Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

TEORI EKONOMI MAKRO

Soko Wikardojo, Dr, S.E., Ir, S.T., M.T., M.Akun

OLEH

NAMA : ANGGRENI MALO

NIM : 2017110011

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020
KLIPING PENGANGGURAN

Gambar .1
Gambar.2
Gambar.3
PENDAHULUAN

a. Geografis Wilayah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan


Daerah-Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara dan Nusa Tenggara Timur, maka Kabupaten Sumba Timur merupakan
bagian integral dari Nusa Tenggara Timur yang lokasinya terletak di bagian Selatan
dan merupakan salah satu dari empat Kabupaten yang berada di Pulau Sumba.
Kabupaten Sumba Timur memiliki 96 buah pulau, baik yang berpenghuni
maupun yang belum berpenghuni, tiga buah diantaranya berada di bagian Selatan
yaitu Pulau Salura, Pulau Kotak dan Pulau Manggudu dan satu buah pulau di
bagian Timur yaitu Pulau Nuha.
16 buah pulau yang tidak berpenghuni diantara 96 buah pulau tersebut, telah
diberi nama pada tahun 2011.
Kabupaten Sumba Timur terletak diantara 119°45 – 120°52 Bujur Timur dan
9°16–10°20 Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sabu
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumba
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Lautan Hindia
Secara geografis, Kabupaten Sumba Timur memiliki wilayah seluas 7000,5
Km2 sedangkan wilayah laut seluas 8.373,53 Km2 dengan panjang garis pantai
433,6 Km. Secara administratif terdiri dari 22 buah Kecamatan dan 156
buahDesa/Kelurahan. Data Sumba Timur Dalam Angka tahun 2012 menunjukkan
penduduk Sumba Timur berjumlah 234.642jiwa yang terdiri dari laki-laki 120.779
jiwa dan perempuan 113.863 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata sebanyak
33 jiwa/Km2.

1. Koordinat Bumi Dan Batas Wilyah


Letak Geografis terletak pada 9o16’ – 10o20’ LS dan 119o45’– 120o52’ BT;
Luas wilayah 7.000,50 Km2; Batas Wilayah Utara berbatasan dengan Selat Sumba,
Timur berbatasan dengan Laut Sabu, Barat berbatasan dengan Kab. Sumba Barat,
dan arah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; Jumlah penduduk 223.116
orang (NTT dalam angka Tahun 2007); Wilayah Administrasi terdiri dari 22
kecamatan, dan 140 desa dan 16 kelurahan; Prasarana Transportasi terdapat
Bandara Mauhau, untuk transportasi laut terdapat  Pelabuhan Laut Waingapu.
Pemerintah Kabupaten Sumba Timur beribukota di Waingapu, dipimpin oleh
Bupati Drs. Gidion Mbilijora, M.Si. Mempunyai sebuah Perusahaan Daerah Air
Minum yaitu PDAM Matawai Amahu, Perusahaan Daerah lainnya PD Waingapu
Bakti dan sebuah Perseroan Terbatas yaitu PT. Aguamor K, dan mempunyai sebuah
Rumah Sakit yaitu RSUD Waingapu.

2. Topografi
Luas wilayah Kabupaten Sumba Timur 700.050 hektar dengan kondisi
topografi /tingkat kemiringan Kabupaten Sumba Timur dapat digambarkan sebagai
berikut :
Kemiringan 0 – 8 persen seluas  307.700 ha
Kemiringan 8 – 15 persen seluas 130.648 ha
Kemiringan 15 – 25 persen seluas 124.009 ha
Kemiringan 25 – 45 persen seluas 105.013 ha
Kemiringan > 45 persen seluas 32.681 ha

