Anda di halaman 1dari 24

MATERI AJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

KEBERAGAMAN DI NUSA TENGGARA BARAT

Disusun Oleh:

- Baiq Ayu Darma Ning Tyas (E1E016018)


- Emha Ihlasul Abdi (E1E016037)
- Eyan (E1E016038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2017
KEBERAGAMAN SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA, ETNIS dan AGAMA

Republik Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di
Asia Tenggara. Melintang di katulistiwa antara benua Asia dan Australia serta antara
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Sedangkan secara astronomis, Indonesia terletak di
6°LU (Lintang Utara)-11°LS (Lintang Selatan) dan 95°BT (Bujur Timur)-141°BT (Bujur
Timur).
Indonesia yang terletak di antara dua samudera besar mempunyai dampak mendapat
angin laut yang membawa banyak hujan. Hal ini yang menyebabkan Indonesia memiliki
iklim tropis. Selain itu, letak geografis Indonesia juga menyebabkan Indonesia memiliki dua
musim. Hal ini dipengaruhi oleh angina musim yang berhembus tiap enam bulan sekali.
Selain memiliki iklim tropis, Indonesia juga memiliki 18.000 lebih pulau (sekitar
6.000 tidak berpenghuni) yang menyebar sekitar katulistiwa. Kepulauan-kepulauan tersebut
terbagi menjadi 34 Provinsi. Masing-masing provinsi memiliki keanekaragaman masing-
masing, baik dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, etnis, bahasa daerah, dan agama. Sama
halnya dengan provinsi NTB.
Nusa Tenggara Barat (NTB) terdiri dari Pulau Lombok da Pulau Sumbawa, memiliki
luas wilayah 20.153,15 km2. Terletak antara 115°46’-119°5’ Bujur Timur dan 8°10’-9°5’
Lintang Selatan. Selong merupakan kota yang mempunyai ketinggian paling tinggi, yaitu
148m dari permukaan laut, sementara Raba terendah dengan 13m dari permukaan laut. Dari 7
gunung yang ada di Pulau Lombok, Gunung Rinjani merupakan gunung yang paling tinggi
dengan ketinggian 3.775m, sedangkan gunung Tambora merupakan gunung tertinggi di
Sumbawa dengan ketinggian 2.851m.
Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak, sementara suku Bima
dan Sumbawa merupakan kelompok terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk NTB
bergama Islam (95%). Ibu kota provinsi ini adalah Kota Mataram yang berada di Pulau
Lombok.
Berlatar belakang perisai dengan gambaran jiwa pahlawan, lambang Nusa Tenggara
Barat terdiri dari 6 unsur, yakni bintang, kapas dan padi, menjangan gunung dan kubah.
Rinciannya sebagai berikut:
 Bintang melambangkan 5 sila dan Pancasila, kapas dan padi selain melambangkan
kemakmuran juga melambangkan tanggal terbentuknya provinsi Nusa Tenggara
Barat yaitu 14 Agustus 1958.
 Hari tersebut dengan diungkapkan secara simbolik dengan jumlah kuntum dan untaian
padi 58.
 Rantai terdiri dari 4 berbentuk bulat dan 5 berbentuk segiempat, melambangkan tahun
45 (1945) sebagai tahun kemerdekaan RI.
 Menjangan merupakan salah satu satwa yang banyak berada di pulau Sumbawa.
 Gunung yang berasap melukiskan kemegahan Gunung Rinjani sebagai gunung
tertinggi di Lombok.
 Kubah melambangkan ketaatan beragama masyarakat provinsi Nusa Tenggara Barat.
Dari segi keberagaman provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki keberagaman sosial,
ekonomi, budaya, etnis dan agama.
A. KEBERAGAMAN SOSIAL
Suku sasak pada masa lalu secara sosial-politik, digolongkan dalam dua tingkatan sosial
utama, yaitu golongan bangsawan yang disebut perwangsa dan bangsa Ama atau jajar karang
sebagai golongan masyarakat kebanyakan.

Golongan perwangsa ini terbagi lagi atas dua tingkatan, yaitu bangsawan tinggi
(perwangsa) sebagai penguasa dan bangsawan rendahan (triwangsa). Bangsawan penguasa
(perwangsa) umumnya menggunakan gelar datu. Selain itu mereka juga disebut raden untuk
kaum laki-laki dan Denda untuk perempuan.

Seorang Raden jika menjadi penguasa maka berhak memakai gelar datu. Perubahan gelar
dan pengangkatan seorang bangsawan penguasa itu umumya dilakukan melalui serangkaian
upacara kerajaan.

Bnagsawan rendahan (triwangsa) biasanya menggunakan gelar lalu untuk para lelakinya
dan baiq untuk kaum perempuan. Tingkatan terakhir disebut jajan karang atau masyarakat
biasa. Panggilan untuk kaum laki-laki di masyarakat umum ini adalah loq dan untuk
perempuan adalah le.

Golongan bangsawan baik perwangsa dan triwangsa disebut sebagai permenak. Para
permenak ini biasanya menguasai sejumlah sumber daya dan juga tanah. Ketika Kerajaan
Bali dinasti Karangasaem berkuasa di Pulau Lombok, mereka yang disebut permenak
kehilangan haknya dan hanya menduduki jabatan pembekel (pejabat pembantu kerajaan).

