Anda di halaman 1dari 8

BAB 1 PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup mewajibkan pemerintah melaksanakan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) terhadap dokumen-dokumen
perencanaan, termasuk RPJMD guna meminimalisir dampak negatif
pelaksanaan pembangunan. “KLHS merupakan pendekatan strategi jangka
panjang pengelolaan lingkungan menuju pembangunan berkelanjutan.
TatacarapenyelenggaraanKajian Lingkungan Hidup Strategis telah di atur
pada PP No. 46 Tahun2016 yang pada pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa
KLHS memuat enam aspek meliputi: kapasitas daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup untuk pembangunan, perkiraan mengenai
dampak dan risiko lingkungan hidup, kinerja layanan atau jasa ekosistem,
efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas
adaptasi terhadap perubahan iklim, dan tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati.
Pemerintah dan pemerintah daerah menurut UU No. 32/2009 Pasal 15
diberi mandat/kewajiban untuk melakukan KLHS di dalam proses
perencanaan atau evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah dan rencana
rincinya, Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana
Pembangungan Jangka Menengah dan Kebijakan, Rencana dan Progam
(KRP) lainnya, yang memiliki potensi dampak/risiko lingkungan.
Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula
telah menyusun dokumen KLHS RPJMD Kabupaten Kepulauan Sula 2021
– 2026 yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas rencana
pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Sula melalui pengaruh tamaan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan mengurangi dampak
negative yang diperkirakan akan terjadi. Dokumen yang merupakan produk
akhir KLHS tersebut berisi rekomendasi KLHS yang diintegrasikan kedalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kapubaten Kepulauan
Sula Tahun 2021 -2026.
Lingkup wilayah kajian meliputi Kabupaten Kepulauan Sula yang terdiri dari
12 (duabelas) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Salubessi Barat,
Kecamatan Salubessi Selatan, Kecamatan Salubessi Tengah. Kecamatan
Salubessi Timur. Kecamatan Sanana, Kecamatan Sanana Utara, Kecamatan
Mongoli Timur, Kecamatan Mongoli Tengah, Kecamatan Mongoli Utara
Timur, Kecamatan Mongoli Barat, Kecamatan Mongoli Utara, dan
Kecamatan Mongoli Selatan. Lingkup materi kajian mencakup pengkajian
pembangunan berkelanjutan dan perumusan skenario pembangunan
berkelanjutan di Kabupaten Kepulauan Sula, dalam hal ini pengkajian
terhadap program pembangunan yang tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kepulauan
Sula.

