Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH PERENCANAAN PROGRAM

GIZI
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah PPG

GIZI BURUK DI DAERAH MALUKU

Disusun Oleh:

Khanalia

Fitriatus Solekhah 1705025006

Lilik

Nada

Zulfa

Kelas : 5A

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Provinsi Maluku merupakan salah satu daerah kepulauan yang ada di


Indonesa yang terdiri dari 9 kabupaten dan 2 kota serta 1.340 pulau. Luas
wilayah Provinsi Maluku sebesar 712.479,65 km2 yang terdiri dari luas
lautan sebesar 658.294,69 km2 (92,4%) dan luas daratan 54.185km2
(7,6%). Dengan panjang garis pantai 10.662 km2. Provinsi Maluku
memiliki 3 kabupaten yang termasuk Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan
Kepulauan (DTPK) yaitu Maluku Barat Daya, Maluku Tenggara Barat dan
Kepulauan Aru, sedangkan yang termasuk Daerah Bermasalah
Kesehatan (DBK) ada 7 kabupaten yaitu Seram Bagian Barat, Seram
Bagian Timur, Buru, Buru Selatan, Maluku Barat Daya, Maluku Tenggara
Barat dan Kepulauan Aru. Sebagai upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Provinsi Maluku memiliki
beberapa program prioritas antara lain kesehatan ibu dan anak,
penanggulangan penyakit menular, pelayanan kesehatan masyrakat
miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan serta sarana prasarana yang
memudahkan jangkauan pelayanan bagi masyarakat terutama di daerah
DTPK (Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan).
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
A. Definisi Gizi Buruk

Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi
kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Balita disebut gizi buruk
apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) kurang dari -3 SD
(Kemenkes, 2011). Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah
teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan
kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun (Wiku A, 2005).
B. Faktor penyebab gizi buruk
WHO menyebutkan bahwa banyak faktor dapat menyebabkan gizi buruk, yang
sebagian besar berhubungan dengan pola makan yang buruk, infeksi berat dan
berulang terutama pada populasi yang kurang mampu. Diet yang tidak
memadai, dan penyakit infeksi terkait erat dengan standar umum hidup,
kondisi lingkungan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, perumahan dan perawatan kesehatan (WHO, 2012). Banyak faktor
yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk,diantaranya adalah status sosial
ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak, dan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Kusriadi, 2010).
a. Konsumsi zat gizi
Konsumsi zat gizi yang kurang dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan badan dan keterlambatan perkembangan otak serta dapat pula
terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit
infeksi (Krisnansari d, 2010). Selain itu faktor kurangnya asupan makanan
disebabkan oleh ketersediaan pangan,
nafsu makan anak,gangguan sistem pencernaan serta penyakit infeksi yang
diderita (Proverawati A, 2009).
b. Penyakit infeksi
Infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan erat. Infeksi pada anak-anak
yang malnutrisi sebagian besar disebabkan kerusakan fungsi kekebalan tubuh,
produksi kekebalan tubuh yang terbatas dan atau kapasitas fungsional
berkurang dari semua komponen seluler dari sistem kekebalan tubuh pada
penderita malnutrisi (RodriquesL, 2011)
c. Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan
Seorang ibu merupakan sosok yang menjadi tumpuan dalam mengelola makan
keluarga. pengetahuan ibu tentang gizi balita merupakan segala bentuk
informasi yang dimiliki oleh ibu mengenai zat makanan yang dibutuhkan bagi
tubuh balita dan kemampuan ibu untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari (Mulyaningsih F,2008). Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan
mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam
kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya
gangguan gizi (Notoadmodjo S, 2003). Pemilihan bahan makanan, tersedianya
jumlah makanan yang cukup dan keanekaragaman makanan ini dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya. Ketidaktahuan ibu
dapat menyebabkan kesalahan pemilihan makanan terutama untuk anak balita
(Nainggolan J dan Zuraida R, 2010).
BAB III

A. KEADAAN GEOGRAFIS

Sesuai SK Gubernur Nomor 125.a Tahun 2013 tentang Penetapan Jumlah, Nama dan Nomor Kode
Wilayah Administrasi Pemerintahan Provinsi Maluku tahun 2013, maka secara administratif Provinsi
Maluku terbagi atas 9 Kabupaten yaitu Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Timur, Seram
Bagian Barat, Buru, Buru Selatan, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Maluku
Barat Daya dan 2 Kota yaitu Kota Ambon dan Kota Tual. 118 Kecamatan, 1.135 desadan 34
kelurahan. Menurut letak astronomis, maka wilayah Provinsi Maluku terletak antara 20 30’ -90
Lintang Selatan dan 1240 -1360 Bujur Timur yang berbatasan dengan Laut Seram di sebelah utara,
Lautan Indonesia dan Laut Arafura di sebelah selatan, Pulau Irian/Provinsi Papua di sebelah Timur
dan Pulau Sulawesi/Laut Sulawesi disebelah Barat. Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan
yang terdiri dari 1.340 pulau dan dari sejumlah pulau tersebut, terdapat beberapa pulau yang
tergolong pulau besar. Daratan Provinsi Maluku tidak terlepas dari gugusan gunung dan danau yang
terdapat hampir di seluruh Kabupaten / Kota, yang berjumlah 4 (empat) gunung dan 11 (sebelas)
danau. Adapun gunung yang tertinggi yaitu Gunung Binaya dengan ketinggian 3.055 M, terletak di
Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah.