Masyarakat Sasak sangat menghormati golongan permenak baik berdasarkan ikatan


tradisi dan atau berdasarkan ikatan kerajaan. Di sejumlah desa, seperti wilayah Praya dan
Sakra, terdapat hak tanah perdikan (wilayah pemberian kerajaan yang bebas dari kewajiban
pajak).

Setiap penduduk mempunyai kewajiban apati getih, yaitu kewajiban untuk membela
wilayahya dan ikut serta dalam peperangan. Kepada mereka yang berjasa, Kerajaan akan
memberikan beberapa imbalan, salah satunya adalah dijadikan wilayah perdikan.

Landasan sistem sosial masyarakat dalam kehidupan suku sasak umumnya mengikuti
garis keturunan dari pihak laki-laki (patrilineal). Akan tetapi, dalam beberapa kasus
hubungan masyarakatnya terkesan bilateral atau parental (garis keturunan diperhitungkan dari
kedua belah pihak :ayah dan ibu).

Pola kekerabatan yang dalam tradisi suku sasak disebut Wiring. Kadang ini mengatur hak
dan kewajiban anggota masyarakatnya. Unsur-unsur kekerabatan ini meliputi Kakek, Ayah,
Paman (saudara laki-laki ayah ), Sepupu (anak lelaki saudara lelaki ayah), dan anak-anak
mereka.

Wiring kadang juga mengatur tanggung jawab mereka terhadap masalah-masalah


keluarga; pernikahan, masalah warisan dan hak-kewajiban mereka. Harta warisan disebut
pustaka dapat berbentuk tanah, rumah dan juga benda-benda lainnya yang merupakan
peninggalan leluhur. Orang-orang Bali memiliki pola kekerabatan yang hampir sama disebut
purusa dengan harta waris yang disebut pusaka.

