka pendek.
Perhitungan tegangan geser dapat dilakukan dengan metode analitik ataupun
metode finite element. Metode elemen hingga tidak hanya digunakan untuk
perhitungan analisa tegangan geser saja akan tetapi perhitungan yang lainya yang
mana hal ini telah memberikan kemudahan yang cukup besar dalam dunia
keilmuan. Seperti halnya penelitian tentang Analisa Hull Girder pada Kapal Box
Shape Bulk Carrier (BSBC) 50.000 DWT dengan menggunakan bantuan software
ANSYS dan penelitian tentang perkiraan umur konstruksi kapal Bulk Carier
50.000 DWT dengan analisa fatigue yang mengacu pada regulasi Common
1
Structural Rules I CSR serta menggunakan bantuan software MSC PATRAN
dalam analisa finite elemen.
Hasil nilai aliran geser (-) menunjukkan arah aliran geser berlawanan dengan
asumsi awal. Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan analisa aliran geser
2
disetiap kondisi pembebanan. Selanjutnya dari nilai aliran geser yang didapatkan
dilakukan perhitungan tegangan geser dengan persamaan sebagai berikut
τ = q/t
t = tebal pelat
i=1
Mx = Momen Torsi
Ai = Luas close section i ( i= 0,1,2,…)
qi = Aliran geser akibat momen torsi i
3
Pada perhitungan tegangan geser akibat momen torsi disebutkan oleh Owen F.
Hughes bahwa nilai tegangan geser yang terjadi sepanjang penampang kapal
disebabkan oleh aliran geser yang diakibatkan oleh momen torsi maksimum pada
kapal sehingga perhitungan disetiap kondisi tidak diberikan akan tetapi lebih
mengacu pada nilai momen torsi maksimum yang terjadi pada kapal. Tegangan
geser terbesar akibat momen torsi adalah 26 N/mm² terjadi pada lajur pelat h-i
seperti halnya pada perhitungan tegangan geser akibat momen bending vertikal.
Perhitungan tegangan geser manual akibat momen torsi yang telah diberikan oleh
Owen F. Hughes (1988) hanya memperhatikan kondisi pembebanan yang
diberikan oleh gaya geser pada kapal sedangkan gaya-gaya yang diberikan oleh air
laut (wave pressure dan inertial pressure), Still water bending moment dan lain
sebagainya tidak diperhatikan dalam perumusan Owen F. Hughes. Tegangan geser
yang terjadi akibat momen momen torsi diaatas secara keseluruhan telah
memenuhi persyaratan tegangan geser ijin yang diberikan oleh klas BKI (Biro
Klasifikasi Indonesia).
Setelah model elemen hingga diberikan pembebanan dan kondisi batas yang
ditentukan oleh regulasi RINA 2010, maka akan dilakukan analisis terhadap
tegangan geser (shear stress) pada bagian tengah dari model disetiap loading
condition, hal itu bertujuan untuk mengetahui diterima atau tidaknya system
konstruksi kapal yang dipakai melalui pemeriksaan terhadap tegangan geser.
Pembebanan yang diterapkan pada model elemen hingga sesuai dengan ketentuan
regulasi RINA 2010 dan yang diambil adalah 12 loading condition dan setiap
loading condition terdapat 5 macam kondisi sehingga jumlah total dilakuan
analisa terhadap 60 loading condition.
4
Pada hasil running progam hampir semua mengalami shear stress yang sangat
tinggi pada ujung model akibat kondisi batas serta bagian tengah model akibat
pemberian beban momen dan shear, oleh karena itu tegangan geser di bagian
tengah model dan ujung model itu diabaikan sepanjang 2 jarak gading. Untuk
rekapitulasi hasil analisa konstruksi metode elemen hingga pada setiap kondisi
dengan program PATRAN 2010 adalah sebagai berikut :
b.) Tegangan Akibat Beban Gelombang pada Struktur Kapal Perang Tipe
Corvette
Dalam studi olah gerak kapal (seakeeping) perlu dipelajari terlebih dahulu
mengenai gelombang. Gelombang didefinisikan sebagai perubahan bentuk akibat
gerakan permukaan air. Setiap gelombang yang dimaksudkan pada penelitian ini
adalah gelombang air laut. Sebelum mempelajari lebih jauh mengenai gelombang,
lebih dahulu diperkenalkan hal-hal yang berhubungan dengan gelombang sebagai
berikut:
1) Puncak gelombang (crest) adalah titik dimana permukaan air berada pada
elevasi tertinggi.
