Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.

2, Juli 2016

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT


DIPERAIRAN KEPULAUAN RIAU
Hari Saputro* , Adi Mulsandi
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
*
E-mail : hariesapoetro@ymail.com

ABSTRAK
Informasi meteorologi kelautan dan Informasi klimatologi kelautan berupa gelombang laut sangat dibutuhkan
oleh masyarakat dalam aktifitas pelayaran Kepulauan Riau merupakan salah satu jalur pelayaran yang cukup
ramai. Berbagai kegiatan ekonomi antar pulau bahkan antar negara sebagian besar mengandalkan
transportasi laut yang melintasi kepulauan Riau. Untuk menggambarkan karakteristik gelombang, BMKG
menggunakan parameter gelombang signifikan dan maksimum. Oleh karena itu dalam penelitian ini
karakteristik gelombang di wilayah kepulauan Riau juga digambarkan dengan menggunakan parameter yang
sama yaitu gelombang signifikan dan maksimum. Parameter gelombang yang disajikan dalam penelitian ini
dihasilkan dari model gelombang windwave. Untuk mengetahui karakteristik gelombang secara musiman,
simulasi gelombang disajikan secara bulanan. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa, karateristik
gelombang di kepulauan Riau berkaitan dengan pola angin musiman. Pada saat masa peralihan (SON) rata-
rata tinggi gelombang lebih tinggi dibanding pada saat monsun Asia dan Australia (DJF dan JJA). Pada saat
masa peralihan (SON), puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Oktober bisa mencapai 5
meter. Sedangkan pada monsun Asia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Desember
yang mencapai 3.5 meter, dan pada monsun Australia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada
bulan Juli yang mencapai 2.5 meter.
.
Kata kunci : Kepulauan Riau, Gelombang Laut, Monsun

ABSTRACT
Information marine meteorology and marine climatology information in the form of ocean waves is needed by
the community in Riau Islands cruise activity is one of the cruise lines are quite crowded. Various economic
activities between islands and even between countries largely rely on sea transportation across the Riau
archipelago. To describe the characteristics of the wave, BMKG use and maximum significant wave
parameters. Therefore, in this study the characteristics of the waves in the Riau archipelago is also described
using the same parameters are significant and maximum wave. Wave parameters presented in this study
resulted from windwave. To determine the seasonal characteristics of the wave, wave simulation is presented
on a monthly basis. The results of this study show that, in the Riau Archipelago wave characteristics
associated with the seasonal wind patterns. At the time of the transitional period (SON) average wave height
higher than at the time of monsoon Asia and Australia (DJF and JJA). At the time of the transitional period
(SON), the average peak of the highest waves occur in October can reach 5 m. while the monsoon Asia, the top
of the average wave highest in December reached 3.5 am, and at the monsoon Australia, the top of the average
wave highest in July reached 2.5 am.

Keywords : Riau Islands, Sea Wave, Monsooon

1. PENDAHULUAN
Kepulauan Riau merupakan daerah yang Tarempa, pulau Natuna dan pulau
berhadapan langsung dengan Samudera Tanjungpinang sebagai ibu kota provinsinya.
Hindia yang merupakan pintu masuk segala Pelayaran merupakan salah satu alat
akses transportasi laut ke Indonesia. Selain itu transportasi yang diselenggarakan dengan
Kepulauan Riau terbagi menjadi beberapa tujuan untuk memperlancar arus perpindahan
pulau seperti pulau Batam, pulau Tanjung orang maupun barang melalui perairan.
Balai Karimun, pulau Dabo Singkep, pulau Mengingat sensitivitas kegiatan pelayaran
terhadap cuaca sangat tinggi, maka diperlukan