B. KEBERAGAMAN EKONOMI
1. Sektor Energi
Dalam rangka mempercepat diversifikasi energi khususnya dalam
pembangkitan tenaga listrik pemerintah melakukan percepatan pembangunan
pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan seperti air dan panas
bumi sebagai sumber energinya. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, proyek
pembangkit listrik tersebut meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Sembalun 2×10 MW dan PLTP Hu`u 2×10 MW beserta pembangunan transmisi 70
kV.
Sasaran kebijakan sektor ketenaga listrikan Provinsi Nusa Tenggara Barat
adalah terwujudnya keseimbangan antara penyediaan dengan kebutuhan tenaga listrik.
Tersedia infrastruktur tenaga listrik yang mampu memaksimalkan akses masyarakat
pedesaan sehingga pada tahun 2020 seluruh desa sudah berlistrik dengan rasio
elektrifikasi sebesar 90%, terwujudnya baharuan energi (energy mix) yang seimbang
pada tahun 2020 yaitu peranan masing-masing sumber energi primer terhadap
penyediaan tenaga listrik, serta menekan penggunaan bahan bakar minyak sebagai
energi primer.
2. Sektor Kemaritiman dan Kelautan
Pembangunan ekonomi bidang maritim merupakan salah satu prioritas
program kerja pembangunan. Sasaran pengembangan ekonomi maritim dan kelautan
diantaranya termanfaatkannya sumber daya kelautan, tersedianya data dan informasi
sumber daya kelautan terintegrasi untuk mendukung pengelolaan sumber daya pesisir
dan laut, terwujudnya tol laut dan upaya meningkatkan pelayanan angkutan laut dan
konektivitas laut.
Sebagai wilayah kepulauan di Nusa Tenggara Barat memiliki 3 buah
pelabuhan laut yang diusahakan yaitu Pelabuhan Lembar, Pelabuhan Bima,Pelabuhan
Badas.
Nusa Tenggara Barat juga memilki potensi sumber daya besar pada wilayah
pesisir dan laut. Hal ini didukung dengan wilayah teritorial perairan yang luas,
sekaligus memiliki potensi berbagai jenis biota laut yang bernilai ekonomi tinggi.
Sebagai daerah yang dikelilingi oleh laut, produksi perikanan Nusa Tenggara Barat
terus mengalami peningkatan terutama perikanan lautnya. Sebagian besar produksi
perikanan di Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan perikanan budidaya laut dan
perikanan tangkap laut.
3. Aspek Wisata
Dari segi pariwisata, provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu
provinsi unggulan di Indonesia dalam bidang pariwisata dengan meenonjolkan aspek
keindahan pantai, gugusan pulau-pulau kecil disekitar Lombok maupun Sumbawa
(Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan, Gili Sudak, Gili Kapal, Gili Nanggu, Pulau
Kenawa, dll), wisata air terjun maupun wisata dataran tinggi dengan ikon Gunung
Rinjani dan Gunung Tambora.
Secara rinci, dari segi pariwisata, titik-titik wisata diprovinsi Nusa Tenggara
Barat terbagi menjadi sejumlah kawasan yang terletak baik di Pulau Lombok maupun
di Pulau Sumbawa. Menurut data BKPM PTSP Nusa Tenggara Barat, di Pulau
Lombok kawasan tersebut terbagi menjadi 9 titik yakni kawasan pariwisata Senggigi
dan sekitarnya, kawasan Suranadi dan sekitarnya, kawasan Gili Gede dan sekitarnya,
kawasan Selong Belanak dan sekitarnya, kawasan Kuta, Tanjung Aan dan sekitarnya,
kawasan sekitanya, kawasan wisata Dusun Sade, kawasan wisata Gunung Rinjani dan
sekitarnya, kawasan Gili Indah dan sekitarnya, serta kawasan Gili Sulat dan
sekitarnya.
Sedangkan di pulau Sumbawa terdapat 6 titik wisata yakni kawasan pantai
Maluk, kawasan pulau Moyo dan sekitarnya, kawasan pariwisata Hu`u dan
sekitarnya, kawasan wisata Gunung Tambora dan sekitarnya, kawasan wisata Teluk-
Bima dan sekitarnya, serta kawasan wisata Sape dan sekitarnya.
Provinsi Nusa Tenggara Barat mendapatkan gelar kehormatan dengan
menyandang gelar sebagai tujuan wisata halal kelas dunia. Disandangnya gelar
tersebut merupakan capaian besar bagi Nusa Tenggara Barat dan sekaligus menjadi
sebuah pengakuan bahwa pariwisata merupakan potensi daerah unggulan yang
berperan besar dalam meningkatkan perekonomian dan investasi bagi daerah.
4. Aspek Pertambangan
Dari segi pertambangan, potensi unggulan daerah yang dimiliki Provinsi Nusa
Tenggara Barat yakni sebagai penghasil mineral logam yang cukup signifikan yang
terdiri dari belerang, emas, pasir besi, tembaga, mangan, timah hitam serta perak.
Keberadaan sejumlah mineral logam ini menjadi keunggulan tersendiri bagi Provinsi
Nusa Tenggara Barat guna meningkatkan investasi asing di Nusa Tenggara Barat
terutama dari segi pertambangan. Potensi bahan galian logam di Nusa Tenggara Barat
tersebar di sejumlah wilayah kabupaten/kota, namun pertambangan terbesar sejauh ini
terletak di Pulau Sumbawa. Besarnya potensi tambang yang dimiliki Nusa Tenggara
Barat ini dibuktikan dengan adanya perusahaan tambang asing asal AS yakni PT.
Newmont Nusa Tenggara yang beroperasi dan melakukan galian tambang emas di
Sumbawa Barat.
5. Aspek Industri
Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi yang unggul dari segi
potensi pertanian dan perkebunan. Provinsi Nusa Tenggara Barat telah dikenal lama
sebagai penghasil jagung, bawang merah, serta tembakau yang memenuhi kebutuhan
nasional. Terlepas dari bidang pertanian dan perkebunan, dari segi peternakan
provinsi Nusa Tenggara Barat juga memiliki komoditi unggulan yang potensial untuk
meningkatkan perekonomian daerah maupun untuk menarik investor. Provinsi Nusa
Tenggara Barat setiap tahunnya berkomitmen untuk menjadi daerah penghasil sejuta
sapi agar dapat memenuhi konsumsi nasional maupun dalam Nusa Tenggara Barat
pada khususnya. Selain itu, dari segi potensi daerah unggulan, provinsi Nusa
Tenggara Barat juga memiliki komoditi potensial dalam bidang perikanan. Provinsi
Nusa Tenggara Barat dikenal sebagai wilayah penghasil rumput laut dan mutiara
berkualitas tinggi di Indonesia. Kemudian, pada bidang perikanan, provinsi Nusa
Tenggara Barat memiliki komoditi potensial yakni garam.
C. KEBERAGAMAN BUDAYA
Sekarang kita akan berkenalan dengan kebudayaan Nusa Tenggara Barat (NTB), berikut
uraian singkatnya:

1. Rumah Adat
Salah satu contoh rumah adat Nusa Tenggara Barat disebut Istana Sultan Sambawa.
Istana tersebut bertingkat tiga. Lantai bawah atau pertama merupakan tempat
pengawalan. Bila ada upacara, maka para pengawal berbaris didepan tangga sesuai
urutan pangkatnya. Anak tangga menandakan urutan pangkat tersebut.
Lantai kedua adalah tempat kediaman Sultan dan Permaisuri. Disebelah kanan
berhadapan dengan kamar Sultan adalah tempat pangeran-pangeran. Sedangkan lantai
tiga disediakan untuk para putrid an keluarga lainnya dari Sultan.

Rumah Adat Bima Nusa Tenggara Barat (NTB)


Rumah adat lainnya yang ada di Nusa Tenggara Barat adalah rumah adat suku sasak.
Rumah adat suku sasak berbeda dngan arsitektur dan bentuk rumah adat dari bali
secara umum. Kampung-kampung oang sasak biasanya akan terdiri dari dua baris,
baris pertama berisi rumah berbentuk bale yang dilengkapi dengan lumbung padi
dibagian sisi lainnya. Disela-sela rumah-rumah tersebut dibangun beruga yang
merupakan balai dengan fungsi sebagai tempat pertemuan.
Rumah Adat Sasak Nusa Tenggara Barat
2. Pakaian Adat
Pakaian adat pria Lombok berupa tutup kepala dengan baju berlengan panjang, kain
sarung sebatas dengkul dan kain sarung yang ditenun. Sedangkan wanitanya memakai
kebaya panjang dengan kain songket. Perhiasannya yang dipakai adalah hiasan
kepala, anting-anting, kalung bersusun, pending, dan gelang.
Pakaian adat pria Sumbawa berupa tutup kepala, baju jas tutup, kain songket dank ain
tenun yang melingkar dipinggang. Wanitanya memakai model baju bodo, dan kain
songket. Perhiasannya yang dipakai berupa hiasan bunga dikepala, kalung bersusun,
pending, dan gelang tangan.