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH


Kabupaten Kepulauan Sula yang terdiri dari 12 (duabelas) wilayah
kecamatan memiliki luas wilayah daratan sebesar ± 1.780,30 km 2 dan
wilayah lautan sebesar 1.558,40 km2. Kecamatan Mongoli Utara memiliki
luas wilayah terbesar yaitu seluas 431.944 Km 2 yang terdiri dari luas
wialayah daratan 252.044 Km2 dan luas wilayah lautan 279.000 Km2,
sedangkan kecamatan Sulabesi Timur memiliki luas wilayah terkecil yaitu
sebesar 93.707 Km2 masing-masing dengan luas daratan sebesar 66.68
Km2 dan luas wilayah lautan 27.027 Km2.
Secara geografis wilayah Kabupaten Kepulauan Sula pada batas astronomis
0131’ - 0233’ Lintang Utara hingga 2406’-12636’ Lintang Selatan dan
pada posisi 2406’- 12636’ Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Kabupaten
Sula berada pada ketinggian 0->1000 m di atas permukaan laut, yang
mempunyai sudut lereng 0 ->60%. Jenis batuan yang menyusun wilayah ini
terdiri dari endapan alluvium, formasi peleng. formasi salodik
(batugamping), formasi tanamu, formasi buya, formasi nofanini, batuan
gunung api mangole, batuan beku granit banggai, dan batuan beku diabas
dan basal. Wilayah Kabupaten Kepulauan Sula berdasarkan hasil analisis
GIS pada tahun 2020 sebagian besar merupakan hutan rimba dengan
persentase area sebesar 88,13% dari total luas Kabupaten Kepulauan Sula.
Jenis tutupan lahan lain yang cukup besar luasannya adalah semak belukar
dengan persentase 9,60% dan perkebunan/kebuan sebesar 1,39%, sedang
jenis tutupan lainnya berupa pemukiman, bangunan/gedung,
tegalan/ladang, dan tanah kosong/gundul yang luasannya kurang dari 1%
Iklim di wilayah Kabupaten Kepulauan Sula umumnya tropis karena berada
dibawah garis khatulistiwa dan mempunyai kelembaban udara yang relatif
tinggi. Curah hujan termasuk kategori curah hujan sedang hingga tinggi
yang mana selama lima bulan curah hujan > 100 mm. Curah hujan sedang
hingga tinggi merupakan bulan basah dengan curah hujan > 100 dan curah
hujan.<60 mm yang terjadi pada bulan Agustus hingga Desember adalah
bulan kering, sedang curah hujan curah hujan yang berkisar 60 – 100 mm
merupakan bulan lembab.
Bencana alam yang sering terjadi dan memiliki potensi atau rawan terjadi di
Kabupaten Kepulauan Sula adalah terjadinya bencana banjir dan gempa
bumi. Secara geologis Kabupaten Kepulauan Sula terbentuk pada
pertemuan antara lempeng-lempeng tektonik (sesar aktif) yaitu lempeng
Australia, Eurasia, dan Pasifik.Konsekuensi logis kondisi geologis dan
geografis ini menjadikan hampir seluruh wilayah di Kabupaten Kepulauan
Sula memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana alam,
diantaranya adalah rawan gempa dan tsunami.
Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Sula pada tahun 2019 sebanyak
105,528 jiwa. Kecamatan Sanana memiliki jumlah penduduk terbanyak
yaitu sebesar 34,333 jiwa atau sebesar 33,00% dan Kecamatan Sulabesi
Timur memiliki jumlah penduduk paling sedikit yaitu sebesar 4,651 jiwa
atau 4,00%. Rata-rata laju pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten
Kepulauan Sula di tahun 2018-2019 yaitu sebesar 0,065%. Laju
pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat terdapat di Kecamatan Sulabesi
Selatan yaitu sebesar 0,205% sedangkan laju pertumbuhan penduduk
terendah bereada di Kecamatan Mongoli Barat sebesar -0,15%
Jumlah angkatan kerja mencapai 43,600 jiwa atau 64,80% dengan rincian
yang telah bekerja sebanyak 41,449 jiwa atau 95,07% dari total angkatan
kerja dan pengangguran terbuka sebesar 2,151 jiwa atau 4,93% sedangkan
yang bukan angkatan kerja mencapai 23,683 jiwa atau 35,20% dengan
rincian terdiri dari yang sekolah sebanyak 6,052 jiwa atau 25,55%,
mengurus rumah tangga sebanyak 298 jiwa atau 52,30% dan lainnya
sebanyak 5,244 jiwa atau 22,14%
Sebagian besar penduduk Kabupaten kepulauan Sula bekerja sebagai
buruh/karyawan/pegawai yang peresentasenya mencapai 36%, atau
187,263 jiwa, disusul kelompok berusaha sendiri 117,111 jiwa atau 22%.
Penduduk yang bekerja sebagai Berusaha dibantu buruh dibayar paling
sedikit yaitu sebesar 14,313 jiwa atau 3%. Penduduk yang bekerja di
Kabupaten Kepulauan Sula didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak
336,430 jiwa dan perempuan sebanyak 185,993 jiwa. Pekerjaan utama
berusaha sendiri dan lainnya juga didominasi oleh laki-laki, kecuali pekerja
keluarga yang tidak dibayar yang menunjukkan perempuan lebih dominan.
Jenis fasilitas pendidikan yang berada dalam lingkup wilayah di Kabupaten
Kepulauan Sula berupa Taman Kanak-kanak/sederajat sebanyak 91 unit,
Sekolah Dasar (SD)/sederajat sebanyak 103 buah, Sekolah Lanjutan
Pertama (SLTP)/sederajat sebanyak 69 buah serta Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA)/sederajat sebanyak 33 buah. Jumlah guru telah
memenuhi memenuhi standar rasio guru untuk setiap jenjang pendidikan,
bahkan masih lebih rendah dari ketentuan yang dipersyaratkan. Dalam
bidang kesehatan, Kabupaten Kepulauan Sulasudah memiliki beberapa
fasilitas kesehatan, khususnya Polindes/Puskedes dan pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas) pembantu yang jumlah lebih besar dibanding
fasilitas lainnya. Fasilitas kesehatan yang paling lengkap terdapat di
Kecamatan Sanana yang merupakan wilayah ibukota kabupaten dan
memiliki fasilitas rumah sakit dan beberapa fasilitas kesehatan lainnya
Indeks Keparahan Kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Sula berfluktuasi
dari tahun ke tahun (2012-2019), tetapi pada tahun 2019 menunjukkan
penurunan sehingga presentasenya menjadi 1,08% dari tahun sebelumnya
sebesar 4,35%.
Pendapatan daerah kabupaten Kepulauan Sula pada tahun 2019
menunjukkan kinerja melampaui target yang ditetapkan dengan realisasi
sebesar 100,72%.. Capaian belanja daerah yang ditargetkan mampu
terealisasi untuk belanjatidak langsung sebesar 91,33% dan belanja
langsung sebesar 88,82%.