3. Tingkat Pendidikan
Jenis fasilitas pendidikan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur terdiri atas
TK, SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.Untuk fasilitas pendidikan TK, SLTA
dan Perguruan Tinggi belum tersebar di seluruh kecamatan yang ada.
Sedangkan untuk fasilitas pendidikan tingkat SD dan SLTP sudah tersebar
secara merata di masing-masing kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sumba
Timur. Fasilitas pendidikan skala Perguruan Tinggi (PT) ada 4 (empat) unit yaitu
STIE Kriswina Sumba, Akademi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Theologi
Terpadu dan Universitas Kristen di Kabupaten Sumba Timur. Sebagian besar
lulusan SMA atau Sederajat berorientasi ke Kota Kupang dan ke luar Propinsi Nusa
Tenggara Timur (Pulau Jawa dan Bali) untuk melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi. Pada tahun 2013, jumlah fasilitas pendidikan yang ada di
kabupaten Sumba Timur yaitu: Tk berjumlah 46 Unit, SLB dengan jumlah 1 unit,
SD dengan jumlah 255 unit, SLTP 70 unit dan SLTA 17 unit.

4. Tingkat Ekonomi Msyarakat


Sejalan dengan kebijakan nasional dan provinsi, maka kebijakan ekonomi
Kabupaten Sumba Timur tahun 2015 diarahkan untuk meningkatkan pendapatan
perkapita melalui peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, mengurangi dan
mengatasi kemiskinan, mengurangi pengangguran serta pemerataan distribusi
pendapatan. Dalam rangka pencapaian kerangka ekonomi makro yang diinginkan
tersebut pemerintah daerah akan selalu meningkatkan peranan dan partisipasi aktif
masyarakat dan swasta dalam kegiatan pembangunan.
Untuk melaksanakan strategi pembangunan melalui langkah-langkah strategis
di atas tentunya perlu didasari oleh pemahaman yang komprehensif berkenaan
dengan kondisi ekonomi makro daerah dan trend perkembangannya yang tentunya
menjadi dasar untuk dilakukan perkiraan/proyeksi perkembangan ekonomi di tahun
2015.
Berbagai tantangan yang dikemukakan di atas tentunya memerlukan kebijakan
yang handal dengan menggunakan berbagai potensi yang ada serta berbagai
prospek yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat perekonoimian daerah.
Berbagai prospek yang dapat dimanfatkan dalam perkuatan perekonomian daerah.

b. Sumbar Daya
Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau
unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga
non-fisik (intangible).
Sumber daya ada yang dapat berubah, baik menjadi semakin besar maupun
hilang, dan ada pula sumber daya yang kekal (selalu tetap). Selain itu, dikenal pula
istilah sumber daya yang dapat pulih atau terbarukan (renewable resources) dan
sumber daya tak terbarukan (non-renewable resources)
a. Sumber Alam
Sumber daya alam yang dimiliki oleh Sumba Timur, yaitu pertanian padi,
jagung dan ubi kayu yang menjadi andalan komoditi Sumba. Tanaman lainnya
seperti cengkih, kapuk, kemiri, kelapa, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau,
sorgum dan kapas juga ada di Sumba.

b. Sumber Manusia
Meningkatan SDM harus melewati pendidikan formal mulai dari tingkat dasar
hingga perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan nonformal dan informal atau
lembaga-lembaga di luar pendidikan formal juga memiliki peran dalam
menghasilkan SDM yang handal untuk mendukung pembangunan di daerah.
Ketersediaan sarana dan prasarana serta penguasaan teknologi membutuhkan
SDM yang handal. Sekarang ini kita berada di era globalisasi dan revolusi 4.0, tentu
ini juga menjadi perhatian para stakeholder dalam menyikapinya.
Sementara pemerhati pendidikan kejuruan Achmad Karim mengungkapkan,
SDM adalah faktor yang sangat penting bagi suatu organisasi. Termasuk bagi
kemajuan suatu daerah. SDM adalah penggerak perencanaan pembangunan di
daerah.
Jadi SDM itu dituntut untuk mampu mengatasi segala macam tantangan dan
kemajuan teknologi yang semakin canggih dalam menciptakan lapangan pekerjaan.

