76-88 I
e-ISSN 2614-7874
Diterbitkan oleh:
Jurnal Bidan Komunitas Prodi D4 Kebidanan
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia
ARTIKEL PENELITIAN
Abstrak
Pendahuluan: Unmet need didefinisikan sebagai Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak
ingin mempunyai anak lagi atau yang ingin menjarangkan jarak kelahiran berikutnya selama dua tahun
atau lebih, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadinya unmet need secara psikologis, khususnya ditinjau dari aspek
pengetahuan, sosial, budaya dan pelayanan kontrasepsi. Tujuan: untuk menggambarkan bagaimana
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya unmet need. Metode: Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan angka
unmet need yang tinggi yakni Kecamatan Sayur Matinggi dan Kecamatan Angkola Selatan di
Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kecamatan Teluk dalam dan Kecamatan Pulau Rakyat di Kabupaten
Asahan. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive dengan syarat WUS berusia 15-49 tahun, tidak
sedang ber KB dan tidak sedang hamil. Seluruh responden yang memenuhi syarat diwawancara (total
sampling) dengan menggunakan kuesioner sebagai metode pengumpulan data. Hasil: Berdasarkan
analisis multivariat faktor penentu unmet need maka didapat tiga faktor yang dominan yakni
pengetahuan, pekerjaan istri dan kesertaan ber-KB sebelumnya. Kesimpulan: Pengetahuan dan sikap
PUS terhadap program KB sudah baik namun hal ini tidak berdampak banyak pada keputusan untuk
menggunakan kontrasepsi sekalipun terdapat dukungan yang baik dari suami, keluarga (Ayah, Ibu,
Kakak, Adik, Mertua dan Ipar) dan teman/tetangga/teman sebaya. Sementara alasan utama PUS unmet
need tidak ber-KB adalah ingin memiliki anak padahal jumlah anak yang dimiliki sudah 3 atau lebih,
masalah efek samping KB dan masih belum memiliki anak laki-laki/perempuan dalam keluarga.
Kata Kunci: Kebutuhan Keluarga Berencana (KB), Analisis Faktor, Tapanuli Selatan
Factors of Knowledge and Unmet Attitudes of Family Planning Needs in South Tapanuli District
and Asahan District
Abstract
Background: Unmet need is defined as couples of childbearing age (PUS) who do not want
to have more children or who want to distance the next birth distance for two years or more, but do
not use contraception. This study aims to analyze the psychological factors that cause unmet need,
especially in terms of aspects of knowledge, social, cultural and contraceptive services. Objectives: to
describe how the factors that influence the occurrence of unmet need. Method: This research uses
descriptive research method. The location of the study was conducted purposively with a high number
of unmet need, namely Sayur Matinggi Subdistrict and Angkola Selatan Subdistrict in South Tapanuli
District and Teluk Dalam District and Pulau Rakyat District in Asahan District. The sample selection
is done purposively with the requirement that WUS is 15-49 years old, not in family planning and not
pregnant. All respondents who qualified for the interview (total sampling) using a questionnaire as a
76
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
method of data collection. Results: Based on multivariate analysis of determinants of unmet need,
three dominant factors were obtained, namely knowledge, wife's occupation and previous family
planning participation. Conclusion: Knowledge and attitudes of PUS towards family planning
programs are good but this does not have much impact on the decision to use contraception even
though there is good support from the husband, family (Father, Mother, Brother, Sister,
Mother/Father In-laws and Brother/Sister-in-Law) and friends/neighbors/peers. While the main
reason for unmet need PUS not having family planning is wanting to have children even though the
number of children owned has been 3 or more, side effects of family planning and still have no
sons/daughters in the family.