BAB 3 KAJIAN MUATAN KLHS


Sebagian besar wilayah daerah Kabupaten Kepulauan Sulamemiliki daya
dukung air yang surplus atau masih belum melampaui kapasitas
ketersediaan air dibanding kebutuhan penduduk. Kapasitas jasa layanan
lingkungan penyedia panganwilayah ini cukup baik dimana kemampuan
penyediaan pangan kategori sedang dengan persentase 78,38% dan tinggi
sebesar 11,37%, jasa penyediaan air dominan level sedang dengan proporsi
sebesar 56,51% dan level rendah sebesar 42,03%, dan kinerja penyedia
serat dominan kategori sedang dengan proporsi sekitar 98%. Jasa
lingkungan pengatur udara menunjukkan kinerja yang tinggi sebesar
60,38% dan sedang 24,40%, pengaturan pencegahan dan perlindungan
bencana longsor menunjukkan kinerja tinggi sebesar 48,83%, sedang
27,99%, dan sangat tinggi sebesar 21,15%, pengatur pencegahan dan
perlindungan bencana banjir dominan berkinerja tinggi yaitu sebesar
56,04% dan sedang sebesar 28,03%, kinerja pencegahan dan pengendalian
bencana kebakaran dominan sedang yaitu sebesar 67,18% dan tinggi
sebesar28,09%, pengaturan tata aliran air dominan sedang yaitu sebesar
59,26% dan rendah sebesar 24,73%, pengaturan pemurnian air dan limbah
dominan sedang dan rendah masing sebesar 40,30% dan 30,08% serta
tinggi sebesar 21,62%, pengaturan penyerbukan alami dominan sedang
yaitu sebesar 70,32% dan tinggi sebesar 28,65%, dan kinerja pengaturan
pengendalian hama dan penyakit dominan sedang yaitu sebesar 41,79%,
sangat rendah sebesar 28,5%, dan rendah sebesar 21,83%. Jasa lingkungan
pendukung habitat dan keanekaragaman hayati wilayah Kabupaten Sula
menunjukkan kinerja dominan kategori tinggi yaitu sebesar 46,69%, rendah
sebesar 22,99%, dan sedang sebesar 21,17%, dan kinerja jasa lingkungan
pendukung pembentukan dan regenerasi tanah dominan kategori tinggi
dengan proporsi sebesar 31,51%, tingkat rendah sebesar 24,47%, dan
sangat rendah sebesar 15,46%.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Sula merupakan wilayah
yang rawan gempa kategori tinggi yang lokasinya tersebar pada semua
wilayah kecamatan. Wilayah ini juga rawan terhadap ancaman tsunami
kategori tinggi yang tersebar pada seluruh wilayah kecamatan dan paling
dominan di wilayah Kecamatan Mangoli Barat dan Mangoli Utara di
samping Kecamatan Mangoli Tengah, Mangoli Utara Timur, dan Mangoli
Timur. Abrasi pantai merupakan salah satu ancaman yang dihadapi wilayah
Kabupaten Kepulauan Sula yang dominan dengan tingkat kerawanan
tinggi, demikian juga dengan ancaman gelombang ekstrim yang dominan
kategori tinggi.
Wilayah Kabupaten kepulauan Sula yang dominan berada pada area
dengan kapasitas pengatur iklim sedang dan tinggi yaitu masing sebesar
71,45% dan 26,54% mengindikasikan wilayah ini memiliki kemampuan
adaptasi yang cukup tinggi sehingga kurang rentan terhadap perubahan
iklim.Wilayah kecamatan Mangoli Timur merupakan wilayah dengan
kemampuan adaptasi yang sangat tinggi dan tidak rentan terhadap
perubahan iklim karena wilayah ini memiliki wilayah yang luas dengan
kapasitas pengaturan iklim tinggi -sangat tinggi