25
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

adanya informasi meteorologi kelautan dilakukan pada setiap bulan dalam


(Marine Meteorological Information) maupun periode 2010-2015.
Informasi klimatologi kelautan (Marine c. Pembuatan peta gelombang dari hasil
Climatological Information). Informasi running model windwave-05 dibuat
klimatologi kelautan sangat berguna bagi menggunakan Arcview 3.3.
perencanaan kegiatan pelayaran seperti d. Selanjutnya melakukan analisis.
penentuan waktu layar, penentuan kapasitas e. Membuat kesimpulan dari apa yang telah
muatan, serta desain kapal agar dapat dihasilkan
menyesuaikan dengan tinggi gelombang yang
akan di jumpai di lautan.
Salah satu unsur meteorologi kelautan yang
mempengaruhi kegiatan pelayaran adalah
gelombang. Ditinjau dari gaya
pembangkitnya, gelombang laut
dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
Gelombang Tsunami, Gelombang Pasang
Surut dan Gelombang Angin. Berdasarkan
ketentuan WMO No.471 (Guide to marine
meteorological services), dalam pelayanan
Informasi meteorologi kelautan yang disebut
dengan gelombang adalah gelombang yang
terjadi akibat tiupan angin (windwaves).
Kepulauan Riau merupakan salah satu jalur
pelayaran yang cukup ramai. Berbagai
kegiatan ekonomi antar pulau bahkan antar
negara sebagian besar mengandalkan
transportasi laut yang melintasi kepulauan
Riau. Dengan mengetahui karakteristik
gelombang di Kepulauan Riau dari bulan ke
bulan sepanjang tahun, kita dapat mengetahui
daerah-daerah rawan gelombang tinggi,
frekuensi kejadian serta waktu terjadinya
gelombang tinggi tersebut. Karakteristik
gelombang perlu dipelajari karena informasi
klimatologi kelautan sangat diperlukan untuk
perencanaan berbagai kegiatan kelautan. Gambar 1. Diagram alir

2. DATA DAN METODE 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data dan metode yang digunakan dalam Berikut adalah hasil penelitian
penelitian ini adalah: Karakteristik Gelombang Laut di Perairan
a. Tinggi gelombang dihitung dengan Kepulauan Riau.
menggunakan model windwave-05,
dengan setting data sebagai berikut :
 Periode data tahun : 2010 – 2015
 Domain running model : 25° LU - 25°
LS, 60° BT - 150° BT
 Domain penelitian : 6° LU – 4° LS,
102° BT - 112° BT
 Resolusi : 5 x 5 menit
b. Melakukan inisialisasi (zero forecasting),
setelah selesai inisialisasi selanjutnya Gambar 4.1 Peta tinggi gelombang signifikan
melakukan proses monthly mapping, yaitu (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Desember.

26
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

Gelombang signifikan pada bulan Desember kepulauan Batam memiliki tinggi gelombang
memiliki ketinggian rata-rata 0.00 – 2.00 m. 1.25 – 1.50 m, dan di kepulauan Tanjung
Beberapa wilayah di kepulauan Riau memiliki Balai Karimun tinggi gelombang mencapai
ketinggian gelombang yang berbeda-beda, 0.75 – 1.25 m.
untuk di kepulauan Tarempa dan kepulauan
Natuna tinggi gelombang mencapai 1.50 –
2.00 m, di kepulauan Tanjungpinang tinggi
gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m,
kepulauan Batam dengan tinggi gelombang
0.75 – 1.25 m, kepulauan Dabo Singkep tinggi
gelombang 1.25 – 1.50 m dan kepulauan
Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang
0.50 -0.75 m.
Pada bulan Desember tinggi gelombang
maksimum di kepulauan Riau mencapai 3.50 Gambar 4.3. Peta tinggi gelombang signifikan
m, untuk kepuluan Natuna tinggi gelombang (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Februari.
maksimum dengan ketinggian 2.50 – 3.50 m,
kepulauan Tarempa memiliki ketinggian Gelombang signifikan pada pada bulan
gelomobang maksimum 2.50-3.00 m, di Februari di kepulauan Natuna memiliki
kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan ketinggian 0.75 – 1.25 m, untuk wilayah
Dabo singkep memiliki ketinggian gelombang kepulauan Tarempa, Kepulauan Batam,
maksimum yang sama yaitu 2.00 – 2.50 m, kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Dobo
tinggi gelombang maksimum di kepulauan Singkep, dan kepulauan Tanjung Balai
Batam mencapai 1.50 – 2.00 m, dan Karimun memiliki tinggi gelombang yang
kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki sama mencapai 0.00 – 0.50 m.
ketinggian 0.75 – 1.25 m. Gelombang maksimum pada bulan Februari
untuk kepulauan Natuna dan Tarempa
memiliki tinggi gelombang yang mencapai
0.75 – 1.25 m, di kepulauan Tanjungpinang
memiliki tinggi gelombang mencapai 0.50 –
0.75 m, sedangkan untuk beberapa wilayah
memiliki ketinggian yang sama, yaitu di
kepulauan Batam, Kepulauan Dabo Singkep,
dan kepulauan Tanjung Balai Karimun
memiliki tinggi gelombang mencapai 0.00 –
0.50 m.
Gambar 4.2. Peta tinggi gelombang signifikan
(kiri) dan maksimum (kanan) bulan Januari