c. Sumber daya modal


Sektor pertambangan memegang peranan yang cukup penting dalam
mendukung sektor-sektor lainnya seperti sektor industri. Beberapa kawasan dan
kegiatan pertambangan yang ada di Kabupaten Sumba Timur memiliki potensi jenis
pertambangan yang hampir sama, dari jenis pertambangan dan penggalian sebagian
besar didominasi oleh komoditas bernilai rendah yakni batu karang, sirtu, pasir,
batu pecah, batu gelondongan,batu kapur, batu warna, tanah urug, batu gamping,
pasir kali, pasir laut untuk kebutuhan konstruksi lokal, dan sebagian kecil
menyimpan kekayaan pertambangan lainnya berupa Andesit, Granit, batu setengah
permata, Feldspar, Tembaga, Granodiorit, Timah Hitam, Emas.
Untuk saat ini baru Tambang Emas yang pernah di eksplorasi.  Peran sektor
pertambangan di Kabupaten Sumba Timur masih belum menonjol hal ini terjadi
karena data potensi hasil tambang masih terbatas. Hasil tambang masih terbatas
pada hasil tambang galian golongan C yang penyebarannya cukup merata di
wilayah Kabupaten Sumba Timur dan dikelola oleh masyarakat melalui
pertambangan rakyat dan sedikit kegiatan usaha bahan galian golongan B yang
dikelola oleh pengusaha lokal.
Penggalian bahan galian golongan C yang dilakukan oleh masyarakat jika tidak
terkoordinir secara baik dapat menimbulkan resiko yang cukup besar mengingat
keterbatasan pengetahuan masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan. Hal
ini terbukti dengan begitu menyebarnya usaha pertambangan galian golongan C
berupa batu dan pasir sungai/laut tanpa memperhatikan dampak lingkungan dan
keselamatan fasilitas-fasilitas umum yang berada pada daerah aliran sungai seperti
jembatan, bendungan, gedung dan sebagainya.

c. Masalah Ekonomi

1. Pengangguran

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah


pengangguran dan jumlah angkatan kerja. “Kadang lapangan kerja yang tersedia
tidak sesuai dengan permintaan lapangan pekerjaan bagi para pencari kerja.
Pengangguran seringkali menjadi permasalahan dalam perekonomian daerah.
Pengangguran yang tinggi bisa berdampak pada tingginya tingkat kemiskinan,
masalah sosial dan tindak kejahatan serta kekerasan.Dan sempitnya lapangan kerja
di Sumba Timur harus jadi perhatian serius pemerintah daerah.

2. Inflasi

Pada Februari 2020 Waingapu terjadi deflasi sebesar 0.04 persen dengan
Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105.39.
Februari 2020 2 Kota di Nusa Tenggara Timur yaitu Kota Waingapu dan
Maumere mengalami deflasi masing-masing sebesar 0.04 persen dan 0.25 dan 1
kota mengalami inflasi yaitu Kota Kupng sebesar 0.49 persen.
Deflasi Februari 2020 di Kota Waingapu terjadi karena adanya penurunan
indeks harga pada 5 dari 11 kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang
mengalami penurunan indeks harga terbesar adalah kelompok makanan, minuman
dan tembakau yang turun sebesar 0.53 persen.
Dari 90 kota sampel IHK Nasional, 17 kota mengalami deflasi dan 73 kota
mengalami inflasi. Kota yang mengalami deflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung
Pandan sebesar 1.20 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Padang Sidampuan
sebesar 0.01 persen. Sedangkan inflasi terbesarterjadi di Kota Sintang sebesar 1.21
persen dan Inflasi terendah terjadi di Kota Pare-Pare sebesar 0.02 persen.