BAB 4 PROFIL PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN


BERKELANJUTAN (TPB)
Kabupaten Kepulauan Sulamasih menghadapi kendala dalam proses
pencapaian indikator TPB yang menjadi kewenangannya, dimana jumlah
indikator yang telah mencapai target nasional baru sekitar 15,60% atau
hanya 34 indikator dari 218 indikator TPB, telah dilaksanakan tapi belum
mencapai target sebanyak 28 indikator atau 12,24%, dan masih ada sekitar
8,26% yang belum dilaksanakan sehingga belum mencapai target nasional.
Selain itu, masih ada sekitar 63,30% indikator TPB yang belum tersedia
datanya. Secara keseluruhan, Kabupaten Kepulauan Sula telah
melaksanakan 62indikator TPB yang meliputi 11 tujuan atau setara dengan
28,44% dari total indikator.
Jumlah indikator TPB yang terkait dengan pilar pembangunan nasional
yang terdiri dari pilar ekonomi 61 indikator, hukum dan tatakelola 21
indikator, lingkungan 42 indikator, dan sosial 96 indikator. Keempat pilar
tersebut telah dianalisis ketercapaian indikatornya yang kesemuanya
tingkat ketercapaiannya masih sangat rendah. Indikator TPB pilar ekonomi
merupakan pilar yang ketercapaian pelaksanaan dan targetnya (sudah
dilaksanakan dan sudah mencapai target nasional) terbesar yaitu sekitar
24,59% (15 dari 61 indikator) disusul pilar sosial sebesar 17,71% (17 dari
96 indikator),
Pencapaian target TPB berdasarkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
menunjukkan Dinas Pendidikan menunjukkan OPD dengan tingkat
pencapaian target tertinggi dengan tingkat capaian 66.67% disusul Dinas
Komunikasi dan Informatika, Dinas Ketahanan Pangan, dan Dinas
Penanaman Modal dan PTSP yang ketercapiannya ketercapaiannya
masing-masing sebesar 50%, . sedangkan OPD lainnya masih pada kisaran
≤ 45%.

BAB 5 ISU TUJUAN PEMBANGUNAN BERKLANJUTAN


STRATEGIS
Hasil pengkajian permasalahan, isu strategis dan isu prioritas daerah yang
dirumuskan berdasarkan pencapaian indikator TPB menunjukkan bahwa 28
indikator TPB yang belum mencapai target yang terkait dengan 20 sasaran
strategis dan 11 tujuan TPB.Penetapan skala prioritas daerah yang
didasarkan pada pertimbangan besarnya GAP indikator TPB antara capaian
dan target, standar pelayanan minimal (SPM) dan keterkaitan dengan
ketersediaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup maka
ditetapkan 5 isu strategis prioritas yang terkait dengan kemiskinan,
ketahanan pangan dan gizi, kesehatan dan kesejahteraan, kualitas
pendidikaan, dan pengelolaan air dan sanitasi.