Keywords: Unmet Need, Factor Analysis, Family Planning, Asahan District, South Tapanuli
District
77
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
tepat di bawah Vietnam (4%), Thailand (3%) yang dilakukan Pesona di Kecamatan Anreapi
dan Malaysia. Sementara negara dengan angka Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat
unmet need tertinggi ialah Timor Leste (32%) menemukan bahwa umur merupakan faktor
(4). penyebab unmet need KB, karena semakin
Menurut Survei Demografi Kesehatan tinggi umur semakin tinggi kebutuhan wanita
Indonesia, angka kebutuhan akan KB yang akan kontrasepsi (9). Berbeda dengan hasil
belum terpenuhi (unmet need) di Indonesia penelitian yang dilakukan Risnawati Wahab di
sempat mengalami penurunan pada tahun 2007- Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan
2012, yaitu dari 13% menjadi 11%, namun pada Pontianak Utara. Ia menemukan bahwa
tahun 2015 kembali mengalami peningkatan pengetahuan berperan dalam pengambilan
menjadi 12,70% (5). Angka unmet need keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi.
tertinggi terjadi di Papua (29,70%), Papua Semakin tinggi pengetahuannya, semakin tinggi
(23,63%), NTT (21,883%), Maluku (21,10%) pula perannya dalam penggunaan kontrasepsi
dan Riau (16,88%). Beberapa faktor yang (10).
diperkirakan berpengaruh terhadap kejadian Rachmawati dalam penelitiannya di
unmet need di Indonesia antara lain umur, Kediri menemukan bahwa cara paling jelas
pendidikan, jumlah anak masih hidup, bagaimana pendidikan dapat mempengaruhi
dukungan suami terhadap KB, pernah pakai kesuburan pasangan adalah dengan memberikan
KB, aktivitas ekonomi dan indeks kesejahteraan informasi yang benar tentang pencegahan
hidup. Unmet need banyak terjadi berkaitan kehamilan dan persalinan. Bukti empiris
dengan ketakutan terhadap efek samping dan menegaskan bahwa dengan pendidikan yang
ketidaknyamanan pemakaian kontrasepsi (6). baik akan berpengaruh kepada pengetahuan
Berdasarkan data tersebut selanjutnya BKKBN yang lebih baik tentang kontrasepsi, bagaimana
akan memfokuskan penggarapan KB di 10 mereka harus digunakan dan dimana mereka
provinsi penyangga utama, yakni Sumatera dapat diperoleh (11). Fitri justru menemukan
Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, dukungan suami berhubungan erat dengan
Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa kejadian unmet need melalui penelitian yang
Timur, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi dilakukan di Bulukumba, Sulawesi Selatan
Selatan (7). (12).
Provinsi Sumatera Utara merupakan Berdasarkan beberapa penelitian yang
salah satu provinsi penyangga yang terjadi, perilaku Pasangan Usia Subur (PUS)
menyumbang angka yang besar pada tingkat secara psikologis melalui perilaku dan sikap
unmet need di Indonesia, terlihat dari hasil belum dikaji secara mendalam. Hal ini tentu
Susenas 2013 untuk provinsi Sumatera Utara menjadi kekhususan dalam penelitian ini, untuk
yang menunjukkan total kebutuhan ber-KB menemukan kembali formasi yang tepat sebagai
yang tidak terpenuhi (unmet need) adalah 14,3 upaya penurunan angka unmet need di
persen, angka capaian ini masih sangat jauh dari Indonesia khususnya di Sumatera Utara.
target MDG’s, yaitu 5 persen (8). Angka unmet Pemilihan Kabupaten Tapanuli Selatan dan
need total merupakan penjumlahan dari unmet Kabupaten Asahan sebagai lokus penelitian
need untuk tujuan penjarangan kelahiran bertujuan untuk menggambarkan keterwakilan
(spacing) dan pembatasan kelahiran (limiting). pendapat PUS dari kabupaten dengan tingkat
Sebaran angka unmet need juga bervariasi di unmet need yang tinggi dan wilayah yang
beberapa Kabupaten/Kota dengan angka berbeda.
terendah 5,2 persen di Tapanuli Utara dan 35,7 Mengingat bahwa angka unmet need
persen di Tapanuli Selatan. masih jauh dari target penurunan sebesar lima
Umur merupakan salah satu faktor yang persen, maka perlu dikaji lebih jauh faktor-
mempengaruhi kejadian unmet need. Penelitian faktor penyebab terjadinya unmet need secara
78
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
psikologis, khususnya ditinjau dari aspek Populasi adalah keseluruhan objek yang
pengetahuan, sosial, budaya, dan pelayanan akan diteliti (15). Populasi dalam penelitian ini
kontrasepsi, karena angka Unmet Need yang adalah wanita kawin usia 15-49 tahun, tidak
masih sangat tinggi di beberapa wilayah. sedang ber KB dan tidak sedang hamil di kedua
kabupaten dengan masing-masing dua
METODE PENELITIAN kecamatan dengan jumlah unmet need
Sugiyono menyatakan bahwa metode terbanyak, kemudian dipilih satu
penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah desa/kelurahan di masing-masing Kecamatan
untuk mendapatkan data yang valid dengan dengan unmet need terbanyak.
tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan Sampel adalah objek yang diteliti dan
dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga dianggap mewakili seluruh populasi (15).
dapat digunakan untuk memahami, Pemilihan sampel dilakukan secara purposive
memecahkan, dan mengantisispasi masalah.(13) dengan mewawancarai setiap WUS yang
Penelitian ini menggunakan metode memenuhi syarat yakni wanita kawin usia 15-
penelitian deskriptif yang bertujuan untuk 49 tahun, tidak sedang ber KB dan tidak sedang
menggambarkan bagaimana faktor-faktor yang hamil. Sebelum melakukan wawancara
mempengaruhi terjadinya unmet need. dilakukan pendataan kepada seluruh WUS di
Penelitian deskriptif adalah suatu metode desa terpilih untuk mengidentifikasi responden
penelitian yang ditujukan untuk yang memenuhi syarat. Seluruh responden yang
menggambarkan fenomena-fenomenayang ada, memenuhi syarat diwawancara (total sampling)
yang berlangsung pada saat ini atau saat yang dengan menggunakan kuesioner sebagai metode
lampau. Penelitian deskriptif dapat pengumpulan data. Untuk mempertegas data
mendeskripsikan keadaan dalam tahapan- yang diperoleh, dilakukan wawancara
tahapan perkembangannya (14). Penelitian mendalam dengan pengelola KB di desa
dilaksanakan di kabupaten/kota yang dipilih terpilih. Sementara hasil data lapangan diolah
secara purposive berdasarkan kriteria jumlah dengan menggunakan SPSS.
Unmet Need terbanyak dari hasil Susenas
tahun 2013 dan mewakili karakteristik wilayah HASIL
yang berbeda di Provinsi Sumatera Utara, yakni Kondisi Sosial Ekonomi PUS Unmet Need
Kabupaten Asahan (20%) mewakili pantai Karakteristik yang dapat menjelaskan
timur Sumatera dan Kabupaten Tapanuli bagaimana kondisi sosial ekonomi PUS yang
Selatan (35,7%) mewakili pantai barat mengalami unmet need adalah penghasilan
Sumatera. Dari kedua kabupaten tersebut dipilih yang mereka kumpulkan dalam sebulan. Hal ini
Kecamatan Sayur Matinggi dan Kecamatan merupakan salah satu indikator yang dapat
Angkola Selatan di Kabupaten Tapanuli Selatan mempengaruhi keinginan dan keputusan PUS
dan Kecamatan Teluk dalam dan Kecamatan untuk menggunakan alat dan metode KB.
Pulau Rakyat di Kabupaten Asahan. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2016.
79
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
Kepemilikan Asuransi
Tidak Ada 273 90.1
Ada 30 9.9
Sebagian besar responden memiliki terlihat dari angka 90,1 persen yang sama sekali
penghasilan sebesar Rp 1.000.000-Rp belum memiliki asuransi dan hanya 9,9 persen
1.900.000 yakni sebanyak 71 persen. Jika yang memiliki asuransi. Dalam hal ini yang
dikategorikan, kondisi tersebut termasuk termasuk dalam kategori asuransi adalah BPJS
kedalam tingkat ekonomi menengah ke bawah. PBI maupun non-PBI maupun asuransi dari
Hal ini diperkuat pula dengan terdapatnya 11,2 lembaga swasta. Hal ini jelas menunjukkan
persen PUS yang memiliki penghasilan bahwa kesadaran masyarakat akan kesehatan
dibawah Rp 1.000.000 per bulan. Berdasarkan masih minim.