3) Garis datum adalah garis datar permukaan air (diambil secara statistik) pada
waktu air tenang.
4) Elevasi gelombang (ζ) adalah jarak suatu titik pada permukaan gelombang
dengan garis datum pada suatu waktu tertentu.
5
5) Amplitudo gelombang (ζw) adalah garis vertikal antara titik tertinggi atau titik
terendah dengan garis datum.
6) Panjang gelombang (λ) adalah jarak dari puncak (lembah) gelombang dengan
puncak (lembah) gelombang berikutnya.
7) Kecepatan gelombang (v) adalah jarak yang ditempuh suatu titik per satuan
waktu.
Dimana :
σ = tegangan pada kapal
MV = momen lengkung searah vertikal
MH = momen lengkung searah horisontal
IV = momen inersia searah vertikal
IH = momen inersia searah horisontal
Beberapa dari peraturan klasifikasi memiliki formula yang sama dalam
menentukan tegangan ijin, misalnya Germanyscher’s Lloyd, Biro Klasifikasi
Indonesia, Lloyd’s
6
2. Apa yang dimaksud keselamatan kapal dan jelaskan dengan lengkap ?
a. Material
1. Material sebagai mana dimaksud dengan pasal 7 huruf a pada kapal
termasuk permesinan, sistem pipa, dan perlengkapannya harus
menggunakan material yang memenuhi standart marine – use yang
dibuktikan dengan srtifikat dari instansi yang berwenang.
7
2. Material untuk kontruksi kapal tidak diperbolehkan menggunakan
material yang mengandung asbes, kecuali : baling baling yang digunakan
dalam putaran kompresor baling baling dan pompa penyedot putaran
baling baling, lapisan kedap dan lapisan yang digunakan untuk sirkulasi
cairan temperatur suhu naik lebih dari 3500 derajat celcius , pemasangan
isolasi panas yang digunakan untuk temperatur 10.000 derajat celcius.
3. Untuk kapal dari bahan fiber reindforced plastic, harus melampirkan fiber
reindforced plastic test .
b. Konstruksi kapal
1. Kontuksi kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf b meliputi
bagian kontruksi lambung dan bangunan kapal yang memberikan
kekuatan memanjang, kekeuatan melintang, dan kekuatan utama dari
kapal secara keseluruhan serta komponen penting lainnya seperti skrit dan
hydrofoil yang berhubungan langsung dengan badan kapal.
2. Kontruksi lambung dan bagunan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat
1 harus mampu menahan beban statis dan dianamis yang berpotensi
mempengaruhi kapal pada kondisi cuaca ekstrim yang dapat
mengakibatkan : melemahkan kekuatan kontruksi selama masa
pengoperasian, mengurangi fungsi normal permesinan, perlengkapan, dan
menggangu awak kapal dalam melakukan tugas, menciderai penumpang
dimana dimana ruangan yang dapat dimasuki penumpang tidak boleh
ditempatkan perlengkapal listrik, peralatan bersuhu tinggi, sistem pipa,
dan komponen yang berputar, kecuali diberi pelindung, pecahan jendela
yang berbahaya bagi penumpang dan awak kapal dikarenakan jendela
tidak dirancang tidak cukup kuat dan tidak cocok untuk kondisi cuaca
buruk serta terbuata dari material yang mudah hancur atau pecah.
8
c. Akomodasi
1. Akomodasi sebagaimana dimaksud dalam pasla 7 huruf c didesain untuk
memberikan perlindungan dalam kondisi normal dan darurat,
2. Akomodasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut : perlengkapan akomodasi yang cukup,
dilengkapi dengan ventilasi dan penerangan yang cukup, aman terhadap
hujan, angin, ombak, dan panas matahari.
