Kabupaten Kepulauan Selayar yang juga dikenal dengan nama Tana Doang atau tanah
tempat berdoa merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan dengan
ibukota kabupaten adalah Benteng dan mempunyai keunikan tersendiri karena merupakan
satu-satunya kabupaten yang letaknya terpisah dari daratan provinsi Sulawesi Selatan
(Pulau Sulawesi).
Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki karakteristik berupa gugus kepulauan terletak antara
5°24’ - 7°35’ LS dan 120°15’ - 122°30’ BT dengan luas wilayah 22.326,69 km2 (wilayah
darat 1.188,28 km²/5,42%) dan wilayah laut 21.138,41 km2 (94,68%).
Utara : Kabupaten Bulukumba dan Teluk Bone
Selatan : Provinsi Nusa Tenggara Timur
Barat : Laut Flores dan Selat Makassar
Timur : Laut Flores (Provinsi Nusa Tenggara Timur)
Kepulauan Kepulauan Selayar dihuni sebagian besar etnis Makassar dan sebagian kecil
etnis Bugis, etnis Bajo, serta EtnisTionghoa dengan mata pencaharian utama masyarakat
sebagai adalah petani dan nelayan. Penduduk tersebar dari daratan utama Pulau Selayar
sampai ke Pulau - pulau terpencil (132 buah pulau-pulau kecil) berpenghuni dan tidak
berpenghuni dengan jumlah penduduk 135.809 jiwa (dinas Kependudukan Kab. Kepualaun
Selayar semester 1 Juni 2017).
Untuk iklim seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia hanya dikenal dua musim, maka
di Kabupaten Kepualauan Selayar hanya dikenal musim hujan dan musim kemarau. Pada
bulan Mei sampai dengan November arus angin yang bertiup tidak banyak mengandung uap
air sehingga menyebabkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai
dengan April arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus sehingga terjadi
musim hujan. Keadaan seperti ini biasanya berganti setiap setengah musim setelah
melewati masa peralihan pada bulan Maret - April dan September - Oktober.
Sedangkan kondisi topografi kepulauan Selayar memanjang utara – selatan dengan panjang
pulau =100 km, dan lebar pulau ±15 km. Pesisir timur umumnya berbukit dan terjal dan
sepanjang pantai banyak dijumpai teluk; sedangkan pesisir barat pulau umumnya datar,
landai, sampai berbukit yang menjadi lahan pemukiman hampir 100% penduduk pulau
Selayar.
Kepulauan Selayar merupakan daerah tujuan wisata yang menarik karena pemandangan
alamnya yang unik, serta pantainya yang indah. Daerah sisi barat pulau ini terutama dihuni
oleh nelayan, yang tinggal di desa-desa kecil yang terus mengikuti dan memegang tradisi
mereka, salah satu tempat favorit yang berada sisi barat Pulau Selayar adalah Pulau
Gusung. Pulau ini banyak dikunjungi oleh wisatawan yang ingin wisata dan bersantai di
pantai berpasir putih yang indah dan alami.
Sisi timur Pulau Selayar dapat dikatakan masih jarang penduduknya, di daerah tersebut juga
banyak tempat yang masih sangat alami serta tempat kehidupan Tarsius yang dianggap
monyet terkecil di dunia dapat ditemukan, juga memungkinkan untuk menemukan banyak
spesies burung, reptil kecil, marsupial, varan dan bahkan wildboars. Sisi timur pulau Selayar
dikelilingi dengan terumbu karang yang menawarkan pemandangan bawah laut yang indah
dan pemandangannya menjadi surga bagi kegiatan Menyelam / Diving, Snorkeling dan
memancing.
Selain Pulau Selayar yang menyajikan banyak tempat wisata, di kabupaten ini juga adalah
lokasi Taman Nasional Takabonerate, Taman Nasional Takabonerate juga dikenal sebagai
surga bawah laut untuk Menyelam / Diving atau Snorkeling dan terkenal dikalangan
wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Takabonerate yang
berarti "pulau karang di atas pasir" adalah atol terbesar di Indonesia, dan yang terbesar
ketiga di dunia setelah Kwajifein Atol di Kepulauan Marsekal dan Suvadiva Atol di
Maladewa, daerah Taman Nasional Takabonerate yang terdiri dari pulau-pulau atol dan
wilayah laut sekitarnya diberi status Perlindungan Taman Nasional sekitar tahun 1992.