data di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi
ekonomi PUS yang mengalami unmet need Kondisi PUS Unmet Need dan Program KB
tergolong pada kondisi menengah ke bawah. Berdasarkan beberapa penelitian yang
Selain penghasilan, kepemilikan dilaksanakan sebelumnya, salah satu faktor
asuransi juga merupakan salah satu unsur yang menyebabkan PUS tidak menggunakan
penting dalam menjaga dan meningkatkan KB adalah minimnya pengetahuan PUS
kualitas psikologis responden dalam mengenai alat dan metode kontrasepsi, baik dari
menentukan sikap dan keputusan menggunakan segi jenis, tempat mendapatkan layanan, efek
KB. Berikut hasil yang diperoleh dari lapangan. samping dan sebagainya. Hal ini berbeda
Kepemilikan asuransi pada PUS yang dengan hasil data lapangan yang telah diperoleh
mengalami unmet need masih sangat minim, sebagai berikut:
80
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
Berdasarkan hasil data lapangan, usia perilaku untuk tidak menggunakan alat
responden PUS baik suami maupun perempuan kontrasepsi. Upaya komunikasi, informasi dan
didominasi oleh pasangan berusia 31-40 tahun, edukasi dalam rangka pengendalian angka TFR
dengan usia menikah laki-laki pada kisaran 21- masih belum baik, selain itu penanganan dan
30 tahun dan perempuan dibawah usia 20 penjelasan mengenai efek samping penggunaan
tahun. Jumlah anak yang mereka miliki adalah alat kontrasepsi masih belum maksimal juga
3 atau di atas 3 orang anak, artinya dominasi jenis kelamin masih menjadi hal yang sangat
PUS sudah memiliki anak di atas 2. Hasil yang menentukan PUS untuk menggunakan alat
masih perlu diperhatikan adalah alasan PUS kontrasepsi. Berdasarkan uraian tersebut dapat
untuk tidak menggunakan kontrasepsi adalah disimpulkan bahwa keinginan menambah anak
karena ingin memiliki anak lagi di kemudian menjadi alasan utama PUS unmet need tidak
hari sebanyak 28.4 persen, selanjutnya karena menggunakan alat kontrasepsi sekalipun
adanya efek samping akibat penggunaan mereka sudah memiliki anak lebih dari 2. Hal
kontrasespsi sebesar 23.8 persen dan belum ini tentu bertentangan dengan pengetahuan dan
memiliki anak sesuai dengan jenis kelamin sikap mengenai program KB yang dimiliki
yang diinginkan sebanyak 23,1 persen. Hal ini responden. Responden hanya mengetahui,
tentu menjadi catatan penting timbulnya menganggap kehadiran KB merupakan hal yang
81
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
sah dan lumrah-lumrah saja, namun tidak untuk mampu mempengaruhi keputusan WUS untuk
dilaksanakan oleh PUS itu sendiri. Artinya tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah
kehadiran program KB belum merupakan dukungan suami terhadap istri untuk mengikuti
kebutuhan utama dari responden, belum mampu program KB. Hal ini dapat dilihat melalui tabel
menyadari secara utuh mengapa mereka harus di bawah ini:
turut serta dalam program KB. Alasan lain yang
82
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
Nilai budaya yang terdapat di lokasi selebihnya sebanyak 10.2 persen responden
penelitian ternyata tidak juga menjadi hambatan menyatakan tidak tahu. Pergeseran budaya dan
bagi PUS untuk memutuskan turut serta dalam nilai-nilai yang ditekankan dalam Program KB
KB. Dari tabel diatas dapat kita perhatikan sudah mengisi sisi sisi budaya di lokasi
bahwa sebagian besar budaya di lokasi penelitian.
penelitian sudah mendukung setiap pasangan
untuk mengikuti program KB dengan Kondisi program KB
persentase jawaban responden sebesar 80,2 Kondisi program KB yang dimaksud
persen. Bagi sebagian kecil responden budaya adalah persepsi PUS Unmet Need terhadap
masih menjadi penghambat untuk mengikuti pelaksanaan program KB yang terdapat di
program KB dengan persentase 9.6 persen wilayah domisili responden.