3. Akomodasi sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat 1 paling sedikit
terdiri atas :
ruang umum
koridor
toilet
kabin
rumah sakit kapal
d. Stabilitas kapal
1. Stabilitas kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf d harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Memiliki karakteristi stabilitas, sistem stabilitas, dan daya apung yang
aman untuk dioperasikan dalam kondisi tanpa benaman atau kondisi
dengan berat benaman dan bernilai positif
b. Memiliki sertifikat uji stabiliatas kapal
c. Ketentuan stabilitas kapal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
2. Kapal dengan ukuran panjang paling rendah 24 m yang melakukan
perubahan atau modifikasi, harus melaksanakan perhitungan uji
stabilistas ulang dan mendapatkan pengesahan dari direktur jendral.
9
e. Permesinan
1. Permesinan sebagaimana diamksud dalam pasal 7 huruf e terdiri atas :
Mesin penggerak utama dan
Mesin penggerak bantu.
2. Permesianan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tersedia pada
kapal kategori A dan kapal kategori B yang ditempatkan pada ruang
terpisah dari akkomodasi.
3. Kapal harus memiliki intalasi permesinan dan sistem pipa yang saling
terhubung.
4. Setiap mesin harus mempunyai alat untuk menunjukkan indikator serta
kontrol terhadap kecepatan, temperatur, tekanan, dan fungsi lainnya
terkait sifat pekerjaan mesin.
5. Daya masksimum mesin. Kapal dengaan panjang paling rendah 25m dan/
atau memilliki service speed paling rendah 26 mil/jam, harus
menggunakan mesin dalam (inboard engine)
6. Sumber tenaga mesin. Kapal memiliki 2 sumber tenaga permesinan
terdiri atas :
Sumber tenaga utama dan
Sumber tenaga bantu operasional.
f. Prosedur evakuasi
Prosedur evakuasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf f harus sesuai
dengan kondisi kapal dan rute yang dilayari.
1. Prosedur evakuasi sebagaimana dimaksud dakam pasal 26 berisis
informasi lenngkap mengenai prosedur keselamatan untuk setiap kapal
dan rute tertentu.
2. Informasi sebagaimana diamksud pada ayat 1 paling sedikit memuat :
Kode keadaan darurat yang diumumkan oleh nahkoda
Prosedur komunikasi dengan pelabuhan
10
Penggunaan baju penolong (life jacket) sesuai dengan tipe yang
tersedia yang tersedia dikapal.
Penggunaan survival craft
Prosedur mematikan mesin dan jalur bahan bakar (fuel oi supply
line)
Penanganan evakuasi terhadap awak kapal dan penumpang
berdasarkan rute daerah pelayaran
Prosedur meniggalkan kapal.
g. Pencegahan kebakaran
1. Pencegahan kebakaran sebagaiman dimaksud dalam pasal 7 huruf g harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Pemakaian bahan bakar dengan titik nyala paling rendah 44
derajat celcius
Badan kapal termasuk bangunan atas dan sekat geladak harus
dibangun dari bahan yang tidak mudah terbarbakar
Zona bahaya kebakaran harus dipisah dengan pemisah tahan api
yang memenuhi persyaratan
Tangki bahan bakar atau cairan lainnya yang mudah terbakar
harus dipisahkan dari ruangan penumpang dan awak kapal
Setiap ruangan diddalam kapal harus dilengkapi dengan ventilasi.
Pemadam kebakaran jinjing tersedia pada akomodasi ,stasiun
kontrol, dan ruang servis.
2. resiko kebakaran kapal diklasifikasikan menjadi 6 area kategori
kebakaran yang terdiri atas :
area dengan resiko kebakaran tinggi ( major fire hazard)
diindikasikan sebagai area A
area dengan resiko kebakaran sedang (moderate fire hazart)
diindikasika sebagai area B
11
area dengan resiko kebakaran rendah (minor fire hazart)
diindikasikan sebagai area C
stasiun kontrol
tempat evakuasi dan rutte penyelamat dan
ruang terbuka
h. Perlengkapal keselamatan kapal
1. Persyaratan perlengkapan pemadam kebakaran pada kapal tercantum
dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisah dari peraturan
menteri ini.
Perlengkapan keselamatan kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
huruf h terdiri atas :
Perlengkapal keselamatan jiwa
Perangkat komunikasi radio
Peralatan bantu navigasi elektronika
Perlengkapam penerangan dan
Peralatan pencegahan pencemaran.