3. Pertumbuhan ekonomi

Kehadiran perusahan swasta ini diharapkan akan menjadi gerbang perputaran


ekonomi di pulau Sumba khususnya di Sumba Timur bahkan harapan masyarakat
juga dapat membuka peluang  ekonomi yang berdampak pada tingkat daya beli
masyarakat dan terbukanya lapangan pekerjaan.
Kondisi ekonomi di Sumba Timur menjadi salah satu faktor penyebab
menurunnya daya beli masyarakat serta sempitnya lapangan kerja. Kehadiran PT
MSM diharapkan menjadi bagian dari program pemerintah untuk mendorong
percepatan pertumbuhan ekonomi di Sumba Timur. Terjadi kenaikan yakni tahun
2018 sebesar Rp 292.574.251.010,- dari target sebesar Rp 306.913.057.000,- atau
mencapai (95,33) persen bila dibanding pada tahun-tahun sebelumnya.
ISI

a. Masalah Ekonomi Dan Analisa Ekonomi

Kerusakan hutan di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan yang


menjadikan hutan sebagai objek paling pragmatis yang memberikan keuntungan
dalam jangka waktu yang pendek. Hutan dijadikan komoditi yang paling mudah
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi
dijadikan alasan guna melakukan eksploitasi hutan tanpa memperhitungkan daya
dukung.
Kasus yang terjadi di kabupaten Sumba Timur dalam empat tahun terkait
kerusakan hutan saat ini memang menjadi persoalan besar bagi kita semua. Hampir
di sebagian besar kawasan hutan di Kabupaten Sumba Timur dieksploitasi untuk
kepentingan ekonomi. Dalam hal ini digunakan oleh pihak investor untuk
mengeruk seluruh sumber daya alam yang ada demi kepentingan bisnis tanpa
mempedulikan keberlanjutan daya dukung lingkungan.

b. Campur Tangan Pemerintah

Sumba Timur merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang masih


tertinggal, dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, dan secara ekonomi juga.
Pendidikan dasar sampai menengah atas sudah mulai dibenahi oleh pemerintah, tapi
belum ada pembenahan terhadap pendidikan perguruan tinggi. Hal inilah yang
membuat Sumba Timur berupaya mendorong masyarakatnya untuk melanjutkan
pendidikan perguruan tinggi di Jawa Timur dengan kabupaten Surabaya dan
Malang sebagai tujuan utama.

Keadaan ekonomi Sumba Timur yang masih rendah merupakan kendala bagi
masyarakatnya untuk melanjutkan pendidikan ke Jawa Timur, baik untuk
kebutuhan perjalanan, biaya kuliah, maupun biaya hidup sehari-hari. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran dibalik fenomena Sumba Timur yang
masyarakatnya melanjutkan pendidikan ke Jawa Timur, walaupun dengan kondisi
ekonomi lemah.
c. Pendapatan Nasional
 Pendapatan menurut faktor produksi pertanian (padi)
Tanah = Sewa : Rp 20.000.000
Tenaga kerja = Upah / gaji : Rp 5.000.000
Modal = Bunga bank : Rp 15.000.000
Keahlian kerja=Deviden perusahaan :Rp 25.000 .000
+
Jumlah : RP 65.000 .000

 Pendapatan menurut sektor produksi dalam perekonomia


Sektor pertanian : Rp 21.011.000
Sektor industri : Rp 24.000.000
Sektr jasa: Rp 65.000 .000
+
Jumlah: Rp 110.011.200

Y=C : Rp 110.011.200

Y = Pendapatan nasional
C = Konsumsi masyarakat

d. Kegiatan Perekonomian Negara


Hitungan konsumsi,tabungan dan investasi dan pengaruh terhadap
pengangguran di daerah sumba timur.
 Pendapatan menurut faktor produksi
Tanah sewa : Rp 15.000.000
Tenaga kerja upah/gaji : Rp 20.000.000
Modal bunga bank : Rp 5.000.000
Kealian perusahaan/ Deviden perusahaan : Rp10.000 .000
+¿
Jumlah: Rp 50.000 .000

