OLEH
NIM : 2017110011
FAKULTAS EKONOMI
MALANG
2020
KLIPING PENGANGGURAN
Gambar .1
Gambar.2
Gambar.3
PENDAHULUAN
a. Geografis Wilayah
2. Topografi
Luas wilayah Kabupaten Sumba Timur 700.050 hektar dengan kondisi
topografi /tingkat kemiringan Kabupaten Sumba Timur dapat digambarkan sebagai
berikut :
Kemiringan 0 – 8 persen seluas 307.700 ha
Kemiringan 8 – 15 persen seluas 130.648 ha
Kemiringan 15 – 25 persen seluas 124.009 ha
Kemiringan 25 – 45 persen seluas 105.013 ha
Kemiringan > 45 persen seluas 32.681 ha
3. Tingkat Pendidikan
Jenis fasilitas pendidikan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur terdiri atas
TK, SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.Untuk fasilitas pendidikan TK, SLTA
dan Perguruan Tinggi belum tersebar di seluruh kecamatan yang ada.
Sedangkan untuk fasilitas pendidikan tingkat SD dan SLTP sudah tersebar
secara merata di masing-masing kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sumba
Timur. Fasilitas pendidikan skala Perguruan Tinggi (PT) ada 4 (empat) unit yaitu
STIE Kriswina Sumba, Akademi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Theologi
Terpadu dan Universitas Kristen di Kabupaten Sumba Timur. Sebagian besar
lulusan SMA atau Sederajat berorientasi ke Kota Kupang dan ke luar Propinsi Nusa
Tenggara Timur (Pulau Jawa dan Bali) untuk melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi. Pada tahun 2013, jumlah fasilitas pendidikan yang ada di
kabupaten Sumba Timur yaitu: Tk berjumlah 46 Unit, SLB dengan jumlah 1 unit,
SD dengan jumlah 255 unit, SLTP 70 unit dan SLTA 17 unit.
b. Sumbar Daya
Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau
unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga
non-fisik (intangible).
Sumber daya ada yang dapat berubah, baik menjadi semakin besar maupun
hilang, dan ada pula sumber daya yang kekal (selalu tetap). Selain itu, dikenal pula
istilah sumber daya yang dapat pulih atau terbarukan (renewable resources) dan
sumber daya tak terbarukan (non-renewable resources)
a. Sumber Alam
Sumber daya alam yang dimiliki oleh Sumba Timur, yaitu pertanian padi,
jagung dan ubi kayu yang menjadi andalan komoditi Sumba. Tanaman lainnya
seperti cengkih, kapuk, kemiri, kelapa, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau,
sorgum dan kapas juga ada di Sumba.
b. Sumber Manusia
Meningkatan SDM harus melewati pendidikan formal mulai dari tingkat dasar
hingga perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan nonformal dan informal atau
lembaga-lembaga di luar pendidikan formal juga memiliki peran dalam
menghasilkan SDM yang handal untuk mendukung pembangunan di daerah.
Ketersediaan sarana dan prasarana serta penguasaan teknologi membutuhkan
SDM yang handal. Sekarang ini kita berada di era globalisasi dan revolusi 4.0, tentu
ini juga menjadi perhatian para stakeholder dalam menyikapinya.
Sementara pemerhati pendidikan kejuruan Achmad Karim mengungkapkan,
SDM adalah faktor yang sangat penting bagi suatu organisasi. Termasuk bagi
kemajuan suatu daerah. SDM adalah penggerak perencanaan pembangunan di
daerah.
Jadi SDM itu dituntut untuk mampu mengatasi segala macam tantangan dan
kemajuan teknologi yang semakin canggih dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
c. Masalah Ekonomi
1. Pengangguran
2. Inflasi
Pada Februari 2020 Waingapu terjadi deflasi sebesar 0.04 persen dengan
Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105.39.
Februari 2020 2 Kota di Nusa Tenggara Timur yaitu Kota Waingapu dan
Maumere mengalami deflasi masing-masing sebesar 0.04 persen dan 0.25 dan 1
kota mengalami inflasi yaitu Kota Kupng sebesar 0.49 persen.
Deflasi Februari 2020 di Kota Waingapu terjadi karena adanya penurunan
indeks harga pada 5 dari 11 kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang
mengalami penurunan indeks harga terbesar adalah kelompok makanan, minuman
dan tembakau yang turun sebesar 0.53 persen.