Gelombang signifikan pada bulan Januari


memiliki ketinggian rata-rata 1.25 – 1.50 m.
Untuk di wilayah kepulauan Natuna dan
kepulauan Tarempa memiliki ketinggian
gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m,
kepulauan Batam dan Tanjung Balai Karimun
memiliki tinggi gelombang mencapai 0.50 –
0.75 m, dan di kepulauan Tanjungpinang dan Gambar 4.4. Peta tinggi gelombang signifikan
kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Maret
mencapai 0.75 – 1.25 m.
Untuk tinggi gelombang maksimum pada Gelombang signifikan pada bulan Maret
bulan Januari di kepulauan Natuna dan untuk kepulauan Natuna memiliki ketinggian
kepulauan Tarempa mencapai 2.00 – 2.50 m, gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, di
kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan kepulauan Tarempa dan kepulauan Batam
Dabo Singkep mencapai 1.50 – 2.00 m, di ketinggian gelombang mencapai 0.75 – 1.25
m, sedangkan untuk kepulauan

27
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

Tanjungpinang, kepulauan Dabo Singkep, dan Gelombang signifikan pada bulan Mei untuk
kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki wilayah kepulauan Natuna, kepulauan
ketinggian yang sama mencapai 0.50 – 0.75 Tarempa, kepulauan Tanjungpinang,
m. kepulauan Batam, kepulauan Dabo Singkep
Gelombang maksimum pada bulan Maret dan kepulauan Tanjung Balai Karimun
untuk kepulaua Natuna dan Tarempa memiliki memiliki ketinggian gelombang 0.00 – 0.50
ketinggian gelombang mencapai 2.00 – 2.50 m.
m, di wilayahTanjungpinang ketinggian Gelombang maksimum pada bulan Mei di
gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, wilayah Dabo Singkep memiliki ketinggian
kepulauan Batam dengan tinggi gelombang gelombang mencapai 0.00 – 0.75 m,
0.75 – 1.25 m, kepulauan Dabo Singkep sedangkan untuk wilayah kepulauan Natuna,
dengan tinggi gelombang 1.50 – 2.00 m, dan kepulauan Tarempa, kepulauan
kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki Tanjungpinang, kepulauan Batam, dan
tinggi gelombang 0.50 – 0.75 m. kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki
ketinggian gelombang 0.00 – 0.50 m.

Gambar 4.5. Peta tinggi gelombang signifikan


(kiri) dan maksimum (kanan) bulan April Gambar 4.7. Peta tinggi gelombang signifikan
(kiri) dan maksimum (kanan) bulan Juni
Gelombang signifikan pada bulan April untuk
kepulauan Natuna dan kepulauan Tarempa Gelombang signifikan pada bulan Juni untuk
memiliki ketinggian gelombang yang wilayah kepulauan Natuna, kepulauan
mencapai 0.50 – 0.75 m, di kepulauan Tarempa, kepulauan Tanjungpinang,
Tanjungpinang, kepulauan Batam, kepulauan kepulauan Batam, kepulauan Dabo Singkep
Dabo Singkep, dan kepulauan Tanjung Balai dan kepulauan Tanjung Balai Karimun
Karimun memiliki tinggi gelombang memiliki ketinggian gelombang 0.00 – 0.50
mencapai 0.00 – 0.50 m. m.
Gelombang maksimum pada bulan April di Gelombang maksimum pada bulan Juni di
kepulauan Tarempa memiliki ketinggian wilayah Dabo Singkep memiliki ketinggian
gelombang mencapai 0.75 – 1.50 m, untuk gelombang mencapai 0.00 – 0.75 m,
kepuluan Natuna, kepulauan Tanjungpinang, sedangkan untuk wilayah kepulauan Natuna,
dan kepulauan Dabo Singkep memiliki kepulauan Tarempa, kepulauan
ketinggian gelombang 0.75 – 1.25 m, Tanjungpinang, kepulauan Batam, dan
sedangkan di kepulauan Batam dan kepulauan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki
Tanjung Balai Karimun ketinggian gelombang ketinggian gelombang 0.00 – 0.50 m.
mencapai 0.50 -0.75 m.

Gambar 4.6. Peta tinggi gelombang signifikan Gambar 4.8. Peta tinggi gelombang signifikan
(kiri) dan maksimum (kanan) bulan Mei. (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Juli.

