DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
BAB I
PENDAHULUAN
4. Menganalisis hubungan antara laju dosis dan nilai unsur radioaktif yang
didapatkan.
1.4.2 Iklim
1. Suhu: Daerah Mamuju memiliki suhu yang relatif stabil sepanjang tahun.
Suhu rata-rata harian berkisar antara 25°C hingga 30°C. Suhu tertinggi
biasanya terjadi pada siang hari, sedangkan suhu terendah biasanya terjadi
pada malam hari.
2. Curah Hujan: Daerah Mamuju memiliki curah hujan yang cukup tinggi
sepanjang tahun. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan Oktober hingga
Maret, sedangkan musim kemarau berlangsung antara bulan April hingga
September. Curah hujan tahunan rata-rata mencapai sekitar 2.500 hingga
3.000 milimeter.
1.4.3 Morfologi
Secara umum, urutan batuan dari yang tertua ke yang termuda di daerah ini
adalah Formasi Latimojong (Kls), batuan gunung api Talaya (Tmtv), batuan
gunung api Adang (Tma), batuan terobosan (Tmpi), Formasi Mamuju (Tmm),
Anggota Tapalang Formasi Mamuju (Tmmt), Batugamping Koral (Q1), dan
Aluvial (Qa). Peta geologi daerah Mamuju dan sekitarnya menunjukkan distribusi
formasi-formasi tersebut.
Aktivitas gunung api di daerah ini telah membentuk morfologi khas seperti
kawah, kubah lava, dan jalur piroklastika. Identifikasi bentuk-bentuk ini dapat
dilakukan melalui interpretasi visual pada citra Landsat-8 yang telah melalui
koreksi geometri dan atmosferik. Struktur geologi regional menunjukkan arah
kecenderungan tenggara-baratlaut yang mempengaruhi pembentukan gunung api
Adang.
Berdasarkan analisis citra, kompleks gunung api Talaya terdiri dari beberapa
pusat erupsi yang menghasilkan produk-produk gunung api dengan batasannya
sendiri. Bagian tengah kompleks gunung api ini diperkirakan merupakan tubuh
gunung api utama yang terbentuk lebih awal, sementara gunung api yang berada di
bagian utara dan selatannya merupakan produk yang lebih muda.
Flora:
• Hutan hujan tropis: Di daerah ini, Anda mungkin menemukan berbagai jenis
pohon tinggi, seperti kayu jati, meranti, kayu ulin, dan merbau. Selain itu,
ada juga tumbuhan epifit seperti anggrek dan pakis.
Fauna:
• Reptil dan amfibi: Beberapa spesies reptil dan amfibi yang dapat ditemukan
di daerah ini termasuk ular sanca, biawak, katak, dan kura-kura.
Waktu penelitian yang dilakukan dari bulan Januari 2016 sampai bulan Mei
2017.
Pengambilan data dilakukan oleh tim dari PTBGN Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN) dengan menggunakan alat spektrometer gamma tipe RS[1]125
dengan memperkirakan kadar uranium dan thorium pada batuan atau tanah dengan
mencacah seluruh sinar gamma yang tertangkap oleh detektor sintilasi NaI(Tl).
Pengolahan dan analisis data ini dilakukan di BATAN bagian Pusat Teknologi
Bahan Galian Nuklir Lebak Bulus Raya No. 9 Pasar Jumat, Jakarta
1. Seperangkat komputer
2. Perangkat lunak Microsoft office dan perangkat lunak Sistem Informasi
Geografis (SIG).
1. Data radiometri, yaitu berupa nilai laju dosis, uranium, dan thorium hasil
penelitian di daerah Takandeang, Mamuju.
2. Data titik koordinat lokasi akuisis data di daerah Takandeang, Mamuju.
BAB II
TATANAN GEOLOGI
• Daerah tersebut terdiri dari beberapa formasi geologi yang mengikuti urutan
waktu dari tua ke muda, termasuk Formasi Latimojong (Kls), batuan
gunung api Talaya (Tmtv), batuan gunung api Adang (Tma), batuan
terobosan (Tmpi), Formasi Mamuju (Tmm), Anggota Tapalang Formasi
Mamuju (Tmmt), Batugamping Koral (Q1), dan Aluvial (Qa).
• Gunung api Talaya merupakan kompleks gunung api dengan beberapa pusat
erupsi yang menghasilkan produk-produk gunung api dengan batasannya
sendiri. Terdapat urutan pembentukan gunung api yang dapat dibedakan
berdasarkan batas-batas produk gunung api pada citra.
3. Batuan Gunung Api Adang: Batuan gunung api Adang juga merupakan
komponen penting dalam struktur geologi daerah ini. Aktivitas gunung api
Adang berkontribusi terhadap pembentukan morfologi gunung api seperti
kawah, kubah lava, dan jalur hembusan piroklastika.
2.1.2 Stratigrafi
Stratigrafi di daerah penelitian Mamuju dan sekitarnya mencakup beberapa
formasi dan batuan yang telah diidentifikasi. Berikut adalah beberapa unit
stratigrafi yang terdapat di daerah tersebut:
2. Batuan Gunung Api Talaya (Tmtv): Batuan gunung api Talaya merupakan
salah satu komponen penting dalam stratigrafi daerah ini. Kompleks gunung
api Talaya terdiri dari beberapa pusat erupsi dengan produk-produk gunung
api yang berbeda. Bagian tengah kompleks diperkirakan sebagai tubuh
gunung api utama, sementara bagian utara dan selatan merupakan produk
gunung api yang lebih muda.