83
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah PUS bukan peserta KB terhadap dengan
untuk alat kontrasepsi MKJP jumlah yang target yang diberikan dari BKKBN Provinsi
tersedia di gudang masih tidak sesuai dengan (16). Dalam beberapa tahun terakhir,
jumlah PUS peserta KB di masing-masing perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara
wilayah. Jumlah PUS di Kabupaten Asahan sudah melakukan pelatihan bagi Bidan dan
sebesar 127.637 dan Kabupaten Tapanuli Dokter (CTU, IUD/Implan, KIP Konseling dan
Selatan sebesar 41.738. Selain itu, Model lainnya) dalam beberapa angkatan. Dalam
pembinaan kesertaan ber-KB masih terkendala menentukan bidan yang akan mengikuti
dengan terbatasnya jumlah Petugas Lapangan pelatihan SKPD-KB berkoordinasi dengan
Keluarga Berencana (PLKB). Petugas di setiap Dinas Kesehatan dalam penugasan bidan yang
kecamatan umumnya terdiri dari 1 PPLKB/K- akan mengikuti pelatihan. Setelah mengikuti
UPT KB dan 1 atau 2 PLKB yang membawahi pelatihan, diharapkan Bidan yang terlatih
lebih dari 10 Desa dengan wilayah yang relatif berkoordinasi dengan pengelola program KB
luas. Untuk mengatasi hal ini, pengelola Kabupaten. Setelah pelatihan, di lapangan
program di Kabupaten/Kota memaksimalkan Bidan yang sudah dilatih tidak berkoordinasi
peran PPKBD di lini lapangan dalam dengan SKPD KB tetapi langsung dengan
pembinaan kesertaan ber-KB terutama KB Dinas Kesehatan sehingga tidak ada data di
Ulangan ataupun pada saat pelayanan dengan tingkat Kabupaten khususnya di Bidang KB/KR
membawa akseptor. Pelayanan KB juga jumlah Bidan/Dokter yang terlatih.(17)
dilaksanakan selama Posyandu untuk pelayanan
pil dan suntuk selama sebulan sekali. PEMBAHASAN
Dalam pelayanan program KB di tiap Hasil akhir analisis multivariat faktor
wilayah, pengelola program masih belum yang berhubungan dengan kejadian unmet need
melihat angka unmet need KB sebagai acuan. di Kabupaten Asahan dan Tapanuli Selatan
Penetapan PPM per kecamatan ditentukan dapat dilihat melalui tabel berikut:
pengelola program dengan membagi antara
84
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
Tabel 10. Hasil Akhir Analisis Multivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Unmet Need Pada Kabupaten Asahan dan Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara
Variabel Β SE OR Nilai p
Umur Istri -.019 .022 .981 .404
Jumlah Anak Hidup .186 .188 1.205 .323
Umur Kawin Istri .032 .045 1.032 .476
Jumlah Anak Ideal -.064 .203 .938 .752
Pendidikan Istri .078 .141 1.081 .580
Pendidikan Suami -.184 .139 .832 .184
Dari hasil analisis multivariat diperoleh rata-rata menjadi petani atau buruh tani dengan
ternyata variabel yang berhubungan bermakna pendidikan rata-rata tamatan SMP dan SLTA.
dengan kejadian unmet need adalah pekerjaan Hasil analisis didapatkan Odds Ratio
istri, pengetahuan terhadap KB dan kepesertaan (OR) dari variabel pengetahuan terhadap KB
anak. Pekerjaan menurut teori adalah kegiatan 0,882, artinya mereka yang berpengetahuan
atau aktivitas seorang untuk memperoleh kurang baik akan melakukan unmet need 0,882
penghasilan, guna memenuhi kebutuhan kali dibanding mereka yg berpengetahuan baik
hidupnya sehari-hari, dimana pekerjaan atau sebaliknya mereka yang memiliki
tersebut sangat erat dengan kehidupan sehari- pengetahuan yang baik 0,882 tidak akan
hari dalam memenuhi hidup. Hasil penelitian melakukan unmet need dibanding mereka yang
ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang berpengetahuan kurang. Pengetahuan adalah
menyatakan status pekerjaan ibu berpengaruh hasil dari ‘tahu’ terhadap sesuatu dan ini
terhadap kasus unmet need. Ibu yang tidak terjadi setelah orang melakukan penginderaan
bekerja mempunyai peluang menjadi unmet terhadap suatu objek tertentu dalam hal ini
need lebih besar dibandingkan ibu yang bekerja adalah program Keluarga Berencana (KB).
(18). Ibu yang bekerja sebagian besar untuk Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
membantu penghasilan keluarga, bila dilihat melalui mata dan telinga (19). Terbatasnya
dari tabel 1., rata-rata responden berpenghasilan petugas lapangan KB sangat berpengaruh pada
menengah dengan penghasilan Rp. 1.000.000,- pengetahuan PUS terhadap program KB.
sampai Rp. 1.900.000,- untuk memenuhi Sebagian besar pengetahuan responden berasal
kebutuhan sehari-harinya. Ibu yang bekerja dari orang terdekat seperti tetangga/ saudara.