Kepulau Selayar menawarkan barbagai macam variasi wisata yang patut dikunjungi, mulai
dari wisata Alam, Kultur, Budaya, Trekking, Bersepeda, Pantai, Kuliner, Snorkeling hingga
Menyelam, perjalanan wisata Anda akan disuguhi pemandangan alam yang alami, indah
dan mengagumkan sehingga wisatawan akan mendapatkan banyak pengalaman yang
menyenangkan selama liburan Anda di Pulau Selayar
Demografi
Penduduk Kabupaten Selayar menurut Sensus Penduduk tahun 2000 berjumlah 103.473
jiwa yang terdiri dari 48.963 jiwa laki-laki dan 54.510 jiwa perempuan dengan laju
pertumbuhan rata-rata 0,38% per tahun selama periode tahun 1999 - 2000. Komposisi
penduduk menurut kelompok umur terdiri dari:
Penduduk usia 0 - 14 tahun sebanyak 26.659 jiwa (25,77%)
Penduduk usia 15 - 64 tahun berjumlah 69.485 jiwa (67,15%)
Penduduk usia 65 tahun keatas sebanyak 7.329 jiwa (7,08%)
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Selayar pada tahun 1999 sebesar 40.531 orang, yaitu
yang bekerja sebanyak 38.777 orang dan jumlah pengangguran sebanyak 1.963 orang,
sedangkan pencari kerja yang terdaftar sebanyak 153 orang.
Penyebaran penduduk berdasarkan wilayah kecamatan pada tahun 2000 adalah sebagai
berikut:
Pulau selayar adalah pulau yang terletak di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi
Selatan, Indonesia. Di pulau ini terdapat ibu kota kabupaten kepulauan Selayar yaitu Kota
Benteng dan beberapa Kecamatan lainnya. Kabupaten Kepulauan Selayar yang juga
dikenal dengan nama Tana Doang atau tanah tempat berdoa merupakan salah satu
kabupaten yang mempunyai keunikan tersendiri karena merupakan satu-satunya
kabupaten yang letaknya terpisah dari daratan provinsi Sulewasi Selatan (Pulau
Sulawesi). Kepulauan Selayar dihuni sebagian besar etnis Makassar dan sebagian Kecil
Etnis Bugis, Etnis Bajo, Etnis Tionghoa dengan mata pencaharian utama masyarakat
berprofesi sebagai nelayan dengan mengelola sumber daya laut yang tersedia. Penduduk
di pulau selayar bermata pencaharian di sector pemanfaatan sumber daya kelautan seperti
nelayan, petani ikan (budidaya tambak dan laut). Nelayan yang termasuk di dalamnya
ponggawa darat ( Pengusaha/ pemilik perahu), Sawi (nelayan buruh), nelayan pancing,
serta para pengumpul ikan yang dibeli langsung dari nelayan yang baru tiba dari melaut.
Tetapi sebagian dari masyarakat di pulau selayar berprofesi sebagai pedagang/kios yang
menyediakan barang-barang kebutuhan sehari- hari seperti : gula, kopi, bumbu dapur, dan
lainnya. Begitu pula yang berprofesi rangkap (nelayan,petani, dan peternak). Saat kondisi
cuaca tidak memungkinkan untuk melaut, maka mereka melakukan pekerjaan sambilan
dengan melakukan pemeliharaan dan perawatan kebun kelapa, atau menurunkan buah
kelapa kemudian diolah secara intensif menjadi kopra dan hasilnya dijual langsung ke
pedagang besar di Benteng Selayar. Sebahagian lagi dijual kepada tetangga jika ada yang
membutuhkan, karena tidak semua warga yang ada di desa ini memiliki pohon kelapa.
Selanjutnya, penduduk yang berprofesi peternak dengan memelihara ayam, kambing dan
itik, sebagian hasilnya sebagai tambahan untuk biaya sekolah anak-anaknya.
