Anda di halaman 1dari 6

Nama : FIDIA

Kelas : 3.1

Nim : 18020406

Jenis Data: Nominal, Ordinal, Interval Atau Rasio

1. DATA NOMINAL

Data Nominal biasa disebut data skala nominal adalah data yang diperoleh dengan cara
kategorisasi atau klasifikasi.

Contoh:

 Jenis pekerjaan, diklasifikasi sebagai: 


 Pegawai negeri, diberi tanda 1,
 Pegawai swasta, diberi tanda 2, 
 Wiraswasta, diberi angka 3
 Tidak berkerja diberi angka 4

 data jenis kelamin pada sampel penelitian Departemen Pendidikan, data siswa
dikategorikan menjadi ’laki-laki’ yang diwaliki angka 1 dan ’perempuan’ yang diwakili
angka 2. Konsekuensi dari data nominal adalah tidak mungkin seseorang memiliki dua
kategori sekaligus dan angka yang digunakan di sini hanya sebagai kode/simbol saja
sehingga tidak dapat dilakukan operasi matematika.

  Mengelompokan eskul disuatu SMA dari bidang olahraga, data eskul dikategorikan
menjadi “basket” yang diwakili dengan huruf A, kemudian “footsal” diwakili dengan
huruf B dan “bolavoli” diwakili oleh huruf C.

 Pengelompokan rumah-rumah dalam suatu perumahan, misal dari sebelah “utara”


komplek A, “barat” adalah komplek B, “selatan” adalah C dan arah “timur” adlah
komplek D.

 Sebuah gedung bioskop, para penonton diberikan no kursi duduk yang berbeda agar
tidak terjadi perebutan kursi.

  Dalam salah pesantren antara santriwan dan santriwati asramanya dipisahkan dengan
diberisimbol untuk santriwan A2 sedangkan untuk santriwati adalah B2

 Misalnya tentang jenis olahraga yakni tenis, basket, dan renang. Masing-masing anggota
set di atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (2) dan renang (3). Tetapi angka
yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olahraga basket lebih tinggi dari tenis
ataupun sebaliknya.

 Misalnya bentuk bank syariah di Indonesia: Bank Umum Syariah diberi kategori 2; BPR
Syariah diberi kategori l.

 Data mengenai barang-barang yang dihasilkan oleh sebuah mesin dapat digolongkan
dalam kategori cacat atau tidak cacat. Barang yang cacat bisa diberi angka 0 dan yang
tidak cacat diberi angka 1.

 Status pernikahan yang terdiri dari tiga kategori yaitu: (1) Belum menikah, (2) Menikah,
(3) Janda/ Duda. Data tersebut memiliki sifat-sifat yang sama dengan data tentang jenis
kelamin

2. DATA ORDINAL

Data berskala ordinal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi atau klasifikasi, tetapi
diantara data tersebut terdapat hubungan.

Contoh:

 Kepuasan pelanggan, diklasifikasikan sebagai:


 Sangat puas, diberi tanda 1, 
 Puas, diberi tanda 2, 
 Cukup puas, diberi tanda 3, 
 Tidak puas diberi tanda 4, 
 Sangat tidak puas diberi tanda 5

  Mengenai tingkat pendidikan yang dikategorikan menjadi ’SD’ yang diwakili angka 1,
’SMP’ yang diwakili angka 2, ’SMA’ yang diwakili angka 3, ’Diploma’ yang diwakili
angka 4, dan ’Sarjana’ yang diwakili angka 5. Sama halnya dengan data nominal,
meskipun tingkatannya lebih tinggi, data ordinal tetap tidak dapat dilakukan operasi
matematika. Angka yang digunakan hanya sebagai kode/simbol saja, dalam contoh tadi
tingkat pendidikan tertinggi adalah ’Sarjana’ dan terendah adalah ’SD’ (Sarjana >
Diploma > SMA > SMP > SD).

 Suatu peringkat ranking disuatu kelas misalkan Ihsan ranking 1 dan udin ranking 2
berarti ihsan lebih pintar dari pada udin.

 Penghitungan suara dalam pemilu, misalkan total suara Demokrat 60%, PDI 30%, Golkar
20% berarti suara tertinggi di pegang oleh demokrat sebagai peringkat 1, sehinnga
menjadi pemenang dalam pemilu tersebut. 

 Mengubah nilai ujian ke nilai prestasi, yaitu:


1. nilai A adalah dari 80-100

2. nilai B adalah dari 65-79

3. nilai C adalah dari 55-64

4. nilai D adalah dari 45-54

5. nilai E adalah dari 0-44

 Misalnya dalam skala Likert (Moh Nazir), mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu,
tidak setuju sampai sangat tidak setuju.

 Jawaban pertanyaan tentang kecenderungan masyarakat untuk menghadiri rapat umum


pemilihan kepala daerah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri dengan kode 5,
kadang-kadang saja menghadiri dengan kode 4, kurang menghadiri dengan kode 3, tidak
pernah menghadiri dengan kode 2, sampai tidak ingin menghadiri sama sekali dengan
kode 1.