3. Batuan Gunung Api Adang (Tma): Batuan gunung api Adang juga memiliki
peran dalam stratigrafi daerah ini. Aktivitas gunung api Adang membentuk
morfologi gunung api seperti kawah, kubah lava, dan jalur hembusan
piroklastika.
8. Aluvial (Qa): Aluvial adalah unit stratigrafi yang terbentuk oleh endapan
sedimen yang diangkut dan dideposisikan oleh air, biasanya dalam bentuk
aliran sungai. Ini termasuk endapan sedimen yang lebih muda di daerah ini.
Secara geologi, daerah Mamuju dan sekitarnya terdiri dari batuan gunung api
dan batuan sedimen laut. Batuan gunung api Adang, hasil vulkanisme dengan
beberapa pusat erupsi dan kubah lava, mendominasi daerah penelitian. Ini
menyebabkan morfologi perbukitan dan pegunungan dengan lereng curam dan
elevasi tinggi. Secara regional, daerah ini terdiri dari perbukitan bergelombang dan
pegunungan. Perbukitan bergelombang umumnya memiliki elevasi di bawah 620
mdpl, sedangkan pegunungan terletak di bagian tengah hingga timur dengan elevasi
antara 620 hingga 1660 mdpl.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
2. Analisis citra satelit atau foto udara: Menganalisis citra satelit atau foto
udara daerah penelitian untuk memahami pola dan fitur morfologi yang ada.
Ini dapat membantu dalam identifikasi pola gunung api, bentuk melingkar,
aliran piroklastik, dan struktur geologi lainnya.
Berdasarkan uji data yang sudah dilakukan kedua unsur merupakan populasi
data yang berdistribusi tidak normal maka penentuan nilai ambang menggunakan
metode kurva probabilitas. Data konsentrasi dari masing-masing unsur yang
berjumlah 8.668 diubah ke dalam bentuk log ppm. Pada unsur uranium dan thorium
ditentukan nilai minimum, maksimum, banyak kelas dan interval kelas terdapat
pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
3.3.2.2 Interpolasi dan Pemodelan 2-D
Berdasarkan hasil pengamatan pada peta sebaran laju dosis radiasi di Desa
Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat, dapat disimpulkan bahwa wilayah tersebut
memiliki nilai radioaktivitas yang tinggi. Hasil survei menunjukkan rentang nilai
laju dosis radiasi antara 106,7 hingga 4.271,3 nSv/jam, menandakan adanya unsur
radioaktif dalam batuan di wilayah tersebut, seperti uranium (U) dan thorium (Th).
Studi yang dilakukan oleh Frederikus Dian Indrastomo dkk pada tahun 2015
menunjukkan bahwa kompleks batuan gunung api Adang memiliki kandungan
radioaktivitas terbesar. Nilai tinggi laju dosis radiasi mencerminkan keberadaan
unsur radioaktif dalam batuan, terutama uranium (U) dan thorium (Th). Pengukuran
radioaktivitas tanah atau batuan di daerah penelitian menunjukkan adanya anomali
laju dosis, anomali uranium, dan anomali thorium. Anomali-anomali ini terutama
ditemukan pada batuan vulkanik dan berdekatan dengan pusat aktivitas gunung api.
Peta sebaran uranium (Gambar 4.4) menunjukkan variasi nilai antara 0 hingga
426 ppm eU, dengan ambang batas anomali sebesar 31,7 ppm eU. Warna biru dan
hijau digunakan sebagai latar belakang (background), sementara warna kuning
hingga merah digunakan untuk menandai anomali. Rentang nilai 32-40 ppm eU
menunjukkan anomali rendah (berwarna kuning), rentang nilai 40-54 ppm eU
menunjukkan anomali sedang (berwarna oranye), dan rentang nilai 54-426 ppm eU
menunjukkan anomali tinggi (berwarna merah). Sumber uranium diduga berasal
dari satuan lava Takandeang, batuan breksi, dan batugamping.
Peta sebaran thorium (Gambar 4.5) menunjukkan variasi nilai antara 16,8
hingga 826,4 ppm eTh, dengan ambang batas anomali sebesar 158,5 ppm eTh.
Warna biru dan hijau digunakan sebagai latar belakang (background), sementara
warna kuning hingga merah digunakan untuk menandai anomali. Rentang nilai
158,5-217,5 ppm eTh menunjukkan anomali rendah (berwarna kuning), rentang
nilai 217,5-325 ppm eTh menunjukkan anomali sedang (berwarna oranye), dan
rentang nilai 325-826,4 ppm eTh menunjukkan anomali tinggi (berwarna merah).
Sumber thorium diduga berasal dari batuan breksi dan batugamping.
5.1 Kesimpulan
2. Rentang nilai laju dosis radiasi di Desa Takandeang adalah 106,7 - 4.271,3
nSv/jam.
5.2 Saran
1. Melakukan eksplorasi unsur radioaktif di daerah lain yang memiliki nilai
laju dosis radiasi tinggi.
3. Hasil Eksplorasi 3.1 Temuan geologis 3.2 Temuan mineral 3.3 Potensi
ekonomi
5. Kesimpulan