Anda di halaman 1dari 9

ANDI EVA ZAHAFIRA WAHYUNI

K11116349
Teknik quota sampling adalah teknik pengambilan sampel
dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang
harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi
(khususnya yang tidak terhingga atau tidak jelas), kemudian
dengan patokan jumlah tersebut peneliti mengambil sampel
secara sembarang asal memenuhi persyaratan sebagai
sampel dari populasi tersebut.
Untuk penetapan banyaknya sampel yang akan diambil
dengan quota sampling berbeda makna dan teknis dari
penetapan jumlah sampel pada populasi terhingga. Pada
populasi terhingga penetapan jumlah sampel yang akan
diambil itu lazimnya bersifat “proporsional,” setidak-
tidaknya memperhatikan “besaran atau banyaknya anggota
populasi), sehingga sebanding atau mendekati sebanding
jumlah anggota dalam populasi (bahkan selalu seiring
dengan heteroginitas populasi), karena jumlah anggota
populasi jelas hitungannya. Oleh karena jelas hitungan
anggota populasinya, maka untuk representativitas,
pengambilan sampel biasanya menggunakan persentase.
Pada quota sampling banyaknya sampel yang ditetapkan itu
hanya sekedar perkiraan akan relatif memadai untuk
mendapatkan data yang diperlukan yang diperkirakan dapat
mencerminkan populasinya, tidak bisa diperhitungkan
secara tegas proporsinya dari populasi, karena jumlah
anggota populasi tidak diketahui secara pasti tadi. Quota
sampling pasti, karenanya, nonrandom sampling.
 Kelebihan

1. Rendahnya biaya penelitian yang dikeluarkan.


2. Ada keleluasaan peneliti untuk menentukan elemen-
elemen untuk setiap quotanya. Bahkan pada kondisi
tertentu, hasil penelitian dpat menyamai hasil penelitian
yang dilakukan dengan salah satu teknik sampling yang
termasuk rumpun probability sampling.
 Kekurangan
Ditinjau dari bias yang mungkin terjadi, terlihat bahwa
dengan teknik sampling ini akan diperoleh data yang sangat
beragam. Kondisi ini secara langsung akan berakibat pada
tingginya tingkat kesulitan dalam merumuskan hasil
penelitian. Penyebab bias yang lainnya adalah tidak adanya
suatu prosedur atau tata cara yang baku bagi pewawancara
dan teknik wawancaranya. Permasalahan bertambah lagi
dengan kenyataan di lapangan bahwa pewawancara
cenderung mencari lokasi/tempat-tempat dimana sampel
dapat ditemukan dan kadang pewawancara memilih-milih
responden untuk diwawancarai berdasarkan kriteria yang
tidak dapat diterima seperti penampilan (gaya berpakaian,
sikap), jenis kelamin, ras dan lain sebagainya.
Misalkan akan diteliti kebiasaan membaca koran dari orang
dewasa di Jakarta yang diperkirakan berjumlah 4 juta
orang. Aplikasi Quota sampling dilaksanakan dengan
menentukan kategori-kategori kontrol sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin: Pria dan Wanita
b. Usia: 18-30
31-45
46-60
> 60 tahun
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, mungkin Quota
sampling bukan merupakan satu-satunya pilihan, tetapi
karena dengan Quota sampling kita dapat membuat
pencerminan dari populasinya maka Quota sampling dipilih.
Kembali ke contoh di atas anggaplah akan diambil 10.000
sampel dan diketahui beberapa informasi dari populasinya
(berkaitan dengan kategori kontrol) sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin : Pria 60%
Wanita 40%
b. Usia : 18-30 40%
31-45 30%
46-60 23%
> 60 tahun 7%
Atas dasar informasi tersebut maka komposisi dari sampel
(10.000 orang), harus mengandung 60 % pria, 40 % wanita,
dan dari 10.000 sampel tersebut harus terdiri dari 40 %
orang yang berusia antara 18-30 tahun, 30 % berusia 31-45
tahun, 23 % berumur antara 46-60 tahun, 7 % berusia > 60
tahun. Inilah yang dimaksud dengan Quota sampling dimana
kita berusaha membuat pencerminan terhadap komposisi
dari populasinya dengan harapan agar statistik yang
diperoleh sedapat mungkin mendekati nilai parameternya.

Anda mungkin juga menyukai