BAB 6 PERUMUSAN ALTERNATIF, SKENARIO, DAN


REKOMENDASI
Skenario pembangunan berkelanjutan merupakan rencana pencapaian
tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) yang dibuat berdasarkan
alternatif proyeksi kondisi pencapaian indikator TPB. Alternatif proyeksi
kondisi pencapaian indikator TPB berupa pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan tanpa upaya tambahan (Bussiness as usual, BAU) dan/atau
dengan upaya tambahan. Proyeksi capaian indikator TPB dengan upaya
tambahan akan memberikan nilai tambah dan kecepatan pencapaian tujuan
yang lebih besar dibanding pencapaian indikator TPB tanpa upaya
tambahan. Alternatif proyeksi capaian indikator TPB tersebut menjadi
dasar dalam merumuskan isu strategis, permasalahan, dan sasaran strategis
daerah.
Hasil alternatif proyeksi 28 indikator yang belum mencapai target dalam
kurun waktu 2019 -2030 menunjukkan bahwa 24indikator yang belum
mencapai target butuh upaya tambahan untuk mencapai target dan 4
indikator yang tidak membutuhkan upaya tambahan. Ke 24 target yang
butuh upaya tambahan tersebut merupakan sasaran strategis dan
direkomendasikan untuk diintegrasikan programnya ke dalam RPJMD
Kabupaten Kepulauan Sula.Hasil dari rekomendasi perbaikan ini perlu
diintegrasikan sehingga kedepannya menjadi pertimbangan bagi tim
pelaksana perencana sebagai perbaikan program perencanaan agar
pembangunan dapat berkelanjutan.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
perkenan-Nya, pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula telah selesai
menyusun dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kepulauan
Sula 2021-2026. KLHS disusun dalam rangka melaksanakan Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang mengamanatkan pemerintah daerah membuat
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dengan tujuan untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan kebijakan,
rencana, dan program (KRP) yang berpotensi menimbulkan dampak atau
risiko lingkungan hidup.
Proses penyusunan KLHS ini, menggunakan tahapan pelaksanaan
yang telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Dimana tahapan pelaksanaan KLHS melalui beberapa tahapan yang
meliputi identifikasi isu pembangunan berkelanjutan, pengkajian rencana
pembangunan dengan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)
dan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta pembiayaan daerah,
penyusunan skenario dan rekomendasi serta tahap penjaminan kualitas.
Disamping itu penyusunan KLHS yang bersifat pertisipatif juga mendukung
pengembangan kapasitas para perencana pembangunan di daerah dan para
pihak yang terkait.
KLHS adalah kebijakan untuk mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan, rencana dan program. Posisi
KLHS berada pada relung pengambilan keputusan dan manfaatnya bersifat
khusus bagi rencana tata ruang. KLHS dapat memperkaya proses
penyusunan dan evaluasi keputusan, serta dapat pula sebagai alternatif dan
rekomendasi kebijakan sehingga menjamin terwujudnya pembangunan
berkelanjutan daerah yang berdasarkan pada prinsip keberlanjutan
lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula dalam kesempatan
ini mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh tim
yang terlibat atas fasilitasi dan kerjasamanya dalam proses penyusunan
dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kepulauan
Sula. Akhirnya, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula menyadari bahwa
dokumen KLHS yang ada saat ini masih membuka ruang masukan dan saran
yang positif bagi berbagai pihak untuk implementasi dengan
mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Sanana, 29 Desember 2021

Bupati Kepulauan Sula,

FIFIAN ADENINGSI MUS, SH

Anda mungkin juga menyukai