 Pendapatan menurut sektor produksi dalam perekonomian

Sektor perekonomian : Rp 50.000.000


Sektor industri : Rp10.000 .000
Sektor jasa: Rp 13.011 .000
+¿
Jumlah :Rp 73.011 .000

 Y=C+S+I

C = Konsumsi mayarakat : Rp 73.011.000


S = Tabungan : Rp 20.000 .000
I =Investasi : Rp 17.000.000
+¿
Y =: RP110.011 .000
C : Konsumsi masyarakat
 Moneter : Menurunkan bunga pinjaman bank
 Fiskal : Menurunkan pajak penghasilan
S : Tabungan
 Moneter : Bunga tabungan di naikkan
 Fiskal : Pajak tabungan di turunkan
I : Investasi
 Moneter : Menurunkan bunga pinjaman bank
 Fiskal : Menurunkan pajak usaha
Penduduk relatif banyak, sedangkan lapangan kerja sedikit yang
mengakibatkan banyaknya pengangguran, jika pengangguran berkurang maka di
dalam kebijakan moneter dan fiskal menaikkan bunga tabungan dan menurunkan
pajak penghasilan.

e. Perekonomian Terbuka
 Pendapatan menurut faktor produksi
Tanah = Sewa : Rp 20.000.000
Tenaga kerja = Upah / gaji : Rp 10.000.000
Modal = Bunga bank : Rp 4.000.000
Keahlian kerja=Deviden perusahaan :Rp 6.0 00.000
+
Jumlah : RP 4 0.000 .000
 Pendapatan menurut sektor produksi dalam perekonomia
Sektor pertanian : Rp 40.000.000
Sektor industri : Rp 20.000.000
Sektr jasa: Rp 11 . 51 2 .2 00
+
Jumlah: Rp 71. 5 1 2. 2 00

Y = Pendapatan nasional
Y=C+(S+S)+(T+S)+X-M)
C = Konsumsi masyarakat : Rp 71.512.200
S = Tabungan : Rp 11.016.800
I = Investasi : Rp 5.508.400
T = Pajk : Rp 11.016.800
G = Pengeluaran masyarakat : Rp 8.813.440
X = Expor : Rp 11.016.800
M =Impor : Rp(8 . 873 . 44 0)
+
Jumlah: Rp 110.011.000

Jadi Y = Rp 71.512.200 + ( Rp 11.016.800 +


Rp 5.508.400 ) + ( Rp 11.016.800 +
Rp 8.813.440 ) + ( Rp 11.016.800 –
Rp 8.873.446 )
 Komentar pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat.
 Konsumsi
Kebijakan fiskal : menurunkan pajak penghasilan
Kebijakan moneter : menurunkan suku bunga tabungan
 Tabungan
Kebijakan fiskal : menurunkan pajak penghasilan
Kebijakan moneter : menurunkan suku bunga tabungan
 Investasi
Kebijakan fiskal : menurunkan pajak penghasilan
Kebijakan moneter : menurunkan suku bunga tabungan
f. Investasi
1. Kebijakan pemerintah

Pemerintah tetap pada pendirian bahwa kehadiran investasi ini bermanfaat bagi
masyarakat, untuk itu saya berharap kepeada Pemerintah Kecamatan, Pemerintah
Desa dan Tokoh Masyarakat yang ada di wilayah yang masih berpolemik untuk
bersama-sama mencari jalan keluar terbaik dari perselisihan yang ada agar kegiatan
investasi dapat terus berjalan tanpa merugikan masyarakat sekitar.

Sebelumnya dalam kesempatan yang sama, Bupati yang akrap disapa GBY
oleh warga Sumtim itu memaparkan, bahwa banyak investor yang ingin
mengembangkan usahanya di Sumtim. Terkait hal itu, demikian lanjut GBY,
investasi sesungguhnya sangat bermanfaat bagi peningkatan roda perekonomian
dan kesejahteraan masayarakat.