28
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

Gelombang signifikan pada bulan Juli untuk


wilayah kepulauan Natuna memiliki
ketinggian gelombang 0.75 – 1.50 m, di
kepulauan Tarempa memiliki ketinggian
gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, untuk
wilayah kepulauan Tanjungpinang dan
kepulauan Dabo Singkep memiliki ketinggian
gelombang 0.75 – 1.25 m, dan di kepulauan
Batam dan kepulauan Tanjung Balai Karimun
memiliki tinggi gelombang yang mencapai
0.50 – 0.75 m. Gambar 4.10. Peta tinggi gelombang signifikan
(kiri) dan maksimum (kanan) bulan September
Gelombang maksimum pada bulan Juli di Gelombang signifikan pada bulan September
wilayah kepulauan Natuna dan Tarempa untuk wilayah kepulauan Natuna dan
memiliki ketinggian gelombang 2.00 – 2.50 kepulauan Tarempa memiliki ketinggian
m, di kepulauan Dabo Singkep dan kepulauan gelombang yang mencapain 0.75 – 1.25 m, di
Tanjungpinang dengan tinggi gelombang kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan
mencapai 1.50 – 2.00 m, untuk wilayah Dabo Singkep tinggi gelombang mencapai
kepulauan Batam tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m, dan di kepulauan Batam dan
1.25 – 1.50 m, dan wilayah Tanjung Balai kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi
Karimun dengan tinggi gelombang 0.75 – gelombang mencapai 0.00 -.0.50 m.
1.25 m. Gelombang maksimum pada bulan September
untuk wilayah Natuna memiliki ketinggian
gelombang 1.25 – 2.00 m, di wilayah
kepulauan Tarempa tinggi gelombang
mencapai 1.25 – 1.50 m, kepulauan
Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep
memiliki tinggi gelombang 0.75 – 1.25 m, dan
kepulauan Batam dan kepuauan Tanjung
Balai Karimun ketinggian gelombang
mencapai 0.50 – 0.75 m.
Gambar 4.9. Peta tinggi gelombang signifikan
(kiri) dan maksimum (kanan) bulan Agustus.

Gelombang signifikan pada bulan Agustus


untuk wilayah kepulauan Dabo Singkep
memiliki ketinggian gelombang mencapai
0.75 – 1.25 m, sedangkan di wilayah
kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa,
kepulauan Tanjungpinang, kepuluan Batam,
dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi
gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m. Gambar 4.11. Peta tinggi gelombang signifikan
(kiri) dan maksimum (kanan) bulan Oktober
Gelombang maksimum pada bulan Agustus di Gelombang signifikan pada bulan Oktober
wilayah kepulauan Dabo Singkep memiliki untuk wilayah kepulauan Natuna memiliki
ketinggian gelombang mencapai 1.50 -.2.00 ketinggian gelombang 2.50 – 3.00 m, di
m, kepulauan Tanjungpinang dengan tinggi wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang
gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, untuk mencapai 2.00 – 2.50 m, kepualauan Dabo
kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, Singkep tinggi gelombangnya 1.50 – 2.00 m,
kepulauan Batam, dan kepulauan Tanjung kepulauan Tanjungpinang tinggi gelombang
Balai Karimun tinggi gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, kepulauan Batam tinggi
0.75 – 1.25 m. gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m, dan