B. IKLIM

Wilayah Kepulauan Maluku dipengaruhi oleh Iklim Tropis dan Iklim Musim, hal ini disebabkan
Provinsi Maluku terdiri dari pulau-pulau dan dikelilingi oleh lautan yang luas.
C. KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk Provinsi Maluku berdasarkan hasil Sensus tahun 2010 mencapai 1.533.506 jiwa.
Jumlah ini meningkat dari tahun ke tahun. Sesuai hasil estimasi penduduk 2011 mencapai 1.570.657
jiwa, tahun 2012 menjadi 1.599.505 jiwa, tahun 2013 menjadi 1.628.413, tahun 2014 menjadi
1.657.409 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 836.111 jiwa dan perempuan 821.298 jiwa dan
tahun 2015 menjadi 1.690.620 dengan jumlah penduduk laki-laki 857.130 jiwa dan perempuan
833.490 jiwa.

D. EKONOMI Secara umum


struktur
ketenagakerjaan di Provinsi Maluku pada bulan Februari 2015 mengalami perubahan yang cukup
signifikan bila dibandingkan dengan keadaan setahun lalu. Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku
pada Februari 2015 tercatat sebanyak 711.056 orang, sedangkan pada Februari 2014 tercatat
sebanyak 728.078 orang. Sementara jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Maluku pada
Februari 2015 sebanyak 663.261 orang, dan pada Februari 2014 tercatat sebanyak 680.075 orang.
Jumlah penganggur pada Februari 2015 tercatat sebanyak 47.795 orang penganggur sedangkan pada
Februari 2014 sebanyak 48.003 orang penganggur. Meskipun jumlah penganggur menurun, Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) menunjukkan peningkatan dari 6,59 persen pada Februari 2014
menjadi 6,72 persen pada Februari 2015 atau tingkat pengangguran naik sebesar 0,13 poin.

TABEL 2.2

PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN

PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

E. Status Gizi

a. Status Gizi Balita

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh
Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan
yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi, yaitu :
1. Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:

a) Pendapatan : Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).

b) Pendidikan : Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku
orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).

c) Pekerjaan : Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).

d) Budaya : Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).

2. Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :

a) Usia : Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi pada anak balita (Nursalam, 2001).

b) Kondisi Fisik : Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,
semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-
anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat
gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).

c) Infeksi : Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all,1986).

Gambar 3.6
memperlihatkan bahwa
diantara 11
Kabupaten/Kota yang ada di
Provinsi Maluku, Kabupaten Kepulauan Aru merupakan Kabupaten dengan balita gizi kurang (bawah
garis merah) terbesar mencapai 7,2% atau sebanyak 365 balita mengalami keadaan kurang gizi,
selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Seram Bagian Timur 7,1% dan Buru Selatan 4,7% sedangkan
Kabupaten Maluku Tengah, Buru, Kota Tual, dan Maluku Tenggara dilaporkan tidak ada kasus gizi
kurang.Capaian balita gizi kurang di Maluku tahun 2015 mencapai1,6%.

BAB III

STATUS GIZI

A. STATUS GIZI

1. Status Gizi Pada Balita

a. Status Gizi Buruk Balita


Maluku belum terbebas dari kasus gizi buruk, tahun 2010 jumlah balita gizi buruk 275 orang (0,07%),
tahun 2011 balita gizi buruk sebanyak 218 orang atau 0,21%, tahun 2012 jumlah balita gizi buruk
yang ditemukan sebanyak 198 orang dan mendapat perawatan mencapai 98% dan di tahun 2013
jumlah balita gizi buruk yang ditemukan sebanyak 170 orang dan yang mendapat perawatan
sebanyak 157 orang atau 92,35%. Tahun 2014 balita gizi buruk yang ditemukan sebanyak 280 balita,
sedangkan Persentase balita gizi buruk yang ditemukan dan mendapat perawatan tahun 2015.

jumlah balita gizi buruk di Provinsi Maluku tahun 2015 yang dilaporkan sebanyak 173 balita.
Kabupaten Kepulauan Aru merupakan kabupaten dengan jumlah balita gizi buruk terbanyak yaitu 65
orang, sedangkan Buru dan Buru Selatan merupakan kabupaten dengan jumlah balita gizi buruk
terendah yaitu 1 orang. Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah 100% atau
semua balita gizi buruk mendapat perawatan di rumah sakit dan puskesmas masing-masing
kabupaten kota kecuali kabupaten Aru dengan persentase perawatan 98,5%.. Setiap tahun lebih dari
sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau
anaknya mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta perkembangan
fisik dan mentalnya akan lambat.

b. Status Gizi Balita Menurut Indikator BB/U

Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum.
Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut
karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan
yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare
atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut).

berdasarkan hasil
Riskesdas 2013 prevalensi
status gizi balita (BB/U)
tertinggi di Maluku adalah
gizi baik sebesar 67,2% dan mempunyai persentase terendah yaitu gizi lebih sebesar 4,5%.

Daftar Pustaka
http://repository.unimus.ac.id

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2015

Riskesdas 2013

Anda mungkin juga menyukai