Perlengkapan keselamatan jiwa pada kapal sebagaimana dimaksud dalam
pasal 33 huruf a terdiri atas :
Sekoci dan rakit penolong
Sekoci penyelamat (resuce boat)
Pelampung penolong
Baju penolong
Alat pelontar tali
Isyarat marah bahaya
Search an rescue radar transponder, dan
Two way radio telephony.
Perangkat Komunikasi Radio Pasal 35 (1) Perangkat komunikasi radio pada
Kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b harus sesuai dengan
12
ukuran dan daerah pelayaran. (2) Perangkat komunikasi radio sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Penempatan
fungsional
suplai tenaga listrik dan
frekuensi jaga.
Pasal 36 (1) Syarat penempatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat
(2) huruf a harus:
terhindar dari gangguan mekanik, sistem listrik, atau peralatan lain;
mencapai derajat tertinggi keselamatan dan kesiapan operasi; dan
terlindung dari kerusakan akibat air, temperatur, dan potensi kondisi
lingkungan yang ekstrim lainnya.
Syarat fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf b
harus:
a. memancarkan dan menerima komunikasi dari kapal ke kapal
b. memancarkan dan menerima komunikasi dari kapal ke darat
c. memancarkan dan menerima informasi keselamatan pelayaran dan
d. memancarkan dan menerima berita bahaya
i. alat alat umum yang tersedia dalam kapal adalah sebagai berikut :
HT (Radio Dua Arah)
HT merupakan alat komunikasi yang biasa digunakan saat kondisi
darurat di atas kapal. Adapun alat ini biasanya berjumlah 3 buah yang
masing-masing digunakan oleh ketua operator, ketua penyelamatan dan
Kepala Engine Department. Jadi mereka akan saling berkomunikasi
menggunakan HT atau radio dua arah untuk mengabarkan situasi atau kondisi
saat kondisi darurat, sehingga bisa meminimalisir adanya korban.
13
bantuan alat ini kita bisa mendeteksi titik koordinat kapal yang kita tumpangi
maupun kapal lain yang berada di sekitar kita. Umumnya dalam sebuah kapal
penumpang setidaknya memiliki 2 buah alat SART yang dipasang di bagian
sisi kanan dan kiri dan berada di posisi yang terjangkau. Sementara untuk
kapal cargo GT 300 cukup dilengkapi dengan 1 alat SART.
Immersion Suit
Immersion suit adalah jas kering tahan air yang bisa digunakan untuk
melindungi pemakainya dari penyakit hipotermia akibat dinginnya air laut
saat kapal yang ditumpanginya tengelam atau terbalik. Selain itu immersion
suits juga bisa digunakan saat terjadi kebakaran besar di kapal yang bisa
membahayakan awak kapal dan penumpang karena baju ini tidak mudah
rusak, terbakar atau meleleh karena api.
14
bisa dengan segera melemparkan ringbuoy ke area yang bisa dijangkau untuk
menyelamatkan korban.
Rescue Boat
Muster List
Muster list adalah bagan atau gambaran daftar tugas seluruh awak
kapal saat terjadi masalah darurat di atas kapal. Jadi dengan adanya muster list
ini masing-masing awak sudah mengetahui apa saja tugas dan tanggung
jawabnya serta langkah apa yang harus diambil untuk meminimalkan korban
jiwa.
Lifeboat (Sekoci)
Inflatable Liferaft
15
digunakan saat kondisi darurat agar pemakaianya bisa bertahan hidup selama
seminggu sebelum akirnya datang regu penolong untuk melakukan evakuasi.
Line throwing appliances adalah alat pelontar tali di atas kapal yang
dapat menghubungkan antara survivor dan penolong untuk memudahkan
proses pendekatan evakuasi. Di atas kapal setidaknya harus dilengkapi alat
line throwing appliances sebanyak 4 set dan biasanya tali tersebut dapat
menjangkau hingga jarak 230 meter. Untuk cara kerjanya alat ini akan di
tembakkan ke lokasi korban dan tali tersebut akan menjangkau korban dengan
tepat sasaran.