 Contoh Skala Ordinal:

Urutkan buah motor berikut dari yang paling anda sukai.

Nama Ranking

 Mangga ……….
 Apel ……….
 Jeruk ……….
 Rambutan ……….

 Sistem kepangkatan dalam dunia militer adalah satu contoh dari data berskala ordinal
Pangkat dapat diurutkan atau dirangking dari Prajurit sampai Sersan berdasarkan jasa,
dan lamanya pengabdian. Jika peneliti merangking data lamanya pengabdian maka
peneliti dapat memberikan nilai 1, 2, 3, … , 4 dst masing-masing terhadap seseorang
anggota ABRI yang berpangkat Prajurit, Kopral, Sersan, dst.

 Dalam suatu survei bahwa pelajar di jawa barat 67% mengaku mengalami seks
pranikahsedangkan pelajar di jawa timur hampir 84% mengalami seks pranikah, dalam
hal ini jawatimur memegang angka tertinggi dalam survei ini. 

 Pada tingkatan Taekwondo memiliki beberapa tahapan sabuk misalkan dari awal sabuk
putih,kuning, hijau, biru, merah dan yang terakhir hitam. 

3. DATA INTERVAL
Data interval adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran, dimana jarak antar dua titik
pada skala, sudah diketahui. Berbeda dengan skala ordinal, dimana jarak dua titik tidak
diperhatikan (seperti berapa jarak antara puas dan tidak puas, yang sebenarnya menyangkut
perasaan orang saja)

Contoh:

 Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing
punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
 Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-0=100 
 Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180

 Interval nilai pelajaran matematika siswa SMA 4 Surabaya adalah antara 0 sampai 100.
Bila siswa A dan B masing-masing mempunyai nilai 45 dan 90, bukan berarti tingkat
kecerdasan B dua kali A. Nilai 0 sampai 100 hanya merupakan rentang yang dibuat
berdasarkan kategori pelajaran matematika dan mungkin berbeda dengan mata pelajaran
lain.

  Dasar Pemrograman memiliki 1 SKS, waktunya adalah 50menit, begitupun dengan


Teknik Digital yang memiliki 2 sks berarti waktunya 100 menit, dan yangterakhir yaitu
kalkulus memiliki 3 SKS waktunya adalah 150 menit sehingga dapat disimpulkan bahwa
selisih data diatas adalah 50 menit.

   Kecepatan masing – masing orang dalam berkendara di jalan raya, Maharani jika
berkendaraan dengan kecepatan 20 – 40 km/jam masuk keukuran pelan, untuk Ichsan
dalam berkendaraan memiliki kecepatan 50 – 60 km/jam maka masuk ke dalam ukuran
sedang dan yang terakhir Valentina Rosi dalam berkendaraannya selalu berkecepatan 70
– 80 km/jam maka masuk ke ukuran cepat. 

   Rata – rata tinggi badan berdasarkan usia, untuk anak – anak yang berusia 6 – 12
memiliki rata – rata tinggi badan 130 – 145 cm, untuk remaja yang berusia 13 – 18
memilikirata – rata tinggi badan 146 – 160 cm, dan untuk dewasa yang berusia 19 – 26
cm memiliki rata – rata tinggi badan 161 – 199 cm. 

   Pengiriman barang ke berbagai tempat, seperti contoh diatas Sintamengirimkan barang


dari Bandung ke Jakarta dengan harga Rp. 10.000,- /kg, dan Santi mengirimkan dari
bandung ke Yogyakarta dengan harga Rp. 20.000,- /kg sedangkan Santamengirimkan
barang dari Bandung ke Surabaya dengan harga Rp. 30.000,- /kg. 

 Data ini memiliki ciri sama dengan ciri pada data ordinal ditambah satu ciri lagi, yaitu
urutan kategori data mempunyai jarak yang sama.
A B C D E

1 2 3 4 5

interval A sampai C adalah 3-1=2. Interval C sampai D adalah 4-3=1. Kedua interval
ini dapat dijumlahkan menjadi 2+1=3. atau interval antara A dan D adalah 4-1=3.
Pada data ini yang dijumlahkan bukanlah kuantitas atau besaran, melainkan interval
dan tidak terdapat titik nol absoult.

 Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur dengan
ukuran interval pada skala prestasi dengan ukuran 1,2,3,4,5 dan 6, maka dapat dikatakan
bahwa beda prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3-1=2. Beda prestasi antara
mahasiswa C dan F adalah 6-3=3. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa prestasi mahasiswa
E adalah 5 kali prestasi mahasiswa A ataupun prestasi mahasiswa F adalah 3 kali lebih
baik dari prestasi mahasiswa B.
 Dalam banyak kegiatan penelitian, data skor yang diperoleh melalui kuesioner (misalnya
skala sikap atau intensitas perilaku) sering dinyatakan sebagai data interval setelah
alternatif jawabannya diberi skor yang ekuivalen (setara) dengan skala interval, misalnya:
1. Skor (5) untuk jawaban “Sangat Setuju”
2. Skor (4) untuk jawaban “Setuju”
3. Skor (3) untuk jawaban “Tidak Punya Pendapat”
4. Skor (2) untuk jawaban “Tidak Setuju”
5. Skor (1) untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”
6. Dalam pengolahannya, skor jawaban kuesioner diasumsikan memiliki sifat-
sifat yang sama dengan data interval.