Untuk itu pemerintah sangat mendukung kehadiran investasi dengan


memberikan ijin yang didahului dengan kajian teknis serta memperhatikan berbagai
aspek yang berhubungan dengan investasi tersebut, baik dari aspek hukum,
ekonomi maupun sosial budaya.

2. Ramalan Pengusaha

Setiap investor yang masuk ke NTT untuk menanamkan modalnya, perlu diatur


untuk bagiamana dapat melibatkan masyarakat pemilik lahan itu sendiri agar tidak
menimbulkan persoalan di kemudian hari. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Nusa Tenggara Timur juga mengakui masih
banyak menemui kendala dalam berinvetasi akibat persoalan lahan.

Kebanyakan lahan di provinsi berbasiskan kepulauan itu umumnya merupakan


tanah ulayat yang kepemilikannya bersifat kolektif atau lebih dari satu orang.
Sementara pola investasi dari dulu sampai sekarang masih berlangsung dengan
model yang sederhana. "Pengusaha datang membeli atau membebaskan tanah milik
masyarakat kemudian dibangun pabrik dan lainnya di situ.
Masyarakat terus melayangkan protes, contohnya di sejumlah daerah seperti
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Sumba Timur, Manggarai, dan lainnya. "Ada
perlawanan masyarakat terhadap penguasaan lahan dalam jumlah besar oleh
investor, dan ke depan bisa saja terus berkembang karena masyarakat semakin
sadar tanah mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan terus meningkat setiap
tahun.

Dengan begitu, menurutnya, pola investasi perlu diubah dari pengusaha yang
hanya datang melakukan pembebasan lahan menjadi pola yang melibatkan
masyarakat pemilik lahan itu sendiri sebagai salah satu pemegang saham. Untuk
itu, katanya, perlu didesain suatu pola investasi di mana pemilik lahan yang
memiliki hak ulayat atas tanah bisa menjadi pemegang saham dari investasi yang
akan dikembangkan.

g. Kebijakan fiskal
 Pendapatan menurut faktor produksi padi
Tanah = Sewa : Rp 12.000.000 (+ 30%)
Tenaga kerja = Upah gaji : Rp 8.600.000 ( 50%)
Modal = Bunga bank : Rp 2.800.000 (< 10%)
Keahlian usaha=Deviden perusahaan :Rp 6.600 .000 ( -10% )
+
Jumlah : RP30.000 .000

 Pendapatan sektor produksi dalam perekonomia


Sistem pertanian C.Padi : Rp 30.000.000
C.Karet : Rp 18.600.000
Sektor industri C.Kerupuk : Rp 8.000.000
C.Ban : Rp 6.000.000
Sektor jasa C.Travel : Rp 6.000.000
C . Bank : Rp 8.011 .000
+
Jumlah: Rp 66.011 .000
Y=C
Y=C+S+I= C : Rp 66.011.000
S : Rp 35.000.000
I : Rp 9.000 .000
+
Jumlah : Rp110.011 .000
Y = C + ( S + I ) + ( T + G ) +( X - M )
C : Rp 66.011.000
S : Rp 11.600.000
I : Rp 9.000.000
T : Rp 11.000.000
G : Rp 8.000.000
X : Rp 11.000.000
M : Rp(6.000.000)
+
Y : Rp 66.011.000
C : Fiskal : Mengurangi pajak penghasilan
S : Fiskal : Menurunkan pajak tabungan agar masyarakat banyak tabung di bank
I : Fiskal : Menurunkan pajak agar masyarakat mampu membayar pinjaman di bank
T : Fiskal : Menurunkan pajak penghasilan dan menurunkan pajak bangunan
G : Fiskal : Menambah pengeluaran pemerintah dan mengurangi pajak
X : Fiskal : Pajak diturunkan atau di bebaskan
M : Fiskal : Kenaikan pajak

Anda mungkin juga menyukai