Fire Door
Fire Pump
16
dan juga emergency power pump merupakan salah satu perlengkapan wajib
yang harus ada di setiap kapal yang beroperasi.
Fire Hydrant
Fire hydrant adalah alat yang mengontrol suplai air saat memadamkan
api dengan menggunakan fire pump. Bisa dibilang, alat ini yang mengatur
besar kecilnya tekanan yang harus dikeluarkan melalui selang yang ada.
17
biasanya ditempatkan di ruang-ruang vital seperti kamar mesin maupun ruang
muatan barang yang dapat dikendalikan jarak jauh.
Inert gas system adalah alat untuk mendeteksi kadar gas yang terlalu
tinggi yang bisa memicu terjadinya kebakaran. Jadi alat ini akan
memunculkan suara alarm jika mendeteksi kadar gas diatas rata-rata. Bisanya
alat ini dipasang pada jenis kapal tanker minyak bermuatan diatas 2000 dwt.
EEBD
18
Fireman’s Outfit
Means of Escape
Fire Dampers
19
3. Apa yang dimaksud pemiliharaan kapal ?
Jawab : Pemeliharaan Kapal adalah kegiatan perawatan dan perbaikan kapal
yang dilaksanakan sendiri atau pihak lain baik pada masa operasi atau diluar
masa operasi kapal, dalam rangka mempertahankan kelayakan kapal sehingga
dapat beroperasi secara maksimal.
1. Perawatan atau Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang perlu dilaksanakan
terhadap seluruh obyek baik :
a. Non - Teknis meliputi manajemen dan sumber daya manusia agar dapat
berfungsi dengan baik.
b. Teknis meliputi suatu material atau benda yang bergerak ataupun benda
yang tidak bergerak, sehingga material tersebut dapat dipakai dan
berfungsi dengan baik serta selalu memenuhi persyaratan internasional.
2. Perawatan juga diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk
mempertahankan manajemen dan material sampai pada suatu tingkat kondisi
tertentu.
3. Perawatan kapal dalam arti luas, meliputi segala macam kegiatan yang
ditujukan untuk menjaga agar kapal selalu berada dalam kondisi laik laut
(sea worthyness) dan dapat dioperasikan untuk pengangkutan laut pada
setiap saat dengan kemampuan diatas kondisi minimum tertentu.
4. Sistem Perawatan Berencana adalah salah satu sarana untuk menuju kepada
perawatan kapal yang lebih baik dan secara garis besar tujuannya adalah :
a. Mengoptimalkan daya dan hasil guna material sesuai fungsi dan
manfaatnya (efficiency material)
b. Mencegah terjadinya kerusakan berat secara mendadak (breakdown),
serta mencegah menurunnya efisiensi.
c. Mengurangi kerusakan yang mendadak atau pengangguran waktu berarti
menambah hari-hari efektif kerja kapal (commission days).
d. Mengurangi jumlah perbaikan dan waktu perbaikan pada waktu kapal
melaksanakan perbaikan Dok tahunan (economical cost).
20
e. Menambah pemgetahuan awak kapal dan mendidik untuk memiliki rasa
tanggung jawab serta disiplin kerja (sence of belong).
Pemeliharaan kapal tersebut diawasi oleh personel yang ada di atas kapal,
yang kemudian dicatat sebagai item pemeriksaan untuk survei periodic
kapal. Rencana dan penjadwalan dari pemeliharaan kapal
didokumentasikan sesuai dengan sistem yang disetujui oleh badan
klasifikasi kapal. Mempunyai Planned Maintenance System atau Sistem
Pemeliharaan Terencana di kapal pada saat ini merupakan mandatory
sesuai dengan ISM (International Safety Management) Code. Planned
Maintenance System berbasis perangkat lunak pada saat ini sangat
berkembang, berbagai program untuk pemeliharaan kapal muncul
semakin banyak jenisnya. Para pemilik atau operator kapal dapat memilih
modul pada software Planned Maintenance System sesuai dengan
21
kebutuhan. Program pada Planned Maintenance System sekarang ini tidak
hanya perihal pemeliharaan kapal tetapi juga mencakup semua kebutuhan
di dalam atau di luar kapal.
22