3. Tarian-tarian Daerah Nusa Tenggara Barat


a. Tari Mpaa Lenggogo
Sebuah tarian guna menyambut kehadiran Maulid Nabi Besar Muhammada SAW.
Tari ini juga sering dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara
khitanan keluarga raja.
b. Tari Batu Nganga
Tari Batu Nganga adalah tari berlatar belakang cerita rakyat. Mengisahkan tentang
kecintaan rakyat terhadap putri raja yang masuk kedalam batu. Mereka memohon
agar sang putri dapat keluar dari dalam batu tanah.
c. Tari Gora (Gogo Rancah)
Tari Gora (Gogo Rancah) adalah tarian yang menggambarkan keceriaan dan
kegembiraan para pertain yang dengan semangat menanam padi. Tari ini
merupakan tari garapan yang diolah dari sumber tari tradisi suku Sasak, suku
Sumbawa, dan suku Bima.

Tari Mpa Lenggogo

4. Senjata Tradisional
Di Nusa Tenggara Barat, senjata tradisional adalah keris. Ada berbagai jenis keris,
misalnya sampari dan sondi. Di Lombok, sondi bernama grantin.
Keris merupakan benda pusaka yang diperoleh secara turun temurun. Dipakai pada
saat upacara-upacara adat, juga pada waktu upacara keagamaan, seperti Maulid Nabi
Muhammad SAW, Idul Fitri, Idul Adha dan pada waktu menerima tamu Negara.
Keris Nusa Tenggara Barat
5. Suku
Suku dan marga yang terdapat di daerah Nusa Tenggara Barat adalah: Sasak, Bali,
Sumbawa, dan Bima.
6. Bahasa Daerah
Bahasa daerah yang terdapat di daerah Nusa Tenggara Barat adalah: Sasak, Sumbawa,
dan lain-lain.
7. Lagu Daerah
Lagu daerah yang terdapat di daerah Nusa Tenggara Barat adalah: Inaq tegining amaq
teganang, Kadal nongak, Orlen-orlen, O pio ode-ode, dan lain-lain.
8. Tradisi
a. Kawin Lari (Merarik)
Salah satu adat istiadat yang sampai sekarang ini masi dipegang teguh oleh
masyarakat Sasak adalah kawin lari. Dalam Suku Sasak pernikahan dengan cara
kawin lari ini disebut dengan merari’. Menurut Muhammad Harfin Zuhdi yang
dikutip oleh Bustami Saladin dalam tesisnya “Tradisi Merari’ Suku Sasak di
Lombok dalam Perspekti Hukum Islam”, secara etimologis kata merari’ diambil
dari kata “lari”. Merari’ang berarti melai’ang atau dalam bahasa Indonesia
disebut melarikan. Dan oleh sebab itu merari’ dalam istilah Bahasa Indonesia
disebut dengan istilah kawin lari. Secara termonologis, merari’mengandung dua
arti. Pertama, lari atau melarikan. Ini adalah arti yang sebenarnya. Kedua,
keseluruhan pelaksanaan perkawinan menurut adat Sasak.
Sebelum upacara perkawinan dilaksanakan, biasanya masyarakat Suku Sasak
menyiapkan bahan-bahan khusus. Bahan-bahan ini nantinya diserahkan calon
mempelai pria kepada calon mempelai wanita sebagai sanjikrama (hadiah kawin
lari). Bahan-bahan tersebut antara lain koin tembaga cina kuno (biasanya diganti
dengan uang rupiah karena semakin sulit didapatkan), uang tunai, kerbau atau
sapi, kain putih, tombak bambu, dan beras benang.
b. Nyongkolan
Nyongkolan adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian acara
dalam prosesi perkawinan pada suku sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Kegiatan ini berupa arak-arakan kedua mempelai dari ruma mempelai pria ke
rumah mempelai wanita, dengan diiringi keluarga dan kerabat mempelai pria,
memakai baju adat, serta rombongan musik yang berupa gamelan atau kelompok
penabuh rebana, atau disertai gendang beleq pada kalangan bangsawan. Dalam
pelaksanaannya, karena faktor jarak, maka prosesi ini tidak dilakukan secara
harfiah, tetapi biasanya rombongan mulai berjalan dari jarak 1-0,5 km dari rumah
mempelai wanita.
Tujuan dari prosesi ini adalah memperkenalkan pasangan mempelai tersebut
ke masyarakat, terutama pada kalagan kerabat atau masyarakat dimana mempelai
perempuan tinggal, karena biasanya seluruh rangkaian acara pernikahan
dilaksanakan di pihak mempelai laki-laki.
Masyarakat yang akan melakukan nyongkolan semua memakai pakaian adat
Lombok, yakni untuk laki-laki memakai baju piama warna hitam, ikat kepala dan
menyelipkan keris baik didepan maupun dibelakang, sementara perempuan
memakai pakaian baju kebaya atau lambung.
Sebagian peserta dalam prosesi ini biasanya membawa beberapa benda seperti
hasil kebun, sayuran maupun buah-buahan yang akan dibagikan pada kerabat dan
tetangga mempelai perempuan nantinya. Pada kalangan bangsawan urutan baris
iring-iringan dan benda yang dibawanya memiliki aturan tertentu.
Hingga saat ini nyongkolan masih tetap dapat ditemui di Lombok, iring-
iringan yang menarik masyarakat untuk menoton karena suara gendangnya ini
biasanya diadakan selepas zuhur diakhir pekan.
Nyongkolan di Nusa Teggara Barat
c. Bau Nyale
Nyale adalah sejenis binatang laut, termasuk jenis cacing (anelida) yang
berkembang biak dengan bertelur. Dalam alam kepercayaan Suku Sasak nyale
bukan sekedar binatang, beberapa legenda dari Suku ini menceritakan tentang
putri yang menjelma menjadi nyale.
Lainnya menyatakan bahwa nyale adalah binatang anugerah bahkan
keberadannya dihubungkan dengan kesuburan dan keselamatan.
Ritual bau nyale atau menangkap nyale digelar setahun sekali. Biasanya pada
tanggal 19 atau 20 pada bulan ke-10 atau ke-11 menurut perhitungan tahun Suku
Sasak kurang lebih berkisar antara bulan Februari atau Maret.