29
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi (DJF dan JJA). Pada saat masa peralihan
gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m. (SON), puncak rata-rata gelombang
Gelombang maksimum pada bulan Oktober tertinggi terjadi pada bulan Oktober bisa
untuk wilyah kepulauan Natuna memiliki mencapai 5 meter. Sedangkan pada
ketinggian gelombang 4.00 – 5.00 m, di monsun Asia, puncak rata-rata
wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang gelombang tertinggi terjadi pada bulan
mencapai 3.50 – 4.00 m, di kepulauan Desember yang mencapai 3.5 meter, dan
Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep pada monsun Australia, puncak rata-rata
memiliki tinggi gelombang yang mencapai gelombang tertinggi terjadi pada bulan
2.50 – 3.00 m, kepulauan Batam tinggi Juli yang mencapai 2.5 meter.
gelombang mencapai 1.50 – 2.00 m, dan
kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi 5. DAFTAR PUSTAKA
gelombangnya 1.25 – 1.50 m.
Cruz J. 2008. Ocean Wave Energy : Current
Status and Future Perspectives.
Springer-Verlag Berlin Heidelberg 427
pp, Jakarta.
Dahuri R. 2004., Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Habibie, Najib, M., Permana, S, Donaldi.,
Gambar 4.12. Peta tinggi gelombang signifikan
(kiri) dan maksimum (kanan) bulan November.
Kurniawan, Roni., Suratno., 2013,
Verifikasi Luaran Model Gelombang
Gelombang signifikan pada bulan November Windwave-05 Dengan Satelit Altimeter,
untuk wilayah kepulauan Natuna memiliki Pusat Penelitian dan Pengembangan
tinggi gelombang 1.25 – 1.50 m, wilayah BMKG, Jakarta.
kepulauan Tarempa tinggi gelombang 0.75 – Hutabarat, S., dan Evans, S., 1985, Pengantar
1.50 m, kepulauan Tanjungpinang dan Oseanografi, Universitas Indonesia,
kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang Jakarta.
mencapai 0.75 – 1.25 m, kepulauan batam
tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m, Isozaki, I., and Uji, T., 1973, “Numerical
dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi Prediction of Ocean Wind Waves”,
gelombang yang mencapai 0.00 – 0.50 m. Papers in Meteorology and Geophysics,
Gelombang maksimum pada bulan November Vol. 24, No. 2, pp. 207-231.
untuk wilayah kepulauan Natuna dan Khotimah, K.M., 2012, Validasi Tinggi
kepulauan Tarempa tinggi gelombang Gelombang Signifikan Model
mencapai 2.00 – 2.50 m, di wilayah kepulauan Gelombang Windwave-05 Dengan
Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep Menggunakan Hasil Pengamatan
tinggi gelombang mencapai 1.50 – 2.00 m, Satelit Altimetri Multimisi, Thesis :
dan di wilayah kepulauan Batam dan Universitas Indonesia
kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi
gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m. Kurniawan, Roni., Habibie, Najib, M., 2011,
Variasi Bulanan Gelombang Laut di
4. KESIMPULAN Indonesia, Puslitbang, BMKG, Jakarta.
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian Miles J.W., 1957, On the generation of
diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain : surface waves by shear flows, Journal
1. Karateristik gelombang di kepulauan of Fluid Mechanics, 3(2) 185–204.
Riau berkaitan dengan pola angin
musiman. Permana, S, Donaldi., Kurniawan, Roni.,
2. Pada saat masa peralihan (SON) rata-rata Habibie, Najib, M., 2012, Kajian
tinggi gelombang lebih tinggi dibanding Daerah Rawan Gelombang Tinggi di
pada saat monsun Asia dan Australia Perairan Indonesia, Pusat Penelitian
dan Pengembangan BMKG, Jakarta.

30
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, Juli 2016

Pramujo, B., 2014, Variabilitas Gelombang Yuwono N & Kodoatie RJ. 2004.
Pada Perairan Laut Selatan Jawa Di Pengembangan Reklamasi Pantai dan
Samudra Hindia Dalam Perspektif Perencanaan Bangunan Pengamannya.
Dinamika Meteorologis, Tesis, Fakultas Direktorat Bina Teknik, Direktorat
Geografi/Program Pascasarjana Jenderal Sumber Daya Air. Departeman
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Pekerjaan Umum, Jakarta.
Mada, Yogyakarta.
Prawirowardoyo, S., 1996, Meteorologi,
Institut Teknoloi Bandung, Bandung.
Ramage, C.S, 1971, Monsoon Meteorology,
Academic Press, San Diego.
Suratno., Harsa, Hastuadi., Habibie, Nadjib,
M., Linarka, Ajie, Utoyo., Kurniawan,
Roni., 2011, Pemanfaatan Data Luaran
Model Prakiraan Cuaca Conformal-
Cubic Atmospheric Model (CCAM)
Sebagai Input Model Gelombang
Windwave-05, Pusat Penelitian dan
Pengembangan BMKG, Jakarta.
Suratno, 1997, Model Numerik Prakiraan
Gelombang Permukaan Laut untuk
Perairan Indonesia dan Sekitarnya,
Thesis: Universitas Indonesia.
Suratno, 2008, Interpretasi Produk
Windwave-05, Materi Training
Forecaster Meteorologi Maritim,
BMKG, Jakarta.
Tjasyono, B., 2008, Meteorologi Terapan,
Penerbit ITB, Bandung.
Wirjohamidjojo, S., dan Swarinoto, Y,. 2010,
Iklim Kawasan Indonesia, Badan
Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika, Jakarta.
WMO No.471, 2001, Guide To Marine
Meteorological Services, Secretariat of
the World Meteorological
Organization, Geneva-Switzerland.
WMO No.702, 1998, Guide To Wave Analysis
and Forecasting, Secretariat of the
World Meteorological Organization,
Geneva-Switzerland.
WMO, 1995, Manual On Codes International
Codes, WMO-No. 306, Vol.1, Geneva-
Switzerland: Secretariat of WMO.
Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of
the Southeast Asian Water. California :
The University of California.

31

Anda mungkin juga menyukai