Dari 90 kota sampel IHK Nasional, 17 kota mengalami deflasi dan 73 kota
mengalami inflasi. Kota yang mengalami deflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung
Pandan sebesar 1.20 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Padang Sidampuan
sebesar 0.01 persen. Sedangkan inflasi terbesarterjadi di Kota Sintang sebesar 1.21
persen dan Inflasi terendah terjadi di Kota Pare-Pare sebesar 0.02 persen.
3. Pertumbuhan ekonomi
Keadaan ekonomi Sumba Timur yang masih rendah merupakan kendala bagi
masyarakatnya untuk melanjutkan pendidikan ke Jawa Timur, baik untuk
kebutuhan perjalanan, biaya kuliah, maupun biaya hidup sehari-hari. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran dibalik fenomena Sumba Timur yang
masyarakatnya melanjutkan pendidikan ke Jawa Timur, walaupun dengan kondisi
ekonomi lemah.
c. Pendapatan Nasional
Pendapatan menurut faktor produksi pertanian (padi)
Tanah = Sewa : Rp 20.000.000
Tenaga kerja = Upah / gaji : Rp 5.000.000
Modal = Bunga bank : Rp 15.000.000
Keahlian kerja=Deviden perusahaan :Rp 25.000 .000
+
Jumlah : RP 65.000 .000
Y=C : Rp 110.011.200
Y = Pendapatan nasional
C = Konsumsi masyarakat
Y=C+S+I
e. Perekonomian Terbuka
Pendapatan menurut faktor produksi
Tanah = Sewa : Rp 20.000.000
Tenaga kerja = Upah / gaji : Rp 10.000.000
Modal = Bunga bank : Rp 4.000.000
Keahlian kerja=Deviden perusahaan :Rp 6.0 00.000
+
Jumlah : RP 4 0.000 .000
Pendapatan menurut sektor produksi dalam perekonomia
Sektor pertanian : Rp 40.000.000
Sektor industri : Rp 20.000.000
Sektr jasa: Rp 11 . 51 2 .2 00
+
Jumlah: Rp 71. 5 1 2. 2 00
Y = Pendapatan nasional
Y=C+(S+S)+(T+S)+X-M)
C = Konsumsi masyarakat : Rp 71.512.200
S = Tabungan : Rp 11.016.800
I = Investasi : Rp 5.508.400
T = Pajk : Rp 11.016.800
G = Pengeluaran masyarakat : Rp 8.813.440
X = Expor : Rp 11.016.800
M =Impor : Rp(8 . 873 . 44 0)
+
Jumlah: Rp 110.011.000
Pemerintah tetap pada pendirian bahwa kehadiran investasi ini bermanfaat bagi
masyarakat, untuk itu saya berharap kepeada Pemerintah Kecamatan, Pemerintah
Desa dan Tokoh Masyarakat yang ada di wilayah yang masih berpolemik untuk
bersama-sama mencari jalan keluar terbaik dari perselisihan yang ada agar kegiatan
investasi dapat terus berjalan tanpa merugikan masyarakat sekitar.
Sebelumnya dalam kesempatan yang sama, Bupati yang akrap disapa GBY
oleh warga Sumtim itu memaparkan, bahwa banyak investor yang ingin
mengembangkan usahanya di Sumtim. Terkait hal itu, demikian lanjut GBY,
investasi sesungguhnya sangat bermanfaat bagi peningkatan roda perekonomian
dan kesejahteraan masayarakat.
2. Ramalan Pengusaha
Dengan begitu, menurutnya, pola investasi perlu diubah dari pengusaha yang
hanya datang melakukan pembebasan lahan menjadi pola yang melibatkan
masyarakat pemilik lahan itu sendiri sebagai salah satu pemegang saham. Untuk
itu, katanya, perlu didesain suatu pola investasi di mana pemilik lahan yang
memiliki hak ulayat atas tanah bisa menjadi pemegang saham dari investasi yang
akan dikembangkan.
g. Kebijakan fiskal
Pendapatan menurut faktor produksi padi
Tanah = Sewa : Rp 12.000.000 (+ 30%)
Tenaga kerja = Upah gaji : Rp 8.600.000 ( 50%)
Modal = Bunga bank : Rp 2.800.000 (< 10%)
Keahlian usaha=Deviden perusahaan :Rp 6.600 .000 ( -10% )
+
Jumlah : RP30.000 .000