Kepulauan Selayar adalah pulau yang hanya memiliki luas sekitar 10.000 KM
persegi ini ternyata kaya akan nilai–nilai budaya dan kekayaan alam yang sayang akan
dilewatkan. Kesenian Kepulauan Selayar diantaranya adalah manca Padang, Kongtau,
dan bati-bati. Kepulauan Selayar berada di daerah wilayah Sulawesi Selatan dan sekarang
menjadi kabupaten Kepulauan Selayar yang ibu kotanya bernama kota Banteng. Pulau
Selayar adalah sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Kepulauan Selayar[1], Sulawesi
Selatan, Indonesia. Di pulau ini terdapat ibu kota Kabupaten Kepulauan Selayar
yaitu Kota Benteng dan beberapa Kecamatan antara lain Kecamatan Benteng, Kecamatan
Bontoharu, Kecamatan Bontomanai, Kecamatan Bontomatene, Kecamatan
Bontosikuyu dan Kecamatan Buki. Sarana transportasi dari luar yang paling dekat
adalah Pelabuhan penyeberangan Pamatata yang terletak di desa Pamatata,
kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar. Bandar udara terdekat dan satu-
satunya yang ada di pulau Selayar adalah Bandar Udara H. Aroeppalaterletak di dusun
Padang, desa Bontosunggu, kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar.
Pulau Selayar merupakan salah satu pulau yang terpisah dari daratan Sulawesi
Selatan dengan luas sekitar 2000 km2 yang membentang dari utara ke selatan antara
Pulau Sulawesi dan Pulau Takabonerate dengan titik koordinat
6°5′48,7″LU 120°30′16,86″BTKoordinat: 6°5′48,7″LU 120°30′16,86″BT. Bagian
pantai barat dan utara adalah berupa bebatuan yang cadas dan terjal, sementara pantai
timur dan sebagian pantai selatan berupa pantai yang landai dan berupa area hutan
produksi serta perkebunan rakyat. Kekhasan pulau ini antara lain menyimpan berbagai
macam fauna endemik dan menarik seperti Tarsius tarsier. Hewan ini memiliki tubuh
berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga
menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.
Keistimewaan lain Pulau Selayar yaitu hampir semua suku, etnik, agama dan
budaya yang ada di sulawesi ada di pulau ini. Suku Makassar, Bugis, Mandar, yang
merupakan suku besar yang mendiami hampir seluruh daratan sulawesi juga ada disini.
Yang menarik bahwa masing-masing etnis tidak ada yang mayoritas semua
mencerminkan adat dan budaya masing-masing. Bahkan dalam perkembangannnya telah
terjadi evolusi budaya yang kemudian menjadikan satu adat istiadat ini menjadi adat
Selayar. hal lain adalah dari segi bahasa, Bahasa Selayar bukan bahasa makassar, bukan
juga bahasa Bugis, ataupun Mandar akan tetapi jika kemudian dicermati bahwa bahasa
selayar adalah gabungan dari bahasa-bahasa tersebut[3]. Peninggalan sejarah dan
kebudayaan yang menarik di pulau ini adalah Gong Nekara, Rumah Jabatan Bupati
Selayar dan Tari Pakarena.
Keunikan lain dari desa ini adalah penduduknya yang sebagian besar sudah
berusia lanjut, dengan usia diatas 90 tahun tetapi masih dapat bekerja atau melakukan
aktivitas produktif seperti beternak dan berkebun. Suasana desa sangat terasa dari
aktivitas penduduk, rumah-rumah, perkebunan atau hewan-hewan ternak milik penduduk.
Budaya lainnya di kepulauan selayar yaitu Tradisi adu kuda jantan merupakan
salah satu adat kebudayaan masyarakat kecamatan Pasimarannu,yang setiap tahunnya
digelar dalam rangka memeriahkan pesta tahunan sebagai bagian dari kebudayaan turun
temurun masyarakat di daerah ini. Atraksi adu kuda seperti ini biasanya digelar di tempat
terbuka seperti lapangan ataupun kawasan pesisir pantai.
Orang-orang Bajo di Pulau Rajuni, dan pulau-pulau di kawasan Taka Bonerate,
Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan, punya tradisi unik dalam melaksanakan pesta
perkawinan. Mereka mengibarkan bendera, tergantung pada kelas sosial seseorang.