4. DATA RASIO:

Data berskala rasio adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran, dimana jarak dua titik
pada skala sudah diketahui, dan mempunyai titik nol yang absolut. Ini berbeda dengan skala
interval, dimana taka da titik nol mutlak/absolut. Seperti titik 0°C tentu beda dengan titik 0°F.
atau pergantian tahun pada system kalender Masehi (setiap 1 Januari) berbeda dengan pergantian
tahun Jawa, China dan lainnya. Sehingga tak ada tahun baru dalam artian diakui oleh semua
kalender sebagai tahun baru.

Contoh:

 Jumlah buku di kelas: Jika 5, berarti ada 5 buku. Jika 0, berarti taka da buku (absolut 0)
 Dalam sebuah bank, seseorang mempunyai tabungan dengan saldo 10.000.000 rupiah.
Angka tersebut menunjukkan bahwa orang tersebut benar-benar mempunyai saldo
sebesar 10.000.000 rupiah. Jika seseorang mempunyai saldo -1.000.000 rupiah berarti
orang tersebut mempunyai hutang sebesar 1.000.000 rupiah. Sedangkan jika seseorang
mempunyai saldo 0 rupiah berarti orang tersebut tidak mempunyai tabungan maupun
hutang.
 Nilai raport siswa SMA dimana masing – masing siswa memiliki nilaiyang berbeda yaitu
Muiz mendapatkan nilai 100 (A), Cinta 80 (B), dan Putri 60 (C) jika dilihat dariskala
rasio nilai Muiz memiliki nilai lebih 20 dari pada nilai Cinta, Cinta memiliki nilai lebih
20dari pada nilai Putri, dan nilai putri kurang 40 untuk sama dengan Muiz.
 Berat bayi dimana bayi A beratnya adalah 3, B adalah 2, dan C adalah 1, jika dilihat
menggunakan skala rasio berat badan bayi A tiga kalilipat dari berat badan bayi C, berat
badan bayi B dua kalilipat dari C.
 Tinggi badan dari masing – masing data yang dikumpulkan, jika dilihat dari skala rasio
Ichsan lebih tinggi 10 cm dari pada Muiz, dan Muiz lebih tinggi 10 cm dari pada Chaby,
dan chaby paling pendek diantara Ichsan dengan Muiz.
 Pekerjaan dan penghasilan bulanan, dimana gajihnya bermacam – macam, jika dilihat
berdasarkan skala rasio gajih Ichsan lebih besar dari pada gajihKosim sebagai karyawan,
dan gajih Udin lebih lebih kecil dari pada gajih Kosim.
 A dan B adalah dua mahasiswa Universitas “X” yang nilai mata kuliah statistik 1 masing-
masing 60 dan 90. Ukuran rasionya dapat dinyatakan bahwa nilai B adalah nilai 1,5 kali
nilai A.
 Jika ada 4 pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari
Rp10.000 , Rp30.000 , Rp40.000 dan Rp50.000. bila dilihat dengan ukran rasio maka
pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan pengemudi
D adalah 5 kali pendapatan pengemudi A. Dengan kata lain, rasio antara pengemudi C
dan A adalah 4:1, rasio antara pengemudi D dan A adalah 5:1.
 Berat badan bayi yang diukur dengan skala rasio, bayi A memiliki berat badan 3 kg. Bayi
B memiliki berat 2 kg dan bayi C memiliki berat 1 kg. Jika diukur dengan skala rasio,
maka bayi A memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C, dst.
 Data mengenai berat adalah data yang berskala rasio. Dengan skala ini kita dapat
mengatakan bahwa data berat badan 80 kg adalah 10 kg lebih berat dari yang 70 kg,
tetapi juga dapat mengatakan bahwa data 80 kg adalah 2x lebih berat dari data 40 kg.
 Data hasil pengukuran berat suatu benda yang dinyatakan dalam gram memiliki semua
sifat-sifat sebagai data interval. Benda yang beratnya 1 kg berbeda secara nyata dengn
benda yang beratnya 2kg. Ukuran berat benda dapat diurutkan mulai dari yang terberat
sampai yang teringan. Perbedaan antara benda yang beratnya 1 kg dengan 2 kg memiliki
rentang berat yang sama dengan perbedaan antara benda beratnya 2 kg dengan 3 kg.
Angka 0 kg menunjukkan tidak ada benda (berat) yang diukur. Benda yang beratnya 2 kg
2 kali lebih berat dibandingkan dengan benda yang beratnya 1 kg.

Anda mungkin juga menyukai