Bau nyale tradisi di Lombok


d. Rebo Bontong
Suku sasak percaya bahwa hari Rebo Bontong merupakan hari puncak terjadi
bencana dan atau penyakit (Bala) sehingga bagi mereka sesuatu yang tabu jika
memulai pekerjaan tepat pada hari Rebo Bontong. Kata Rebo dan juga Bontong
kurang lebih artinya “putus” ada “pemutus”.
Upacara Rebo Bontong dimaksudkan untuk dapat menghindari bencana atau
penyakit. Upacara ini digelar setahun sekali yaitu pada hari Rabu di minggu
terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriah.

Upacara rebo bontong di Lombok Timur


9. Seni
a. Peresan
Kadang ada yang menulisnya Periseian dan atau Presean adalah seni bela diri
yang dulu digunakan oleh lingkungan kerjaan. Peresean awalnya adalah latihan
pedang dan periasi bagi seorang prajurit. Pada perkembangannya, latihan ini
menjadi pertunjukkan rakyat untuk menguji ketangkasan dan “keberanian”.
Senjata yang digunakan adalah sebilah rotan yang dilapisi pecahan kaca. Dan
untuk menangkis serangan pepadu (pemain) biasanya membawa sebuah perisai
(ende) yang terbuat dari kayu berlapis kulit lembu atau kerbau. Setiap pepadu
memakai ikat kepala dan mengenakan kain panjang.
Festival peresean diadakan setiap tahun terutama di Kabupaten Lombok
Timur yang akan diikuti oleh pepadu dari seluruh Pulau Lombok.
Peresean tradisi Lombok
b. Begasingan
Permainan rakyat yang mempunyai unsur seni dan olahraga bahkan termasuk
permainan tradisional yang tergolong tua di masyarakat Sasak. Permainan
tradisional ini juga dikenal di beberpa wilayah lain di Indonesia.
Hanya saja, Gasing orang sasak ini berbeda baik bentuk maupun aturan
permainannya. Gasing besar, mereka namai pemantok, digunakan untuk
menghantam gasing pengorong atau pelepas yang ukurannya lebih kecil.
Begasingan berasal dari kata gang yang artinya “lokasi”, dan dari kata sing
artinya “suara”. Permainan tradisional ini tak mengenal umur dan tempat, bisa
siapa saja bisa dimana saja.

Permainan begasingan Lombok


c. Slober
Alat musik tradisional Lombok yang cukup tua, unik, dan bersahaja. Slober
dibuat dari pelepah enau da ketika dimainkan alat musik ini biasanya didukung
dengan alat musik lainnya seperti gendang, gambus, seruling, dll. Kesenia yang
masih dapat anda saksikan hingga saat ini, sangat asyik jika dimainkan ketika
malam bulan purnama.
Slober alat musik tradisional Nusa Tenggara Barat
d. Gendang Beleq
Satu dari kesenian Lombok yang mendunia. Gendang Beleq merupakan
pertunjukkan dengan alat perkusi dengan berukuran besar (Beleq) sebagai
ensemble utamanya. Komposisi musiknya dapat dimaikan dengan posisi duduk,
berdiri, dan berjalan untuk mengarak iring-iringan.
Ada dua jenis gendang beleq yang berfungsi sebagai pembawa dinamika yaitu
gendang laki-laki atau gendang mama dan gendang nina atau gendang
perempuan.
Sebagai pembawa melodi adalah gendang kodeq atau gendang kecil.
Sedangkan sebagai alat ritmis adalah dua buah roeq, 6-8 buah perembak kodeq,
sebuah petuk, sebuah gong besar, sebuah gong penyentak, sebuah gong oncer, dan
dua buah lelontek.
Menurut cerita gendang beleq dahulu dimainkan bila ada pesta-pesta yang
diselenggarakan oleh pihak kerajaan. Bila terjadi perang gendang ini berfungsi
sebagai penyemangat prajurit yang ikut berperang.