Citizen reporter Ivan Firdaus yang mengunjungi pulau terpencil itu menuliskan kesan-
kesannya. Serombongan lelaki yang memanggul miniatur rumah panggung yang terbuat
dari bambu sudah tampak di depan halaman rumah. Siang itu, dengan diiringi gadis-gadis
di barisan belakang, mereka sedang mengantarkan erang-erang (secara harafiah bisa
diartikan sebagai barang bawaan) dari calon pengantin pria kepada pengantin wanitanya.
Semilir angin dan terik matahari yang menerpa pulau seolah-olah “bersekongkol” dengan
kegembiraan anak-anak yang riuh, menyaksikan pesta yang segera menjadi peristiwa
paling penting di Pulau Rajuni hari itu. Ini adalah perkawinan sepasang pengantin Bajo
(Bagai Sama’, To Sama) di salah satu pulau di kawasan pulau-pulau Taka Bonerate,
Kabupaten Selayar. Sebagaimana layaknya kehidupan pulau, pesta perkawinan adalah
sesuatu yang ditunggu-tunggu, bukan hanya oleh dua kekasih dan keluarganya, tapi juga
oleh seluruh penduduk pulau. Orang Bajo yang melaksanakan pesta perkawinan atau
pesta lainnya seperti sunatan dan syukuran, senantiasa melaksanakan beberapa ritual adat.
Jika seseorang mempunyai darah Bajo, ritual-ritual itu malah menjadi keharusan dalam
setiap pelaksanaan pesta. Acara perkawinan ini didahului dengan a’bantang (ritual tolak
bala dan pembersihan/pemberkatan) bagi calon pengantin. Lalu diadakan pemasangan
kelambu dan campaniga (hiasan tempat tidur pengantin), pengibaran bendera Lolo Bajo
dan Ula-Ula, serta pemukulan gandah (gendang). Ritual appacci dan pemakaian lamming
(hiasan rumah pengantin) yang diadopsi dari tradisi Bugis-Makassar serta barasanji
berupa lagu-lagu pujian bagi Nabi Muhammad SAW juga melengkapi ritual hari itu.
Tentu saja ‘budaya modern’ seperti hiburan musik elekton tidak pula ketinggalan. Khusus
pengibaran bendera Lolo Bajo yang berwarna kuning, bergambar pedang dan bertuliskan
huruf Arab, dilakukan setelah pihak pengantin wanita menerima erang-erang yang
dibawa oleh pihak pengantin pria. Pengibaran Lolo Bajo ini diiringi oleh lemparan beras
putih oleh tetua adat (biasanya perempuan) dan alunan irama gendang (gandah sanro,
yang dalam tradisi Makassar disebut sebagai Tunrung Pa’bballe).
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam
menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola
hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari.
Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan yang tidak menjadi prioritas utama, sehingga
sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan
peningkatan standar kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran
lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi
menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan.
Pada tahun 2012 POKJA AMPL telah menyusun Buku Putih Sanitasi (BPS)
Kabupaten Kep. Selayar dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan tahun 2012–2016. Disamping dokumen tersebut, pemutakhiran dokumen
Strategi Sanitasi Kabupaten Kep. Selayar sangat berkaitan dengan berbagai dokumen
perencanaan pembangunan, baik tingkat nasional, provinsi, maupun kota/kabupaten. Oleh
karena itu, Strategi Sanitasi Kabupaten Kep. Selayar disusun dengan memperhatikan
keterkaitan, keselarasan, dan keterpaduan dengan berbagai dokumen yang dimaksud,
dijelaskan sebagai berikut:
3. Berpedoman pada RPJMD dan RTRW Kabupaten Kep. Selayar dilakukan dengan:
Persampahan
Dalam rangka untuk mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan persampahan di
Kabupaten Kepulauan Selayar, perlu ada keselarasan dan kesesuain antara
pelaksanaan dan perencanaan yang telah dibuat. Tingkat cakupan layanan
persampahan di Kabupaten Kepulauan Selayar sudah mencapai 93,24% dengan
frekuensi pengangkutan sampah 72,70%.
https:/kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnsulsel/potret-kehidupan-masyarakat-nelayan-di-pulau-
pasi-kabupaten-selayar/