85
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
86
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
klinik di lapangan terkait kontrol lapangan dan Barat Tahun 2011. Universitas
sistem pencatatan dan pelaporan peserta KB. Hasanuddin, Makassar; 2011.
10. Wahab R. Hubungan antara Faktor
UCAPAN TERIMAKASIH Pengetahuan Istri dan Dukungan Suami
Peneliti mengucapkan terimakasih terhadap Kejadian Unmet Need KB pada
kepada BKKBN Sumatera Utara karena telah Pasangan Usia Subur di Kelurahan
memberikan dukungan penuh untuk melakukan Siantan Tengah Kecamatan Pontianak
penelitian ini. Selanjut terimakasih kepada Utara Tahun 2014. J Mhs PSPD FK
kepala daerah dan stake holder yang ada di Univ Tanjungpura. 2014;1(1).
tempat penelitian yaitu Kabupaten Tapanuli 11. Suseno MR. Faktor-faktor yang
Selatan dan Kabupaten Asahan. Berpengaruh terhadap Kebutuhan
Keluarga Berencana yang Tidak
DAFTAR PUSTAKA Terpenuhi (Unmet Need for Family
1. Nasional BKKB. Survei Demografi dan Planning) di Kota Kediri. J Kebidanan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Pantiwilasa. 2011;2(1).
Jakarta; 2013. 12. Fitri K. Faktor Yang Berhubungan
2. Sumaila T. Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian “Unmet Need” Pada
dengan Kejadian Tidak Terpenuhinya PUS Bukan Peserta KB di Wilayah
Kebutuhan KB (Analisis Lanjut Data Kerja Puskesmas Bontotiro Kecamatan
Riskesdas Provinsi Sulawesi Barat Bontotiro Kabupaten Bulukumba.
Tahun 2010). Universitas Hasanuddin, Universitas Hasanuddin, Makassar;
Makassar; 2011. 2015.
3. Nasional B. Pelayanan Kontrasepsi. Vol. 13. Sugiyono. Metode Penelitian
11. Jakarta; 2016. Pendidikan:(Pendekatan Kuantitatif,
4. Statistik BP, Bappenas U. Proyeksi Kualitatif dan R & D). Bandung: CV.
Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta Alfabeta; 2014.
Badan Pus Stat. 2013;1–472. 14. Hamdi AS, Bahruddin E. Metode
5. RI KK. Profil Kesehatan Indonesia Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam
Tahun 2015. Jakarta; 2016. Pendidikan. 1st ed. Yogyakarta:
6. Indonesia KKRI, Gizi B, Ibu K. Deepublish; 2015.
Rencana Aksi Nasional Pelayanan 15. Arikunto S. Prosedur Penelitian. Jakarta:
Keluarga Berencana Tahun 2014-2015. Rineka Cipta; 2012.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi 16. Nanlohy S. Determinan Kejadian Unmet
dan Kesehatan Ibu dan Anak; 2015. Need Keluarga Berencana di Kecamatan
7. BKKBN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Panakkukang Kota Makassar.
Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun Universitas Hasanuddin; 2017.
2012. Jakarta; 2013. 17. Rangkuti S. Implementasi Program
8. Nasional BKDKB. Pemakaian Alat Keluarga Berencana Nasional Era
Kontrasepsi di Indonesia Berdasarkan Desentralisasi Di Provinsi Sumatera
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Utara. Tesis Program Magister
(SUSENAS) Tahun 2013. Jakarta: Universitas Medan Area; 2007.
Direktorat Perencanaan Pengendalian 18. Hartanto H. Keluarga Berencana dan
Penduduk BKDKB Nasional; 2013. Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
9. Pesona IC. Studi Tentang Kebutuhan Harapan; 2004.
Kontrasepsi yang Tidak Terpenuhi 19. Maulana HDJ, Sos S, Kes M. Promosi
(Unmet Need) di Kecamatan Anreapi Kesehatan. In Jakarta: EGC; 2009.
Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi
87
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 2 Hal. 76-88, e-ISSN 2614-7874
88