Gendang beleq Lombok


10. Upacara
a. Upacara U’a Pua
Merupakan sebuah tradisi masyarakat Lombok yang dipengaruhi oleh ajaran
Islam. Upacara U’a Pua dilaksanakan bersamaan dengan Peringatan Maulid Nabi
Muhammad saw yang juga dirangkai dengan penampilan atraksi Seni Budaya
masyarakat Suku Mbojo (Bima) yang berlangsung selama 7 hari. Prosesi U’a Pua
diawali dengan pawai dari Istana Bima yang diikuti oleh semua Laskar
Kesultanan, Keluarga Istana, Group Kesenian Tradisional Bima dengan dua
Penari Lenggo yang dilengkapi dengan Upacara U’a Pua. Selama proses pawai
berlangsung Group Kesenian terus memainkan Genda Mbojo, Silu dan Genda
Lenggo. Ketika memasuki istana, Penunggang Kuda menari dengan suka ria
(Jarasara’u), Sere, Soka dan lain-lain sampai Ketua Rombongan bertemu dengan
Sultan yang diiringi dengan Penari Lenggo. Pada saat itu Sere Pua dan Al-Qur’an
diserahkan kepada Sultan.

Upacara U’a Pua Nusa Tenggara Barat


b. Upacara Perang Topat
Upacara Perang Topat adalah salah satu upacara yang dilakukan oleh orang
Sasak. Perang Topat adalah upacara ritual sebagai perwujudan rasa terima kasih
kepada Tuhan atas kemakmuran berupa tanah yang subur, banyak hujan. Upacara
Perang Topat ditampilkan di Taman Lingsar oleh masyarakat Hindu, masyarakat
Sasak dengan saling melemparkan Topat (Ketupat).
Upacara ini berlangsung setelah selesai “Pedande” memuja yaitu selama
periode “Rokok Kembang Waru” sekitar pukul 17.30. Perang Topat dilaksanakan
setiap tahun pada saat purnama ke-6 menurut Kalender Sasak atau sekitar bulan
November-Desember.
Sebelum Perang Topat dimulai Kebon Odek dikeluarkan dari Kemaliq yang
terdapat di Pura Lingsar Kecamatan Narmada yang bertujuan untuk menjemput
Pesajik (Sesajen) kemudian dikeliling sebanyak 3 kali di Kemaliq lalu di
upacarakan. Setelah upacara Puja Wali, dilakukan acara Perang Topat.

Upacara Perang Topat Nusa Tenggara Barat


D. KEBERAGAMAN ETNIS
1. Suku Sasak

Suku Sasak adalah penduduk asli dan suku mayoritas di Lombok, Nusa Tenggara Barat
Indonesia. Sebagai penduduk asli, suku Sasak telah mempunyai sistem budaya sebagaimana
terekam dalam kitab negara Kartha Gama karangan Empu Nala dari Majapahit. Dalam kitab
tersebut, suku Sasak disebut “Loboq Mirah Sak-Sak Adhi”. Jika saat kitab tersebut dikarang
suku Sasak telah mempunyai sistem budaya yang mapan.

Nenek moyang Suku Sasak berasal dari campuran penduduk asli Lombok dengan para
pendatang dari Jawa Tengah yang terkenal dengan julukan Mataram, pada zaman raja yang
bernama Rakai Pikatan dan permaisurinya Pramudha wardani. Kata Sasak itu sendiri berasal
dari kata sak-sak yang artinya sampan.

Dalam masyarakat Sasak, kelompok kekerabatan terkecil adalah keluarga inti yang
disebut kuren. Keluarga inti umumnya keluarga monogami meskipun ada yang membenarkan
keluarga inti poligami. Adat Menetao sesudah nikah adalah virilokal, meskipun ada yang
uxorilokal dan neulokal . Garis keturunan suku Sasak ditarik menurut sistem patrilineal.

Adat istiadat dapat anda saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana perempuan
apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan
dahulu kerumah keluarganya dari pihak laki-laki, ini yang dikenal dengan sebutan merarik
atau selarian. Sehari setelah dilarikan maka akan diutus salah seorang untuk memberitahukan
kepada pihak keluarga perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh seseorang, ini yang
disebut dengan mesejati atau semacam pemberitahuan kepada keluarga perempuan. Setelah
selesai maka akan diadakan yang disebut dengan nyelabar atau kesepakatan mengenai biaya
resepsi.

Suku Sasak Nusa Tenggara Barat

2. Suku Bima

Suku Bima tinggal didaerah daerah dataran rendah, wilayah kabupaten Bima, Donggo
dan Sangiang, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Suku Bima telah ada sejak zaman Kerajaan
Majapahit lingkungan alam suku Bima berbeda-beda karena di daerah utara Lombok
tanahnya sangat subur sedangkan sebelah selatan tanahnya gundul dan tidak subur.
Kebanyakan dari mereka bermukim sekitar 5 km atau lebih dari pesisir pantai. Mereka juga
disebut suku “Oma” (artinya “berpindah-pindah”) karena sering hidup berpindah-pindah dari
satu tempat ketempat yang lain. Suku Bima memiliki hubungan dengan suku Sasak yang
tinggal berdekatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Suku ini menggunakn Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo. Menurut sejarahnya, suku Bima
mempunyai 7 pemimpin di setiap daerah yang disebut Ncuhi. Pada masa pemberontakan di
Majapahit, salah satu dari Pandawa Lima, Bima, melarikan diri ke Bima melalui jalur selatan
agar tidak ketahuan oleh para pemberontak dan langsung diangkat oleh para Ncuhi sebagai
raja pertama. Namun sang Bima langsung mengangkat anaknya sebagai raja dan beliau
kembali lagi ke Jawa dan menyuruh 2 anaknya untuk memerintahnya di Kerajaan Bima. Oleh
karena itu, sebagian bahasa Jawa Kuna kadang-kadang masih digunakan sebagai bahasa halus
di Bima.
Mata pencaharian utamanya masyarakat suku Bima adalah bertani dan sempat menjadi
segitiga emas pertanian bersama Makassar Ternate pada zaman Kesultanan. Oleh karena itu,
hubungan Bima dan Makassar sangatlah dekat, karena pada zaman kesultanan, kedua
kerajaan ini saling menikahkan putra dan putri kerajaannya masing-masing.

Suku Bima Nusa Tenggara Barat

3. Suku Sumbawa

Suku Sumbawa adalah suku bangsa yang mendiami pulau Sumbawa dan menggunakan
bahasa Samawa. Suku yang berpopulasi 1,3 juta ini sebagian besar beragama Islam uniknya
pada sebagian kecil masyarakat suku Sumbawa, terdapat praktik agama Islam yang agak
berbeda dengan Islam pada umumnya yakni Islam Wetu Telu, namun hanya berjumlah sekitar
1% yang melakukan praktek ibadah seperti itu.

Populasi Suku Sumbawa yang terus berkembang saat ini merupakan campuran antara
keturunan etnik-etnik pendavang atau imigran dari pulau-pulau lain yang tetah lama menetap
dan mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya serta sanggup berakulturasi dengan para
pendatang lain yang masih membawa identitas budaya nenek moyang mereka, baik yang
datang sebelum maupun pasca meletusnya Gunung Tambora tahun 1815. Para pendatang ini
terdiri atas etnik Jawa, Madura, Bali, Sasak, Bima, Sulawesi (Bugis, Makassar, Mandar),
Sumatra (Padang dan Palembang), Kalimantan (Banjarmasin), dan China (Tolkin dan Tartar),
serta Arab yang rata-rata mendiami dataran rendah dan pesisir pantai pulau ini, sedangkan
sebagian penduduk yang mengklaim diri sebagai pribumi atau tau Samawa asli menempati
wilayah pegunungan seperti Tepal, Dodo, dan Labangkar akibat daerah-daerah pesisir dan
dataran rendah yang dulunya menjadi daerah pemukiman mereka tidak dapat ditempati lagi
pasca bencana alam Tambora yang menewaskan hampir dua pertiga penduduk Sumbawa kala
itu.
Suku Sumbawa Nusa Tenggara Barat

E. KEBERAGAMAN AGAMA
Kepercayaan Masyarakat Sasak

Boda adalah nama dari kepercayaan asli Suku Sasak, beberapa menyebutkan Sasak Boda.
Walaupun ada kesamaan pelafalan dengan Buddha, Boda tidak memiliki kesamaan dan
hubungan dengan Buddhisme.

Orang Sasak yang menganut kepercayaan Boda tidak mengenal dan mengakui Sidarta
Gautama (Sang Buddha) sebagai figure utama. Agama Boda orang Sasak ini justru ditandai
dengan penyembaan roh-roh leluhur mereka sendiri dan juga percaya terhadap berbagai hal.

Kerajaan Majapahit masuk ke Lombok dan membawa serta budayanya. Hindu-Buddha


Majapahit pun kemudian dikenal oleh Suku Sasak. Di akhir abad ke-16 hingga abad ke-17
awal perkembangan agama Islam menyentuh pulau Lombok. Salah satunya karena peran
Sunan Giri. Setelah perkembangan Islam, kepercayaan Suku Sasak sebagian berubah dari
Hindu menjadi penganut Islam.

Berdasarkan sistem kepercayaan Suku Sasak pada masa-masa selanjutnya, kemudian


dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama, Boda, Wetu Telu, dan Islam (Wetu
Lima).

Penganut Boda sebagai komunitas kecil yang berdiam di wilayah pegunungan utara dan
di lembah-lembah pegunungan Lombok bagian selatan. Kelompok Boda ini konon adalah
orang-orang Sasak yang dari segi kesukunan, budaya, dan bahasa menganut kepercayaan asli.
Mereka menyingkir ke daerah pegunungan melepaskan diri dari islamisasi di Lombok.
Sedangan aga Wetu telu awalnya memiliki ciri sama dengan Hindu-Bali dan Kejawen. Di
antara unsur-unsur umum peran leluhur begitu menonjol. Hal itu didasarkan pada pandangan
yang berakar pada kepercayaan tentang kehidupan senantiasa mengalir.

Masjid Sasak Nusa Tenggara Barat

Pada perkembangannya Wetu telu justru lebih dekat dengan Islam. Konon, sekarang
hampir semua Desa Suku Sasak sudah menganut Agama Islam lima waktu dan meninggalkan
Wetu telu sepenuhnya. Sementara sinkretisme Islam-Wetu telu kini berkembang terbatas di
beberapa bagian utara dan selatan. Pulau Lombok meliputi Bayan, daratan tinggi Sembalun,
Suranadi di Lombok Timur, Pujut di Lombok Tengah, dan Tanjung di Lombok Barat.

Istilah Islam-Wetu Telu diberikan karena penganut kepercayaan ini beribadah tiga kali di
bulan puasa, yaitu waktu Magrib, Isya, dan waktu Subuh. Di luar bulan puasa, mereka hanya
satu hari dalam seminggu melakukan ibadah, yaitu pada hari Kamis dan atau Jum’at, meliputi
waktu Asar. Untuk urusan ibadah lainnya biasanya dilakukan oleh pemimpin agama mereka;
para kiai dan penghulu.

Para penganut Islam-Wetu telu membangun Masjid (tempat ibadah) mereka dengan gaya
arsiterktur khas Suku Sasak; dari kayu dan bambu, dengan bagian atapnya terbuat dari jenis
alang-alang atau sirap dari bambu.

Dengan denah berbentuk persegi empat dan bagian atap seperti pyramid bertumpang yang
disangga dengan tiang-tiang beberapa ahli menilai arsitektur masjid ini mirip dengan
Arsitektur masjid lama di Ternate dan Tidore.

Salah satu upaya membentuk karakter masyarakat di Nusa Tenggara Barat adalah melalui
pedidikan agama. Sebagian besar penduduk di Nusa Tenggara Barat beragama Islam
sehingga upaya pembentukan karakteristik bisa dimulai dari pesantren maupun perkumpulan
keagamaan yang lain. Keberadaan tempat ibadah untuk pendidikan karakter masyaraka
menjadi penting untuk dikembangkan. Media tempat ibadah pendidikan guru agama adalah
komponen masyarakat Nusa Tenggara Barat yang dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan.

Data Pemeluk Agama dan Tempat Ibadah di Provinsi NTB Tahun 2014

Agama Islam Kristen Katholik Hindu Budha Kong Hu Cu


Jumlah Umat 4.599.892 17.159 18.079 Data Tidak Tersedia
Tempat 6.037 87 17 405 49 1
Ibadah
Negara Indonesia secara resmi mengakui ada 6 agama di Indonesia. Berikut adalah daftar
agama di Nusa Tenggara Barat dan tempat ibadahnya.

1.Agama Islam

Agama Islam termasuk salah satu agama besar di dunia dan merupakan agama dengan
jumlah penganut terbesar di Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan pada hasil sensus provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2014 sebanyak 4.599.892 penduduk Nusa Tenggara Barat adalah
pemeluk islam.

Tempat ibadah bagi penganut agama Islam adalah masjid. Setiap hari mereka
menjalankan sholat wajib sebanyak 5 kali di masjid.

2.Agama Kristen Protestan.

Agama Kristen juga merupakan agama yang besar dan memiliki jumlah pemeluk
yang berjumlah besar di dunia. Di Nusa Tenggara Barat sendiri menurut hasil sensus tahun
2014 sebanyak 17.159 jumlah penduduk memeluk agama Kristen. Tempat ibadah bgai
pemeluk agama Kristen Protestan adalah Gereja.

3.Agama Katolik

Jumlah pemeluk agama Katolik di Indonesia berdasarkan hasil sensus Tahun 2014
adalah 18.079 orang. Tempat ibadah bagi pemeluk agama Katolik adalah Gereja, kapel.

4.Agama Hindu

Jumlah pemeluk agama Hindu di Nusa Tenggara Barat berdasarkan hasil sensus
Tahun 2014 data tidak tersedia. Tempat ibadah bagi pemeluk agama Hindu adalah Pura.
5.Agama Budha

Jumlah pemeluk agama Budha di Nusa Tenggara Barat berdasarkan hasil sensus
Tahun 2014 data tidak tersedia. Tempat ibadah bagi pemeluk agam Budha adalah Vihara

6.Agama Kong Hu Cu

Jumlah pemeluk agama Kong Hu Cu di Nusa Tenggara Barat berdasarkan hasil


sensus Tahun 2014 data tidak tersedia. Tempat ibadah bagi pemeluk agama Kong Hu Cu
adalah Litang /Klenteng.
REFERENSI

Malingi, Alan. Ragam Pakaian Adat BIMA DOMPU. Mataram: Mahoni Persada.

Kementrian Agama Kanwil NTB, 2014.

Permatasi, Decy, dkk. Wawasan Budaya Nusantara “Suku Sasak”. 2015. Surakarta:
Fakultas Seni dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta

WACANA. “Sejarah dan Tradisi Suku Sasak, Lombok-NTB”. 17 Juli 2010.


http://www.wacana.co/2010/07/sejarah-dan-tradisi-suku-sasak/. (diakses 31 Mei 2018)

Ilmu Seni. “Kebudayaan Suku Sasak”. https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-


sasak. (diakses 31 Mei 2018)

Kebudayaan Indonesia. “Kebudayaan Nusa Tenggara Barat”. 2014.


http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/04/kebudayaan-nusa-tenggara-barat.html.
(diakes 31 Mei 2018)

Surya Post. “Kebudayaan Nusa Tenggara Barat”. http://suryapost.co/kebudayaan-nusa-


tenggara-barat.html. (diakses 31 Mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai