Anda di halaman 1dari 309

PROFIL KESEHATAN

PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang - Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1


menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses
terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan
dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi - tingginya. Pada pasal 168 juga
menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan
efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan
melalui kerjasama lintas sektor. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan bahwa
pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses
terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Salah satu luaran dari sistem informasi ini adalah Profil Kesehatan,
yang merupakan paket penyajian data/informasi kesehatan yang lengkap, berisi
data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan
data/informasi terkait lainnya. Profil kesehatan provinsi disusun berdasarkan profil
kesehatan kabupaten/lkota dan hasil pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan provinsi, termasuk hasil lintas sektor terkait. Profil kesehatan
provinsi ini dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap
pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan
pelayanan minimal yang telah dilakukan oleh kabupaten/kota serta provinsi
Provinsi Maluku merupakan salah satu daerah kepulauan yang ada di
Indonesa yang terdiri dari 9 kabupaten dan 2 kota serta 1.340 pulau. Luas wilayah
2
Provinsi Maluku sebesar 712.479,65 km yang terdiri dari luas lautan sebesar
2 2
658.294,69 km (92,4%) dan luas daratan 54.185km (7,6%). Dengan panjang
2
garis pantai 10.662 km . Provinsi Maluku memiliki 3 kabupaten yang termasuk
Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) yaitu Maluku Barat Daya,
Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru, sedangkan yang termasuk Daerah
Bermasalah Kesehatan (DBK) ada 7 kabupaten yaitu Seram Bagian Barat, Seram

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 1


Bagian Timur, Buru, Buru Selatan, Maluku Barat Daya, Maluku Tenggara Barat dan
Kepulauan Aru. Sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku memiliki beberapa program prioritas antara lain
kesehatan ibu dan anak, penanggulangan penyakit menular, pelayanan kesehatan
masyrakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan serta sarana prasarana yang
memudahkan jangkauan pelayanan bagi masyarakat terutama di daerah DTPK
(Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan).

Profil kesehatan provinsi diterbitkan secara berkala setiap setahun sekali.


Penerbitan Profil Kesehatan berdasarkan data tahun kelender yaitu Profil
Kesehatan Tahun 2015 berisi data bulan Januari s/d Desember 2015. Dalam setiap
penerbitan Profil Kesehatan Provinsi Maluku, selalu dilakukan berbagai upaya
perbaikan, baik dari segi materi, analisis maupun bentuk tampilan fisiknya, sesuai
masukan dari para pengelola program di Dinas Kesehatan Provinsi maupun Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan para pemakai pada umumnya
Buku Profil Kesehatan Provinsi Maluku merupakan salah satu media
informasi pembangunan yang memberikan informasi tentang kondisi kesehatan di
Provinsi Maluku. Diharapkan dengan tersedianya buku profil ini dapat bermanfaat
dan digunakan sebagai dasar perencanaan dan kebijakan kesehatan pada tahun
yang akan datang.

B.TUJUAN
1. Tujuan Umum

Penyusunan profil kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2015 bertujuan untuk


menyediakan data dan informasi tentang gambaran kesehatan secara menyeluruh
di Provinsi Maluku, serta membantu meningkatkan manajemen dan perbaikan
perencanaan pembangunan kesehatan.

2. Tujuan Khusus

a. Tersedianya Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Maluku tahun 2015 yang
meliputi data geografis, demografi, data sosial ekonomi, indikator derajat

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 2


kesehatan, kesehatan keluarga dan masyarakat, sumber daya kesehatan,
tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan sarana prasarana kesehatan
b. Tersedianya data dan informasi kesehatan sebagai alat untuk mengevaluasi
hasil cakupan berbagai program dan data-data lain yang selama ini diolah dan
dilaporkan di Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.
c. Tersedianya dokumen hasil evaluasi kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
sebagai bahan acuan dalam pengambil kebijakan bagi para pemimpin dalam
perencanaan kesehatan kedepan.

C. SISTEMATIKA

Adapun Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Maluku tahun 2015,


terdiri atas IX (Sembilan) Bab antara lain :

Bab-I : Pendahuluan
Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan Maluku
dan sistematika penyajiannya.

Bab-II : Gambaran Umum dan Perilaku penduduk


Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Maluku,yang
meliputi uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum
lainnya, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan
seperti kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku,
dan Kesehatan lingkungan.
Bab-III : Indikator Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, bayi,
balita, ibu dan angka kesakitan.

Bab-IV : Kesehatan Keluarga


Bab ini menguraikan tentang cakupan pelayanan kesehatan kepada ibu,
bayi, balita, status gizi dan pelayanan KB

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 3


Bab-V : Pengendalian Penyakit
Bab ini menguraikan tentang pengendalian penyakit menular, penyakit
tidak menular, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
dan penyakit bersumber binatang serta kejadian luar biasa (KLB)

Bab-VI : Sumber Daya Kesehatan


Bab ini diisi menjelaskan tentang sarana prasarana kesehatan yang
meliputi rumah sakit, puskesmas dan jaringannya serta Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

Bab-VII : Tenaga Kesehatan


Bab ini menggambarkan tenaga kesehatan yang ada di Provinsi
Malukudengan berbagai profesi pendidikan dan persebarannya di 11
kabupaten kota di Maluku

Bab-VIII : Pembiayaan Kesehatan


Bab ini menguraikan tentang sumber dana kesehatan yang
meliputialokasi dan realisasi anggaran baik dari APBN, APBD, bantuan
dunia maupun sumber lainnya
Bab-IX : Penutup
Lampiran : Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian di Provinsi
Maluku dan 81 tabel data kesehatan yang terkait responsif gender.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 4


BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

A. KEADAAN GEOGRAFIS
Sesuai SK Gubernur Nomor 125.a Tahun 2013 tentang Penetapan Jumlah,
Nama dan Nomor Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan Provinsi Maluku tahun
2013, maka secara administratif Provinsi Maluku terbagi atas 9 Kabupaten yaitu
Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Timur, Seram Bagian Barat, Buru, Buru
Selatan, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Maluku Barat
Daya dan 2 Kota yaitu Kota Ambon dan Kota Tual. 118 Kecamatan, 1.135 desadan
34 kelurahan.
0
Menurut letak astronomis, maka wilayah Provinsi Maluku terletak antara 2
0 0 0
30’ -9 Lintang Selatan dan 124 -136 Bujur Timur yang berbatasan dengan Laut
Seram di sebelah utara, Lautan Indonesia dan Laut Arafura di sebelah selatan,
Pulau Irian/Provinsi Papua di sebelah Timur dan Pulau Sulawesi/Laut Sulawesi
disebelah Barat.
Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 1.340 pulau
dan dari sejumlah pulau tersebut, terdapat beberapa pulau yang tergolong pulau
besar. Daratan Provinsi Maluku tidak terlepas dari gugusan gunung dan danau
yang terdapat hampir di seluruh Kabupaten / Kota, yang berjumlah 4 (empat)
gunung dan 11 (sebelas) danau. Adapun gunung yang tertinggi yaitu Gunung
Binaya dengan ketinggian 3.055 M, terletak di Pulau Seram, Kabupaten Maluku
Tengah.

B. IKLIM
Wilayah Kepulauan Maluku dipengaruhi oleh Iklim Tropis dan Iklim Musim,
hal ini disebabkan Provinsi Maluku terdiri dari pulau-pulau dan dikelilingi oleh lautan
yang luas.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 5


GAMBAR 2.1
JUMLAH DESA DAN KELURAHAN MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

200 182

180
160
160

140
117 117
120
92
100 80 86 82 81
80
60
30
40 20 27
20
1 1 5 0 0 0 0 2 0 3
0

DESA

KELURAHAN
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2015

C. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Provinsi Maluku berdasarkan hasil Sensus tahun 2010
mencapai 1.533.506 jiwa. Jumlah ini meningkat dari tahun ke tahun. Sesuai hasil
estimasi penduduk 2011 mencapai 1.570.657 jiwa, tahun 2012 menjadi 1.599.505
jiwa, tahun 2013 menjadi 1.628.413, tahun 2014 menjadi 1.657.409 jiwa dengan
jumlah penduduk laki-laki 836.111 jiwa dan perempuan 821.298 jiwa dan tahun 2015
menjadi 1.690.620 dengan jumlah penduduk laki-laki 857.130 jiwa dan perempuan
833.490 jiwa.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 6


GAMBAR 2.2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

MBD 72.010
ARU 91.277
MTB 108.665
MALRA 98.684
TUAL 81.621
BURSEL 59.289
BURU 124.022
SBT 107.008
SBB 168.134
MALTENG 368.293
AMBON 411.617

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2015

Gambar 2.2 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil estimasi jumlah


penduduk tertinggi di Maluku terdapat di Kota Ambon dengan jumlah penduduk
sebesar 411.617 jiwa diikuti oleh Kabupaten Maluku Tengah sebesar 368.293 jiwa.
Sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di Kabupaten Buru Selatan dengan
jumlah penduduk sebesar 59.289 jiwa dan Kabupaten Maluku Barat Daya sebesar
72.010 jiwa
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam
bentuk piramida penduduk seperti yang terlihat pada gambar 2.3. Piramida bagian
kiri menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan piramida bagian kanan
menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Piramida tersebut menggambarkan
struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa dan tua.
Struktur penduduk ini dapat dipergunakan sebagai dasar kebijakan bagi
kependudukan, sosial, budaya, dan ekonomi.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 7


GAMBAR 2.3
PIRAMIDA PENDUDUK PROVINSI MALUKUTAHUN 2015

70 - 74

60 - 64

50 - 54

40 - 44 PEREMPUAN
30 - 34 LAKI-LAKI

20 - 24

10 - 14

0-4
(100.000) (50.000) - 50.000 100.000
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2015

Gambar 2.3 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak


dari pada perempuan. Dari 1.690.620 jiwa penduduk Maluku, penduduk berusia 0-
14 tahun sebanyak 499.842 jiwa, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebanyak
1.132.241 jiwa dan yang berusia tua (≥ 65 tahun) sebanyak 58.537 jiwa.
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa struktur penduduk Provinsi Maluku
termasuk struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah
penduduk usia 0-14 tahun lebihy banyak dibandingkan usia di atasnyayang masih
tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia balita,
remaja dan produktif terutama pada kelompok umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun,
baik laki-laki maupun perempuan. Bagian atas yang lebih pendek pada piramida
tersebut menunjukkan angka kematian yang masih tinggi pada penduduk usia tua.
Kondisi ini menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua.
Konsentrasi penduduk di suatu wilayah dapat di pelajari dengan
menggunakan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata-rata
jumlah penduduk per 1 kilometer persegi. Semakin besar angka kepadatan
penduduk menunjukkan bahwa semakin padat penduduk yang mendiami wilayah
tersebut. Rata-rata kepadatan penduduk di Maluku tahun 2015 berdasarkan hasil

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 8


estimasi Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku sebesar 30 penduduk per kilometre
persegi. Kepadatan penduduk berguna sebagai acuan dalam rangka mewujudkan
pemerataan dan persebaran penduduk.

GAMBAR 2.4
2
KEPADATAN PENDUDUK PER KM DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

MBD 0,99
ARU 14,2
MTB 1,83
MALRA 97,93
TUAL 3,45
BURSEL 11,72
BURU 16,33
SBT 0,16
SBB 24,2
MALTENG 31,76
AMBON 10,13

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2015

Gambar 2.4 memperlihatkan bahwa kepadatan penduduk di Maluku belum


merata. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara.
Kepadatan penduduk terendah terdapat di Kabupaten Seram Bagian Timur
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering
digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban
Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang
menyatakan perbandingan antarabanyaknya orang yang tidak produktif (umur di
bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang
termasuk umur produktif (umur 15–64 tahun). Secara kasarperbandingan angka
beban tanggungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umurproduktif
terhadap umur non produktif. Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang
secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 9


persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang
semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung
penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi.
TABEL 2.1
JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUTJENIS
KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN
NON RODUKTIF DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

USIA L P L+P

0-14 Tahun 253.786 244.976 498.762

15-64 Tahun 575.965 556.276 1.132.241

65 Tahun ke atas 27.379 31.158 58537

Jumlah 857.130 833.490 1.690.620

Angka beban 48.81 49.63 49.22


tanggungan

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2015

D. EKONOMI
Secara umum struktur ketenagakerjaan di Provinsi Maluku pada bulan
Februari 2015 mengalami perubahan yang cukup signifikan bila dibandingkan
dengan keadaan setahun lalu. Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada
Februari 2015 tercatat sebanyak 711.056 orang, sedangkan pada Februari 2014
tercatat sebanyak 728.078 orang. Sementara jumlah penduduk yang bekerja di
Provinsi Maluku pada Februari 2015 sebanyak 663.261 orang, dan pada Februari
2014 tercatat sebanyak 680.075 orang. Jumlah penganggur pada Februari 2015
tercatat sebanyak 47.795 orang penganggur sedangkan pada Februari 2014

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 10


sebanyak 48.003 orang penganggur. Meskipun jumlah penganggur menurun,
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menunjukkan peningkatan dari 6,59 persen
pada Februari 2014 menjadi 6,72 persen pada Februari 2015 atau tingkat
pengangguran naik sebesar 0,13 poin.
TABEL 2.2
PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN
PROVINSI MALUKU TAHUN 2015
KEGIATAN UTAMA 2015

Bekerja 663.261

Tidak bekerja (pengangguran 47.795


terbuka)

Sekolah 152.139

Mangurus Rumah Tangga 208.495

Lainnya 44.382

Tingkat partisipasi angkatan kerja 63,71


(TPAK)

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) 6,72

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2015

Pengukuran kemiskinan dari BPS menggunakan konsep memenuhi


kebutuhan dasar (basic need approach). Kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi
dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak‐hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat.
Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu
dilihat karena merupakan dasar ukuran kemiskinan relative. Pengukuran distribusi
pendapatan selama ini dilakukan dengan menggunakan data pengeluaran.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 11


Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan maupun non makanan yang diukur dari
pengeluaran.
Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar
kebutuhan minimum, baik untuk makanan maupun non makanan yang harus
dipenuhi seseorang untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum
tersebut digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahkan antara penduduk
miskin dan tidak miskin. Garis pembatas tersebut yang sering disebut dengan garis
kemiskinan. Kategori penduduk miskin adalah penduduk dengan tingkat
pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan.

TABEL 2.3
JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI MALUKU
MARET 2013 - MARET 2015

TAHUN PENDUDUK PERSENTASE


MISKIN

Maret 2013 315.990 19,49

Maret 2014 316.110 19,13

Maret 2015 328,410 19,51

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2015

Tabel 2.3 memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah penduduk miskin di


Maluku dari tahun 2013 sebanyak 315.990 penduduk menjadi 316.110 penduduk
pada tahun 2014, dan kembali meningkat pada tahun 2015 sebanyak
328,410penduduk Bila dilihat dari persentase angka kemiskinan mengalami
penurunan pada pada tahun 2013 tetapi secara jumlah, penduduk miskin
mengalami peningkatan.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 12


E. PENDIDIKAN
Komponen pengukuran tingkat pembangunan manusia suatu negara yang
cukup berpengaruh yaitu komponen pendidikan. Perubahan yang terjadi secara
terus menerus pada perilaku masyarakat disebabkan oleh semakin meningkatnya
tingkat pendidikan. Pendidikan juga merupakan salah satu syarat mutlak
pencapaian tujuan pembangunan manusia, dan merupakan target pembangunan
sekaligus sarana pembangunan nasional. Pendidikan berkontribusi terhadap
perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi pelopor utama dalam rangka
penyiapan sumber daya manusia. Untuk peningkatan peran pendidikan dalam
pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan salah satunya dengan
meningkatkan rata-rata lama sekolah.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan
dan keterampilan manusia. Peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan,
dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk
mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana pendidikan. Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki seseorang
merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal
Semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu
negara semakin tinggi taraf intelektualitas negara tersebut. Indikator pendidikan
lainnya adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu persentase penduduk berumur 15
tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat
sederhana dalam hidupnya sehari-hari.
Penggunaan AMH adalah untuk :
1. Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di
daerah perdesaan yang masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah
bersekolah atau tidak tamat SD;
2. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi
dari berbagai media;
3. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Angka
melek huruf mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus
kontribusi terhadap pembangunan daerah. Semakin besar angka melek huruf

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 13


diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan sehingga tingkat kesejahteraan
dapat semakin meningkat.
Ketersediaan fasilitas pendidikan turut menentukan capaian pendidikan di
Maluku. Pada jenjang pendidikan SD di Provinsi Maluku untuk tahun ajaran
2014/2015 seorang guru rata-rata mengajar 13 murid SD, untuk jenjang pendidikan
SMP rata-rata seorang guru mengajar 14 murid dan di jenjang SMA beban seorang
guru mengajar sebanyak 15 murid. Jumlah sekolah yang tersedia di jenjang
pendidikan adalah sebanyak 1.687 sekolah untuk tingkat SD, 570 untuk jenjang
SMP dan jenjang SMA hanya 232 sekolah (BPS, 2015). Untuk jenjang pendidikan
perguruan tinggi, di Maluku terdapat empat buah perguruan tinggi negeri. Terjadinya
ketimpangan distribusi sarana dan prasana pendidikan di kabupaten dan kota
Provinsi Maluku terlihat dari kabupaten dan kota yang memiliki kelebihan guru di
bandingkan dengan ketersediaan sekolah dan murid sehingga menyebabkan
inefisiensi anggaran keuangan daerah dan sumberdaya manusia. Selain itu terjadi
kekurangan guru di beberapa Kabupaten/kota yang mengakibatkan proses belajar
mengajar pada sekolah-sekolah tertentu menjadi tidak efektif.

F. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering kali mendapatkan


perhatian khusus dalam menilai kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik.
Kesehatan lingkungan dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin kesehatan manusia. Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO
diantaranya meliputi penyediaan air minum serta pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran. Berdasarkan hal tersebut, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan mengadakan Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2013 (Riskesdas 2013). Tujuan dari Riskesdas 2013 terkait topik
kesehatan lingkungan adalah mengevaluasi program yang sudah ada,
menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan, dan mengidentifikasi faktor

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 14


risiko lingkungan berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan. Untuk
menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator sebagai
berikut :

1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas


Komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDG’s) yaitu
memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga
setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum
layak dan sanitasi dasar hingga 2015. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
menyatakan bahwa air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha milik
negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha
perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang melakukan
penyelenggaraan penyediaan air minum.
Tidak semua air dapat diminum, syarat-syarat kualitas air minum yang sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan dimaksud, syarat fisik air yaitu : Tidak berbau,
tidak berasa, dan tidak berwarna; dan bebrapa persyaratan meliputi :
 Parameter Mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum yang
di perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel;
 Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5;
 Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air);
 Tidak menimbulkan endapan;
 Dan parameter tambahan lainnya.
Jika air yang kita konsumsi menyimpang dari persyaratan di atas, maka sangat
mungkin air telah tercemar.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 15


GAMBAR 2.5
PROPORSI RUMAH TANGGA PENGGUNA SUMBER AIR BERSIH
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2011 – 2015

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 2.5 memperlihatkan bahwa proporsi rumah tangga pengguna


sumber air bersih tertinggi di Provinsi Maluku pada tahun 2012 sebanyak 97,05%,
dan mengalami penurunan hingga tahun 2015 sebanyak 47,7 %. Berdasarkan hasil
Riskesdas 2013, kualitas fisik air minum di Maluku termasuk dalam kategori baik
(tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa tidak berbusa dan tidak berbau) sebesar
92,5%.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 16


GAMBAR 2.6
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS SUMBER AIR MINUM
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 2.6 memperlihatkan bahwa proporsi rumah tangga berdasarkan


jenis sumber air minum di Maluku tertinggi bersumber dari perpipaan yaitu sebesar
7,90% dan terendah bersumber dari terminal air yaitu sebesar 0,14%, sedangkan
berdasarkan hasil cakupan penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air
minum di Provinsi Maluku, ada 2 (dua) kab/kota yang tidak memasukan laporan.
Cakupan akses air minum bersih dan layak tertinggi adalah Kota Ambon 90,20%,
hal ini di sebabkan karena adanya program PAM STBM (Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) sehingga masyarakat dapat mengakses air
minum mengalami peningkatan, sedangkan akses terhadap air minum yang paling
rendah adalah Kabupaten Buru dengan cakupan 8,20%.
Telah diuraikan bahwa air yang layak diminum, mempunyai standar tertentu
yaitu air yang telah memenuhi persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologis, dan
syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi apabila satu diantara parameter ada
yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk diminum. Oleh
sebab itu diperlukan pengolahan air minum.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 17


GAMBAR 2.7
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MENGOLAH AIR MINUM SEBELUM
DIMINUM DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

MBD 98,4
BURSEL 97,7
SBB 96,6
MALTENG 94,9
MTB 94,5
KEP.ARU 94,0
MALRA 93,7
MALUKU 87,8
SBT 87,2
AMBON 77,1
TUAL 76,5
BURU 68,5
0 20 40 60 80 100 120

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 2.7 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas 2013,


proporsi rumah tangga yang mengolah air minum sebelum diminum. sebesar
87,8%. Proporsi terbesar terdapat di Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu sebesar
98,4% dan terendah di Kabupaten Buru yaitu sebesar 68,5%

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 18


GAMBAR 2.8
PROPORSI RUMAH BERDASARKAN CARA PENGOLAHAN AIR MINUM
SEBELUM DIMINUM DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013
0 0,1 3,0
6,2
DISARING DAN TAMBAH
LARUTAN TAWAS
TAMBAH LARUTAN
TAWAS
PENYINARAN MATAHARI

DISARING SAJA

90,6
PEMANASAN/DIMASAK

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 2.8 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas 2013 cara


pengolahan air minum yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara dimasak
yaitu sebesar 90,6%, cara ini paling banyak dilakukan di Kabupaten Maluku
Tenggara yaitu sebesar 98% dan terendah di Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu
sebesar 67,5%, sedangkan cara pengolahan air minum yang paling jarang
dilakukan adalah disaring dan ditambah larutan tawas yaitu sebesar 0,1%
Berdasarkan kriteria dari JMP WHO-UNICEF 2006, akses ke sumber air
minum dibedakan menjadi dua, yaitu improved dan unimproved. Yang dimaksudkan
dengan Improved yaitu rumah tangga yang mempunyai akses ke sumber air minum
air ledeng/PDAM, sumur bor/pompa, sumur gali terlindung, mata air terlindung,
penampungan air hujan, air kemasan (hanya jika sumber air untuk keperluan rumah
tangga lainnya improved). Sedangkan Unimproved yaitu rumah tangga yang
mempunyai akses ke sumber air minum air kemasan, air isi ulang, air ledeng
eceran/membeli, sumur gali tidak terlindung dan mata air tidak terlindung, air
sungai/danau/irigasi

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 19


GAMBAR 2.9
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP SUMBER
AIR MINUM IMPROVED BERDASARKAN KRITERIA
JMP WHO-UNICEF 2006 DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

MALTENG 77,1
MALRA 75,6
KEP.ARU 73,5
TUAL 73,2
MBD 72,2
MALUKU 68,5
AMBON 64,1
MTB 62,7
BURSEL 56,4
SBT 55,6
BURU 55,0
- 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 2.9 memperlihatkan bahwa berdasarkan Hasil Riskesdas tahun


2013, proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum
improved. yaitusebesar 68,5% dengan persentase tertinggi di Kabupaten Seram
Bagian Barat sebesar 77,5% dan presentase terendah di Kabupaten Buru sebesar
55.0%
Upaya untuk meningkatkan akses air minum dan kualitas air minum yang
layak secara nasional terus menerus dilakukan, akan tetapi masih banyak kendala
dalam pencapaiannya, antara lain :
1. Adanya kecenderungan meningkatnya penggunaan air kemasan dan isi ulang
sebagai sumber air minum, sementara itu air kemasan dan isi ulang tidak
termasuk sebagai sumber air minum layak. Hal ini terjadi disebabkan oleh
pendataan yang dilakukan saat ini hanya memotret akses terhadap sumber air
yang digunakan untuk minum, belum memperhitungkan kondisi rumah tangga
yang memiliki lebih dari satu sumber air yang layak untuk diminum;
2. Penyediaan infrastruktur air minum yang ada belum dapat mengimbangi laju
pertumbuhan penduduk, maupun faktor urbanisasi dan peningkatan konsumsi;

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 20


3. Untuk penyediaan air minum perpipaan, beberapa permasalahan pada tingkat
operator air minum yaitu minimnya biaya operasional dan pemeliharaan,
rendahnya tarif, terbatasnya SDM yang kompeten dan pengelolaan yang
kurang efisien;
4. Terdapat kerusakan di berbagai sarana air minum yang dipakai di masyarakat,
termasuk, sumber air minum Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) yang tidak
terlindungi yang mencapai 10,54%.

2. Sanitasi Layak
Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari
masyarakat yang sehat, serta elemen penting yang berhubungan dengan
kesehatan lingkungan dan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya
kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari
turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum,
meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya berbagai penyakit yang
penularannya melalui air (Water Borne Diseases).

GAMBAR 2.10
PROPORSI PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI YANG
LAYAK (JAMBAN SEHAT) DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2011 – 2015

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 21


Gambar 2.10 memperlihatkan bahwa capaian presentase penduduk
terhadap penggunaan jamban sehat capaiannya meningkat dari tahun 2014
sebesar 28,76 % menjadi 31,9% di tahun 2015. Sedangkan dari hasil persentase
penduduk yang akses terhadap Sanitasi yang layak di Provinsi Maluku, ada empat
kab/kota yang tidak memasuksan laporan. Capaian tertinggi di Kota Ambon dengan
persentase 81,90%. Hal ini disebabkan karena adanya kesadaran dari masyarakat
tentang pentingnya BAB (Buang Air Besar) di jamban, sedangkan persentase
penduduk yang akses terhadap sanitasi layak yang paling terendah Kabupaten Aru
sebesar 6,7%.

GAMBAR 2.11
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS TEMPAT
BUANG AIR BESAR DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013
2,9
3,0
5,4 LEHER ANGSA

PLENGSENGAN

CEMPLUNG/CUBLUK/LUBA
NG TANPA LANTAI
CEMPLUNG/CUBLUK/LUBA
NG DENGAN LANTAI
88,8

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 2.11 memperlihatkan bahwa jenis tempat buang air besar yang
digunakan, sebagian besar rumah tangga di Maluku menggunakan kloset berjenis
leher angsa yaitu 88,8%, plengsengan sebesar 5,4%, cemplung/cubluk/lubang
tanpa lantai sebesar 3,0%, dan cemplung/cubluk/lubang dengan lantai sebesar
2,9%.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 22


GAMBAR 2.12
PROPORSI RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
TINJA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

0,5
13,3 TANGKI SEPTIK

SPAL
4,2

KOLOM/SAWAH

11,7 SUNGAI/DANAU/LAUT

LUBANG TANAH
0,3
3,6
66,5 PANTAI/TANAH
LAPANG/KEBUN
LAINNYA

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 2.12 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas 2013 ada


66,5% rumah tangga di Maluku yang menggunakan tangki septik sebagai tempat
pembuangan akhir tinja. Rumah tangga yang menggunakan tempat pembuangan
akhir tinja SPAL sebesar 3,6%, kolam/sawah sebesar 0,3%, sungai/danau/laut
sebesar 11,7%, lubang tanah sebesar 4,2% dan pantai/tanah lapang/kebun sebesar
13,3%.
Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, akses sanitasi dikatakan layak
apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama,
jenis kloset yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir
tinjanya menggunakan tangki septik atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL).
Adapun syarat tempat pembuangan tinja atau jamban yang baikadalah sebagai
berikut :
1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 23


2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur
3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
Sedangkan untuk akses terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi)
digunakan kriteria JMP WHO - Unicef tahun 2006. Menurut kriteria tersebut, rumah
tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved adalah rumah
tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri, jenis tempat
buang air besar jenis leher angsa atau plengsengan, dan tempat pembuangan akhir
tinja jenis tangki septik.

GAMBAR 2.13
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES
TERHADAP FASILITAS SANITASI IMPROVED BERDASARKAN
KRITERIA JMP WHO-UNICEF 2006 PROVINSI MALUKU TAHUN
2013

AMBON 77,2
MALRA 63,3
MALTENG 58,9
TUAL 56,7
MALUKU 54,2
SBB 46,9
BURU 46,9
MTB 46,3
MBD 34,7
SBT 32,7
KEP.ARU 25,3
BURSEL 23,3
0 20 40 60 80 100

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 24


Gambar 2.13 memperlihatkan bahwa proporsi rumah tangga yang memiliki
akses terhadap fasilitas sanitasi improved berdasarkan kriterian JMP WHO-UNICEF
2006 di Maluku sebesar 54,2%. Proporsi tertinggi terdapat di Kota Ambon sebesar
77,2%, sedangkan proporsi terendah terhadap fasilitas sanitasi improved terdapat
di Kabupaten Buru Selatan sebesar 23,3%
Upaya untuk dapat meningkatkan sanitasi yang layak terus menerus
dilakukan, akan tetapi masih banyak kendala dalam pencapaiannya antara lain :
1. Masih minimnya investasi sektor sanitasi, karena belum mempunyai nilai
ekonomis secara langsung,
2. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara instan,
cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan
petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam
kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan
3. Belum meratanya ketersediaan sarana sanitasi yang mudah, murah, dan
terjangkau oleh masyarakat
Upaya terobosan/inovasi dalam rangka akselerasi pencapaian target melalui
pengalokasian dana APBN dalam bentuk kegiatan Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (PAM-STBM) yang diharapkan dapat
meningkatkan akses penduduk terhadap sumber air dan sanitasi yang layak melalui
mekanisme Tugas Pembantuan dengan komponen kegiatan rehabilitasi sarana air
Minum Bukan Jaringan Perpipaan dan Pembangunan Sarana Air Minum.
Selain itu dilakukan upaya penguatan Kemitraan Pemerintah – Swasta (KPS)
yakni melibatkan LSM Lokal/Nasional/Internasional, CSR (Corporate Social
Responsibility), donor agency internasional, seperti World Bank, ADB yang
diimplementasikan melalui kegiatan Pamsimas dan ICWRMIP, serta kegiatan lain
yang berorientasi pada pembinaan, penyediaan sarana air minum dan sanitasi
dasar yang layak serta terbangunnya perilaku hidup bersih dan sehat bagi
masyarakat dengan menggunakan pendekatan STBM

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 25


3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah
stop Buang Air Besar Sembarangan minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM
atau natural leader, dan telah mempunyai rencana kerja STBM atau rencana tindak
lanjut. STBM menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan air minum dan
penyehatan lingkungan secara keseluruhan. Sanitasi total berbasis masyarakat
sebagai pilihan pendekatan, strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene
dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode
pemicuan dalam rangka mencapai target MDGs. Pelaksanaan STBM mencakup 5
(lima) pilar yaitu:
1. Stop buang air besar sembarangan,
2. Cuci tangan pakai sabun,
3. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga,
4. Pengelolaan sampah dengan benar, dan
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.

GAMBAR 2.14
PROPORSI DESA YANG MELAKSANAKAN STBM
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 26


Gambar 2.14 memperlihatkan bahwa Tahun 2015 jumlah desa
melaksanakan STBM sebanyak 354 desa (28,6%) dari total keseluruhan desa di
Provinsi Maluku yaitu 1.237 desa, dan yang memenuhi syarat sebagai desa STBM
adalah 110 desa (8,89%) sedangkan desa stop Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) sebanyak 78 desa (6,31%)

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Dalam upaya meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi
Kesehatan Kemenkes RI berupaya meningkatkan persentase rumah tangga ber-
PHBS. Program tersebut merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai
rumah tangga ber-PHBS, terdapat beberapa indikator yang dipantau, yaitu:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan
orang yang ahli dalam membantu persalinan. Jika ada kelainan dapat diketahui
dan ditolong. Peralatan tenaga kesehatan aman dan steril.
2. Memberi bayi ASI eksklusif. Keunggulan ASI diantaranya kandungan gizinya
sesuai kebutuhan bayi, mengandung zat kekebalan, melindungi alergi, terjamin
kebersihannya, tidak basi, memperbaiki refleks menghisap, menelan, dan
pernapasan bayi.
3. Menimbang balita setiap bulan. Manfaat yang didapatkan diantaranya
mengetahui apakah balita tumbuh sehat, mencegah gangguan pertumbuhan
balita, mengetahui balita sakit, berat badan dibawah garis merah, gizi buruk,
kelengkapan imunisasi, penyuluhan gizi.
4. Menggunakan air bersih. Manfaat air bersih yaitu menghindarkan dari
gangguan penyakit seperti diare, kolera thypus dan lain-lain. Sumber air bersih
dari mata air, sumur atau pompa, ledeng, air hujan atau air kemasan.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, membunuh kuman yang ada di
tangan, mencegah penularan penyakit seperti diare, ISPA, penyakit kulit.
6. Menggunakan jamban sehat. Syarat jamban sehat yaitu tidak mencemari
sumber air minum, tidak berbau, kotoran tidak dapat dijamah serangga dan tikus,

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 27


tidak mencemari tanah sekitar, aman dan mudah dibersihkan, dilengkapi dinding
dan atap, penerangan dan ventilasi cukup, lantai kedap air dan luas ruangan
memadai, tersedia air, sabun dan alat pembersih.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan cara 3M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus
Menghindari gigitan nyamuk). Menguras dan menyikat tempat penampungan air.
Menutup rapat tempat penampungan air. Mengubur atau menyingkirkan barang
bekas yang dapat menampung air.
8. Makan sayur dan buah setiap hari. Manfaat makanan berserat diantaranya
mencegah diabetes, melancarkan buang air besar, menurunkan berat badan,
membantu pembersihan racun, mencegah kanker, mengatasi anemia,
membantu perkembangan bakteri baik dalam usus.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Dilakukan sedikitnya 30 menit setiap hari
berupa pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang
penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

GAMBAR 2.15
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG BER-PHBS
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 28


Gambar 2.15 memperlihatkan bahwa persentase rumah tangga yang ber-
PHBS tahun 2015 di Maluku sebesar 35,6% dengan persentase tertinggi di
Kabupaten Maluku Barat Daya sebesar 71,2% dan terendah di Buru sebesar 7,6%.
Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2014 yaitu sebesar 39,9%. Penurunan
jumlah ini disebabkan karena telah dilakukan pelatihan dan pembinaan kepada
petugas puskesmas dan kader, tentang cara pengambilan data yang benar
sehingga secara kuantitatif persentase rumah tangga ber-PHBS menurun namun
sacara kualitatif meningkat.

G. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan suatu ukuran


standard pembangunan manusia yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) atau
Human DevelopmentIndex (HDI). Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator,
yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan
kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup merepresentasikan dimensi
umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah mencerminkan capaian pembangunan di bidang pendidikan. Sedangkan
indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok
yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan
yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup lebih layak.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 29


GAMBAR 2.16
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

79,3
68,85
63,02 65,75 65,2 63,35
60,27 61,48 60,26 60,5 58,64

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku 2015

Gambar 2.16 memperlihatkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia


Provinsi Maluku Tahun 2015 sebesar 67.05 dengan IPM Kabupaten/Kota tertinggi di
Kota Ambon sebesar 79.3 dan terendah di Kabupaten Seram Bagian Timur sebesar
60.27
Strategi pembangunan nasional menempatkan sumber daya manusia
sebagai perspektif pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, factor
pendidikan dan kesehatan merupakan 2 hal penting yang sangat efektif bagi
pembangunan manusia. Kedua faktor ini merupakan kebutuhan dasar manusia
yang perlu dimiliki untuk meningkatkan potensinya dalam pembangunan.
Pendidikan tercermin dalam rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf
sedangkan pembangunan bidang kesehatan tercermin dalam usia harapan hidup
waktu lahir.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 30


BAB III
INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN

Penilaian terhadap derajat kesehatan dapat menggunakan beberapa


indikator yaitu angkamortalitas yang terdiri dari Angka Kematian Bayi (AKB),
Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI)serta indikator
Morbiditas yaitu Angka Kesakitan beberapa penyakit dan Status Gizi pada balita.
Adapun gambaran dari setiap indikator yang berpengaruh pada derajat kesehatan
adalah sebagai berikut:

A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)

1. Angka Kematian Bayi (AKB)


Kematian bayi adalah kematian yang terjadi setelah bayilahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun. Secara garis besar, penyebab kematian bayi ada
dua factor yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum
disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan
pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang
dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau
didapat selama satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka Kematian Bayi
atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah kematian bayi dibawah satu tahun
pada setiap 1.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan indikator yang sensitif
terhadap ketersediaan, pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
perinatal disamping juga merupakan indikator terbaik untuk menilai pembangunan
sosial ekonomimasyarakat secara menyeluruh.
Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Rendah jika AKB kurang dari 20.
2. Sedang jika AKB antara 20 – 49.
3. Tinggi jika AKB antara 50 – 99.
Angka kematian bayi yang dilaporkan di Provinsi Maluku pada Tahun 2015
adalah 4 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya dari 1.000 kelahiran bayi terdapat

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 31


4 orang bayi yang meninggal. Data trend angka kematian bayi empat tahun terakhir
dapat dilihat pada gambar berikut 3.1 dan lampiran tabel 5

GAMBAR 3.1
TREND ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KH
DI PROVINSI MALUKU 2011 - 2015

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011 - 2015

Gambar 3.1 memperlihatkan bahwa angka kematian bayi di Provinsi Maluku


mengalami penurunan dari tahun 2014 ke 2015 yaitu dari 9 bayi per 1000 Kelahiran
Hidup menjadi 4 kematian bayi per 1.000 Kelahiran Hidup.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 32


GAMBAR 3.2
PETA JUMLAH KEMATIAN BAYI KAB/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Kota Tahun, 2015

Gambar 3.2 memperlihatkan bahwa Kabupaten dengan jumlah kematian bayi


tertinggi adalah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yaitu 22 kasus, sedangkan yang
paling rendah adalah Kabupaten Seram Bagian Timur yaitu 2 kasus. Kabupaten
Maluku Barat Daya melaporkan bahwa tidak ada kasus kematian bayi tahun 2015 di
daerah tersebut.

2. Angka Kematian Balita (AKABA)


Angka kematian balita adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun
tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 (lima) tahun per 1000 kelahiran
hidup. Nilai normatif AKABAdapat dibagi dalam tiga kategori yaitu > 140
tergolongkategori sangat tinggi, antara 71 – 140 tergolong kategori sedang dan <
20 termasuk kategori rendah. Manfaat Indikator ini terkait langsung dengan target
kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan. AKABA kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 33


penduduk yang dapat dihitung berdasarkan estimasi tidak langsung dari berbagai
survey.
Pada gambar 3.2 dijelaskan bahwa semakin gelap degradasi warna pada
peta maka semakin tinggi kematian balita yang dilaporkan, sebaliknya semakin
terang degradasi warna maka semakin rendah kematian balita dilaporkan.
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kabupaten Seram Bagian Timur merupakan
kabupaten yang paling tinggi jumlah kematian balita yaitu 32 kasus, diikuti oleh
Kabupaten Kepulauan Aru yaitu 25kasus dan kabupaten Buru sebesar 24 kasus,
sedangkan jumlah kematian balita terendah di Kota Tual yaitu 11 kasus diikuti oleh
Kota Ambon yaitu 9 dan Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 2. Kabupaten
Maluku Barat Daya melaporkan bahwa tidak ada kasus kematian balita tahun 2015
di daerah tersebut.Trend kematian anak balita di Maluku dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
GAMBAR 3.3
TREND ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KH
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2011 - 2015

Sumber :Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011-2015

Gambar 3.3 memperlihatkan bahwa tahun 2015 trend kematian balita


mengalami penurunan dari 12 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2014 menjadi 5
per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Angka kematian balita di Provinsi Maluku

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 34


masih dikategorikan rendah karena kurang dari 20 kematian per 1.000 kelahiran
hidup

3. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) adalah
banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang
disebabkan karena kehamilannya ataupengelolaannya, dan bukan karena
penyebab lain, per 100.000kelahiran hidup. Angka ini berguna untuk
menggambarkan tingkatkesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan
ibu,kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatanterutama pada
ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas.Informasi mengenai tingginya
MMR akan bermanfaat untukpengembangan program peningkatan kesehatan
reproduksi,terutamapelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman
(making pregnancy safer) serta Program Perencanaan Persalinandan Pencegahan
Komplikasi (P4K) oleh tenaga kesehatan terlatih,penyiapan sistim rujukan dalam
penanganan komplikasi kehamilan,penyiapan keluarga dan suami siaga dalam
menyongsong kelahiran,yang semuanya bertujuan untuk mengurangi
AngkaKematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Cara menghitung AKI adalah membagi jumlah kematian ibu dengan waktu
tertentu didaerah tertentu dengan jumlah kelahiran hidup diwaktu tertentu didaerah
tertentu dikali dengan konstanta. Dua hal yang menjadi indikator terhadap kualitas
pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah adalah
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) atauInfant Mortality Rate (IMR).
Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan
Milenium adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan
perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa yang dimulai September
tahun 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya
adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015.
Dari delapan butir tujuan MDGs, tujuan kelima adalah meningkatkan kesehatan ibu,

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 35


dengan target menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara
1990 – 2015, serta yang menjadi indikator untuk monitoring yaitu angka kematian
ibu, proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan angka
pemakaian kontrasepsi.
Target Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102
kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI)
(yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada
tahun 2015.
Salah satu cara untuk menurunkan AKI di Indonesia adalah dengan
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan persalinan
difasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis
kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan. Trend Angka
Kematian Ibu di Provinsi Maluku dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

GAMBAR 3.4
TREND ANGKA KEMATIAN IBUPER 100.000 PENDUDUK
DI PROVINSI MALUKU 2011 - 2015

Sumber :Profil Kabupaten/Kota Tahun 2011-2015

Gambar 3.4 memperlihatkan bahwa AKI dari tahun 2011 sampai dengan
2015 sangat fluktuatif. Pada tahun 2015 AKI mengalami penaikan yaitu 260 per
100.000 kelahiran hidup yang artinya dari 100.000 kelahiran hidup terdapat 260

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 36


orang ibu yang meninggal, angka ini masih jauh dari target AKI Nasional yaitu 102
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Adapun hal-hal yang menyebabkan masih tingginya Angka Kematian Ibu


(AKI), adalah:

 Terbatasnya pelayanan kesehatan ibu meliputi tenaga dan sarana, serta belum
optimalnya keterlibatan swasta
 Terbatasnya kualitas tenaga kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan responsif
gender, meliputi: antenatal yang terintegrasi, pertolongan persalinan,
penanganan komplikasi kebidanan, dan keluarga berencana.
 Belum adanya sistem pelayanan kesehatan yang sesuai untuk daerah terpencil :
belum ada regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih untuk tindakan
medis khusus, terbatasnya insentif untuk tenaga kesehatan, dan terbatasnya
sarana/dana untuk transportasi (kunjungan dan rujukan)
 Kurangnya dana operasional untuk pelayanan kesehatan ibu, terutama untuk
daerah terpencil
 Kurang optimalnya pemberdayaan masyarakat: ketidaksetaraan gender,
persiapan persalinan serta dalam menghadai kondisi gawat darurat (mandiri) di
tingkat desa
 Belum optimalnya perencanaan terpadu lintas sektor dan lintas program untuk
percepatan penurunan angka kematian ibu.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 37


GAMBAR 3.5
PETA JUMLAH KEMATIAN IBU DAN KEMATIAN IBU BERSALIN KAB/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Kota, 2015

Gambar 3.5 memperlihatkan bahwa Kabupaten dengan angka kematian ibu


bersalin adalah Kabupaten Seram Bagian Barat yaitu 12 kasus, sedangkan pada
Kabupaten Maluku Barat Daya tidak ditemukan kasus kematian ibu bersalin.
Pada gambar di atas juga dijelaskan bahwa semakin gelap degradasi warna
pada peta maka semakin tinggi jumlah kematian ibu yang dilaporkan, sebaliknya
semakin terang degradasi warna maka semakin rendah jumlah kematian ibu
dilaporkan. Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Seram Bagian Timur
merupakan kabupaten yang paling tinggi jumlah kematian ibu yaitu 12 kasus, diikuti
oleh Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Maluku Tenggara yaitu 10 kasus,
sedangkanjumlah kematian ibu terendah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yaitu
2 kasus kematian ibu.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 38


Faktor penyebab masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Maluku adalah:

1. Terbatasnya pelayanan kesehatan ibu meliputi tenaga dan sarana, serta belum
optimalnya keterlibatan swasta
2. Terbatasnya kualitas tenaga kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan responsif
gender, meliputi : antenatal yang terintegrasi, pertolongan persalinan,
penanganan komplikasi kebidanan, dan keluarga berencana.
3. Belum maksimal sistem pelayanan kesehatan yang sesuai untuk daerah terpencil
: belum ada regulasi untuk memberikan penguatan kewenangan yang lebih untuk
tindakan medis khusus, serta terbatasnya insentif untuk tenaga kesehatan, dan
terbatasnya sarana/dana untuk transportasi (kunjungan dan rujukan)
4. Kurangnya dana operasional untuk pelayanan kesehatan ibu, terutama untuk
daerah terpencil
5. Belum optimalnya perencanaan terpadu lintas sektor dan lintas program untuk
percepatan penurunan AKI, AKB dan AKABA melalui pembentukan system
rujukan antenatal dan neonatal
6. Belum semua Kabupaten Kota memiliki rumah tunggu kelahiran kecuali Maluku
Tenggara Barat, Kota Tual, Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur

Adapun upaya akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka


Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Maluku adalah
sebagai berikut :
1. Peningkatan kualitas dan cakupan layanan, meliputi :
a. Ante Natal Care (ANC) terpadu di fasilitas kesehatan tingkat pertama,
puskesmas
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan:
penyediaan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, penyediaan fasilitas
pertolongan persalinan di polindes/pustu/puskesmas, kemitraan bidan dengan
dukun bayi, pelatihan bagi nakes.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 39


c. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai
standar: bidan desa di polindes, pustu, puskesmas melalui penguatan
terhadap fasilitas PONED dan PONEK.
d. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran : KIE untuk mencegah 4 terlalu (Terlalu Muda, terlalu
tua, terlalu banyak, terlalu rapat) pelayanan KB berkualitas.
e. Pemantapan kerjasama lintas program dan lintas sektoral : menjalin kemitraan
dengan pemda, organisasi profesi, dan swasta.
f. Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat : meningkatkan
pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan keterlambatan dan
penyediaan buku KIA ; kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi
persalianan dan kegawatdaruratan ; pencegahan 4 terlalu ; penyediaan dan
pemanfaatan yankes ibu dan bayi.
2. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program melalui peningkatan
kemampuan pengelola program, agar mampu melaksanakan, merencanakan
dan mengevaluasi kegiatan sesuai kondisi daerah.
3. Sosialisasi dan advokasi melalui penyusunan hasil informasi cakupan program
dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi
untuk sosialisasi dan advokasi.
4. Peran lembaga adat dalam pembangunan kesehatan melalui tokoh adat dan
tokoh agama

4. Status Gizi
a. Status Gizi Balita
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) anak. Status gizi
juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
antara kebutuhan dan masukan nutrien. Faktor-faktor yang mempengaruhi status
gizi, yaitu :

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 40


1. Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
a) Pendapatan : Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf
ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga
tersebut (Santoso, 1999).
b) Pendidikan : Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan,
sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status
gizi yang baik (Suliha, 2001).
c) Pekerjaan : Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga (Markum, 1991).
d) Budaya : Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan
kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).
2. Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
a) Usia : Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki
orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak balita (Nursalam, 2001).
b) Kondisi Fisik : Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang
lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan
mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat
rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk
pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
c) Infeksi : Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan
atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all,
1986).

b. Klasifikasi Status Gizi

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS *)


Gizi Lebih > + 2 SD
Berat badan menurut umur Gizi Baik ≥ -2 SD sampai +2 SD
(BB/U) Gizi Kurang < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Gizi Buruk < – 3 SD
Tinggi badan menurut umur Normal ≥ 2 SD
(TB/U) Pendek (stunted) < -2 SD

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 41


Berat badan menurut tinggi Gemuk > + 2 SD
badan (BB/TB) Normal ≥ -2 SD sampai + 2 SD
Kurus (wasted) < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Kurus sekali < – 3 SD
Sumber : Depkes RI, 2002.

Klasifikasi di atas berdasarkan parameter antropometri yang dibedakan atas:


1) Berat Badan / Umur : Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap
umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel
2) Tinggi Badan / Umur : Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan
terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai
dengan tabel
3) Berat Badan / Tinggi Badan : Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan
terhadap tinggi badan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan
tabel
4) Lingkar Lengan Atas/Umur : Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan
menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi baik dengan batasan indeks
sebesar 1,5 cm/tahun.
5) Parameter Berat Badan/Tinggi Badan banyak digunakan karena memiliki
kelebihan: tidak memerlukan data umur dan dapat membedakan proporsi
badan yaitu gemuk, normal, kurus
6) Menurut Depkes RI (2005) Parameter Berat Badan/Tinggi Badan berdasarkan
kategori Z-Score diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1) Gizi Buruk ( Sangat Kurus) : <-3 SD
2) Gizi Kurang (Kurus) :-3SDs/d<-2SD
3) Gizi Baik (Normal) :-2SDs/d+2SD
4) Gizi Lebih (Gemuk) :>+2SD
Gambaran balita Gizi Kurang di Provinsi Maluku tahun 2015, dapat dilihat pada
gambar berikut :

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 42


GAMBAR 3.6
PERSENTASE BALITA GIZI KURANG(BGM) DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

7,1 7,2

4,7

2,1
0,8 0,5
0,2 0,0 0,0 0,0 0,0

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

Gambar 3.6 memperlihatkan bahwa diantara 11 Kabupaten/Kota yang ada di


Provinsi Maluku, Kabupaten Kepulauan Aru merupakan Kabupaten dengan balita
gizi kurang (bawah garis merah) terbesar mencapai 7,2% atau sebanyak 365 balita
mengalami keadaan kurang gizi, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Seram Bagian
Timur 7,1% dan Buru Selatan 4,7% sedangkan Kabupaten Maluku Tengah, Buru,
Kota Tual, dan Maluku Tenggara dilaporkan tidak ada kasus gizi kurang.Capaian
balita gizi kurang di Maluku tahun 2015 mencapai1,6%.

5. Umur Harapan Hidup (UHH)


Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang
rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan,
dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan
kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 43


Angka Harapan Hidup (AHH) atau yang dikenal juga dengan e0, lebih
tepatnya disebut dengan Angka Harapan Hidup saat lahir (life expectancy at birth).
Menurut BPS, AHH (e0) merupakan rata-rata jumlah tahun hidup yang akan dijalani
oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Untuk menghitung AHH (e0),
idealnya dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death
Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara
bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena
sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk
menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program
Mortpak Lite
Umur Harapan Hidup (UHH) adalah salah satu indikator yang mencerminkan
berapa lama seorang bayi baru lahir diharapkanhidup. Usia Harapan Hidup (UHH)
adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada
perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka ini adalah angka
pendekatan yang menunjukkan kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukan Umur Harapan
Hidup masyrakatat Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Data Umur Harapan Hidup masyarakat di Provinsi Maluku untuk tahun 2015
belum dipublikasikan oleh BPS Provinsi Maluku. Peningkatan Umur Harapan Hidup
menyebabkan bertambahnya populasi penduduk berusia lanjut diatas 60 tahun hal
ini menunjukan perbaikan kesehatan masyarakat, namun pemerintah daerah
maupun provinsi dan pusat harus lebih waspada untuk mengantisipasi perawatan
dan pengobatan penduduk usia lanjut, makin besar penduduk usia lanjut maka
makin besar tantangan dibidang kesehatan, karena penduduk usia lanjut sangat
rentan terhadap berbagai penyakit (depresi, psikis, insomania dan gangguan sistem
organ), hal ini justru menjadi pekerjaan besar bagi Dinas Kesehatan untuk
menyiapkan layanan kesehatan yang lebih baik karena bila tidak segera diatasi
maka akan menjadi penyakit kronis.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 44


B. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)
Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisi
epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi, kasus gizi kurang serta
penyakit-penyakit infeksi, baik re-emerging maupun new-emerging disease masih
tinggi. Namun di sisi lain, penyakit degeneratif, gizi lebih dan gangguan kesehatan
akibat kecelakaan juga meningkat. Masalah perilaku tidak sehat juga menjadi factor
utama yang harus dirubah terlebih dahulu agar beban ganda masalah kesehatan
teratasi.
Morbiditas adalah Angka Kesakitan berupa insidensi atau prevalensi dari
suatu penyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu. Morbiditas
berhubungan dengan terjadinya atau terjangkitnya penyakit di dalam populasi baik
fatal maupun non fatal. Angka morbiditas lebih cepat menentukan keadaan
kesehatan masyarakat dari pada angka mortalitas.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 45


BAB IV
KESEHATAN KELUARGA

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari


sekelompok orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dan biasanya memiliki hubungan darah atau perkawinan, dalam keadaan saling
ketergantungan. Keluarga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam
mempengaruhi status kesehatan diantara anggotanya. Diantara fungsi keluarga
dalam tatanan masyarakat yaitu memenuhi kebutuhan gizi dan merawat serta
melindungi kesehatan para anggotanya.
Anak dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan
prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status
kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal
tersebut disebabkan Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator
pentingterhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas pelayanan
kesehatan yang dimaksud termasuk aksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan itu sendiri.

A. KESEHATAN IBU
Pembangunan kesehatan di Indonesia sesuai dengan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2014 - 2019 mempunyai sembilan fokus prioritas yang
salah satunya adalah peningkatan akses pelayanan kesehatan dan gizi yang
berkualitas bagi ibu dan anak dengan pendekatan Gugus Pulau. Beberapa indikator
penting yang terkait dengan status kesehatan ibu dan bayi antara lain AKI (Angka
Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi). Hal tersebut sejalan dengan tujuan
Millennium Development Goals (MDGs) 2015 untuk menurunkan AKI menjadi
102/100000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dan AKB menjadi 23/1000 kelahiran
hidup pada tahun 2015.
Untuk mencapai target di atas diperlukan upaya inovatif untuk mengatasi
penyebab utama kematian ibu dan bayi, serta adanya kebijakan dan sistem yang
efektif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini. Penyebab utama

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 46


kematian bayi baru lahir yaitu asfiksia, BBLR dan infeksi sedangkan kematian ibu
pada umumnya disebabkan oleh pendarahan pasca persalinan, infeksi,
preeklampsia/eklampsia, persalinan macet, dan abortus. Kematian tersebut dapat
pula disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan
mengobati.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Angka Kematian Ibu yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas
sebesar 359 per 100.000 Kelahiran Hidup. Angka ini masih cukup tinggi bila
dibandingkan dengan negara–negara tetangga. Sejak tahun 1990 upaya strategis
yang dilakukan dalam upaya menekan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah dengan
pendekatan safe motherhood, dengan menganggap bahwa setiap kehamilan
mengandung risiko, walaupun kondisi kesehatan ibu sebelum dan selama
kehamilan dalam keadaan baik. Di Indonesia Safe Motherhood initiative
ditindaklanjuti dengan peluncuran Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh Presiden
yang melibatkan berbagi sektor pemerintahan di samping sektor kesehatan. Salah
satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi masalah kematian ibu adalah
penempatan bidan di tingkat desa secara merata yang bertujuan untuk
mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke masyarakat.
Di tahun 2000, Kementerian Kesehatan RI memperkuat strategi intervensi
sektor kesehatan untuk mengatasi kematian ibu dengan mencanangkan strategi
Making Pregnancy Safer. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan
program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini
dilaksanakan di provinsi dan kabupaten/kota dengan jumlah kematian ibu dan
neonatal yang besar, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi-provinsi
tersebut dikarenakan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia
berasal dari enam provinsi tersebut, sehingga dengan menurunkan angka kematian
ibu di enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian
ibu di Indonesia secara signifikan.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 47


Upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal melalui
program EMAS dilakukan dengan cara:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal
di 150 rumah sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas (PONED).
2. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan
Rumah Sakit.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi
waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal
1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal 2 kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu - lahir). Standar waktu pelayanan
tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau
janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi
kehamilan.
Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas, yaitu :
a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
b) Pengukuran tekanan darah;
c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);
d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
sesuai status imunisasi;
f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);
h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,
termasuk keluarga berencana);
i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
j) Pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya); dan
k) Tatalaksana kasus.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 48


l) Pemberian konseling, komunikasi dan edukasi
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan
indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan,
dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu
tahun, sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun
waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan
terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan. Gambaran cakupan K1 dan K4 tahun 2015
dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2

GAMBAR 4.1
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K1
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa cakupan pelayanan ibu hamil K1


Provinsi Maluku tahun 2015 yaitu 88,6% melebihi dari target Rencana Aksi Daerah
Maluku sebesar 81% pada tahun 2015. Cakupan presentase K1 terendah untuk
provinsi Maluku adalah Kabupaten Maluku Barat Daya sebesar 63,6% dan tertinggi

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 49


adalah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yaitu mencapai 99,2% melebihi target
Rencana Aksi Daerah (RAD).

GAMBAR 4.2
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K4
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa cakupan K4 Provinsi Maluku 76,8%


masih jauh dibawah capaian nasional yaitu 88,94% dan masih kurang dari Rencana
Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Maluku yaitu target cakupan K4 sebesar 81%
dan target SPM Nasional K4 sebesar 95%. Cakupan persentase K4 terendah untuk
Provinsi Maluku adalah Kabupaten Kepulauan Aru sebesar 65,5% dan tertinggi
adalah Kabupaten Maluku Tenggara yaitu 97,3%.

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar
setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter Spesialis
Kebidanan dan Kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses
pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan.
Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 50


persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan Pn). Indikator ini
memperlihatkan diantaranya tingkat kemampuan pemerintah dalam menyediakan
pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

GAMBAR 4.3
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa cakupan persalinan yang ditolong oleh


tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di Provinsi Maluku
mencapai 77,0%, cakupan ini masih dibawah capaian nasional 89,89% dan
dibawah dari target nasional yaitu 90% dan masih kurang dari target yang
ditetapkan dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan tahun 2015 yaitu
pertolongan persalinan oleh Nakes sebesar 80%. Kabupaten dengan cakupan
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terendah adalah Kabupaten
Kepulauan Aru 58,3% dan cakupan tertinggi di Kabupaten Buru Selatan 87,8%
Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada
tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait dengan penolong persalinan
dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti
berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan
tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 51


akan semakin menekan risiko kematian ibu. Oleh karena itu, Kementerian
Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan
harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan didorong untuk dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan menggariskan
bahwa pembangunan Puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga
kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang harus bisa
sekaligus menjadi rumah tinggal bagi bidan di desa. Dengan disediakan rumah
tinggal, maka tenaga kesehatan termasuk bidan akan siaga di tempat tugasnya dan
dapat memberikan pertolongan persalinan setiap saat.
Untuk daerah Maluku, kebijakan yang diambil untuk mendekatkan akses
masyarakat ke sarana pelayanan kesehatan dengan mengembangkan program
Rumah Tunggu seperti yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat. Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh
dari fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan
diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah
Tunggu. Rumah Tunggu tersebut dapat berupa rumah tunggu yang dibangun
khusus maupun menggunakan rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Selain itu, perhatian pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan sejak
tahun 2011 hingga tahun 2013 juga telah meluncurkan Jaminan Persalinan
(Jampersal) yang merupakan jaminan paket pembiayaan sejak pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, hingga pelayanan nifas termasuk pelayanan
bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Penyediaan Jampersal diyakini turut
meningkatkan cakupan Pn di seluruh Wilayah Indonesia. Keberhasilan pencapaian
target indikator Pn merupakan hasil dari kerja keras dan pelaksanaan berbagai
program yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
termasuk sektor swasta

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 52


GAMBAR 4.4
PROPORSI KELAHIRAN 1 JANUARI 2010 SAMPAI SAAT
WAWANCARA BERDASARKAN TEMPAT BERSALIN DI PROVINSI
MALUKU TAHUN 2013

RS

20,4 1,6 RB/KLINIK/PRAKTEK


0,1 NAKES
3,1 POLINDES/POSKESDES

PUSKESMAS/PUSTU
74,9

RUMAH/LAINNYA

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa sebagian besar kelahiran dilakukan di


Rumah Sakit yakni sebesar 20,4%. Polindes/Poskesdes merupakan tempat bersalin
yang paling sedikit, dimana hanya 0,1% saja yang memanfaatkannya sebagai
tempat bersalin. Masih terdapat 74,9% yang melahirkan di rumah atau fasilitas
lainnya.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 53


GAMBAR 4.5
CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DAN CAKUPAN PERTOLONGAN
PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2012-2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.5 memperlihatkan bahwa cakupan pelayanan ibu hamil, K4


mengalami kenaikan sama halnya dengan cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan.
Penyebab utama belum tercapainya cakupan K1, K4 dan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain :
1. Keterbatasan Nakes (tenaga bidan) baik secara Kualitas maupun Kuantitas
2. Pendistribusian Bidan tidak merata/Bidan tidak tinggal di desa
3. Kurang pengetahuan dan kesadaran ibu hamil/keluarga tentang pentingnya
pemeriksaan Ante Natal Care (ANC)
4. Tidak tersedianya sarana prasarana (ruangan bersalin di Puskesmas rawat jalan)
5. Akses terhadap pelayanan kesehatan belum merata di seluruh wilayah Maluku,
masih terbatasnya sarana pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di
Daerah Tertinggal Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Bagi
masyarakat di DTPK, keterbatasan akses juga disebabkan karena kondisi
geografis yang sulit dan masih terbatasnya transportasi dan infrastruktur

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 54


GAMBAR 4.6
PROPORSI KELAHIRAN PADA PERIODE 1 JANUARI 2010
SAMPAI SAAT WAWANCARA MENURUT PENOLONG PERSALINAN DENGAN
KUALIFIKASI TERTINGGI DAN TERENDAH
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

60
51,1 49,2
50

40 37,2 37,5

30

20

10 6,9 4,8 4,7


1,7 1,5 1,2 1,2
0,4 0,2 2,4

0
dr. kebid & dr.umum Bidan Perawat Dukun Keluarga Tidak ada
kandungan Lainnya penolong

Kualifikasi tertinggi Kualifikasi terbawah

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dalam analisis Riskesdas, penolong persalinan dinyatakan dalam penolong


persalinan kualifikasi tertinggi dan kualifikasi terendah. Penolong persalinan dengan
kualifikasi tertinggi yakni apabila terdapat lebih dari satu penolong maka dipilih yang
kualifikasinya paling tinggi. Begitu juga dengan kualifikasi yang terendah. Gambar
4.6 terlihat bahwa penolong persalinan dengan kualifikasi tertinggi (51,1%) dan
terendah (49,2%) dilakukan oleh Bidan. Hasil tersebut juga menunjukan bahwa
pertolongan persalinan dengan kualifikasi tertinggi dan terendah setelah Bidan
yakni dukun sebesar (37,2%) dan (37,5%). Namun sebanyak (0,4%) kelahiran
dilakukan oleh dokter umum dengan kualifikasi tertinggi dan kualifikasi terendah
sebesar (0,2%) .

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 55


3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira –
kira enam mingggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum
ada kehamilan dalam waktu tiga bulan (Hanifa, 2005). Masa nifas (puerperium)
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu
(Saifuddin, 2005).
Tujuan Perawatan Masa Nifas :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Asuhan masa nifas diperlukan pada periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan tejadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam
pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi
baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir, dengan pemantauan melekat dan
asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah kematian beberapa ini
(Saifuddin, 2006).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan
pelayanan kesehatan ibu nifas. Berikut gambaran cakupan pelayanan kesehatan
ibu nifas di Provinsi Maluku tahun 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 56


GAMBAR 4.7
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.7 memperlihatkan bahwa cakupan kunjungan nifas di Provinsi


Maluku sebesar 75,9%, capaian ini masih kurang dari capaian nasional yaitu
89,54% dan jauh dari target SPM Nasional yaitu 90%. Kabupaten dengan capaian
Kunjungan Nifas tertinggi adalah Kabupaten Maluku Tenggara 89,7% melewati
target Nasional dan target Rencana Strategis Dinas Kesehatan tahun 2015 yaitu
ditetapkan sebesar 81%, sedangkan terendah Kabupaten Kepulauan Aru yaitu
47,2%

4. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan


Penanganan Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi;
Komplikasi dalam kehamilan: abortus, hiperemesis gravidarum, perdarahan
per vaginam, hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia),
kehamilan lewat waktu, ketuban pecah dini.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 57


Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil, bersalin dan nifas
dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah
Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK);
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED), meliputi
kemampuan untuk menangani dan merujuk : hipertensi dalam kehamilan
(preeklampsia, eklampsia), tindakan pertolongan distosia bahu dan ekstraksi vakum
pada pertolongan persalinan, perdarahan post partum
Puskesmas PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang memiliki
kemampuan serta fasilitas PONED selama 24 jam untuk memberikan pelayanan
terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas dan bayi yang lahir dengan komplikasi baik
yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas
dan melakukan rujukan ke RSU PONEK pada kasus yang tidak mampu
ditangani.Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir
untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi
kebidanan.Perhitungan jumlah Ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama, dihitung berdasarkan angka estimasi 20% dari
total ibu Hamil disatu wilayah pada kurun waktu yang sama.Total sasaran Ibu hamil
dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah
Penduduk (pada tahun yang sama). Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota
didapat dari data BPS masing — masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu
tertentu, 1,1 adalah konstanta untuk menghitung Ibu hamil.
Untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan komplikasi
kebidanan adalah cakupan penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK).
Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin dan nifas) dengan
komplikasi. Capaian indikator penanganan komplikasi kebidanan di Provinsi Maluku
tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 4.8.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 58


GAMBAR 4.8
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.8 memperlihatkan bahwa cakupan penanganan komplikasi


kebidanan pada tahun 2015 menurut kabupaten/kota di Provinsi Maluku tahun 2015
mencapai 37,7% dengan jumlah ibu hamil 42.155 dan perkiraan Ibu hamil dengan
komplikasi kebidanan di Provinsi Maluku sebesar 8.431 orang bumil. capaian ini
lebih rendah dari tahun 2014 yaitu 31,23% dan masih dibawah capaian nasional
sebesar 76,57% serta masih jauh dari target SPM nasional yaitu 80%. Persentase
tertinggi cakupan komplikasi kebidanan yaitu di Kabupaten MalukuTenggara Barat
85,67% sedangkan yang terendah Kabupaten Buru Selatan yaitu 7,7%
Setiap tahun, sekitar 20 ribu ibu Indonesia meninggal akibat komplikasi
kehamilan atau persalinan. Sebanyak 259 ibu meninggal dunia pada setiap 100.000
kelahiran hidup. Angka itu lebih dari sepuluh kali AKI Malaysia (19) dan Sri Lanka
(24). Target Pemerintah adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Kematian ibu (maternal death) menurut
definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 59


diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan/cedera.
Beberapa faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih
didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak
langsung penyebab kematian ibu karena faktor “terlambat” dan “terlalu”. Ini semua
terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi.
Faktor risiko kematian ibu adalah terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35
tahun) sebanyak. Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun), terlalu
banyak (jumlah anak lebih dari 4) dan terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang
dari 2 tahun). Kematian ibu (maternal mortality), merupakan salah satu indikator
dari kesejahteraan suatu bangsa. Hal ini karena apabila ditinjau dari penyebabnya,
kematian ibu merupakan suatu permasalahan yang kompleks. Penyebab kematian
ibu telah dirinci menjadi dua, yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung.
Penyebab langsung: berhubungan dengan komplikasi obstetrik selama masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas (post-partum). Mayoritas penyebab kematian
ibu di Indonesia adalah penyebab langsung yaitu perdarahan (42%),
eklampsia/preeklampsia (13%), abortus (11%), infeksi (10%), partus
lama/persalinan macet (9%), dan penyebab lain (15%) Penyebab tidak langsung:

1. Pendidikan ; pendidikan ibu berpengaruh pada sikap dan perilaku dalam


pencapaian akses informasi yang terkait dalam pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan ibu. Masih banyak ibu dengan pendidikan rendah terutama yang
tinggal di pedesaan yang menganggap bahwa kehamilan dan persalinan adalah
kodrat wanita yang harus dijalani sewajarnya tanpa memerlukan perlakuan
khusus (pemeriksaan dan perawatan).
2. Sosial ekonomi dan sosial budaya yang masih rendah ; pengaruh budaya
setempat masih sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan ibu dalam
upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu. Contohnya budaya di
Indonesia mengutamakan kepala keluarga untuk mendapat makanan bergizi,
dan ibu hamil hanya sisanya.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 60


3. Terlalu dalam melahirkan ; Terlalu muda (batasan reproduksi sehat 20 – 35
tahun), Terlalu tua (kehamilan berisiko pada usia di atas 30 tahun), Terlalu sering
(jarak ideal untuk melahirkan : 2 tahun), Terlalu banyak (jumlah persalinan di atas
4 kali).
4. Terlambat
GAMBAR 4.9
PENYEBAB KEMATIAN IBU DI INDONESIA TAHUN 2010 - 2013

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia, 2014

Komplikasi dapat mengancam jiwa namun sebagian besar komplikasi dapat


dicegah dan ditangani bila :
a) Ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan;
b. Tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain
penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan
pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan
pasca-salin;
c. Tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi;
d. Apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan
pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan;
e. Proses rujukan efektif;
f. Pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 61


Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui :
a. Peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani
kasus risiko tinggi secara memadai;
b. Pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil,
pelayanan pasca persalinan dan kelahiran;
c. Pelayanan Emergensi Obstetrik Dan Neonatal Dasar (PONED) dan
Komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau.
Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia salah satunya
melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang
menitikberatkan pada fokus totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya
deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses
dan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal dasar di tingkat
Puskesmas (PONED) dan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetrik dan Neonatal
Komprehensif di Rumah Sakit (PONEK).
Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga.
P4K mulai diperkenalkan pada tahun 2007. Sampai dengan tahun 2013, tercatat
839 desa/kelurahan telah melaksanakannya. .
Pelaksanaan P4K di desa-desa tersebut perlu dipastikan agar mampu
membantu keluarga dalam membuat perencanaan persalinan yang baik dan
meningkatkan kesiap-siagaan keluarga dalam menghadapi tanda bahaya
kehamilan, persalinan dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang tepat.
Adapun upaya pemerintah terkait pelayanan kesehatan ibu dan bayi adalah
Standardisasi PONEK untuk rumah sakit yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Rujukan bekerjasama dengan organisasi profesi yang terkait (POGI,
IDAI dan IBI) serta Badan PPSDMKes Kemenkes RI. Lokakarya PONEK dilakukan
selama 5 hari, meliputi materi manajemen dan klinik PONEK yang kemudian diikuti
dengan latihan on the job training PONEK untuk mengenalkan cara melakukan
bimbingan teknis untuk perbaikan kinerja Tim PONEK rumah sakit. Berdasarkan
data dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, jumlah
rumah sakit mampu PONEK di Provinsi Maluku tahun 2015 sebanyak 20 unit.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 62


sedangkan jumlah Puskesmas mampu PONED sampai tahun 2015 adalah 64
puskesmas yang tersebar di 11 Kab/Kota
Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang
merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pembahasan kasus kematian ibu atau
bayi baru lahir sejak di level masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan
kesehatan. Kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan ibu pada saat terjadi
kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir akan dapat menghasilkan suatu
rekomendasi intervensi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu
dan bayi di masa mendatang.
Kepemilikan buku KIA dan pelaksanaan P4K Buku Kesehatan Ibu dan Anak
(Buku KIA) telah dirintis sejak 1997 dengan dukungan dari JICA (Japan
International Cooperation Agency). Buku KIA berisi catatan kesehatan ibu (hamil,
bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita). Buku KIA juga
memuat informasi tentang cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.
Setiap kehamilan mendapat 1 (satu) buku KIA.
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
merupakan program terobosan Kementerian Kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu (Factsheet Ditjen Bina Kesehatan Ibu)dengan memberdayakan
masyarakat untuk peduli pada kesehatan ibu. P4K adalah kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang difasilitasi oleh tenaga kesehatan, kader, tokoh agama/tokoh
masyarakat untuk meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
perencanaan persalinan, persiapan menghadapi komplikasi kehamilan/persalinan,
perencanaan penggunaan kontrasepsi pasca persalinan bagi setiap ibu hamil
dengan menggunakan media stiker sebagai penanda. Wujud penerapan P4K
tersebut juga dituliskan pada Buku KIA dalam lembar “Amanat Persalinan”. Setiap
kehamilan yang mendapat buku KIA dan membuat perencanaan persalinan
dituliskan pada lembar tersebut (Kementerian Kesehatan, 1997)
Pada Riskesdas 2013, enumerator menanyakan kepemilikan Buku KIA.
Apabila responden bisa menunjukkan buku KIA, maka dilanjutkan dengan
observasi 5 komponen P4K terhadap lembar Amanat Persalinan yang terkait

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 63


dengan perencanaan persalinan, persiapan kegawatdaruratan dan perencanaan
KB yaitu :
1. Penolong persalinan (nama-nama tenaga kesehatan yang akan menangani saat
bersalin).
2. Dana persalinan (rencana sumber pembiayaan yang akan digunakan untuk
biaya persalinan).
3. Kendaraan/ambulans desa (kendaraan yang disiapkan untuk membawa ibu
hamil menuju tempat bersalin jika sewaktu-waktu akan melahirkan/perlu rujukan)
4. Metode KB (rencana jenis KB yang akan dipilih setelah melahirkan)
5. Sumbangan darah (nama-nama calon donor darah) apabila sewaktu-waktu
terjadi kasus perdarahan atau komplikasi lain yang memerlukan sumbangan
darah

GAMBAR 4.10
PROPORSI KELAHIRAN MENURUT KEPEMILIKAN BUKU KIA
DAN ISIAN 5 KOMPONEN P4K BERDASARKAN HASIL
OBSERVASI LEMBAR AMANAT PERSALINAN DARI YANG
DAPAT MENUNJUKKAN BUKU KIA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

25,00 21,60

26,5 37,1 20,00


15,00
11,20
9,00 8,10 9,10
36,4 10,00 6,60
5,00
-
Kenda
Tidak memiliki buku KIA Penol
ong Dana raan/a Metod Sumb Lengk
Memiliki Buku KIA-tidak persali persali mbula e KB angan ap
nan ns darah
bisa menunjuk kan nan
Memiliki Buku KIA- desa
menunjukkan buku KIA Series1 21,60 9,00 8,10 11,20 9,10 6,60

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Hasil analisis menunjukkan bahwa 62,9% mempunyai buku KIA, namun yang
bisa menunjukkan hanya 26,5%. Variasi kepemilikan buku KIA dan bisa

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 64


menunjukkan buku KIA menurut kabupaten/kota dengan cakupan terendah di
Kabupaten Seram Bagian Barat (0,3%) dan tertinggi di Kota Ambon (43,5%).
Gambar 4.10 menunjukkan hasil observasi buku KIA terhadap 5 (lima)
komponen P4K yang menunjukkan bahwaisian penolong persalinan sebesar
21,6%, kendaraan/ambulans desa sebesar 8,1%, metode KB pasca salin sebesar
11,2% dan 9,1% untuk isian sumbangan darah. Kelengkapan isian pada semua
komponen sebesar 6,6%

5. Pelayanan Kontrasepsi
Keluarga Berenca (KB) pertama kali ditetapkan sebagai program pemerintah
pada tangal 29 Juni 1970, bersama dengan dibentuknya Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional. Menurut World Population Data Sheet 2013
Indonesia merupakan Negara ke 5 di dunia dengan estimasi penduduk terbanyak
yaitu 249 juta, dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) 2,6 Indonesia
masih berada diatas rata-rata TFR Negara ASEAN yaitu 2,4. Undang-Undang
nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga menyatakan bahwa pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan
keluarga yang berkualitas dan hidup dalam lingkungan yang sehat, dan Keluarga
Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Undang-Undang ini mendukung
program KB sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan keluarga sehat dan
berkualitas. Pengaturan kehamilan dalam program KB menggunakan alat
kontrasepsi
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih memiliki kualitas
penduduk yang sangat rendah dengan ditandai terhambatnya pelaksanaan
pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data BPS tahun 2015
jumlah penduduk Indonesia sebanyak 252.164,8 ribu orang yang terdiri dari
125.715,2 laki-laki dan 125.449,6 perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan
penduduk tahun 2010 - 2014 sekitar 1,40% persen per tahun. Diperkirakan
penduduk Indonesia akan berjumlah 337 juta jiwa di tahun 2050. Oleh karena itu,

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 65


sangat penting bagi Indonesia untuk membenahi fasilitas publiknya. Tingkat
pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu fertillitas,
mortilitas dan migrasi. Minimnya pengetahuan mengenai pertumbuhan penduduk
akan berdampak pada peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, angka
kehamilan yang tidak diinginkan, serta angka kejadian penyakit menular seksual
(BKKBN, 2007)
Arah dan Kebijakan Strategi Pembangunan Kesehatan diantaranya adalah
Program Keluarga Berencana (KB): Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan
KB di klinik pemerintah dan swasta. Pada setiap BPS (Bidan Praktek Swasta) dan
klinik KB yang ada di Rumah Sakit melayani pasien yang ingin mendapatkan
pelayanan kontrasepsi.

n LitbaGAMBAR 4.11
PERSENTASE PEMAKAIAN ALAT/CARA KB PADA WANITA USIA SUBUR
YANG BERSTATUS KAWIN DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

KB
Tradisio
Sekarang Tidak
nal; 0,3
menggun pernah;
akan KB; 35,4
38,2

Pernah KB
Tidak pernah
KB; 26,4 Modern
Pernah KB ; 38,0
Sekarang menggunakan KB KB Modern KB Tradisional

Sumber : Badangkes, Kemenkes RI, Maluku, Riskesdas 2013

Gambar 4.11 memperlihatkan bahwa sebanyak 38,0% wanita usia subur


menggunakan kontrasepsi modern, dan hanya 0,3% yang menggunakan
kontrasepsi cara tradisional. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa sebanyak 26,4%
dari wanita usia subur mengaku pernah menggunakan kontrasepsi,

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 66


sedangkan 35,4% wanita usia subur mengaku tidak pernah menggunakan
kontrasepsi.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan metode
kontrasepsi yang digunakan yaitu efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian, efek
samping serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara
teratur dan benar (Sulistyawati, 2011). Selain itu Purba (2009) menemukan
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan metode kontrasepsi yang
digunakan yaitu faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan,
sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, jarak rumah ke
puskesmas, waktu tempuh dan biaya), serta faktor pendorong (dukungan petugas
kesehatan).
GAMBAR 4.12
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.12 memperlihatkan bahwa metode kontrasepsi yang paling


banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan 59.0% atau sebanyak
69.627 orang perempuan dan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh
peserta KB aktif adalah Metoda Operasi Pria (MOP) sebanyak 0,2% atau 224 orang
pria.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 67


GAMBAR 4.13
PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI
DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.13 memperlihatkan bahwa metode kontrasepsi yang paling


banyak digunakan oleh peserta KB baru adalah suntikan 58,8% dan metode
kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif adalah Metoda Operasi
Pria (MOP) sebanyak 0,2%.
Jika dilihat dari capaian yang ada, masih banyak indikator pembinaan
kesehatan Ibu yang belum mencapai target sebagai mana dijelaskan namun ada
indikator yang capaiannya sudah mendekati target sebagaimana terlihat pada tabel
yang ada.
Penyebab utama belum tercapainya Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas, Komplikasi
Kebidanan dan Pelayanan KB antara lain :
1. Keterbatasan Nakes (tenaga bidan) baik secara Kualitas maupun Kuantitas
2. Akses yang sulit
3. Kurangnya dukungan lintas sektor dalam menunjang Rujukan Maternal di
Kabupaten/Kota
4. Sarana dan Prasarana pendukung belum memadai (PONED Kit) di Puskesmas
Pusat Rujukan
5. Ketersediaan Tablet Fe BUMIL, dan Vitamin A bagi ibu nifas di 11 kabupaten/kota
tidak sesuai dengan sasaran ibu hamil dan ibu nifas

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 68


6. Ketersediaan ALOKON di 11 kabupaten/kota belum sesuai kebutuhan

B. KESEHATAN ANAK
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang
Upaya Kesehatan Anak, dimana upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak
harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat,
cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.
Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas)
tahun.
Direktorat Bina Kesehatan Anak telah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak. Perencanaan program
kesehatan anak, merupakan penjabaran dengan visi misi dan sasaran strategis
Kementerian Kesehatan RI dan Direktorat Jenderal Gizi dan KIA. Mengacu kepada
hal diatas, maka ditetapkan 4 (empat) indikator direktorat Bina Kesehatan Anak
yaitu cakupan kunjungan neonatal pertama, pelayanan kesehatan bayi, pelayanan
kesehatan balita, sd/mi yang melaksanakan penjaringan kesehatan anak kelas 1
(satu).
Permasalahan yang ada di dalam pencapaian indikator antara lain terkait
pemahaman terhadap definisi operasional, komitmen pemerintah daerah didalam
pelaksanaan program kesehatan anak, masih belum optimalnya pengitegrasian
atau kerjasama program kesehatan anak dengan lintas sektor dan lintas program,
serta sistem pencatatan pelaporan beberapa daerah yang masih lemah (Dit Anak).
Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai
indikator kesehatan anak yang meliputi prevalensi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), penanganan komplikasi neonatal, kunjungan neonatal, pelayanan
kesehatan bayi, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), pemberian ASI eksklusif, pemberian
vitamin A, penimbangan balita di Posyandu, imunisasi dasar, pelayanan kesehatan
balita, pelayanan kesehatan pada siswa SD/setingkat, Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR), pelayanan kesehatan pada kasus kekerasan anak, dan pelayanan
kesehatan anak terlantar dan anak jalanan.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 69


1. Berat Badan Lahir Rendah

Satu dari enam kelahiran bayi di Indonesia mengalami prematur dan


merupakan penyebab terbesar kematian pada bayi. Angka kematian neonatal
(situasi kesehatan bayi baru lahir) merupakan penyumbang terbesar angka
kematian bayi. Berdasarkan data Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012,
angka kematian neonatus (bayi baru lahir) mencapai 60%. Penyebab kematian
terbesar adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
WHO mencatat pada tahun 2010 ada satu dari enam kelahiran dilahirkan
prematur atau tidak cukup bulan. Jumlah kelahiran prematur yang menyebabkan
bayi lahir berberat badan rendah ini setara dengan 15,5 per 1000 kelahiran hidup.
Kelahiran BBLR dan risiko kematiannya bisa dicegah dengan cara
meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam menangani bayi yang lahir
dengan berat di bawah standar. Hal penting lainnya adalah memperbesar akses
pelayanan kesehatan sehingga mudah dijangkau masyarakat. Peningkatan taraf
sosial ekonomi keluarga juga dapat menekan angka kematian BBLR. Hal ini berarti
sistem rujukan harus dibikin mudah dan praktis agar menambah daya akses
masyarakat ke pelayanan kesehatan, serta bagaimana pemerintah meningkatkan
kesadaran orangtua terutama ibu untuk selalu berupaya mencari pertolongan
pertama di masa kritis bayinya yang lahir dengan berat badan rendah
Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam
pertama setelah lahir. Hubungan antara waktu kelahiran dengan umur kehamilan,
kelahiran bayi dapat dikelompokan : bayi kurang bulan (prematur) yaitu bayi yang
dilahirkan dengan masa gestasi (kehamilan) < 37 minggu (<259 hari), bayi cukup
bulan yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259 -
293 hari), dan bayi lebih bulan yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42
minggu (>294 hari).
Berkaitan dengan berat badan bayi lahir, maka bayi dapat dikelompokkan
berdasarkan berat lahirnya:, yaitu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), yaitu berat lahir
<2500 gram, bayi berat lahir sedang yaitu berat lahir antara 2500-3999 gram, dan
berat badan lebih yaitu berat lahir ≥4000 gram.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 70


Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematuritas dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Persentase berat bayi lahir
rendah dapat dilihat pada gambar 4.14

GAMBAR 4.14
PERSENTASE BERAT BAYI LAHIR RENDAH
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.14 memperlihatkan bahwa tahun 2015 persentase balita (0-59


bulan) dengan BBLR sebesar 1,8% (550 bayi). Persentase BBLR tertinggi terdapat
di Kepulauan Aru sebesar 4,8% atau 62 bayi BBLR dari 1299 bayi yang ditimbang
saat lahir dan persentase BBLR terendah pada Kabupaten Seram Bagian Barat
dimana dari 3867 bayi yang ditimbang saat lahir tidak ditemukan bayi BBLR.
Masalah yang sering terjadi pada bayi BBLR disebabkan karena ketidakmatangan
sistem organ pada bayi tersebut, sehingga mempunyai kecenderungan ke arah
peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi. Adapun gangguan

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 71


yang sering terjadi pada bayi BBLR adalah gangguan sistem pernafasan, susunan
saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro intestinal, ginjal dan termoregulasi.
Salah satu penyebab rendahnya capaian BBLR yang ditangani yaitu karena
kurangnya partisipasi keluarga atau masyarakat dalam mengikuti kegiatan
Posyandu. Jumlah BBLR dapat meningkat disebabkan karena ibu hamil kurang
mengkonsumsi makanan bergizi, ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis (KEK),
Anemia, penyakit kronis dan ketersedian obat Fe di kabupaten/kota terbatas (tidak
sesuai jumlah ibu hamil).

2. Penanganan Komplikasi Neonatal


Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau
kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia,
ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat
lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital
maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Berdasarkan hasil Riskesdas 2007
ditemukan bahwa komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah
asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi.
Komplikasi ini dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh beberapa
faktor antara lain sulitnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, kemampuan
tenaga kesehatan yang terbatas, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang
belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan kesadaran untuk
masyarakat untuk mencari pertolongan kesehatan. Yang dimaksudkan dengan
penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal
sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang
mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter, bidan
atau perawat) baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana
pelayanan kesehatan rujukan.
Standar pelayanan yang diberikan dalam menangani neonatal dengan
komplikasi harus sesuai dengan standar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM),
Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah,
Pedoman Pelayanan Neonatal Essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar,

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 72


PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya. Cakupan
penanganan neonatal dengan komplikasi menurut kabupaten/kota tahun 2015
dapat dilihat pada gambar 4.15
GAMBAR 4.15
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.15 memperlihatkan bahwa capaian tertinggi ada pada Kabupaten


Maluku Tenggara Barat sebesar 87,4% sedangkan capaian terendah terdapat di
Kabupaten Buru Selatan sebesar 11,3%. Informasi lebih rinci menurut
kabupaten/kota tentang penanganan komplikasi neonatal terdapat pada Lampiran
33.
Beberapa faktor penyebab rendahnya cakupan penanganan neonatal
dengan komplikasi di Provinsi Maluku antara lain :

o Sarana dan Prasarana pendukung yang belum memadai seperti Bidan kit, Alat
Deteksi Risiko pada ibu hamil dan PONED kit di puskesmas.
o Kurangnya Ketersediaan obat-obat emergency untuk penanganan kasus
Komplikasi Neonatal
o Kurangnya dukungan lintas sektor dalam menunjang sistem rujukan maternal
dan neonatal di kabupaten/kota

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 73


o Masih kurangnya kemampuan dan ketrampilan bidan dalam tatalaksana
penanganan kasus komplikasi kebidanan dan neonatal
o Distribusi bidan belum merata atau bidan tidak menetap di desa

3. Pelayanan Kesehatan Neonatal


Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari. Pada
masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang
satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan
paling tinggi, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan
untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan
agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta
menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi
baru lahir
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator yang
menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko
kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang meliputi, antara
lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1
injeksi, dan hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan.
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya
3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
neonatus meliputi :
a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam
setelah lahir.
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai
dengan hari ke 7 setelah lahir.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 74


c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai
dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama
kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian
neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian
terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi.
Dengan melihat adanya risiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan
komplikasi pada minggu pertama, maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan
pemeriksaan sesuai standar lebih sering (minimal 2 kali) dalam minggu pertama.
Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara dini jika terdapat penyakit atau
tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongan dapat segera diberikan untuk
mencegah penyakit bertambah berat yang dapat menyebabkan kematian. Oleh
sebab itu kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi untuk menurunkan
kematian bayi baru lahir.
Terkait hal tersebut maka pada tahun 2008 telah ditetapkan perubahan
kebijakan dalam pelaksanaan kunjungan neonatal, dari 2 kali yaitu satu kali pada
minggu pertama dan satu kali pada 8-28 hari, menjadi 3 kali yaitu dua kali pada
minggu pertama dan satu kali pada 8 – 28 hari. Dengan demikian, jadwal
kunjungan neonatal yang dilaksanakan saat ini adalah pada umur 6-48 jam, umur
3-7 hari dan umur 8-28 hari. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen
program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan neonatal
yang komprehensif.

Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi


neonatal adalah KN lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir
memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada 6-48
jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-28 hari sesuai standar di satu wilayah kerja

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 75


pada satu tahun. Cakupan indikator kunjungan neonatal pertama menurut
kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 4.16.

GAMBAR 4.16
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1)
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.16 memperlihatkan bahwa cakupan Kunjungan Neonatal Pertama


(KN1) tertinggi ada pada Kabupaten Buru Selatan sebesar 100% sedangkan
cakupan terendah ada pada Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu sebesar 60,1%.
Informasi lebih rinci tentang cakupan kunjungan neonatal pada kabupaten/kota
tahun 2015 terdapat pada Lampiran 38.
Pada Riskesdas 2013 telah dilakukan pengumpulan data kunjungan yang
meliputi kunjungan pada saat bayi berumur 6-48 jam (KN1), 3-7 hari (KN2), dan 8-
28 hari (KN3). Persentase KN1 pada anak balita menurut kabupaten/kota yang
hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.17

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 76


GAMBAR 4.17
PROPORSI KUNJUNGAN NEONATAL PADA ANAK UMUR 0-59
BULAN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

INDONESIA 71,3
61,2
AMBON 58,7
57,6
MTB 50,7
48,5
MALTENG 47,1
43,3
KEP.ARU 31,3
30,7
SBT 15,3
13,1
BURSEL 6,2
0 10 20 30 40 50 60 70 80
(%)

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes, Kemenkes RI 2014

Gambar 4.17 memperlihatkan bahwa persentase KN1 pada anak balita


tertinggi adalah Kota Tual sebesar 61,2% dan terendah ada pada Kabupaten Buru
Selatan yaitu sebesar 6,2%, sedangkan gambaran cakupan kunjungan KN lengkap
menurut kabupaten/kota di Provinsi Maluku dapat dilihat pada Gambar 4.18

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 77


GAMBAR 4.18
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.18 memperlihatkan bahwa cakupan tertinggi ada pada Kabupaten


Buru Selatan yaitu sebesar 96,5% sedangkan cakupan terendah ada pada
Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu sebesar 56,4%.
Faktor penyebab rendahnya capaian pada Kunjungan Neonatal Pertama
(KN1) dan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN3) antara lain kurangnya keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan posyandu serta distribusi tenaga kesehatan yang belum
merata

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 78


GAMBAR 4.19
PROPORSI KUNJUNGAN NEONATUS LENGKAP
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

INDONESIA 39,3
TUAL 36,5
MALTENG 33,3
MALRA 30,0
AMBON 25,0
MALUKU 21,2
BURU 19,8
MTB 12,8
KEP.ARU 8,4
SBT 8,2
MBD 6,9
SBB 3,3
BURSEL 1,4
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
(%)

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, Maluku 2013

Gambar 4.19 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas 2013


proporsi kunjungan neonatus lengkap untuk Provinsi Maluku sebesar 21,2%
dengan persentase tertinggi ada pada Kota Tual sebesar 61,2% dan terendah ada
pada Kabupaten Buru Selatan yaitu sebesar 6,2%.

4. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi


Pada masa usia dini bayi dan balita mengalami masa keemasan (The
Golden Years) yang merupakan masa dimana bayi dan anak mulai peka untuk
menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing bayi dan balita
berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangannya secara
individual. Yang dimaksud dengan masa peka adalah masa terjadinya kematangan
fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan.
Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan
kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral. Perkembangan bayi

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 79


dan balita adalah masa-masa kritis yang menjadi fondasi bagi anak untuk menjalani
kehidupannya di masa yang akan datang
Kesehatan bayi dan balita harus selalu dipantau karena kelompok ini
merupakan kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan. Pelayanan
kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi
ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita. Pelayanan
kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan
dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat)
minimal 4 kali, yaitu pada 29 hari – 2 bulan, 3 – 5 bulan, 6 – 8 bulan dan 9 – 12
bulan sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan ini
terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-
3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan penyuluhan perawatan
kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, pemberian makanan pendamping
ASI (MP ASI) dan lain-lain.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya
pemerintah dalam meningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas
hidup bayi.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 80


GAMBAR 4.20
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.20 memperlihatkan bahwa cakupan kunjungan bayi di Provinsi


Maluku meningkat dari 68,76% di tahun 2014, menjadi 80,8% di tahun 2015.
Capaian ini masih rendah jika dibandingkan dengan capaian nasional sebesar
93,31%. Dari gambar di atas juga dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan bayi
tertinggi ada pada Kabupaten Maluku Tengah sedangkan cakupan kunjungan
terendah terdapat di Kabupaten Seram Bagian Timur.

5. Proses Bayi Mulai Mendapat Air Susu Ibu


Kategori proses bayi mulai mendapat Air Susu Ibu (ASI) menurut Riskesdas
2013 yaitu :
i. < 1 jam (Inisiasi Menyusu Dini/IMD)
ii. 1 - 6 jam
iii. 7 - 23 jam
iv. 24 - 47 jam
v. ≥ 47 jam
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 81
Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang
sangat penting untuk keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam pertama
setelah melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggungjawab terhadap
produksi ASI.
Waktu pertama kali mendapatkan ASI segera setelah bayi lahir secara
bermakna meningkatkan kesempatan hidup bayi. Jika bayi mulai menyusui dalam
waktu 1 jam setelah lahir, maka 22% bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama
masih dapat dicegah. Namun jika proses menyusui ini dimulai dalam satu hari
pertama, maka hanya 16% bayi yang dapat diselamatkan.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusui segera setelah
dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu). Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif
baik bagi ibu maupun bayinya. Bagi bayi kehangatan saat menyusu menurunkan
risiko kematian karena hypothermia (kedinginan). Dengan kontak pertama, bayi
memperoleh kolostrum, yang penting untuk kelangsungan hidupnya karena
mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh. Sedangkan manfaat bagi
ibu adalah menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses
menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan
pasca melahirkan (postpartum).
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang
merekomendasikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai tindakan “penyelamatan
kehidupan”, karena Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat menyelamatkan 22% dari
bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Sehubungan dengan hal itu, maka
diharapkan semua tenaga kesehatan di berbagai tingkatan pelayanan kesehatan
dapat mensosialisasikan program tersebut.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 82


GAMBAR 4.21
PERSENTASE BAYI MULAI MENDAPAT ASI KURANG DARI 1 JAM PERTAMA
(INISIASI MENYUSU DINI) PADA ANAK UMUR 0-23 BULAN
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

INDONESIA
BURSEL
AMBON
BURU
TUAL
SBB
MALUKU
SBB
MALTENG
SBT
MALRA
MBD
KEP.ARU

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
(%)

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, Maluku 2013

Gambar 4.21 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas 2013


persentase proses mulai mendapat ASI yang kurang dari satu jam (Inisiasi Menyusu
Dini) pada anak umur 0-23 bulan di Provinsi Maluku sebesar 24,8%. Persentase
tertinggi ada pada Kabupaten Buru Selatan yaitu sebesar 39,2% dan terendah ada
pada Kabupaten Kepualuan Aru yaitu sebesar 1,6%.

6. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif


Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui
bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan
menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat
makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembangnya. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung air,

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 83


protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, sel-sel darah putih, enzim, dan asam
amino, yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal serta melindungi terhadap penyakit. Gambaran cakupan pemberian ASI
eksklusif menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 4.22

GAMBAR 4.22
CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6
BULAN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.22 memperlihatkan bahwa persentase pemberian ASI eksklusif


pada bayi 0-6 bulan di Maluku pada tahun 2015 mencapai 30,3% lebih tinggi dari
capaian tahun 2014 yaitu sebesar 22,48% dengan persentase tertinggi ada pada
Kabupaten Maluku Tenggara Barat yaitu sebesar 100% dan terendah ada pada
Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu sebesar 9,3%
Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain :
a) Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak
ada masalah medis

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 84


b) Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan dan tidak
memberi kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk melaksanakan
pemberian ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan belum tersedianya ruang
laktasi dan perangkat pendukungnya di tempat kerja
c) Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum
berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu
masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan.
d) Masih terbatasnya tenaga konselor ASI
e) Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye
terkait pemberian ASI
f) Belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui (LMKM).
g) Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang manfaat ASI bagi
bayi
Adapun upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah tersebut antara lain :
a) Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian
ASI Eksklusif
b) Melakukan pelatihan konseling menyusui dan konseling Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI). Sampai tahun 2013 telah dilakukan pelatihan konseling menyusui
kepada 24 orang tenaga kesehatan.
c) Melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), yaitu:
1) Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada
semua staf pelayanan kesehatan ;
2) Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan
menyusui tersebut;
3) Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen
menyusui;
4) Membantu ibu menyusui dini dalam 30 menit pertama persalinan;
5) Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu
dipisah dari bayinya;
6) Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis;

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 85


7) Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam);
8) Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi;
9) Tidak memberi dot kepada bayi;
10) Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu
kepada kelompok tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan;
d) Sosialisasi dan kampanye ASI Eksklusif
e) KIE melalui media cetak dan elektronik
f) Mengembangkan Strategi Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif
g) Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku menyusui melalui
peraturan perundang-undangan dan kebijakan atau PP
h) Penguatan sarana pelayanan kesehatan (RS/RSIA, Puskesmas perawatan, klinik
bersalin) dalam menerapkan 10 LMKM
i) Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatan,
melindungi, dan mendukung pemberian ASI
j) Pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian ASI
k) Pelaksanaan revitalisasi RS dan sarana pelayanan kesehatan sayang bayi
l) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
m)Perlindungan pekerja perempuan
n) Bekerjasama dengan lintas sektor terkait dalam pengawasan pemasaran
susuformula dan produk makanan bayi sesuai standar produk makanan
(codexalimentarius)
o) Advokasi dan promosi peningkatan pemberian ASI

7. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita Usia 6 – 59 Bulan


Permasalahan defisiensi (kekurangan) vitamin A merupakan salah satu
permasalahan utama kesehatan masyarakat yang dialami oleh negara miskin
maupun negara berkembang, dimana dari setiap 4 kematian anak terdapat 1
kematian yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A. Permasalahan ini terutama
dialami oleh Negara-negara di Afrika dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Pada negara-negara kaya dan maju jarang ditemukan kasus kekurangan
vitamin A karena mereka telah melakukan fortifikasi vitamin A pada produk-produk

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 86


makanan jadi. Daya beli dan kesediaan masyarakat untuk menjangkau bahan
makanan sumber vitamin A juga cukup tinggi, selain itu masyarakat di negara maju
juga terbiasa mengkonsumsi suplemen multivitamin harian.
Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak menjadi rentan terkena
penyakit infeksi seperti Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), campak dan diare.
Sedangkan kekurangan vitamin A pada ibu hamil juga berisiko meningkatkan
kebutaan. Oleh sebab itu WHO berserta UNICEF bekerja sama dengan Canadian
International Agency dan United State Agency for International Development and
The Micronutrient Initiative mengkampanyekan “The Vitamin A Global Initiative”
yang salah satunya dengan pemberian suplemen vitamin A dosis tinggi 2 kali dalam
satu tahun kepada kelompok-kelompok masyarakat yang rentan mengalami
kekurangan vitamin A.
Bila ada Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan infeksi lain, maka
suplementasi vitamin A diberikan pada :
a. Seluruh balita yang ada di wilayah tersebut diberi 1 (satu) kapsul Vitamin A
dengan dosis sesuai umurnya.
b. Balita yang telah menerima kapsul Vitamin A dalam jangka waktu kurang dari 30
hari (sebulan) pada saat KLB, maka balita tersebut tidak dianjurkan lagi untuk
diberi kapsul.
Manfaat kecukupan vitamin A bagi status kesehatan anak antara lain:
a. Mengurangi angka kematian:
1) Mengurangi kematian akibat infeksi campak hingga 50%.
2) Mengurangi kematian akibat diare hingga 40%
3) Mengurangi seluruh angka kematian anak hingga 25%
b. Mengurangi angka kesakitan:
1) Mengurangi jumlah kunjungan dokter dan angka rawat jalan karena
anak menjadi lebih jarang sakit.
2) Mengurangi angka rawat inap di rumah sakit.
3) Berkontribusi terhadap tingkat kesejahteraan anak dan keluarga.
c. Keuntungan kesehatan lainnya:
1) Mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 87


2) Mencegah cacat bawaan pada janin
3) Mencegah kanker epithelial dan kanker
lainnya. d. Menurunkan kematian ibu:
1) Meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan infeksi
2) Mencegah anemia
Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan
dosis 100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI, dan ibu nifas
diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin
A yang cukup melalui ASI. Cakupan pemberian kapsul vitamin A di Provinsi Maluku
menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 4.23

GAMBAR 4.23
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI (6-11
BULAN) MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.23 memperlihatkan bahwa cakupan pemberian kapsul vitamin A


pada bayi usia 6-11 bulan di Provinsi Maluku tahun 2015 mencapai 62,57%
cakupan ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 59,77% pada tahun 2014.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 88


Persentase tertinggi tahun 2015 ada pada Kota Ambon yaitu sebesar 94,85% dan
terendah ada pada Kabupaten Kepulauan Aru yaitu sebesar 28,30%.

8. Imunisasi
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk
terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang
dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita
usia subur, dan ibu hamil.
Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit
yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit menular
yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-
paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari
berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau
kematian.
Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/bakteri/protozoa/jamur,
masuk ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia
akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara
alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi
untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi “berinteraksi” dengan
antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum
“mengenali” antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang ke-2 dan seterusnya,
sistem kekebalan tubuh sudah memiliki “memori” untuk mengenali antigen yang
masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam
waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah
disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin
adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan
antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan “antigen” yang telah
dilemahkan yang berasal dari vaksin. Imunisasi adalah suatu cara untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 89


penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya sakit ringan.

a. Imunisasi Dasar pada Bayi


Imunisasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya suatu penyakit dengan cara memberikan mikroorganisme bibit penyakit
berbahaya yang telah dilemahkan (vaksin) kedalam tubuh sehingga merangsang
sistem kekebalan tubuh terhadap jenis antigen itu dimasa yang akan datang.
Imunisasi dasar penting diberikan kepada bayi karena Imunisasi memberikan
perlindungan agar bayi siap dengan lingkungan baru (luar kandungan) karena tidak
ada lagi kekebalan tubuh alami yang di dapatkan dari ibu seperti saat masih dalam
kandungan dan Apabila tidak dilakukan vaksinasi dan kemudian terkena kuman
yang menular, kemungkinan tubuhnya belum kuat melawan penyakit tersebut.
Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang
disuntikkan atau diteteskan melalui mulut. Pada beberapa negara hepatitis masih
menjadi masalah. Sepuluh dari 100 orang akan menderita hepatitis sepanjang
hidupnya jika tidak diberi vaksin hepatitis B. Sampai dengan seperempat dari
jumlah anak yang menderita hepatitis B dapat berkembang menjadi kondisi
penyakit hati yang serius, seperti kanker hati. Disamping itu wajib diberikan
imunisasi hepatitis B segera setelah bayi lahir untuk mencegah penularan virus
hepatitis dari ibu kepada anaknya.
Imunisasi BCG dapat melindungi anak dari penyakit tuberculosis. Imunisasi
DPT dapat mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus. Diptheri
menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas, yang dalam beberapa kasus dapat
menyebabkan kesulitan bernafas bahkan kematian. Tetanus menyebabkan
kekakuan otot dan kekejangan otot yang menyakitkan dan dapat mengakibatkan
kematian. Pertusis atau batuk rejan mempengaruhi saluran pernafasan dana dapat
menyebabkan batuk hingga delapan minggu. Semua anak perlu mendapatkan
imunisasi polio. Tanda-tanda polio adalah tungkai tiba-tiba lumpuh dan sulit untuk

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 90


bergerak. Dari 200 anak yang terinfeksi polio, maka satu orang akan menjadi cacat
sepanjang hidupnya.
Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi,
setiap bayi wajib mendapatkan Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) yang terdiri dari
: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak.
Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan
imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen
Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan
imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak
adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian
pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian
balita. Persentase cakupan imunisasi campak di Provinsi Maluku tahun 2015 dapat
dilihat pada Gambar 4.24

GAMBAR 4.24
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 91


Gambar 4.24 memperlihatkan bahwa pada tahun 2015 cakupan imunisasi
campak di Provinsi Maluku mencapai 88,63%, cakupan ini meningkat dari tahun
sebelumnya yaitu 82,26% pada tahun 2014. Kabupaten Maluku Tengah merupakan
Kabupaten dengan cakupan imunisasi tertinggi sedangkan cakupan terendah ada
pada Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu sebesar 44,18%

b. Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Immunization)


Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi
adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah
gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang
ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Cakupan
desa/kelurahan UCI menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 4.25

GAMBAR 4.25
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 92


Gambar 4.25 memperlihatkan bahwa persentase cakupan desa/kelurahan
UCI tahun 2015 Provinsi Maluku mencapai 60,2% atau 745 desa dari jumlah
keseluruhan desa/kelurahan yang ada di Provinsi Maluku sebanyak 1.237, cakupan
ini lebih menurun dari tahun sebelumnya yaitu 64,16% di tahun 2014 dan masih
jauh dibawah target SPM nasional yang ditetapkan sebesar 80%. Kabupaten
dengan persentase tertinggi yaitu Kota Ambon yaitu sebesar 100% dan terendah
pada Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu sebesar 21,4%.
Penyebab utama masih rendahnya cakupan Desa UCI adalah rendahnya
akses pelayanan dan tingginya angka drop out. Kondisi ini terjadi karena tempat
pelayanan imunisasi yang jauh dan sulit dijangkau, jadwal pelayanan yang kurang
menyesuaikan dengan aktifitas masyarakat, pemahaman mayarakat masih rendah
tentang imunisasi serta kurangnya tenaga kesehatan sehingga mempengaruhi hasil
pencapaian tersebut.

9. Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Kehidupan anak usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat
penting. Usia tersebut merupakan landasan yang membentuk masa depan
kesehatan, kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pembelajaran
anak di sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan secara umum. Adapun
batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12 sampai
dengan 59 bulan. Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan
upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita adalah pelayanan kesehatan anak
balita.
Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan dan
memperoleh :
1. Pelayanan Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun (Penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan minimal 8 kali dalam setahun).
2. Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari dan
Agustus
3. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) balita minimal
2 kali dalam setahun.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 93


4. Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS).
Capaian Indikator pelayanan kesehatan anak balita pada tahun 2015 dapat dilihat
pada Gambar 4.26

GAMBAR 4.26
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.26 memperlihatkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan anak


balita tahun 2015 di Provinsi Maluku mencapai 62,9% atau 106.292 balita. Capaian
ini lebih meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 58,53% pada tahun 2014
namun masih rendah dari target nasional sebesar 68,94% dan target SPM nasional
yaitu 90%. Cakupan tertinggi pada tahun 2015 ada pada kabupaten Maluku Barat
Daya sebesar 85,8% sedangkan cakupan terendah ada pada Kabupaten
Kepulauan Aru yaitu sebesar 25,1%

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 94


10. Pelayanan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)
Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) adalah jumlah balita yang
ditimbang di seluruh posyandu yang melapor di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu dibagi jumlah seluruh balita yang ada di seluruh posyandu yang
melapor di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita menjadi sangat penting


dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin menimbang
balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif. Sehingga bila
berat badan anak tidak naik ataupun jika ditemukan penyakit akan dapat segera
dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang
atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, maka penanganan kasus gizi kurang
atau gizi buruk akan semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata
laksana kasus anak gizi buruk akan mengurangi risiko kematian sehingga angka
kematian akibat gizi buruk dapat ditekan.

Tindak lanjut dari hasil penimbangan selain penyuluhan juga pemberian


makanan tambahan dan pemberian suplemen gizi.

Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih
diperhatikan yaitu pada kelompok bayi dan balita. Pada usia 0-2 tahun
merupakan masa tumbuh kembang yang optimal (golden period) terutama untuk
pertumbuhan janin sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat
dicukupi pada masa berikutnya dan akan berpengaruh negatif pada kualitas
generasi penerus. Cakupan penimbangan balita dapat dilihat pada Gambar 4.27

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 95


GAMBAR 4.27
CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU (D/S)
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 4.27 memperlihatkan bahwa Kabupaten yang memiliki cakupan


penimbangan balita tertinggi adalah Kabupaten Seram Bagian Timur, sedangkan
dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Buru.
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, maka
setiap anak harus memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) yang terdapat dalam buku
KIA agar dapat dipantau pertumbuhannya. Dengan KMS terlihat apakah anak
tumbuh dengan baik sesuai usianya. KMS diberikan pada orang tua pada saat
kunjungan balita ke Posyandu. Oleh sebab itu kunjungan balita ke Posyandu
sangat penting karena berkaitan dengan indikator D/S. Namun ada beberapa
kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan balita ke posyandu antara lain
terbatasnya dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan
Posyandu, kurangnnya pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam
pemantauan pertumbuhan, kurangnya pemahaman keluarga dan masyarakat
terhadap manfaat Posyandu. Data dan informasi tentang penimbangan balita di
posyandu pada tahun 2015 dapat dilihat pada Lampiran 47.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 96


11. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD/sederajat
Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan
anak. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya
pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi
dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi,
kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi.
Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia
sekolah. Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan
program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan
sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari
pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa kelas 1 SD/sederajat.
Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga
lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga kesehatan disini
adalah tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang
telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru
kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah
dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang
biasanya berasal dari siswa kelas 4 dan 5 SD/sederajat yang telah mendapatkan
pelatihan dokter kecil.
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan
gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada
khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya.
Kegiatan penjaringan kesehatan selain untuk mengetahui secara dini
masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga dapat dilakukan tindakan
secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk memperoleh
data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah, maupun
untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, pemantauan dan
evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 97


Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari :
1. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku)
2. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri
3. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran)
4. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
5. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan
6. Pengukuran kebugaran jasmani
7. Deteksi dini masalah mental emosional.
Penjaringan kesehatan dinilai dengan menghitung persentase SD/sederajat
yang melakukan penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/sederajat yang
menjadi sasaran penjaringan. Cakupan SD/sederajat yang melaksanakan
penjaringan kesehatan untuk siswa kelas 1 pada tahun 2015 dapat dilihat pada
Gambar 4.28.

GAMBAR 4.28
CAKUPAN SEKOLAH DASAR/SEDERAJAT YANG MELAKSANAKAN
PENJARINGAN SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 MENURUT
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 98


Gambar 4.28 memperlihatkan bahwa cakupan SD/sederajat yang
melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa kelas 1 pada tahun 2015 di
Provinsi Maluku sebesar 85,27%. Cakupan ini meningkat dari tahun sebelumnya
yaitu 58,93% di tahun 2014. Pada tahun 2015 ada 4 kabupaten/kota yang
cakupannya mencapai 100% yaitu Kota Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian
Timur, dan Maluku Tenggara Barat, sedangkan capaian terendah adalah Kabupaten
Kepulauan Aru sebesar 31,09%
Adapun masalah yang sering terjadi sehubungan dengan penjaringan anak
sekolah adalah kurangnya tenaga di puskesmas yang melaksanakan penjaringan
dibandingkan dengan jumlah SD/sederajat yang cukup banyak, sehingga untuk
melaksanakan penjaringan kesehatan membutuhkan waktu lebih lama. Selain itu
juga manajemen pelaporan belum terintegrasi dengan baik, karena pengelolah UKS
di kabupaten/kota masih berada pada bidang yang berbeda-beda. Data dan
informasi tentang cakupan penjaringan siswa SD/sederajat kelas 1 menurut
kabupaten/kota dapat dilihat pada Lampiran 49.

12. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


Kelompok remaja usia 10-19 tahun memiliki proporsi 1/5 dari jumlah
penduduk. Masa remaja merupakan periode terjadi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, psikologis, mental, dan intelektual dengan karakteristik yang
khas seperti rasa ingin tahu, jiwa petualang, berani ambil risiko tanpa pertimbangan
yang matang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tendensi meningkatnya
berisiko pada remaja cukup besar.
Melihat kondisi tersebut maka salah satu upaya kesehatan anak yang
ditetapkan melalui Instruksi Presiden adalah Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) di Puskesmas. Program ini mulai dikembangkan pada tahun 2003 yang
bertujuan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja
tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat serta memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada remaja.
Puskesmas yang memiliki PKPR memberikan layanan baik di dalam maupun
di luar gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja berbasis sekolah ataupun

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 99


masyarakat. Hal ini dilakukan agar layanan yang diberikan dapat menjangkau
semua kelompok remaja (10-19 tahun).
Kriteria yang ditetapkan bagi Puskesmas yang mampu laksana PKPR yaitu :
1. Melakukan pembinaan pada minimal 1 sekolah (sekolah umum, sekolah berbasis
agama) dengan melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE) di sekolah binaan minimal 2 kali dalam setahun;
2. Melatih Kader Kesehatan Remaja di sekolah minimal sebanyak 10% dari jumlah
murid di sekolah binaan; dan
3. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan
konseling yang kontak dengan petugas PKPR.
Layanan PKPR merupakan upaya komprehensif yang menekankan pada
langkah promotif dan preventif berupa pembekalan kesehatan dan peningkatan
keterampilan psikososial dengan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS).
Layanan konseling menjadi ciri dari PKPR mengingat permasalahan remaja yang
tidak hanya berhubungan dengan fisik tetapi juga psikososial. Upaya penjangkauan
terhadap kelompok remaja juga dilakukan melalui kegiatan Komunikasi Informasi
dan Edukasi (KIE), Focus Group Discussion (FGD), dan penyuluhan ke sekolah-
sekolah dan kelompok remaja lainnya.
Fenomena peer groups (kelompok sebaya) juga menjadi perhatian pada
program PKPR. Oleh karena itu, program ini juga memberdayakan remaja sebagai
konselor sebaya yang diharapkan mampu menjadi agen pengubah di kelompoknya.
Konselor sebaya ini sangat potensial karena adanya kecenderungan pada remaja
untuk memilih teman sebaya sebagai tempat berdiskusi dan rujukan informasi.
Selain pemberian informasi dan edukasi serta konselor sebaya, pelayanan
kesehatan sekolah ini juga meliputi pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan
perkembangan kecerdasan, pemberian imunisasi, penemuan kasus-kasus dini yang
mungkin terjadi, pengobatan sederhana, pertolongan pertama serta rujukan bila
menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah. Persentase
puskesmas mampu tata laksana PKPR sampai tahun 2015 di Provinsi Maluku
sebesar 53,49%

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 100


Untuk keberhasilan dalam pengembangan pelaksanaan PKPR digunakan
strategi sebagai berikut:
1. Peningkatan Akses dan Kualitas Penyelenggaraan PKPR
a. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan terlatih tentang penyelenggraan
PKPR khususnya dalam memberikan konseling. Pelatihan di tingkat provinsi
didukung oleh dana dekon terutama untuk provinsi yang belum mencapai
target indikator Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 4 puskesmas mampu
laksana PKPR.
b. Pengembangan Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) agar mutu penyelenggaraannya PKPR terutama di Puskesmas
ditingkatkan mutunya secara berkesinambungan.
2. Kemitraan
Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor, Lintas Program, Lembaga Swadaya
Masyarakat, donor agency untuk meningkatnya komitmen, koordinasi dan
komunikasi terkait kegiatan kesehatan remaja.
3. Pemberdayaan Remaja
a. Pelatihan Konselor remaja
b. Melibatkan remaja dalam perencanaan dan pelaksanaan PKPR
4. Dukungan Manajemen
a. Pembinaan teknis bagi pengelola program anak usia sekolah dan remaja di
provinsi dan kabupaten/kota.
b. Penyediaan dan distribusi buku-buku pedoman atau juknis, untuk
memberikan acuan/ panduan bagi pengelola program dalam melaksanakan
PKPR.
c. Penyediaan dan distribusi media KIE kesehatan remaja (poster, lembar balik,
puzzle, kartu kwartet, celemek dan panthom kesehatan reproduksi).

13. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)


Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan. Semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan
perlindungan. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 101


melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpastisipasi, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 131 Tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa :
1. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas
serta menurunkan angka kematian bayi dan anak.
2. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 18 tahun.
3. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai mana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua,
keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Dari jutaan anak di dunia yang tidak mendapat perlindungan penuh, banyak
diantara mereka terlibat dalam kekerasan, terbuang, terlantar, dijadikan pekerja,
terabaikan dan dilecehkan. Berbagai bentuk kekerasan membatasi kesempatan
anak-anak untuk bertahan hidup, tumbuh, berkembang dan mewujudkan impian
mereka.
Menurut KOMNAS Perlindungan Anak (2006), pemicu kekerasan terhadap
anak diantaranya adalah : 1) Kekerasan dalam rumah tangga, yaitu dalam keluarga
terjadi kekerasan yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara yang lainnya.
Anak seringkali menjadi sasaran kemarahan orang tua, 2) Disfungsi keluarga, yaitu
peran orang tua tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Adanya disfungsi peran
ayah sebagai pemimpin keluarga dan peranibu sebagai sosok yang membimbing
dan menyayangi, 3) Faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan
ekonomi, 4) Pandangan keliru tentang posisi anak dalam keluarga.
Orang tua menganggap bahwa anak adalah seseorang yang tidak tahu apa-
apa. Dengan demikian pola asuh apapun berhak dilakukan oleh orang tua.
Disamping itu, kekerasan pada anak terinspirasi dari tayangan-tayangan televisi
maupun media lainnya yang tersebar dilingkungan masyarakat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekerasan terhadap
anak sebagai semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 102


emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, eksploitasi, komersial atau
lainnya, yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap
kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat
anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggung jawab.
Dalam bidang kesehatan, pemerintah melakukan intervensi dalam bentuk
penyediaan akses pelayanan kesehatan bagi korban kekerasan pada anak yang
terdiri dari pelayanan di tingkat dasar melalui puskesmas mampu tatalaksana
kekerasan terhadap anak dan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di rumah sakit untuk
penanganan kasus rujukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi upaya pencegahan,
deteksi dan penanganan kasus termasuk rujukan oleh puskesmas yang
bekerjasama dengan Lintas Program/Lintas Sektor terkait melalui :
a. Pelayanan di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT)/Pusat Krisis Terpadu (PKT) di
RSUP/RS Swasta/RS Bhayangkara dan
b. Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) di polres setempat.
c. Lembaga Perlindungan Anak/LPA,
d. Lembaga Bantuan Hukum/LBH,
e. Rumah Perlindungan Trauma Center/RPTC,
f. Rumah Perlindungan Sosial Anak/RPSA dan lain-lain
Pendekatan pelayanan kesehatan Kekerasan terhadap Anak (KtA) di
Puskesmas dilakukan melalui 3 aspek yaitu meliputi aspek medis (pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang), aspek medikolegal (visum etrepertum) dan aspek
psikososial (rumah aman). Penatalaksanaan kasus merupakan multidisiplin dengan
melibatkan lembaga pelayanan kesehatan, lembaga perlindungan anak, lembaga
bantuan hukum, aparat penegak hukum dan lembaga sosial lainnya, yang terbentuk
dalam mekanismes kerja jejaring.
Pelayanan kesehatan lebih difokuskan pada upaya promotif dan preventif
seperti penyuluhan mengenai dampak Kekerasan terhadap Anak (KtA) terhadap
tumbuh kembang anak baik secara fisik maupun psikologis di sekolah melalui
program UKS dan di tingkat masyarakat melalui penyuluhan kepada ibu-ibu PKK
dan lain-lain. Selain itu, puskesmas juga memberikan pelayanan kuratif yaitu

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 103


penanganan darurat medis, pelayanan rehabilitatif dengan memberikan konseling.
pelayanan rujukan medikolegal dan psikososial.
Program Kekerasan terhadap Anak (KtA) diarahkan untuk menyediakan
akses pelayanan kesehatan secara komprehensif di pelayanan tingkat dasar dan
rujukan. Target Puskesmas mampu Tatalaksana Kekerasan terhadap Anak (KtA)
adalah setiap kabupaten/kota memiliki minimal 2 puskesmas mampu tatalaksana
Kekerasan terhadap Anak (KtA). Kriterianya adalah memiliki tenaga terlatih
tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA) yaitu dokter atau doker gigi dan
perawat atau bidan dan melakukan pelayanan rujukan kasus Kekerasan terhadap
Anak (KtA).
Upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan melalui
penyiapan fasilitator pusat dan daerah serta tenaga pemberi pelayanan di
puskesmas yang dilakukan dengan menyelenggarakan pelatihan (TOT) secara
berjenjang dalam rangka menyediakan Puskesmas Mampu Tatalaksana KtA
dengan menggunakan dana APBD maupun dekonsentrasi. Selain itu, pada tahun
2012 – 2013 telah dilaksanakan penguatan pelayanan rujukan di rumah sakit. Hasil
cakupan puskesmas mampu tatalaksana Kekerasan terhadap Anak (KtA) sampai
tahun 2015 adalah 62 puskesmas.
Kekerasan terhadap anak merupakan tindak pidana berat, dalam Pasal 108
KUHAP ayat (3) menyatakan bahwa setiap pegawai negeri dalam rangka
melaksanakan tugasnya yang mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang
merupakan tindak pidana wajib segera melaporkan hal itu kepada penyelidik atau
penyidik. Untuk itu, telah dibuat Permenkes nomor 68 tahun 2013 tentang
Kewajiban Pemberi layanan Kesehatan untuk memberikan informasi atas adanya
dugaan kekerasan terhadap anak. Diharapkan dengan Permenkes ini, tenaga
kesehatan di lapangan dapat bekerja secara profesional dan aman. Persentase
puskesmas yang mampu melaksanakan tata laksana Kekerasan terhadap Anak
(KtA) di Provinsi Maluku tahun 2015 sebesar 32,80%

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 104


14. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti
Upaya kesehatan anak juga dilakukan untuk menjangkau kelompok yang
terpinggirkan yaitu anak terlantar dan anak jalanan. Kelompok umur remaja (usia 14
– 18 tahun) merupakan bagian terbesar dari kelompok anak jalanan. Masalah
kesehatan yang dihadapi anak terlantar dan anak jalanan terkait dengan perilaku
hidup bersih dan sehat. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa kondisi anak terlantar
dan anak jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal yang sehat serta
menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan yang meningkatkan kerentanan
mereka terhadap gangguan kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan, diare,
kulit dan lain sebagainya.
Anak terlantar dan anak jalanan secara psikologis memiliki konsep diri
negatif, tidak atau kurang percaya diri, mudah tersinggung, ketergantungan pada
orang lain, dan emosi yang tidak stabil. Kondisi ini menyebabkan mereka mudah
terpengaruh orang lain dan cenderung berperilaku antisosial (berkelahi, mencuri,
merampas, menggunakan NAPZA dan menjalankan bisnis NAPZA, dan perilaku
seks bebas).
Selain itu, Anak terlantar dan anak jalanan dapat mengalami berbagai bentuk
kekerasan baik fisik, psikis dan seksual. Mereka juga dapat mengalami eksploitasi
fisik dan seksual terutama oleh orang dewasa hingga kehilangan nyawa, sehingga
timbul masalah kesehatan yang terkait kesehatan reproduksi seperti Infeksi Menular
Seksual (IMS/PMS) dan HIV/AIDS.
Upaya kesehatan bagi Anak terlantar dan anak jalanan dilakukan pada
kelompok-kelompok sasaran seperti di panti atau Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak (LKSA), shelter, rumah singgah dan lain-lain. Upaya kesehatan yang
dilakukan mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative melalui
pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas bekerjasama
dengan unsur dari sektor terkait dan LSM memberikan pelayanan kesehatan bagi
anak terlantar dan anak jalanan.
Puskesmas melakukan pembinaan kesehatan bagi bayi, balita, anak usia
sekolah dan remaja di panti atau Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
adalah puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan terhadap anak di panti

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 105


atau Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) serta diberikan berdasarkan
paket-paket pelayanan yang disesuaikan dengan kelompok usia anak yang meliputi
pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan anak balita dan pelayanan
kesehatan anak usia sekolah dan remaja. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pengobatan, pelayanan imunisasi, pelayanan gizi, promosi kesehatan, penyehatan
lingkungan, pengendalian penyakit, kesehatan jiwa dan pemeriksaan serta
pemeliharaan kebersihan diri.

C. STATUS GIZI
1. Status Gizi Pada Balita
a. Status Gizi Buruk Balita
Maluku belum terbebas dari kasus gizi buruk, tahun 2010 jumlah balita gizi
buruk 275 orang (0,07%), tahun 2011 balita gizi buruk sebanyak 218 orang atau
0,21%, tahun 2012 jumlah balita gizi buruk yang ditemukan sebanyak 198 orang
dan mendapat perawatan mencapai 98% dan di tahun 2013 jumlah balita gizi buruk
yang ditemukan sebanyak 170 orang dan yang mendapat perawatan sebanyak 157
orang atau 92,35%. Tahun 2014 balita gizi buruk yang ditemukan sebanyak 280
balita, sedangkan Persentase balita gizi buruk yang ditemukan dan mendapat
perawatan tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.29.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 106


GAMBAR 4.29
PERSENTASE BALITA GIZI BURUK MENDAPAT PERAWATAN
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Kota, 2015

Gambar 4.29 memperlihatkan bahwa jumlah balita gizi buruk di Provinsi


Maluku tahun 2015 yang dilaporkan sebanyak 173 balita. Kabupaten Kepulauan
Aru merupakan kabupaten dengan jumlah balita gizi buruk terbanyak yaitu 65
orang, sedangkan Buru dan Buru Selatan merupakan kabupaten dengan jumlah
balita gizi buruk terendah yaitu 1 orang. Persentase balita gizi buruk yang
mendapat perawatan adalah 100% atau semua balita gizi buruk mendapat
perawatan di rumah sakit dan puskesmas masing-masing kabupaten kota kecuali
kabupaten Aru dengan persentase perawatan 98,5%..
Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan
masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalami
kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta perkembangan fisik
dan mentalnya akan lambat.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 107


Penemuan kasus balita gizi buruk masih jauh dibandingkan perkiraan
kasus gizi buruk yang ada di masyarakat. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menimbang balitanya karena
cakupan penimbangan balita belum mencapai tiga perempat dari jumlah balita
yang terdaftar di posyandu yang melapor. Sedangkan kegiatan penimbangan
balita yang dilakukan di posyandu diharapkan bisa mencapai minimal 80% dan
sisanya dapat dicapai melalui penjaringan (sweeping) oleh tenaga kesehatan ke
rumah balita. Selain itu peningkatan keterampilan petugas (kader) posyandu
untuk mendeteksi status gizi balita juga perlu ditingkatkan. Upaya yang telah
dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita
di posyandu yaitu melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor, serta
melibatkan peran aktif masyarakat dalam penimbangan balita.

Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan
masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit. Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya
mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta
perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat.

Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator
antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Untuk menilai status gizi
anak balita, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap anak balita
dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Z score) menggunakan baku antropometri
anak balita WHO 2005.
Dalam laporan ini ada beberapa istilah status gizi yang digunakan, yaitu :
Berat kurang : istilah untuk gabungan gizi buruk dan gizi kurang (underweight)
Pendek : istilah untuk gabungan sangat pendek dan pendek (stunting)
Kurus : istilah untuk gabungan sangat kurus dan kurus (wasting)

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 108


b. Status Gizi Balita Menurut Indikator BB/U
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah
gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang
sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur
dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan yang rendah dapat disebabkan
karena pendek (masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit
infeksi lain (masalah gizi akut).

GAMBAR 4.30
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA (BB/U) DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

80 75,9

70 67,2

60

PERSENTASE 50

40

30

20 17,8
13,9
10,5
10 5,7 4,5 4,5

0
GIZI BURUK GIZI KURANG GIZI BAIK GIZI LEBIH
INDONESIA MALUKU
Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 4.30 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas 2013


prevalensi status gizi balita (BB/U) tertinggi di Maluku adalah gizi baik sebesar
67,2% dan mempunyai persentase terendah yaitu gizi lebih sebesar 4,5%

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 109


c. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indikator TB/U
Indikator gizi yang lain yaitu tinggi badan menurut umur (TB/U) memberikan
indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh
atau pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang
mengakibatkan anak menjadi pendek (stunting).

GAMBAR 4.31
PERSENTASE BALITA DENGAN TINGGI BADAN DI BAWAH NORMAL
BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR TB/U
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2013

60,0
49,4
50,0

40,0

30,0 27,6
22,0 21,9 21,1 20,0 20,7 18,1 20,4 18,0
20,0 14,3
11,9 12,5
10,0
10,5 30,6 25,6 25,6 25,8 17,7 21,5 23,6 15,4 18,7 16,5 20,2 19,2
-

SANGAT PENDEK PENDEK

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Gambar 4.31 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013 di Provinsi Maluku terdapat 40,6% balita dengan tinggi badan di bawah
normal yang terdiri dari 20,4% balita sangat pendek dan 20,2% balita pendek.
Kabupaten Seram Bagian Barat mempunyai persentase balita sangat pendek
terbanyak yaitu 49,4% diikuti oleh Kabupaten Seram Bagian Timur sebesar 27,6%
dan Kabupaten Buru selatan sebesar 22% sedangkan persentase balita pendek
terbanyak ada pada Kabupaten Buru Selatan yaitu sebesar 30,6% diikuti oleh
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 110
Kabupaten Buru yaitu sebesar 25,%. Menurut WHO (2010) masalah kesehatan
masyarakat dianggap berat bila prevalensi balitab pendek sebesar 30–39% dan
tergolong kategori serius bila prevalensi balita pendek ≥40%. Berdasarkan hal
tersebut, maka Provinsi Maluku termasuk kategori serius dengan persentase
prevalensi balita pendek sebesar 40,6%

d. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indikator BB/TB


Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah
gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang
tidak lama, misalnya terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan yang
mengakibatkan anak menjadi kurus.
Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan
gemuk. Menurut teori Barker masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat
berakibat pada risiko berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa.

GAMBAR 4.32
PREVALENSI STATUS GIZI BB/TB <2 SD MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

18
16 15,4

14
12,2
12 11,2 11,0 10,7 10,7
10,1
9,5 9,4
10 8,5 8,88,6 8,0
7,4
8 6,4 6,5 7,0 6,8
5,8 6,1
6 5,5 5,3
3,3
4 2,7
2 1,4 1,4

SANGAT KURUS KURUS

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 111


Gambar 4.32 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun
2013 di Provinsi Maluku terdapat 16,2% balita wasting (kurus) yang terdiri dari
10,1% balita kurus dan 6,1% sangat kurus. Berdasarkan data tersebut Kabupaten
Maluku Tengah mempunyai prevalensi balita sangat kurus terbanyak yaitu sebesar
10,7% diikuti oleh Kabupaten Maluku Tenggara yaitu 9,5% dan Kabupaten
Kepulauan Aru sebesar 8,8%, sedangkan prevalansi balita kurus terbanyak yaitu
Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebesar 15,4% diikuti oleh Kabupaten Seram
Bagian Timur sebanyak 12,2% dan Kabupaten Buru sebesar 11,2%
Menuru WHO (2010), masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap
serius bila prevalensi kurus ada diantara 10,0-14,0%, dan dianggap kritis bila
≥15,0%.

2. Status Gizi Dewasa


Status gizi dewasa yaitu penduduk berumur >18 tahun terdiri dari :
a. Status gizi menurut Indeks Masa Tubuh (IMT) dan kecenderungan komposit TB
dan IMT/U
b. Status gizi menurut Lingkar Perut (LP)
c. Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) wanita usia subur, wanita hamil maupun
tidak hamil
d. Wanita hamil risiko tinggi (Tinggi Badan <150cm)

a. Status Gizi Dewasa (umur >18 tahun) Menurut Indeks Masa Tubuh (IMT)
Dan Kecenderungan Komposit TB Dan IMT/U
Gambar 4.33 memperlihatkan prevalensi penduduk umur dewasa kurus, gizi
lebih dan obesitas menurut IMT/U di masing-masing kabupaten/kota.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 112


GAMBAR 4.33
PREVALENSI STATUS GIZI BURUK, BB LEBIH, OBESITAS PENDUDUK
DEWASA (UMUR >18 TAHUN) MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

100%
4,4
10,0 9,8 6,9
80% 14,0 13,5 9,5
19,7 19,1 16,1 14,7 6,9
60% 8,0 9,5 7,3
8,0
40% 11,3 12,6 11,1 13,4 12,3 10,8
19,5 20,7
20% 14,7 9,7 8,6
13,0 11,2 11,4 10,5 9,1 11,3
0%

KURUS BB LEBIH OBESE

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Gambar 4.33 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013 di Provinsi Maluku, prevalensi penduduk kurus tertinggi ada pada Kabupaten
Maluku Barat Daya yaitu sebesar 20,7% diikuti oleh Kabupaten Kepulauan aru
sebesar 19,5%, sedangkan prevalensi berat badan lebih pada orang dewasa
banyak terdapat di Kabupaten Maluku Tengah yaitu sebesar 134,4% diikuti oleh
Kota Tual yaitu 12,6%. Prevalensi obesitas orang dewasa banyak terdapat pada
Kota Ambon (19,7%) diikuti oleh Kota Tual (19,1%) dan Kabupaten Maluku
Tenggara (16,1%)

b. Status Gizi Dewasa Berdasarkan Indikator Lingkar Perut (LP)


Obesitas sentral dianggap sebagai faktor resiko yang berkaitan erat dengan
beberapa penyakit kronis. Untuk laki-laki dengan Lingkar Perut > 80 cm dinyatakan
sebagai obesitas sentral (WHO Asia Pasifik, 2005).

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 113


GAMBAR 4.34
PREVALENSI OBESITAS SENTRAL PENDUDUK UMUR ≥ 15 TAHUN
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

AMBON 38,2
MTB 34,4
MALRA 31,8
BURU 29,3
TUAL 29,1
MALUKU 28,2
MALTENG 28,0
INDONESIA 26,6
KEP.ARU 21,3
MBD 20,6
BURSEL 20,1
SBT 13,6
SBB 13,4
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Gambar 4.34 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013 di Provinsi Maluku, prevalensi obesitas sentral sebesar 28,2% lebih tinggi
dibandingkan angka nasional. Adapun prevalensi tertinggi ada di Kota Ambon yaitu
sebesar 38,2% dan terendah di Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 13,4%.

c. Status Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Wanita Usia Subur
(WUS) 15-49 Tahun
Untuk menggambarkan adanya risiko KEK dalam kaitannya dengan
kesehatan reproduksi pada wanita hamil dan WUS digunakan ambang batas nilai
rerata Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 114


GAMBAR 4.35
PREVALENSI RISIKO KEK WANITA HAMIL UMUR 15-49
TAHUN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
MALUKU TAHUN 2013

KEP.ARU 71,1
SBT 55,5
MALTENG 46,6
MBD 41,8
BURU 39,3
MALUKU 34,3
TUAL 33,8
MALRA 26,1
MTB 25,7
BURSEL 24,6
INDONESIA 24,2
AMBON 21,7
SBB 6,3
0 10 20 30 40 50 60 70 80

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Gambar 4.35 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013 di Provinsi Maluku, prevalensi risiko KEK wanita hamil umur 15-49 tahun di
Provinsi Maluku sebesar 34,3% dengan prevalensi tertinggi di Kabupaten
Kepulauan Aru sebesar 71,1% dan terendah di Kabupaten Seram Bagian Barat
sebesar 6,3%.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 115


GAMBAR 4.36
PREVALENSI RISIKO KEK WANITA USIA SUBUR (WUS) 15-49 TAHUN MENURUT
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

KEP.ARU 46,9

TUAL 41,8

SBT 41,4

MALTENG 33,5

MTB 32,3

AMBON 32,1

MALUKU 32,0

MBD 30,7

MALRA 30,2

SBB 27,0

INDONESIA 20,8

BURU 20,8

BURSEL 13,0

- 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 50,0

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Gambar 4.36 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013 di Provinsi Maluku, prevalensi risiko KEK wanita hamil umur 15-49 tahun di
Provinsi Maluku sebesar 32,0%. Prevalensi risiko KEK tertinggi di Kabupaten
Kepulauan Aru sebesar 46,9% diikuti oleh Kota Tual (41,8%) dan Kabupaten seram
Bagian Timur (41,4), sedangkan prevalensi terendah ada pada Kabupaten Buru
Selatan sebesar 13,0%.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 116


d. Wanita Hamil Berisiko Tinggi
Menurut WHO (2007) prevalensi wanita hamil berisiko tinggi yaitu wanita
hamil dengan tinggi badan <150 cm.

GAMBAR 4.37
PREVALENSI WANITA HAMIL BERISIKO TINGGI (TINGGI BADAN <150CM)
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

SBB 84,3
SBT 55,8
KEP.ARU 47,2
MTB 44,9
MALTENG 34,0
INDONESIA 31,3
BURSEL 30,7
BURU 25,1
MALUKU 23,9
TUAL 21,5
MBD 17,9
AMBON 7,3
MALRA 5,6
0 20 40 60 80 100

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Gambar 4.37 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013 di Provinsi Maluku, prevalensi wanita hamil berisiko tinggi di Provinsi Maluku
sebesar 23,9% dengan persentase tertinggi di Kabupaten Seram Bagian Barat
sebesar 84,3% diikuti oleh Kabupaten Seram Bagian Timur (55,8%) dan Kabupaten
Kepulauan Aru (47,2%), sedangkan terendah ada pada Kabupaten Maluku
Tenggara sebesar 5,6% diikuti oleh Kota Ambon sebesar 7,3%

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 117


BAB V
PENGENDALIAN PENYAKIT

Pengendalian penyakit adalah upaya penurunan insidens, prevalens,


morbiditas atau mortalitas dari suatu penyakit hingga level yang dapat diterima
secara lokal. Angka kesakitan dan kematian penyakit merupakan indikator dalam
menilai derajat kesehatan suatu masyarakat.
Pengendalian penyakit yang akan dibahas pada bab ini yaitu pengendalian
penyakit menular, meliputi penyakit menular langsung, penyakit yang dapat
dikendalikan dengan imunisasi, penyakit yang ditularkan melalui vektor dan
zoonosis, dan dampak kesehatan akibat bencana.

A. Penyakit Menular Langsung


1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan
berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan kematian akibat
tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6
juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. Indonesia
merupakan salah satu negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak setelah
India yaitu 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, Global Tuberculosis Report,
2015).
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA
(bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. TB
dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB
meskipun dengan tingkat penularan yang kecil.
Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan
Case Notification Rate (CNR), prevalensi, dan mortalitas/kematian.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 118


a. Kasus Baru BTA Positif
Pada tahun 2015 di Provinsi Maluku, ditemukan jumlah kasus baru BTA
positif (BTA+) sebanyak 1.697 kasus, jumlah ini menurun bila dibandingkan dengan
kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2014 yaitu sebesar 1.939 kasus. Tahun
2014Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di Kabupaten Maluku Tengah
sebesar 424 kasus, dan pada tahun 2015 jumlah kasus yang tertinggi juga
dilaporkan dari Kabupaten Maluku Tengah sebanyak 403 kasus, jumlah kasus ini
lebih menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya

b. Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)


Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru
yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu.
Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan
penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk
menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan
pasien pada wilayah tersebut.

Gambar 5.1 menunjukkan angka notifikasi kasus baru tuberkulosis paru


terkonfirmasi bakteriologis dan angka notifikasi seluruh kasus tuberkulosis per
100.000 penduduk dari tahun 2011 - 2015.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 119


GAMBAR 5.1
ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PER 100.000 PENDUDUK
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2011-2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 5.1 memperlihatkan bahwa angka notifikasi kasus baru TB paru


BTA+ per 100.000 penduduk dari tahun 2011 - 2015. Angka notifikasi kasus BTA+
pada tahun 2014 di Provinsi Maluku sebesar 118,25 per 100.000 penduduk dan
pada tahun 2015, angka notifikasi kasus BTA+ sebesar 98,54 per 100,000
penduduk, jumlah ini lebih rendah jika dibandingkan dengan angka notifikasi di
tahun sebelumnya.
Berdasarkan Profil Kabupaten/Kota, jumlah kasus baru BTA (+) yang
tertinggi ada pada Kabupaten Maluku Tengah yaitu 403 kasus, sedangkan yang
terendah pada Kabupaten Buru Selatan yaitu sebanyak 18 kasus. Dari jumlah
kasus yang ditemukan, persentase kasus TB pada laki-laki lebih tinggi dibanding
dengan perempuan. Hal ini disebabkan karena mobilitas dan aktivitasnya yang
lebih tinggi daripada perempuan. Dengan faktor tersebut, pria diyakini lebih mudah
terpapar bakteri penyebab penyakit TB.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 120


c. Angka Keberhasilan Pengobatan
Salah satu upaya untuk mengendalikan tuberculosis yaitu dengan
pengobatan. Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka
keberhasilan pengobatan (success rate) yang diperoleh dari angka kesembuhan
dan angka pengobatan lengkap. Berikut ini digambarkan angka keberhasilan
pengobatan tahun 2011-2015.

GAMBAR 5.2
ANGKA KESEMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB BTA+
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2011-2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 5.2 memperlihatkan tentang perkembangan angka keberhasilan


pengobatan dari tahun 2011-2015. Pada tahun 2015 angka keberhasilan
pengobatan sebesar 61,58%. Capaian ini bila disesuaikan dengan standar WHO
yaitu angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%, maka pada tahun 2015,
Provnsi Maluku belum berhasil mencapai standar tersebut.
Berdasarkan laporan Kabupaten/kota bahwa dari bta (+) yang di obati,
persentase angka kesembuhan yan tertinggi adalah Kabupaten Buru Selatan yaitu
sebesar 91,67% sedangkan capaian terendah pada Kota Ambon dengan

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 121


persentase sebesar 38,75%. Bila dibandingkan dengan target indikator yang yang
ditetapkan dalam Rencana Strategi Bidang Kesehatan tahun 2014 – 2019, dimana
pada tahun 2015 telah ditargetkan lebih dari 91%, maka hal ini berarti capaian
angka kesembuhan untuk pengobatan tuberculosis belum tercapai dan harus
mendapat perhatian dari semua sektor terkait

d. Prevalensi Tuberculosis
Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi tuberculosis berdasarkan
diagnosis sebesar 1,7% dari jumlah penduduk. Dengan kata lain, rata-rata tiap
100.000 penduduk di Provinsi Maluku, terdapat 170 orang yang didiagnosis kasus
tuberculosis oleh tenaga kesehatan. Penyakit tuberculosis paru ditanyakan pada
responden untuk kurun waktu ≤ 1 tahun berdasarkan diagnosis yang ditegakkan
oleh tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak, foto toraks atau keduanya

GAMBAR 5.3
PREVALENSI TB PARU BERDASARKAN DIAGNOSIS DAN GEJALA TB PARU
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

8,0 6,9 7,1 6,7


6,0 5,6 5,6 5,6 5,5
4,74,7 4,7 4,4
3,9 3,9 3,9 3,8
3,4
4,0 2,9 2,7 3,1 2,9
2,0 2,4 2,0 1,6 2,2 2,6 2,4
1,9 1,6 1,7
2,0 1,3 1,0 1,4 1,2
0,9 0,7
-

DIAGNOSIS TB PARU (%) GEJALA TB PARU (%) BATUK ≥ 2 MINGGU


GEJALA TB PARU (%) BATUK DARAH

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Gambar 5.3 memperlihatkan bahwa prevalensi TB paru berdasarkan


diagnosis di Provinsi Maluku sebesar 1,7%, dengan gejala batuk ≥ 2 minggu
sebesar 3,4% dan batuk darah sebanyak 3,8%.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 122


2. HIV & AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
HIV/AIDS dan IMS di Provinsi Maluku masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, sekalipun telah banyak kemajuan yang dicapai oleh program seperti
perkembangan sarana layanan HIV dan IMS yang ada di kabupaten/kota. Provinsi
Maluku sejak sejak tahun 1994 mempunyai jumlah kasus dan Orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) masih cenderung terus meningkat.
Berdasarkan estimasi jumlah ODHA dengan infeksi baru, diperkirakan
bahwa masih banyak orang yang berisiko namun belum mengetahui status HIV-nya
sehingga tidak menjangkau layanan pencegahan, dukungan dan pengobatan yang
telah disediakan baik oleh pemerintah maupun swasta. Saat ini di Provinsi Maluku
baru memiliki 5 fasilitas pelayanan kesehatan yang mendapat pelatihan layanan
Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) yaitu Kota Ambon, Kabupaten Maluku
Tengah, Buru, Maluku Tenggara Barat, Maluku Tenggara dan Kepulauan Aru.

a. Jumlah Kasus HIV, AIDS dan Kematian Akibat AIDS


Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai
HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3
metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing(VCT), Zero survey,
dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP)
Provinsi Maluku memiliki jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan pada
tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus Jumlah ini menurun jika dibandingkan tahun
sebelumnya, demikian pula dengan kasus AIDS yang mengalami penurunan. Hal
ini merupakan salah satu keberhasilan program HIV dalam melakukan upaya
pengendalian kasus HIV dengan melalui kegiatan mobile VCT pada populasi
berisiko tinggi di kabupaten/kota.
Jumlah kematian akibat AIDS di Provinsi Maluku juga mengalami penurunan
karena telah tersedia klinik pengobatan di 3 (tiga) kabupaten/kota yaitu

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 123


RSUD dr. M. Haulussy (Kota Ambon), RSUD Karel Sadsuitubun (Kab. Maluku
Tenggara) dan Puskesmas Dobo (Kepulauan Aru) sehingga Orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) lebih mudah untuk mengakses pengobatan. Dengan adanya
kegiatan mobile di populasi berisiko juga meningkatkan penemuan kasus Syphilis
dan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) lainnya.

GAMBAR 5.4
JUMLAH KASUS HIV, AIDS DAN KEMATIAN AKIBAT AIDS
PER GOLONGAN UMUR DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 5.4 memperlihatkan bahwa pada tahun 2015 kasus HIV dan AIDS di
Provinsi Maluku banyak terjadi pada kelompok umur produktif yaitu umur 25-49
tahun dengan jumlah kasus HIV terbanyak sebesar 120 kasus dengan jumlah
penderita terbesar pada jenis kelamin perempuan yaitu 66 orang, dan jumlah
penderita AIDS sebanyak 104 kasus yang banyak terjadi pada laki-laki yaitu
sebanyak 58 orang. Dari jumlah penderita AIDS, ada 47 orang yang meninggal
pada kelompok umur 25-49 tahun dan terbanyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu
25 orang. Sedangkan jumlah penderita AIDS terendah ada pada kelompok umur 5
– 14 tahun yaitu sebanyak 2 kasus. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
Tabel 11.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 124


GAMBAR 5.5
JUMLAH KASUS HIV, AIDSDI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2011 – 2015

Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2015

Gambar 5.5 memperlihatkan bahwa jumlah kasus AIDS tahun 2015 di


Provinsi Maluku sebanyak 137 kasus dan jumlah ini menurun dibanding tahun 2014
dengan jumlah kasus sebanyak 143 kasus. Penemuan kasus yang jumlahnya
variatif tersebut disebabkan karena telah terbentuknya layanan HIV di beberapa
kabupaten/kota sehingga setiap 3 bulan akan selalu dilakukan kegiatan mobile
klinik.
Angka kematian (Case Fatality Rate) akibat AIDS sejak 2009 variatif seperti
terlihat pada Gambar 5.6

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 125


GAMBAR 5.6
JUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2009 – 2015

Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2015

Gambar 5.6 memperlihatkan bahwa jumlah kematian akibat AIDS di Provinsi


Maluku dari tahun ke tahun sangat variatif. Jumlah kematian akibat AIDS pada
tahun 2015 sebanyak 56 orang. Angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu sebanyak 54 orang. Hal ini disebabkan karena adanya penemuan
kasus baru secara dini melalui mobile klinik dan klinik utama di rumah sakit dan
puskesmas.

3. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, yaitu
diperkirakan sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia menyerang
semua umur di semua wilayah. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah
anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang
memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang
dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri.
Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk,
mengeluarkan dahak, dan sesak napas.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 126


Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan
meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Jumlah kasus pneumonia yang
ditemukan dan ditanggani di Maluku tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 5.7

GAMBAR 5.7
JUMLAH BALITA PNEUMONIA YANG DITEMUKAN DAN DITANGANI
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 5.7 memperlihatkan bahwa jumlah kasus pneumonia pada balita


yang ditemukan dan ditanggani di Provinsi Maluku tahun 2015 sebanyak 602 kasus
dengan persentase 3,08% dari perkiraan kasus yang didapat secara estimasi
berdasarkan jumlah penduduk kabupaten/kota sebanyak 19.557 kasus, dengan
jumlah kasus terbanyak ada pada Kabupaten Seram Bagian Barat yaitu 139 kasus.
Data dan infromasi lengkap kasus pneumonia dapat dilihat pada lampiran Tabel 10.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, period prevalence pneumonia berdasarkan
diagnosis selama 1 bulan sebelum wawancara terlihat pada Gambar 5.8.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 127


GAMBAR 5.8
PERIOD PREVALENCE PNEUMONIA BERDASARKAN DIAGNOSIS/GEJALA
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

10 9,2
9
8
7
6 4,7
5 3,8 4,0
4 2,7 2,4 3,1 2,3
3 1,8
2 1,2 1,2 1,2 0,9 1,3
1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,3 0,1 0,1 0 0,2 0,1 0,2 0,2
0

DIAGNOSIS/GEJALA
DIAGNOSIS DOKTER/TENAGA KESEHATAN

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 5.8 memperlihatkan bahwa period prevalence pneumonia


berdasarkan diagnosis selama 1 bulan sebelum wawancara di Provinsi Maluku
sebesar 0,2% sedangkan berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 2,3%.

4. Kusta
Penyakit Kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit Hansen
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses
pembelahan cukup lama antara 2–3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta
mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2–5
tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun. Penatalaksanaan
kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan
kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.
Angka Penemuan Kasus Baru Kusta/Newly Case Detection Rate (NCDR) dapat
dilihat pada Gambar 5.9

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 128


GAMBAR 5.9
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA PER 100.000PENDUDUK DI
PROVINSI MALUKU TAHUN 2011-2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 5.9 memperlihatkan bahwa selama periode 2011-2015, angka


penemuan kasus baru kusta pada tahun 2013 merupakan yang terendah yaitu
sebesar 23,03% per 100.000 penduduk. Pada tahun 2014 angka ini mengalami
peningkatan yaitu 32,80% per 100.000 penduduk dan kembali mengalami
penurunan sebesar 28,5% per 100.000. Berdasarkan laporan kabupaten/kota,
ditemui angka terbesar ada pada pada Kabupaten Malukui Tengah yaitu sebesar
109 kasus dan 100 kasus diantaranya merupakan tipe Multi Basiler.
Di Provinsi Maluku Angka Prevalensi Penyakit Kusta pada tahun 2011 –
2015 berkisar antara 2,70 hingga 4,65 per 10.000 penduduk. Gambaran prevalensi
penyakit kusta kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran Tabel 19 dan Gambar
5.10

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 129


GAMBAR 5.10
ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA
PER 10.000PENDUDUK DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2011-2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

5. Diare
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Sampai
saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Maluku.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungan dengan terjadinya
penyakit diare adalah rendahnya kualitas hidup bersih dan sehat masyarakat pada
umumnya dan khususnya hygiene perorangan, serta penggunaan sarana sanitasi
dasar yang memenuhi syarat kesehatan belum membudaya pada masyarakat di
pedesaan.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian
nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan
semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%).

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 130


GAMBAR 5.11
JUMLAH KASUS DIARE YANG DITANGANI
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 5.11 memperlihatkan bahwa jumlah kasus diare yang ditangani di


Provinsi Maluku tahun 2015 sebanyak 22.591 kasus dari 34.795 kasus yang
ditargetkan. Berdasarkan perhitungan estimasi jumlah penduduk, maka capaian
persentase kasus diare yang ditangani sebesar 74,9%.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan mengisyaratkan
cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit dengan target yang
dicapai sebesar 100%. Pada tahun 2015 terjadi penurunan kasus jika dibandingkan
dengan tahun 2014 sebesar 27.814 kasus. Terjadi penurunan jumlah kasus karena
di setiap puskesmas di 11 kabupaten/kota telah melaporkan angka penemuan dan
penanganan penyakit diare yang telah terekap setiap bulan.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, period prevalence diare pada seluruh
kelompok umur (>2 minggu-1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan
gejala di Maluku sebesar 6.0%. Gambar 5.12 menggambarkan period prevalence
diare menurut kabupaten/kota di Provinsi Maluku tahun 2013

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 131


GAMBAR 5.12
PERIOD PREVALENCE DIARE (> 2 MINGGU – 1 BULAN SEBELUM
WAWANCARA) MENURUT GEJALA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

MALTENG 3,2
TUAL 4,1
BURU 4,8
MTB 5,5
MALRA 5,7
MALUKU 6,0
AMBON 6,3
INDONESIA 7,0
SBB 7,3
SBT 7,4
KEP.ARU 7,8
MBD 9,6
BURSEL 13,1

0 2 4 6 8 10 12 14

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 5.12 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013 di Provinsi Maluku, period prevalence diare tertinggi ada di Kabupaten Buru
Selatan yaitu sebesar 13,1 % dan terendah di Kabupaten Maluku Tengah sebesar
3,2%.

6. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


(PD3I) a. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk
ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya
disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus Tetanus
Neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Data selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran Tabel 19.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 132


b. Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus.
Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah)
orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak
usia pra sekolah dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia
akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya. Kasus
campak per Kabupaten Kota tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 5.13.

GAMBAR 5.13
KASUS CAMPAK PER KABUPATEN KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Kota, 2015

Gambar 5.13 memperlihatkan bahwa pada tahun 2015 terdapat 50 kasus


campak di Provinsi Maluku dimana kasus tertinggi ada pada Kabupaten Buru yaitu
27 kasus diikuti oleh Kabupaten Buru Selatan sebanyak 12 kasus dan Kabupaten
Maluku Tengah sebanyak 11 kasus, sedangkan 8 kabupaten/kota lainnya tidak
dilaporkan adanya kasus campak. Jumlah kasus campak di tahun 2014 jauh lebih
tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 602 kasus dan tahun 2013 sebesar 91
kasus. Hal ini disebabkan karena cakupan imunisasi sudah mulai membaik, selain

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 133


itu status kurang gizi dan gizi buruk di masyarakat sudah mulai menurun dan tidak
ada jumlah kasus meninggal akibat campak di tahun 2015.

c. Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang
menyerang sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya
menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Berdasarkan laporan kabupaten/kota tahun
2015 tidak ada kasus difteri.

d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)


Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga
penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak
berusia 0-3 tahun dan ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala,
mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan.
AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid bersifat lunglai, lemas
atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara
akut (mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang
diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium.
Kementerian Kesehatan menetapkan non polio AFP Rate minimal 2/100.000
populasi anak usia < 15 tahun.
Bila dibandingkan dengan AFP rate nasional pada tahun 2011 yakni sebesar
2.76 per 100.000 penduduk <15 tahun, tahun 2012 sebesar 2.73 per 100.000
penduduk <15 tahun dan tahun 2013 sebesar 2.62 per 100.000 penduduk <15
tahun, maka Non Polio AFP rate Provinsi Maluku masih dibawah Non Polio AFP
rate Nasional. Tahun 2014 dilaporkan adanya kasus AFP non polio sebanyak 13
dengan AFP rate (non polio) 2,33 per 100.000 penduduk <15 tahun, lebih tinggi dari
tahun 2015 yaitu kasus AFP non polio sebanyak 2 kasus dengan AFP rate (non
polio) 1,22 per 100.000 penduduk usi <15 tahun. Kasus AFP non polio tahun 2015
di Provinsi Maluku per kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 5.14.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 134


GAMBAR 5.14
JUMLAH KASUS AFP NON POLIO PER KABUPATEN KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Kota, 2015

Gambar 5.14 memperlihatkan bahwa berdasarkan laporan kabupaten/kota,


kasus AFP non polio hanya ada pada Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku
Tenggara yaitu 1 kasus, sedangkan 9 kabupaten lainnya tidak ada kasus AFP non
polio. Tahun 2015 Maluku AFP Rate (non polio) per 100.000 penduduk usia ˂ 15
tahun sebesar 1,22.
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans,
akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus
polio liar. Untuk itu diperlukan spesimen adekuat yang sesuai dengan persyaratan
yaitu diambil ≤ 14 hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 0°C - 8°C sampai di
laboratorium. Data tentang jumlah kasus non polio AFP rate dapat dilihat pada
lampiran Tabel 18.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 135


7. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan
nyamuk dari genus aedes, misalnya aedes aegypti atau aedes albopictus. Penyakit
DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.
Pada tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan dari 11
kabupaten/kota sebanyak 82 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 6 orang
yang terdapat di Kota Tual 3 orang, Kabupaten Maluku Tenggara 2 orang, dan Kota
Ambon 1 orang (Incidence Rate/Angka Kesakitan= 5,7 per 100.000 penduduk dan
CFR/angka kematian= 7,3%). Tahun 2014, jumlah penderita DBD yang dilaporkan
sebanyak 17 kasus dengan jumlah kematian 3 orang (Incidence Rate/Angka
Kesakitan= 1,0 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian= 17,6%). Hal ini
menunjukkan adanya kenaikan jumlah kasus pada tahun 2015 dibandingkan tahun
2014. Gambar Angka kesakitan (IR) DBD tahun 2011-2015 dapat dilihat pada
Gambar 5.15.
GAMBAR 5.15
ANGKA KESAKITAN (INCIDANCE RATE) DEMAM BERDARAH DENGUE
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2011-2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 136


Angka Kematian/Case Fatality Rate DBD di Provinsi Maluku sejak empat
tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5.16

GAMBAR 5.16
CASE FATALITY RATE DEMAM BERDARAH DENGUE
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2011-2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 5.16 memperlihatkan bahwa angka kematian/CFR di Provinsi


Maluku mengalami peningkatan dari tahun 2013. Angka kematian/CFR tahun 2013
sebesar 6,98% meningkat menjadi 17,6% pada tahun 2014 dan tahun 2015 angka
ini menurun menjadi 7,3%. Kematian akibat DBD dikategorikan tinggi jika CFR >
2%. Dengan demikian dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 Provinsi Maluku
termasuk memiliki CFR tinggi dengan angka yang variatif, sehingga masih perlu
adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas
dan kuantitas SDM kesehatan di rumah sakit dan puskesmas termasuk peningkatan
sarana dan prasarana penunjang diagnostik serta penatalaksanaan bagi penderita
di semua fasilitas pelayanan kesehatan. Data selengkapnya, dapat dilihat pada
lampiran Tabel 21.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 137


Fluktuasi jumlah kasus dan kematian yang variatif tersebut disebabkan oleh :
1. Kurangnya partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian DBD, terutama pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN), meskipun pada umumnya pengetahuan masyarakat tentang DBD dan
cara pencegahannya sudah cukup tinggi.
2. Kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan lintas sektor dalam
pengendalian DBD
3. Perubahan iklim yang cenderung menambah jumlah habitat vektor DBD
menambah risiko penularan
4. Infrastruktur penyediaan air bersih yang tidak memadai, serta letak geografis
Provinsi Maluku di daerah tropis mendukung perkembangbiakan vektor dan
pertumbuhan virus.

8. Chikungunya
Demam chikungunya (demam chik) adalah suatu penyakit menular dengan
gejala utama demam mendadak, nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut,
pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang, serta ruam pada kulit.
Demam chik ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypty yang
juga merupakan nyamuk penular penyakit demam berdarah Dengue (DBD).
Demam chik dijumpai terutama di daerah tropis atau subtropis dan sering
menimbulkan epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam
chik yaitu rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan
populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang
biasanya terjadi pada musim penghujan. Selama tahun 2015 tidak ada laporan
tentang kasus Chikungunya.

9. Filariasis
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria,
yang terdiri dari tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia
timori. Penyakit inimenginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular
melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 138


tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di
jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara,
lengan dan organ genital.

GAMBAR 5.17
JUMLAH KASUS KLINIS FILARIASIS DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2011 – 2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 5.17 memperlihatkan bahwa jumlah kasus filariasis di Provinsi


Malukudari tahun 2011 sampai 2015, mengalami perubahan yang cukup besar dari
tahun 2011 yaitu 176 kasus dan menurun sebesar 11 kasus di tahun 2012, pada
tahun 2013 mengalami kenaikan tinggi yaitu 172 kasus dan menurun lagi pada
tahun 2014 hingga tahun 2015. Pada tahun 2015 dilaporkan adanya kasus
Filariasis (kronis) sebanyak 27 kasus yang tersebar di Provinsi Maluku. Kabupaten
Maluku Tenggara merupakan penyumbang terbanyak kasus filariasis yaitu 6 kasus,
sedangkan yang paling terendah adalah Kabupaten Buru dengan 1 kasus.
Sedangkan Kota Ambon, Buru Selatan, Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru
melaporkan bahwa tidak ada kasus filariasis.
Adanya laporan kasus filariasis disebabkan karena peran aktif dari
kabupaten/kota untuk melapor. Selain itu pengobatan masal yang sudah dilakukan

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 139


selama ini masih terbatas pada Kota Ambon dan Maluku Tengah, akan tetapi belum
dilaksanakan secara maksimal dikarenakan tidak tersedianya dana di
kabupaten/kota untuk melaksanakan survey darah jari guna mengetahui Microfilaria
Rate (Mf Rate) yang dilanjutkan dengan pengobatan massal.

10. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh
nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki
ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang
dewasa.
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Penyakit tersebut juga dapat mempengaruhi angka kematian bayi, anak dibawah
umur lima tahun serta ibu hamil. Kejadian Luar Biasa (KLB) sering terjadi di
beberapa daerah akibat perubahan lingkungan dan perpindahan penduduk serta
terbatasnya pelayanan kesehatan masyarakat sehingga menyebabkan kematian.
Penanggulangan Malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya
promotif, preventif dan kuratif. Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian serta mencegah KLB. Untuk mencapai hasil yang optimal upaya
preventif dan kuratif tersebut harus dilakukan secara profesional dan terintegrasi
dengan program lainnya.
Provinsi Maluku merupakan daerah endemis malaria, saat ini sedang
dikembangkan sistem rujukan program yang mengacu pada sistem gugus pulau.
Penegakan diagnosa penyakit malaria secara klinis (tanpa konfirmasi laboratorium)
akan memberikan gambaran angka malaria klinis yang terjadi di masyarakat.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 140


a. Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence/API)
Yang dimaksudkan dengan angka kesakitan maliaria/API adalah jumlah
penderita positif malaria di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi
jumlah penduduk berisiko pada wilayah dalam kurun waktu yang sama. Suatu
kasus malaria dapat dikatakan positif apabila kasus tersebut disertai dengan gejala
klinis malaria yaitu demam tinggi, disertai menggigil dengan pemeriksaan sediaan
darah di laboratorium.

GAMBAR 5.18
ANGKA KESAKITAN MALARIA (ANNUAL PARACITE INCIDENCE /API)
PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2009-2015

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 5.18 memperlihatkan bahwa berdasarkan laporan Profil


kabupaten/kota, jumlah Angka Kesakitan (Annual Paracite Incidence/API) tahun
2009 sebesar 7,0/1000 penduduk, tahun 2010 sebesar 10,4/1000 penduduk, pada
tahun 2011 sebesar 9,1/1.000 penduduk, pada tahun 2012 sebesar 11,1/1000
penduduk, pada tahun 2013 sebesar 11,5/1.000 penduduk, pada tahun 2014
sebesar 11,5/1.000 penduduk, dan pada tahun 2015 sebesar 9,18/1.00 penduduk.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 141


GAMBAR 5.19
INSIDENS MALARIA MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013
12
10,9

10
8,6 8,7

6
D
4,3 4,2 4,2
4,0 3,8 DG
4 3,4 3,2
2,9
2,3 2,2 2,4
2,0 1,9
2 1,5 1,2 1,3 1,1 1,2
0,6 0,5 0,8 0,7 0,3
0

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 5.19 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013 di Provinsi Maluku, insiden malaria berdasarkan diagnosis sebesar 1,2 % atau
12 per 1.000 penduduk sementara insiden malaria berdasarkan diagnosis/gejala
sebesar 3,8% atau 38 per 1.000 penduduk.
Insiden malaria berdasarkan diagnosis dengan gejala terbanyak ada pada
kabupaten Buru Selatan sebesar 10,9/1.000 penduduk diikuti oleh Kabupaten
Maluku Barat Daya sebesar 8,7/1.000 penduduk dan Kabupaten Seram Bagian
Timur sebesar 8,6/1.000 penduduk. Sedangkan insiden terendah ada pada
Kabupaten Maluku tengah sebesar 2,3/1.000 penduduk dan Kota Ambon sebesar
2,4/1.000 penduduk

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 142


b. Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria harus dilakukan secara efektif. Pemberian jenis obat
harus benar dan cara minumnya harus tepat waktu, sesuai dengan acuan program
pengendalian malaria. Pengobatan efektif adalah pemberian ACT (Artemicin-based
Combination Therapy) pada 24 jam pertama pasien panas dan obat harus diminum
habis dalam 3 hari. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, dapat dilihat proporsi
penderita malaria dengan pengobatan efektif yaitu dengan pemberian ACT
(Artemicin-based Combination Therapy) dapat dilihat pada gambar 5.20

GAMBAR 5.20
PROPORSI PENDERITA MALARIA DENGAN PENGOBATAN EFEKTIF
DENGAN PEMBERIAN ACT MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

TUAL 75,8
MALTENG 75,3
BURU 51,0
AMBON 48,8
INDONESIA 45,5
KEP.ARU 44,8
MALUKU 44,6
MTB 43,8
MBD 37,7
SBB 33,8
SBT 31,0
MALRA 29,3
BURSEL 21,6
- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 5.20 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas 2013


pengobatan efektif pada penderita malaria di Provinsi Maluku sebesar 44,6%.
Informasi lengkap mengenai jumlah kasus malaria, jenis tes sediaan darah, dan
angka kesakitan tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran Tabel 22.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 143


11. Rabies
Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus (golongan
Rabdovirus) yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar,
kera, musang dan serigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus. Terdapat
beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya pengendalian rabies,
yaitu: GHPR (Gigitan Hewan Penular Rabies), PET/Post Exposure Treatment
(penatalaksanaan kasus gigitan), dan kasus yang positif rabies dan mati
berdasarkan uji Lyssa.
Pada tahun 2015 di Provinsi Maluku dilaporkan kasus rabies akibat gigitan
hewan penular rabies sebanyak 1.242kasus, yang diberikan vaksin anti rabies
sebanyak 956 kasus, yang meninggal akibat rabies berdasarkan uji Lyssa sebanyak
5 orang, dan spesimen yang diperiksa sebanyak 176 spesimen. Tingginya kasus
rabies di Provinsi Maluku disebabkan karena :
1. Penyediaan logistik vaksin anti rabies masih kurang di kabupaten/kota
2. Kurangnya dana untuk pembelian vaksin untuk hewan penular rabies di
kabupaten/kota
3. Kurannya peran serta masyarakat
4. Pengawasan lalu lintas hewan penular rabies masih lemah

12. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan zoonosis yang diakibatkan bakteri Leptospira sp.
Sumber infeksi pada manusia biasanya akibat kontak secara langsung atau tidak
langsung dengan urin hewan yang terinfeksi. Penyakit ini bersifat musiman, di
daerah yang beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai pada musim panas
dan musim gugur karena temperatur adalah faktor yang mempengaruhi
kelangsungan hidup Leptospira, sedangkan di daerah tropis insidens tertinggi
selama musim hujan. Tahun 2015 tidak ada laporan tentang kasus leptospirosis
Upaya yang dilakukan untuk menekan angka kematian cukup efektif.
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis ditujukan pada upaya
penemuan dini serta pengobatan segera penderita untuk mencegah kematian,

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 144


intervensi lingkungan untuk mencegah munculnya sarang-sarang atau tempat
persembunyaian tikus, dan vaksinasi hewan peliharaan terhadap Leptospira

B. Penyakit Tidak Menular (PTM)


Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,
diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik
lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh
36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010). Di Indonesia, penyakit menular masih
merupakan masalah kesehatan penting dalam waktu yang bersamaan dengan
morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal tersebut menjadi beban
ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi
dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Peningkatan PTM berdampak
negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali
memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM
merupakan penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat mengganggu ekonomi
penderita dan keluarganya.
Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk
kecacatan permanen. Secara global, regional, dan nasional pada tahun 2030
diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit
tidak menular.
Berbagai faktor risiko PTM antara lain ialah: merokok dan keterpaparan
terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup,
kegemukan, obat-obatan, dan riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya
pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya pencegahan penyakit tidak
menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi.
Kementerian Kesehatan telah mengembangkan program pengendalian PTM
sejak tahun 2005. Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan
berupa promosi Perilaku Bersih dan Sehat serta pengendalian masalah tembakau.
Pemerintah Daerah di beberapa tempat telah menerbitkan peraturan terkait
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan membentuk Aliansi Walikota/Bupati dalam
Pengendalian Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Sedangkan untuk

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 145


pengaturan makanan berisiko, ke depan akan dibuat regulasi antara lain tentang
gula, garam dan lemak dalam makanan yang dijual bebas.
Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor, baik
pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh
lapisan masyarakat. Beberapa kegiatan yang telah dikembangkan dalam upaya
untuk mengendalikan penyakit tidak menular sampai tahun 2015 adalah sebagai
berikut.
1. Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
Kegiatan yang mulai dikembangkan pada tahun 2011 ini merupakan salah
satu wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan
tindak lanjut dini terhadap faktor risiko PTM secara terpadu dan terintegrasi dengan
kegiatan rutin di masyarakat, seperti di lingkungan tempat tinggal dalam wadah
desa/kelurahan siaga aktif.
Selain itu, kegiatan tersebut pada saat ini telah dikembangkan pada
kelompok khusus seperti di Perusahaan Outobus (PO), kelompok bimbingan ibadah
haji (KBIH), sekolah, dan tempat kerja.
2. Meningkatkan Upaya Pengendalian PTM di Puskemas
Pada tahun 2013 setiap kabupaten/kota minimal memiliki satu puskesmas
dengan program unggulan pelayanan PTM yang dilengkapi dengan sumber daya
manusia yang terlatih PTM, fasilitas dan peralatan untuk penatalaksanaan kasus
PTM. Upaya tersebut antara lain peningkatan promosi kesehatan (health promotion)
yang dilakukan melalui gaya hidup sehat, melaksanakan deteksi dini dan monitoring
faktor risiko PTM dan Pandu PTM, dan atau layanan khusus PTM lainnya (jantung,
stroke, cedera, skrining thalasemia, SLE, kanker anak, layanan upaya berhenti
merokok, diet, aktivitas fisik, stres, PAL, IVA + CBE, rehabilitasi dan atau paliatif
PTM).

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 146


3. Pengendalian Tembakau
Pengendalian tembakau di Indonesia merupakan salah satu upaya
pengendalian faktor risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak
menular.
Beberapa upaya pengendalian tembakau yang telah dikembangkan antara
lain :
a. Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
b. Upaya berhenti rokok di fasilitas pelayanan kesehatan primer
c. Kebijakan pengendalian rokok
d. Jajak pendapat masyarakat tentang penerapan larangan total iklan, promosi
dan sponsorship rokok.

1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah


Ruang lingkup pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD)
yang menjadi tanggung jawab Sub Direktorat Penyakit Jantung Dan Pembuluh
Darah, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
meliputi hipertensi essensial, penyakit ginjal hipertensi, penyakit jantung hipertensi,
stroke, gagal jantung, Penyakit Jantung Koroner (PJK), kardiomipathy, penyakit
jantung rheumatic, penyakit jantung bawaan, dan infark miocard akut.
Prioritas program pengendalian sejak tahun 2010 memperhatikan pada
pengendalian faktor risiko PJPD berbasis masyarakat, deteksi dini, dan jejaring
kerja dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :
1. Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK). Sampai dengan tahun
2010, NSPK yang telah disusun berupa :
a. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 854/MENKES/SK/IX/2009 Tentang
Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 853/MENKES/SK/IX/2009 Tentang
Jejaring Kerja Nasional
c. Buku pedoman “Pengendalian Hipertensi pada Ibu Hamil”
d. Buku Deteksi Dini Faktor Risiko penyakit Jantung dan pembuluh Darah
2. Pengembangan SDM yang terdiri dari Training of Trainers (TOT).

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 147


3. Penyediaan alat stimulan berupa masscrening yang terdiri dari timbangan badan,
alat ukur tinggi badan, lingkar pinggang, tekanan darah, cardiochek.
4. Surveilans Epidemiologi. Kegiatan ini berupa penemuan dan tata laksana
penyakit jantung dan pembuluh darah. Salah satu kegiatan pokok pengendalian
penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu penemuan dan tatalaksana yang
dilaksanakan melalui deteksi dini faktor risiko.
5. Pengendalian faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah berbasis
masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan peran serta masyarakat.
Kegiatan ini dilakukan dengan melatih kader-kader Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu).
6. Jejaring kerja berdasarkan faktor risiko PJPD. Kegiatan ini dilakukan dengan
menjalin kerjasama dengan lintas sektor, lintas program dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM).

Gambaran prevalensi stroke di Provinsi Maluku sebagai salah satu penyakit


jantung dan pembuluh darah hasil Riskesdas tahun 2013 menurut kabupaten/kota
disajikan pada Gambar 5.21

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 148


GAMBAR 5.21
PREVALENSI STROKE PADA UMUR ≥ 15 TAHUN (‰) BERDASARKAN
DIAGNOSIS DOKTER MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

MALRA 7,8
INDONESIA 7,0
AMBON 6,2
TUAL 5,8
MALTENG 5,1
MALUKU 4,2
MTB 4,1
BURSEL 3,3
SBT 3,0
SBB 1,4
BURU 1,4
KEP.ARU 0,4
MBD 0,3
- 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 5.21 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013, kabupaten/kota dengan prevalensi stroke pada umur ≥ 15 tahun menurut
diagnosis dokter/gejala di Provinsi Maluku sebesar 4,2‰ (per mil). Adapun
prevalensi stroke tertinggi ada pada Kabupaten Maluku Tenggara sebesar 7,8‰,
diikuti oleh Kota Ambon sebesar 6,2 ‰ dan Kota Tual sebesar 5,8 ‰. Sedangkan
prevalensi terendah ada pada Kabupaten Maluku Barat Daya sebesar 0,3‰ dan
Kabupaten Kepulauan Aru sebesar 0.4‰. Tinggi rendahnya prevalensi sebagian
besar dipengaruhi oleh pola hidup.
Selain stroke, penyakit jantung koroner juga merupakan salah satu penyakit
jantung dan pembuluh darah yang menjadi penyebab kematian tertinggi. Gambaran
prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan Riskesdas tahun 2013 di Provinsi
Maluku dapat dilihat pada Gambar 5.22.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 149


GAMBAR 5.22
PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA UMUR ≥ 15 TAHUN
BERDASARKAN DIAGNOSIS DOKTER/GEJALA
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2013

SBT 5,10
TUAL 4,10
MALRA 3,60
BURSEL 3,20
KEP.ARU 2,00
MALUKU 1,70
INDONESIA 1,50
AMBON 1,40
BURU 1,20
MALTENG 1,20
MTB 1,10
MBD 1,00
SBB -

- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 5.22 memperlihatkan bahwa menurut Riskesdas tahun 2013,


Provinsi Maluku dengan prevalensi penyakit jantung koroner pada umur ≥ 15 tahun
menurut diagnosis dokter/gejala sebesar 1,70‰, dengan prevalensi tertinggi ada
pada Kabupaten Seram Bagian Timur yaitu sebesar 5,10‰, diikuti oleh Kota Tual
sebesar 4,10‰ dan Kabupaten Maluku Tenggara sebesar 3,60‰. Sedangkan
Kabupaten Seram Bagian Barat memiliki prevalensi penyakit jantung koroner
sebesar 0‰,

2. Hypertensi
Sehubungan dengan kasus hypertensi pada tahun 2015, dari 11
kabupaten/kota, hanya 6 kabupaten yang melaporkan jumlah penduduk ≥ 18 tahun
yaitu sebanyak 861.308 orang, dimana dari jumlah tersebut hanya 228,319 orang

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 150


(26,51%) yang melakukan pemeriksaan pengukuran tekanan darah di fasilitas
kesehatan yang terdiri dari laki-laki sebanyak 102.410 orang (24,29%) dan
perempuan sebanyak 125.909 orang (28,64%). Berdasarkan hasil pengukuran,
ditemui yang mengalami Hipertensi sebanyak 33.679 orang (14,75%) yaitu laki-laki
sebanyak 14.625 orang (14,28%) dan perempuan sebanyak 19.054 orang
(15,13%).
Upaya penanggulangan yang dilakukan di fasilitas kesehatan kabupaten/kota
melalui puskesmas dan rumah sakit yaitu melalui kegiatan pengukuran tekanan
darah, pengobatan dan konseling masalah penyakit hipertensi serta penyuluhan
tentang manfaat pengukuran tekanan darah dan gaya hidup (life style) yang sehat
agar terhindar dari faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Persentase
penduduk ≥ 18 tahun mengalami hypertensi dapat dilihat pada Gambar 5.23.

GAMBAR 5.23
PRESENTASE PENDERITA HIPERTENSI PENDUDUK UMUR ≥ 18 TAHUN
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Kota Tahun 2015

Gambar 5.23 memperlihatkan bahwa, jumlah penderita hypertensi antara


laki-laki dan perempuan tidak mengalami perbedaan yang signifikan dari total

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 151


keseluruhan penduduk umur ≥ 18 tahun yang melakukan pengukuran tekanan
darah.

GAMBAR 5.24
PREVALENSI HIPERTENSI PADA UMUR ≥ 18 TAHUN BERDASARKAN
WAWANCARA MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

MALRA 13,9
KEP.ARU 11,0
INDONESIA 9,5
TUAL 9,0
AMBON 7,7
SBT 7,6
BURU 7,3
MTB 7,2
MALUKU 6,8
MBD 6,4
BURSEL 5,3
MALTENG 4,8
SBB 0,8
- 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 5.24 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013, prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis
oleh tenaga kesehatan dan minum obat hipertensi), di Provinsi Maluku sebesar
6,8%. .Adapun prevalensi tertinggi ada pada Kabupaten Maluku Tenggara sebesar
13,9%, diikuti oleh Kabupaten Kepulauan Aru sebesar 11 % dan Kota Tual sebesar
9%. Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Kabupaten Seram Bagian Barat
yaitu sebesar 0,8%, diikuti oleh Kabupaten Maluku Tengah sebesar 4,8%.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 152


3. Penyakit Kanker
Program pengedalian penyakit kanker dilakukan untuk semua jenis kanker,
tetapi saat ini masih diprioritaskan pada dua jenis kanker tertinggi di Indonesia yaitu
kanker leher rahim dan kanker payudara. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dilakukan melalui
pengendalian faktor risiko dan peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi.
Pencegahan sekunder dilakukan melalui deteksi dini dan tatalaksana yang
dilakukan di puskesmas dan rujukan ke rumah sakit. Deteksi dini kanker leher rahim
menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi
untuk IVA (lesipra kanker leher rahim) positif, sedangkan deteksi dini kanker
payudara menggunakan metode Clinical Breast Examiniation (CBE). Pencegahan
tersier dilakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif di unit-unit pelayanan
kesehatan yang menangani kanker dan pembentukan kelompok survivor kanker di
masyarakat. Selain itu, dilakukan juga pengembangan registrasi kanker sebagai
suatu sistem surveilans dengan menggunakan software SriKanDI (Sistem
Registrasi Kanker di Indonesia).
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit kanker antara
lain :
1. Pencegahan dan pengendalian faktor risiko.
Sampai dengan tahun 2010 telah disusun Pedoman Pengendalian Penyakit
Kanker yang menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan berbagai pihak yang
terlibat dalam pengendalian kanker. Pengendalian faktor risiko kanker juga
dilakukan dengan memberikan konseling dan penyuluhan bagi perempuan yang
melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara di Puskesmas.
2. Penemuan dan tatalaksana kasus.
Program deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan masih diprioritaskan pada 2
(dua) jenis kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker payudara dan kanker leher
rahim. Program ini dimulai sejak tahun 2007 dan telah dicanangkan sebagai
program nasional yang dicanangkan oleh Ibu Negara Hj. Kristiani Herrawati pada
tanggal 21 April 2008. Program tersebut dikembangkan oleh Kementerian
Kesehatan dan Female Cancer Program (FCP). Sampai dengan tahun 2013

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 153


program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara telah dilaksanakan di
Provinsi Maluku dengan melatih dokter sebanyak 15 orang. Gambaran mengenai
prevalensi penyakit kanker berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 dapat dilihat
pada Gambar 5.25.

GAMBAR 5.25
PREVALENSI PENYAKIT KANKER (‰) BERDASARKAN DIAGNOSIS
DOKTER/GEJALA MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

BURU 1,8
BURSEL 1,5
INDONESIA 1,4
AMBON 1,4
MALTENG 1,2
MALRA 1,1
MTB 1,1
MALUKU 1,0
MBD 0,6
SBT 0,3
TUAL 0
SBB 0
KEP.ARU 0
0 1 1 2 2

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 5.25 memperlihatkan bahwa berdasarkan Riskesdas tahun 2013 di


Provinsi Maluku, prevalensi penyakit kanker yang tertinggi adalah Kabupaten Buru
(1,8%) sedangkan prevalensi terendah terdapat di Kota Tual, Kabupaten Seram
Bagian Barat dan Kabupaten Kepulauan Aru masing-masing 0%.
Dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Maluku, yang melakukan diteksi dini
kanker rahim dengan metode IVA dan kanker payudara dengan metode CBE
adalah Kota Ambon. Dari 113.490 orang penduduk perempuan yang berusia 30 - 50
tahun, hanya 48 penduduknya saja yang melakukan pemeriksaan Diteksi Dini IVA
dan CBE dan hanya dilaksanakan oleh 1 Puskesmas yaitu Puskesmas Rjali di Kota
Ambon. Hal ini di sebabkan Pada Tahun 2015 Belum semua Petugas di
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 154
layanan Kesehatan mendapatkan pelatihan (tersertifikasi) dalam melakukan
tindakan pemeriksaan IVA. Penduduk yang telah melakukan diteksi dini tersebut
didapati dengan hasil yang baik/normal, namun tetap di berikan konseling tentang
penyakit Kanker Leher rahim dan Kanker payudara, pentingnya menjaga pola hidup
serta disarankan untuk berbagi informasi untuk semua perempuan, usia 30 - 50
tahun untuk dapat melakukan pemeriksaan.

4. Penyakit Diabetes Melitus dan penyakit metabolik


Ruang lingkup pengendalian penyakit diabetes melitus dan penyakit
metabolik yang ditangani oleh Sub Direktorat Pengendalian Diabetes Melitus dan
Penyakit Metabolik adalah diabetes melitus, obesitas, gangguan kelenjar tiroid,
dislipidemia, gangguan metabolisme kalsium, gangguan sekresi korteks adrenal,
dan gangguan kelenjar hipotalamus. Diabetes melitus disebabkan oleh pola
makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan stress. Tujuan
program pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik adalah
terselenggaranya peningkatan kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko penyakit tidak menular dengan melibatkan pengelola
program pusat, daerah, UPT, lintas program, lintas sektor, organisasi profesi, LSM
dan masyarakat.
Kegiatan pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik yang telah
dilaksanakan terdiri dari pokok-pokok kegiatan yakni sebagai berikut.
a) Peningkatan kapasitas SDM
Upaya ini telah dilakukan melalui pelatihan terhadap 15 dokter umum.
b) Menjalin kemitraan
Upaya lain terkait pencegahan dan penanggulangan faktor risiko adalah menjalin
kemitraan dengan lintas program/lintas sektor melalui pembentukan jejaring
kelompok kerja diabetes melitus, pengembangan partisipasi masyarakat dalam
pengendalian diabetes dan penyakit metabolik

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 155


GAMBAR 5.26
PREVALENSI DIABETES PADA UMUR ≥ 15 TAHUN BERDASARKAN
DIAGNOSIS DOKTER/GEJALA MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

BURSEL 5,3
SBT 4,8
TUAL 4,1
MALRA 4,1
KEP.ARU 3,1
INDONESIA 2,1
MALUKU 2,1
AMBON 1,9
MBD 1,4
BURU 1,4
MALTENG 1,3
MTB 0,9
SBB 0,7
0 1 2 3 4 5 6

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 5.26 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas 2013 di


Provinsi Maluku, prevalensi diabetes berdasarkan wawancara sebanyak 2,1%.
Prevalensi tertinggi ada pada Kabupaten Buru Selatan sebesar 5,3%, diikuti oleh
Kabupaten Seram Bagian Timur sebesar 4,8%, sedangkan yang prevalensi
terendah ada pada Kabupaten Seram Bagian Barat yaitu sebesar 0,7% dan
Kabupaten Maluku Barat Daya sebesar 0.9%.
Pada tahun 2015, kabupaten/kota di Provinsi Maluku, belum ada yang
melakukan pemeriksaan obesitas di fasilitas layanan kesehatan baik di rumah sakit
maupun puskesmas. Data tentang prevalensi diabetes dapat dilihat pada lampiran
Tabel 25, namun pada tabel tersebut masih banyak banyak yang belum terisi (data
NA) yang menunjukan bahwa pengukuran obesitas belum dilakukan secara tetap
pada saat kunjungan di layanan kesehatan atau belum dilakukannya pengukuran
dan pemeriksaan terhadap pasien saat kunjungan di layanan kesehatan.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 156


5. Penyakit Kronis dan Degeneratif
Lingkup pengendalian penyakit kronik dan degeneratif adalah Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), osteoporosis, asma, gagal ginjal kronik, thalasemia,
SLE/Lupus, osteoartritis, dan rhinitis kronis. Kegiatan pengendalian diabetes
melitus dan penyakit metabolik yang telah dilaksanakan terdiri dari pokok-pokok
kegiatan sebagai berikut :
1. Deteksi dini PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) melalui pendekatan praktis
penyakit paru-paru/Practical Approach to Lung Health (PAL).
2. Pengendalian Tembakau
Pengendalian tembakau di Indonesia merupakan salah satu upaya
pengendalian faktor risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak
menular. Beberapa upaya yang telah dikembangkan antara lain pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Kemenkes RI menetapkan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) sebagai salah satu upaya untuk melindungi masyarakat terhadap
dampak paparan asap rokok pada kesehatan. Yang dimaksudkan dengan
Kawasan Tanpa Rokok (PTM) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan
penggunaan rokok. Ruang lingkup KTR meliputi tempat-tempat umum, tempat
kerja tertutup, sarana kesehatan, tempat proses belajar-mengajar, arena
kegiatan anak, tempat ibadah, dan angkutan umum.
3. Sosialisasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
4. Membangun dan memperkuat jejaring kemitraan dengan departemen atau
lembaga dan LSM
Gambaran penyakit kronis dan degeneratif berdasarkan hasil Riskesdas
tahun 2013 adalah sebagai berikut.
a. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
PPOK adalah penyakit kronis saluran napas yang ditandai dengan hambatan
aliran udara khususnya udara ekspirasi dan bersifat progresif lambat (semakin
lama semakin memburuk), disebabkan oleh pajanan faktor resiko seperti
merokok, polusi udara di dalam maupun di luar ruangan. Onset (awal terjadinya
penyakit) biasanya pada usia pertengahan dan tidak hilang dengan pengobatan.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 157


Didefinisikan sebagai PPOK jika pernah mengalami sesak napas yang
bertambah ketika beraktifitas dan/atau bertambah dengan meningkatnya usia
disertai batuk berdahak atau pernah mengalami sesak napas disertai batuk
berdahak dan nilai Indeks Brinkman ≥200. Indeks Brinkman adalah jumlah
batang rokok yang dihisap, dihitung sebagai lama merokok (dalam tahun)
dikalikan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari.

GAMBAR 5.27
PREVALENSI PPOK PADA UMUR > 30 TAHUN BERDASARKAN GEJALA (%)
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

BURSEL 12,3
MALRA 9,5
MBD 8,6
SBT 8,3
MTB 6,6
TUAL 6,4
KEP.ARU 5,5
MALUKU 4,3
BURU 4,0
INDONESIA 3,7
MALTENG 2,4
AMBON 2,2
SBB 0,8
- 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 5.27 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013 di Provinsi Maluku. prevalensi PPOK pada umur > 30 tahun berdasarkan
gejala sebesar 4,3% dengan prevalensi tertinggi ada pada Kabupaten Buru Selatan
yaitu sebesar 12,3%, diikuti oleh Kabupaten Maluku tenggara sebesar 9.5% dan
Kabupaten Maluku Barat Daya sebesar 8,6%. Sedangkan prevalensi terendah ada

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 158


pada Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 0,8% diikuti oleh Kota Ambon
sebesar 2,2% dan Kabupaten Maluku Tengah sebesar 2,4%.
Rokok merupakan salah satu penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK). Informasi perilaku penggunaan tembakau dalam Riskesdas tahun 2013
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu perilaku merokok dan perilaku penggunaan
tembakau dengan mengunyah. Hal tersebut dikarenakan efek samping yang
ditimbulkan akibat merokok dan dengan metode mengunyah tembakau berbeda.
Perokok hisap menimbulkan polusi pada perokok pasif dan lingkungan sekitarnya,
sedangkan mengunyah tembakau hanya berdampak pada dirinya sendiri.

GAMBAR 5.28
PROPORSI PENDUDUK BERUMUR ≥ 10 TAHUN YANG MEROKOK
TIAP HARI MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

KEP.ARU 27,5
BURU 27,5
SBT 27,1
INDONESIA 24,3
TUAL 24,2
MTB 23,1
BURSEL 22,6
MALUKU 22,1
MBD 21,9
MALRA 21,8
MALTENG 21,0
AMBON 19,9
SBB 18,7
- 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Gambar 5.28 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun


2013, proporsi penduduk berumur ≥ 10 tahun yang merokok setiap hari terbanyak
berada di Kabupaten Kepulauan Aru dan Buru Selatan masing-masing sebesar
27,5%, diikuti oleh Kabupaten Seram Bagian Timur sebesar 27,1% dan Kota Tual
24,2%. Sedangkan proporsi terendah ada pada Kabupaten Seram Bagian Barat

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 159


sebesar 18,7%,diikuti oleh Kota Ambon sebesar 19,9% dan Kabupaten Maluku
Tengah sebesar 21%.

6. Asma
Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas, dasar penyakit
ini adalah hiperaktifitas bronkus dan obstruksi jalan napas. Gejala asma adalah
gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif terutama pada malam hari atau
menjelang pagi, dan dada terasa tertekan.
Gejala tersebut memburuk pada malam hari, adanya allergen (seperti debu,
asap rokok) atau saat sedang menderita sakit seperti demam. Gejala hilang dengan
atau tanpa pengobatan. Didefinisikan sebagai asma jika pernah mengalami gejala
sesak napas yang terjadi pada salah satu atau lebih kondisi terpapar udara dingin,
debu, asap rokok, stress, flu, infeksi, kelelahan, alergi obat, alergi makanan dengan
disertai salah satu atau lebih gejala seperti sesak napas menghilang atau menjadi
berkurang dengan pengobatan maupun tanpa pengobatan.

GAMBAR 5.29
PREVALENSI PENYAKIT ASMA BERDASARKAN GEJALA (%)
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

TUAL 10,2
MALRA 10,0
MBD 7,6
KEP.ARU 7,2
SBT 7,0
BURU 6,4
BURSEL 6,3
AMBON 5,4
MALUKU 5,3
MTB 5,2
INDONESIA 4,5
MALTENG 3,2
SBB 1,4
- 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 160


Gambar 5.29 mempertlihatkan bahwa berdasarkan Riskesdas tahun 2013 di
Provinsi Maluku, prevalensi tertinggi penyakit asma berdasarkan gejala ada pada
Kota Tual yaitu sebesar 10,2%, diikuti oleh Kabupaten Maluku Tenggara sebesar
10% dan Kabupaten Maluku Barat Daya sebesar 76,%. Sedangkan prevalensi
terendah ada pada Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 1,4% diikuti oleh
Kabupaten maluku tengah sebesar 3,2% dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat
sebesar 5,2%

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 161


BAB VI
SUMBER DAYA KESEHATAN

Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan
sumber daya tenaga, pembiayaan dan sarana kesehatan dapat memadai dan
seimbang dengan kebutuhan. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. sumber daya kesehatan
dapat diukur dengan beberapa indikator kecukupan sebagai berikut :

A. SARANA KESEHATAN
1. PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas mendefinisikan puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan adalah
penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Jumlah puskesmas di Provinsi Maluku sampai dengan Desember 2015
sebanyak 199 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 66 unit puskesmas rawat inap dan
133 unit puskesmas non rawat inap, puskesmas keliling sebanyak 133 unit dan
puskesmas pembantu sebanyak 487 unit. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan
tahun 2014 yaitu sebanyak 197 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 66 unit puskesmas
rawat inap dan 131 unit puskesmas non rawat inap, jumlah puskesmas dapat dilihat
pada Gambar 6.1

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 162


GAMBAR 6.1
JUMLAH PUSKESMAS DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013 – 2015

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015

Gambar 6.1 memperlihatkan bahwa dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2015 jumlah puskesmas mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah puskesmas
tidak mengindikasikan secara langsung seberapa baik keberadaan puskesmas
mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan primer di masyarakat. Indikator
yang mampu menggambarkan secara kasar tercukupinya kebutuhan pelayanan
kesehatan primer oleh puskesmas adalah rasio puskesmas terhadap 30.000
penduduk, dan rasio puskesmas per 30.000 penduduk dapat dilihat pada Gambar
6.2.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 163


GAMBAR 6.2
RASIO PUSKESMAS PER 30.000 PENDUDUK DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013-2015

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 6.2 memperlihatkan bahwa pada tahun 2015, rasio puskesmas per
30.000 penduduk di Provinsi Maluku sebesar 3.53, dengan rasio tertinggi ada pada
Kabupaten Maluku Barat Daya sebesar 8,33 per 30.000 penduduk, diikuti oleh
kabupaten Kepulauan Aru 7,89 dan Buru Selatan 6,07 sedangkan rasio terendah di
Kota Ambon sebesar 1,60 per 30.000 penduduk. Rasio puskesmas per 30.000
penduduk belum menggambarkan kondisi real aksessibilitas masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dasar.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 164


GAMBAR 6.3
RASIO PUSKESMAS PER 30.000 PENDUDUK MENURUT KABUPATEN KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

8,33
7,89

6,07
5,33 5,51
4,56

3,03 3,31
2,77
2,18
1,60

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 6.3 memperlihatkan bahwa Kabupaten Maluku Barat Daya memiliki


rasio tertinggi sebesar 8,33 per 30.000 diikuti oleh Kabupaten Kepulauan Aru
sebesar 7,89 per 30.000 penduduk dan rasio terendah di Kota Ambon sebesar 1,60
per 30.000 penduduk. Hal ini disebabkan karena jumlah dan kepadatan populasi
yang tinggi. Jika dilihat dari rasio terhadap jumlah penduduk, Kota Ambon memang
memiliki angka yang rendah, namun demikian dalam hal keberadaan pelayanan
kesehatan dasar, Kota Ambon memiliki kondisi baik yang berasal dari penyedia
sektor swasta.
Kondisi seperti ini sebetulnya tetap harus diperhatikan, karena meskipun
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat dipenuhi oleh sektor swasta, suatu
wilayah tetap membutuhkan entitas yang berperan sebagai penanggungjawab
upaya kesehatan masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
dasar, puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan yang diberikan terdiri dari

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 165


pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk puskesmas tertentu jika dianggap
diperlukan. Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat merupakan inti dari
puskesmas, namun pelayanan kesehatan perorangan juga menjadi perhatian dari
pemerintah. Bagi daerah yang termasuk DTPK, Dana Alokasi Khusus (DAK)
diberikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk pembangunan
puskesmas pembantu dan puskesmas serta peningkatan puskesmas non rawat
inap menjadi puskesmas rawat inap. Bagi daerah di luar kategori DTPK, DAK bisa
digunakan untuk rehabilitasi puskesmas atau rumah dinas para medis, serta
peningkatan puskesmas PONED. Berikut ini disajikan perkembangan jumlah
puskesmas rawat inap dan non rawat inap dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2015.

GAMBAR 6.4
JUMLAH PUSKESMAS RAWAT INAP DAN NON RAWAT INAP
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013-2015

RAWAT INAP NON RAWAT INAP

127 131 133

62 66 66

2013 2014 2015

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015

Gambar 6.4 memperlihatkan bahwa jumlah puskesmas rawat inap meningkat


dari 62 unit pada tahun 2014 menjadi 66 unit dan pada tahun 2015 tetap 66 unit hal
ini disebabkan karena adanya peningkatan status puskesmas non rawat inap
menjadi puskesmas rawat inap. Peningkatan jumlah juga terjadi pada
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 166
puskesmas non rawat inap yaitu dari 127 unit pada tahun 2013 menjadi 131 unit
pada tahun 2014 dan meningkat lagi menjadi 133 unit pada tahun 2015. Hal ini
merupakan dampak dari adanya peningkatan status puskesmas yang ada di 11
kabupaten/kota dengan persayaratan registrasi puskesmas yang menandakan
puskesmas tersebut diakui keberadannya oleh Dirjen Bina Upaya Kesehatan Dasar
Kementrian Kesehatan RI
Selain enam upaya kesehatan wajib yang harus diberikan, puskesmas juga
menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan
pengembangan puskesmas dapat berupa Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED), Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Upaya
Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Olahraga, dan tatalaksana kasus Kekerasan
terhadap Anak (KtA).
Upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan yang ada di wilayah kerja. Sebagai contoh upaya kesehatan kerja
dibutuhkan pada puskesmas dengan wilayah kerja yang memiliki banyak pusat
industri.

a. Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar


(PONED)
Salah satu upaya pengembangan puskesmas yang penting adalah
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Upaya kesehatan
ini dilakukan untuk mendekatkan akses masyarakat kepada pelayanan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Akses masyarakat yang semakin
mudah terhadap pelayanan kegawatdaruratan diharapkan dapat berkontribusi
kepada penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Badan kesehatan dunia (WHO) menargetkan agar minimal terdapat 4
Puskesmas PONED di tiap kabupaten/kota. Tahun 2015 jumlah puskesmas yang
mampu PONED sebanyak 33 unit dari 199 unit puskesmas yang ada di Provinsi
Maluku.
Konsep rawat inap yang digunakan dalam Puskesmas PONED berbeda
dengan konsep yang digunakan puskesmas rawat inap. Konsep rawat inap pada

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 167


Puskesmas PONED adalah perawatan inap kepada pasien pasca tindakan
emergensi (one day care). Dengan demikian, puskesmas non rawat inap yang
memiliki tempat tidur dan mampu melakukan tindakan emergensi obstetri dan
neonatal dasar, dapat menyelenggarakan PONED

b. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


Sejak tahun 2003 telah dikembangkan program Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR). Upaya pelayanan kesehatan ini diselenggarakan di puskesmas
yang terdiri dari penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan
penunjang, konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS), pelatihan
pendidik sebaya dan konselor sebaya, serta pelayanan rujukan.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan di dalam dan di luar gedung ini
memiliki sasaran kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah seperti
kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja masjid/gereja/vihara/pura, pondok
pesantren, asrama dan kelompok remaja lainnya. Sejak tahun 2009 diupayakan
kabupaten/kota minimal memiliki 4 puskesmas mampu tata laksana pelayanan
kesehatan peduli remaja. Berdasarkan laporan kabupaten/kota, jumlah puskesmas
yang mampu PKPR di Provinsi Maluku hingga tahun 2015 mencapai 53,49%

c. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja


Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Upaya kesehatan kerja juga berlaku bagi setiap orang selain pekerja
yang berada di lingkungan tempat kerja dan juga bagi kesehatan pada lingkungan
Tentara Nasional Indonesia baik darat, laut, maupun udara serta Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Upaya kesehatan kerja di puskesmas diselenggarakan sesuai dengan
keadaan dan permasalahan yang ada di wilayah puskesmas atau spesifik lokal.
Dengan demikian sampai saat ini upaya kesehatan kerja di puskesmas lebih
dititikberatkan pada wilayah industri. Pembinaan upaya kesehatan kerja

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 168


dilaksanakan melalui kegiatan penguatan pelayanan kesehatan kerja, seperti
pelatihan peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam bidang kesehatan kerja,
pelatihan diagnosa Penyakit Akibat Kerja (PAK), peningkatan fasilitas pelayanan
kesehatan bidang kesehatan kerja, gerakan pekerja perempuan sehat dan produktif
termasuk kesehatan reproduksi di tempat kerja serta pembinaan pelayanan
kesehatan kerja di sektor informal maupun formal termasuk pembinaan calon
Tenaga Kerja Indonesia (CTKI). Sampai dengan tahun 2015 puskesmas yang
memiliki pelayanan upaya kesehatan kerja sebesar 11 unit.

d. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga


Upaya kesehatan olahraga diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat sebagai upaya dasar dalam
meningkatkan prestasi belajar, prestasi kerja dan prestasi olahraga melalui aktivitas
fisik, latihan fisik dan olahraga seperti tercantum dalam Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009. Upaya kesehatan olahraga dapat dilaksanakan di pelayanan
kesehatan dasar seperti puskesmas maupun pelayanan kesehatan rujukan.
Upaya kesehatan olahraga yang diselenggarakan di puskesmas meliputi
pembinaan dan pelayanan kesehatan olahraga. Pembinaan kesehatan olahraga
berupa pendataan kelompok sasaran, pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan
kesehatan olahraga yang ditujukan pada kelompok olahraga di sekolah, klub
jantung sehat, posyandu usia lanjut, kelompok senam ibu hamil, kelompok senam
diabetes, kelompok senam pencegahan osteoporosis, pembinaan kebugaran
jasmani jemaah calon haji, fitness center dan kelompok olahraga atau latihan fisik
lainnya.
Sejak Tahun 2015 Provinsi Maluku telah menyelenggarakan program
Pelayanan kesehatan olahraga antara lain konsultasi kesehatan olahraga,
pengukuran tingkat kebugaran jasmani, penanganan cedera olahraga akut dan
sebagai tim kesehatan pada event olahraga.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 169


e. Puskesmas dengan Tatalaksana Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)
Anak merupakan salah satu aset berharga dalam pembangunan kesehatan.
Tindak kekerasan terhadap anak sangat berdampak pada kesehatan anak yang
menjadi korban. Dengan demikian, dibutuhkan pelayanan kesehatan secara
komprehensif dan berkualitas. Pelayanan kesehatan bagi korban KtA dapat
diberikan melalui pelayanan kesehatan di tingkat dasar, seperti puskesmas.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan telah menetapkan agar setiap
kabupaten/kota harus memiliki minimal 2 (dua) puskesmas mampu tatalaksana
kasus kekerasan terhadap anak. Berdasarkan laporan kabupaten/kota, jumlah
puskesmas mampu tatalaksana KTA sampai dengan tahun 2014 sebanyak 62 unit

f. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer


Program pelayanan kesehatan tradisional terus berkembang dan mendapat
perhatian khusus dari pemerintah. Pelayanan kesehatan tradisional merupakan
pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Pengobatan secara tradisional dilakukan penelitian dan bila dapat
dibuktikan secara ilmiah menjadi pengobatan tradisional yang aman dan
bermanfaat sehingga dapat diterapkan di fasilitas kesehatan sebagai pengobatan
alternatif dan komplementer.
Salah satu unit yang melakukan penelitian/pengkajian/pengujian terkait
pelayanan kesehatan tradisional yaitu Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (Sentra P3T). Fungsi lainnya dari Sentra P3T yaitu
pelayanan kesehatan tradisional, institusi pendidikan dan pelatihan pelayanan
kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat, dan menyelenggarakan jaringan
informasi dan dokumentasi pelayanan kesehatan tradisional. Pada tahun 2015
terdapat 59 puskesmas dan 10 kabupaten/kota dengan tenaga kesehatan
puskesmas yang sudah dilatih pengobatan tradisional.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 170


2. RUMAH SAKIT
Rumah Sakit sebagai unit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit umum, khusus maupun
swasta dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu serta professional
sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu diperlukan sistem
rujukan yang dapat dilaksanakan secara horisontal dan vertikal atau kedua-duanya
dari tingkat dasar seperti polindes atau poskesdes, puskesmas pembantu,
puskesmas dan sarana pelayanan swasta sampai ke tingkat yang lebih tinggi
seperti rumah sakit kabupaten/kota dan provinsi. Dengan demikian prosedur
pelaksanaan system rujukan kesehatan disemua jenjang sarana kesehatan
diharapkan sesuai standard.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014,
tentang Klasifikasi dan perizinan rumah sakit menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat gawat darurat.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang
Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan,
yaitu rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah
sakit yang dikelola Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba.
Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

a. Jumlah Rumah Sakit


Rumah sakit publik di Indonesia dikelola oleh Kementerian Kesehatan,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, TNI/Polri, kementerian lain serta
swasta non profit (organisasi keagamaan dan organisasi sosial). Jumlah rumah
sakit publik di Provinsi Maluku sampai dengan tahun 2015 sebanyak 27 unit, yang
terdiri atas Rumah Sakit Umum (RSU) Provinsi berjumlah 2 unit, Rumah Sakit

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 171


Umum kabupaten/kota berjumlah 11 unit dan Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)
berjumlah 1 unit, Rumah Sakit TNI/POLRI sebanyak 4 unit dan Rumah sakit swasta
sebanyak 7 unit
Berbeda dengan rumah sakit publik, rumah sakit privat dikelola oleh BUMN
dan swasta (perorangan, perusahaan dan swasta lainnya). Pada tahun 2015
terdapat 7 rumah sakit privat di Provinsi Maluku. Jumlah rumah sakit publik maupun
privat dapat dilihat pada Tabel 6.1.

TABEL 6.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT MENURUT KEPEMILIKAN
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

Pengelola/Kepemilikan 2015
1 Publik
Kementerian Kesehatan dan 16
Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota
TNI/Polri 4
Kementerian Lain 0
Swasta Non Profit 0
Jumlah Publik 20
2 Privat 0
BUMN 0
Swasta 7
Jumlah Privat 7
Jumlah 27
Sumber: Bidang Yankes Dinkes Promal, 2015

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengelompokkan


rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 172


Sedangkan yang dimaksudkan dengan rumah sakit khusus adalah rumah sakit
yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya.
Indikator yang memperlihatkan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan dan perorangan di suatu
wilayah adalah rasio jumlah tempat tidur terhadap 1.000 penduduk. Pada tahun
2015 rasio jumlah tempat tidur di rumah sakit sebesar 1 per 1.000 penduduk,
dengan jumlah tempat tidur yang ada di 26 Rumah Sakit Umum sebanyak 1616 unit
dan 1 Rumah Sakit Khusus sebanyak 76 unit. Total jumlah tempat tidur di Provinsi
Maluku tahun 2015 sebanyak 1692 unit. Rasio ini menurun bila dibandingkan tahun
2014 sebesar 1,21 per 1.000. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.5.

GAMBAR 6.5
RASIO JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT
PER 1.000 PENDUDUK DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2012 – 2015

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

b. Klasifikasi Rumah Sakit


1) Rumah sakit Umum diklasifikasikan menjadi rumah sakit umum kelas A, B, C,
dan D. Pada tahun 2015 terdapat dua rumah sakit umum kleas B yaitu RSUD dr.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 173


M. Haulussy, RS Khusus Daerah, kelas C sebanyak empat unit yaitu RS Karel
Sadsuitibun, RS Tulehu, RS Masohi, dan RS AL-Fatah sedangkan kelas D
sebanyak 19 unit yang tersebar di 11 kabupaten/kota
2) Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalahrumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya. Di Provinsi
Maluku terdapat 1 (satu) RS Khusus kelas B

GAMBAR 6.6
PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

11,11

18,52 RS KELAS B
RS KELAS C
70,37 RS KELAS D

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015


Gambar 6.6 memperlihatkan bahwa berdasarkan Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan Rumah Sakit kelas D memiliki persentase tertinggi sebesar
70,37%. sedangkan persentase terendah adalah rumah sakit kelas B yaitu 11,11%

c. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)


Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif adalah upaya
yang dilakukan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 174


Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kematian ibu dan anak banyak terjadi di
Rumah Sakit. Kontribusi Rumah Sakit terhadap Angka Kematian Ibu sebesar 40-
70%, persalinan di rumah sebesar 20-35%, dan persalinan yang terjadi di
perjalanan sebesar 10-18% (Lancet, 2005). Dengan melihat fakta tersebut maka
dapat dikatakan bahwa dibutuhkan adanya upaya penurunan AKI yang difokuskan
di rumah sakit.
Salah satu program kesehatan yang dilaksanakan untuk menurunkan
kematian ibu adalah implementasi Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK). Jumlah Rumah Sakit PONEK sampai dengan tahun 2015
di Provinsi Maluku sebanyak 20 unit yang tersebar di 11 kabupaten/kota, jumlah ini
sama dengan tahun 2014.

3. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN


a. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan
dalam pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat
esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan
obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan
kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai komoditi khusus, semua obat yang
beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan
manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk
menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana
penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik
serta dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang
terlatih.
Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan
Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan
untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan karena
penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang
salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 175


dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaannya di masyarakat.
Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan
tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi
di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
Yang termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan
antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat
Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Produksi Alat
Kesehatan yaitu Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), dan
Industri Kosmetika. Jumlah sarana produksi pada tahun 2015 sebesar 1 unit.
Jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan pada tahun 2015 terdapat
pada gambar 6.7

GAMBAR 6.7
JUMLAH SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

1
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0
0,2 0
0,1
0
INDUSTRI FARMASI IOT UMOT

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau jumlahnya


oleh Ditjen Binfar dan Alkes antara lain yaitu : Pedagang Besar Farmasi (PBF),
Apotek, Toko Obat dan Penyalur Alat Kesehatan (PAK). Jumlah sarana distribusi

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 176


kefarmasian dan alat kesehatan pada tahun 2015 sebanyak 294 unit. Klasifikasi
jumlah sarana distribusi dapat dilihat pada Gambar 6.8

GAMBAR 6.8
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

13
6

PBF
121 APOTEK
154 TOKO OBAT
PENYALUR ALKES

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

b. Ketersediaan Obat dan Vaksin


Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang
lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu
dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator rencana strategis tahun 2014-
2019 terkait program kefarmasian dan alat kesehatan, yaitu Peningkatan
ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan, jaminan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu
obat, perbekalan kesehatan dan makanan, serta daya saing produk dalam negeri..
Indikator tercapainya sasaran hasil tersebut pada tahun 2015 yaitu persentase
ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%. Dalam rangka mencapai target

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 177


tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan ketersediaan obat
esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar.
Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi tingkat
ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota (IFK) dan puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung
pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menentukan langkah-langkah
kebijakan yang akan diambil di masa yang akan datang.
Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Provinsi
Maluku, dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau
ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan
kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan.
Jumlah obat yang dipantau tahun 2014 yang tersebar di 11 kabupaten/kota
sebanyak 20 item obat dan vaksin untuk imunisasi dasar pada tahun 2015 yang
ada sebanyak 3 jenis vaksin yaitu Vaksin BCG, Vaksin TT dan Vaksin DPT/DPT-
HB/DPT-HB-hib

B. UPAYA KESEHATAN BERSUMBER MASYARAKAT


Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya memerlukan peran serta masyarakat. Melalui konsep Upaya
KesehatanBersumberdaya Masyarakat (UKBM), masyarakat berperan serta aktif
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk UKBM antara lain Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan
RW/desa/kelurahan siaga aktif. RW/Desa/kelurahan Siaga Aktif adalah desa yang
mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka
setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar,
penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilans berbasis masyarakat
yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku
sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Pada tahun 2015 jumlah desa siaga sebanyak 620 atau 50,12% dari total jumlah
1.237 desa/Kelurahan di provinsi Maluku, angka ini menurun jika dibandingkan

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 178


dengan jumlah desa siaga pada tahun 2014.Gambarannya dapat dilihat pada
Gambar 6.9

GAMBAR 6.9
PERSENTASE DESA SIAGA AKTIF DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2012- 2015

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 6.9 memperlihatkan bahwa Jenis UKBM lainnya adalah Poskesdes,


yaitu UKBM yang dibentuk di desa untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar
bagi masyarakat desa sehingga mempermudah akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan utama poskesdes yaitu pelayanan kesehatan
bagi masyarakat desa berupa pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan
kesehatan ibu menyusui, pelayanan kesehatan anak, pengamatan dan
kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko,
surveilans lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan
kegawatdaruratan kesehatan serta kesiapsiagaan terhadap bencana. Jumlah
poskesdes yang beroperasi pada tahun 2015 sebanyak 398 unit yang tersebar di 11
kabupaten kota. Kabupaten Maluku Tengah memiliki Poskesdes yang lebih banyak
dari kab/kota yang lain yaitu 92 unit dan yang terendah yaitu kabupaten Seram
Bagian Timur yaitu 4 unit.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 179


Salah satu UKBM yang memiliki peran signifikan dalam pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah posyandu.
Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat terutama ibu, bayi dan
anak balita. Posyandu memiliki 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare.
Persentase posyandu menurut starata di Maluku dapat dilihat pada Gambar 6.10

GAMBAR 6.10
PERSENTASE POSYANDU MENURUT STRATA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

0%
13%

13%

74%

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 6.10 memperlihatkan bahwa proporsi tertinggi adalah posyandu


pratama yaitu 74% (458 unit) dan proporsi terendah adalah posyandu mandiri 0,48
% (2 unit). Jumlah posyandu mengalami penurunan dari tahun 2014. Posyandu
pratama yaitu posyandu yang kegiatannya belum berjalan aktif setiap bulan dan
kader aktifnya terbatas, sedangkan posyandu yang tergolong mandiri yaitu
posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5
program utama sudah berjalan baik.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 180


BAB VII
TENAGA KESEHATAN

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 21


menyebutkan bahwa pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam
rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka
pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang
mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan
merata. Sumber daya manusia kesehatan yang disajikan pada bab ini lebih
diutamakan pada kelompok tenaga kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor
32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan memutuskan bahwa tenaga kesehatan
terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik dan tenaga keteknisian
medis.
Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga
kesehatan di seluruh Wilayah Maluku dilakukan dengan cara pengumpulan data
pada sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah kerja dinas kesehatan
kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi.
Pengumpulan data tenaga kesehatan meliputi tenaga kesehatan yang
berstatus PNS daerah, Pegawai Tidak Tetap (PTT), TNI/POLRI, dan swasta.
Metode pengumpulan data yang digunakan melalui mekanisme pemutakhiran data
mulai dinas kesehatan kabupaten/kota bersama UPTD, Lembaga Teknis Daerah,
RS TNI/POLRI dan Swasta dan dikelola oleh dinas kesehatan provinsi (Bagian
Perencanaan/SDMK) dan melapor ke Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan (Badan PPSDMK) Kementerian Kesehatan RI
melalui Sistem Informasi SDMK.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 181


A. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan
adalah tenaga kesehatan yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan di
masyarakat. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan. Pendataan tenaga kesehatan yang dilakukan
oleh Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku menggunakan
pendekatan tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya.
Berdasarkan pendekatan tersebut, pada tahun 2015 jumlah SDM Kesehatan
yang tercatat sebanyak 5.975 tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari
dokter spesialis 72 orang, dokter umum 258 orang, dokter gigi 57 orang, dokter gigi
spesialis 4 orang, Perawat 3.419 orang, bidan 1.206 orang, Perawata gigi 21 orang,
kefarmasian 222 orang (Farmasi 140 dan Apoteker 82), Kesehatan Masyarakat 308
orang, Kesehatan Lingkungan 275 orang, gizi 424 orang, dan 94 orang teknisi
medis. Rincian lengkap mengenai rekapitulasi sumber daya manusia kesehatan
menurut jenis tenaga dapat dilihat pada Lampiran 72-78.
Berdasarkan jumlah dokter dan jumlah penduduk disusun rasio dokter per
100.000 penduduk. Rasio dokter umum di Maluku pada tahun 2015 sebesar 15
dokter umum per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum terhadap jumlah
penduduk menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2015 terlihat pada gambar 7.1

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 182


GAMBAR 7.1
RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

29
24 25
23
20 19

14 14
12

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.1 memperlihatkan bahwa kabupaten dengan rasio dokter umum


terhadap 100.000 penduduk tertinggi terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
sebesar 28.53, sedangkan rasio dokterumum per 100.000 penduduk terendah
terdapat di Buru sebesar 0 dan Maluku Tengah sebesar 5 dokter umum per 100.000
penduduk. Jumlahdokter gigi pada tahun 2015 tercatat sebanyak 57 dan jumlah
dokter gigi spesialis sebanyak 4 orang. Rasio dokter gigi per 100.000 penduduk
sebesar 2 dokter gigi per 100.000penduduk. Rincian lengkap mengenai jumlah
tenaga dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dandokter gigi spesialis dapat dilihat
pada Lampiran 72. Rasio dokter gigi terhadap jumlah penduduk menurut
kabupaten/kota pada tahun 2015 terlihat pada Gambar 7.2.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 183


GAMBAR 7.2
RASIO DOKTER GIGI TERHADAP 100.000 PENDUDUK
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

2 2 2 2

1 1 1

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.2 memperlihatkan bahwa jumlah dokter gigi pada tahun 2015
tercatat sebanyak 57 orang dengan jumlah penduduk 1.690.620 orang, maka rasio
dokter gigi sebesar 4 dokter gigi per 100.000 penduduk. Hal ini berarti 1 dokter gigi
melayani 422.655 orang. Kabupaten dengan rasio dokter gigi tertinggi yaitu Kota
Ambon sebesar 5 dokter gigi per 100.000 penduduk sedangkan terendah yaitu
Kabupaten Buru sebesar 0 dokter gigi per 100.000 penduduk
Jenis tenaga kesehatan berikutnya adalah tenaga keperawatan, yang terdiri
dari tenaga perawat dan bidan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat
menyatakan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat
baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Jumlah perawat pada tahun 2015 tercatat
sebanyak 3.419 orang. Rasio perawat terhadap jumlah penduduk menurut
kabupaten/kota pada tahun 2015 terlihat pada Gambar 7.3

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 184


GAMBAR 7.3
RASIO PERAWAT TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

360
325 323
277
292
224 237
202

89 88

14

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.3 memperlihatkan bahwa Rasio perawat terhadap penduduk


sebesar 202 perawat per 100.000 penduduk. Kabupaten dengan rasio tertinggi
terdapat di Buru Selatan sebesar 360 perawat per 100.000 penduduk, Seram
Bagian Timur sebesar 325 perawat per 100.000 penduduk dan Kepulauan Aru
sebesar 323 perawat per 100.000 penduduk. Kabupaten dengan rasio perawat
terendah terdapat di Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 14 perawat per
100.000 penduduk diikuti oleh Kabupaten Buru sebesar 88 perawat per 100.000
penduduk di Kota Tual sebesar 202 perawat per 100.000 penduduk.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan menyatakan bahwa yang
dimaksudkan dengan bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan
bidan yang diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara
Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk di register,
sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik
kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 185


asuhan dan nasihat selama hamil, masa kehamilan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, akses bantuan medis atau bantuan
lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Jumlah bidan di
Provinsi Maluku pada tahun 2015 tercatat sebanyak 1.206 orang, dengan rasio
bidan terhadap penduduk sebesar 71 bidan per 100.000 penduduk. Rasio bidan
terhadap jumlah penduduk menurut kabupaten/kota pada tahun 2015 dapat dilihat
pada Gambar 7.4

GAMBAR 7.4
RASIO BIDAN TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

328

214
198
175

78
54 63 54 52
40
0

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.4 memperlihatkan bahwa kabupaten/kota dengan rasio bidan


terhadap penduduk tertinggi terdapat di Kabupaten Buru Selatan sebesar 328 bidan
per 100.000 penduduk diikuti oleh Kabupaten Seram Bagian Timur sebesar 214
bidan per 100.000 dan Kabupaten Maluku Tenggara sebesar 198 bidan per
100.000, sedangkan rasio terendah terdapat pada Kabupaten Seram Bagian Barat
sebesar 0 bidan per 100.000 penduduk, diikuti oleh Kabupaten Buru sebesar 40

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 186


bidan per 100.000 dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebesar 52 bidan per
100.000 penduduk.
Selain tenaga dokter, bidan dan perawat, tenaga yang sangat dibutuhkan di
puskesmas adalah tenaga Gizi, Sanitasi, Kesehatan Masyarakat, apoteker,
keteknisian medis dan keterapian fisik. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (PERMENPAN) No 26 Tahun 2011 dimana setiap
tenaga kesehatan dari berbagai profesi pendidikan ditempatkan pada puskesmas
dengan klasifikasi tenaga dan jumlah yang berbeda sesuai tipe puskesmas
(puskesmas pusat gugus, puskesmas satelit yang berada dibawah pusat gugus,
puskesmas DTPK dan puskesmas yang berada di kota)
Jumlah tenaga gizi tahun 2015 sebanyak 424 orang dengan rasio 25 per
100.000 penduduk, jumlah tenaga Sanitasi atau Kesehatan Lingkungan sebanyak
275 orang dengan rasio 16 per 100.000 penduduk, dan jumlah tenaga Kesehatan
Masyarakat sebanyak 308 orang dengan rasio 18 per 100.000 penduduk. Rasio
tenaga gizi, Sanitasi dan Kesehatan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 7.5

GAMBAR 7.5
RASIO TENAGA GIZI TERHADAP 100.000 PENDUDUK
DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2015

62

29
28 28 28
24
22
14
8 8 7

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 187


Gambar 7.5 memperlihatkan bahwa rasio tenaga Gizi di Provinsi Maluku
adalah 25 orang per 100.000 penduduk. Hal ini berarti 1 orang tenaga Gizi di
Provinsi Maluku melayani 67.624 penduduk. Kabupaten dengan rasio tenaga gizi
tertinggi adalah kabupaten Buru Selatan sebesar 62 per 100.000 penduduk yang
artinya 1 orang tenaga gizi di Buru Selatan melayani 965 penduduk sedangkan
rasio terendah di Kota Tual sebesar 7 per 100.000 penduduk yang artinya 1 orang
tenaga gizi di Kota Tual melayani 11.660 penduduk

GAMBAR 7.6
RASIO TENAGA SANITASI TERHADAP 100.000 PENDUDUK
DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2015

40
35

24
21
18
15
11
10
6 6
4

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.6 memperlihatkan bahwa rasio tenaga Sanitasi di Provinsi Maluku


adalah 16 per 100.000 penduduk. Hal ini berarti 1 orang tenaga Sanitasi di Provinsi
Maluku melayani 105.663 penduduk. Kabupaten dengan rasio tenaga Sanitasi
tertinggi adalah kabupaten Buru Selatan sebesar 40 per 100.000 penduduk yang
artinya 1 orang tenaga Sanitasi di Buru Selatan melayani 1.800 penduduk
sedangkan rasio terendah di Kabupaten Maluku Tengah sebesar 4 per 100.000
penduduk yang artinya 1 orang tenaga Sanitasi di Maluku Tengah melayani 92.073
penduduk

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 188


GAMBAR 7.7
RASIO TENAGA KESMAS TERHADAP 100.000 PENDUDUK
DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2015

40

34
31
27

15
13
9 9
6 6
4

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.7 memperlihatkan bahwa rasio tenaga Kesehatan Masyarakat di


Provinsi Maluku adalah 18 per 100.000 penduduk. Hal ini berarti 1 orang tenaga
Kesehatan Masyarakat di Maluku melayani 93.923 penduduk. Kabupaten dengan
rasio tenaga Kesehatan Masyarakat tertinggi adalah kabupaten Buru Selatan
sebesar 40 per 100.000 penduduk yang artinya 1 orang tenaga Kesehatan
Masyarakat di Buru Selatan melayani 1.482 penduduk sedangkan rasio terendah di
Kabupaten Maluku Tengah sebesar 4 per 100.000 penduduk yang artinya 1 orang
tenaga Kesehatan Masyarakat di Maluku Tengah melayani 92.073 penduduk

1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas


Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Kinerja dari
puskesmas sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki,
terutama ketersediaan tenaga kesehatan. Pada tahun 2015, terdapat 4.120 orang
yang bertugas di puskesmas. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum
yang bertugas di puskesmas sebanyak 117 orang, dengan rasio 1 dokter umum per

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 189


puskesmas. Rasio dokter umum di puskesmas terhadap jumlah puskesmas tahun
2015 menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 7.8.

GAMBAR 7.8
RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

1 1

0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.8 memperlihatkan bahwa ada 8 kabupaten/kota yang tidak


mencukupi Rasio dokter umum terhadap puskesmas yakni Kabupaten Seram
Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Buru
Selatan, Kota Tual, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Kapulauan Aru dan
Kabupaten Maluku Barat Daya
Jumlah dokter gigi yang bertugas di puskesmas pada tahun 2015 sebanyak
42 orang. Bila dibandingkan dengan jumlah seluruh puskesmas di Provinsi Maluku
(199) maka dapat diartikan bahwa hampir seluruh puskesmas tidak memiliki dokter
gigi dengan rasio 0 dokter gigi per puskesmas. Rasio dokter gigi di puskesmas
terhadap jumlah puskesmas tahun 2015 menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada
Gambar 7.9

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 190


GAMBAR 7.9
RASIO DOKTER GIGI DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.9 memperlihatkan bahwa ada 2 (dua) kabupaten/kota yang


terpenuhi rasio dokter gigi terhadap puskesmas yakni Kabupaten Maluku Tengah
dan Kota Ambon sedangkan kabupaten/Kkta yang lain belum terpenuhi rasio dokter
gigi terhadap puskesmas.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 191


GAMBAR 7.10
RASIO BIDAN DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015
9 9

7 7

5
4
3
2 2 2
1

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.10 memperlihatkan bahwa 11 kabupaten/kota telah terpenuhi


Rasio bidan terhadap puskesmas. Kabupaten dengan rasio bidan tertinggi adalah
Kota Ambon dan Kabupaten Maluku tengah sebesar 9 diikuti oleh Kabupaten Buru
dan Seram Bagian Barat sebesar 7, sedangkan Kabupaten Kepulauan Aru
merupakan kabupaten dengan rasio bidan terhadap puskesmas terendah sebanyak
1.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 192


GAMBAR 7.11
RASIO PERAWAT DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015
14

12
11
10 10
9 9 9 9

7 7

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.11 memperlihatkan bahwa 11 Kabupaten/Kota telah terpenuhi


Rasio perawat terhadap puskesmas. Kabupaten dengan rasio perawat tertinggi
adalah Kabupaten Buru sebesar 14 diikuti oleh Kabupaten Maluku Tenggara 12,
sedangkan Kabupaten yang rasionya terendah yaitu Maluku Tenggara barat dan
Kota Tual dengan rasio sebesar 7. Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas dapat
dilihat pada Gambar 7.12

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 193


GAMBAR 7.12
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS DI PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU TAHUN 2015
1991

862

0 117 42 12 59 27 130 190 291 6 14

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.12 memperlihatkan bahwa perawat merupakan jumlah jenis


tenaga terbanyak di seluruh puskesmas yaitu sebanyak 1.991 orang, diikuti oleh
tenaga bidan sebanyak 862 orang, tenaga gizi sebanyak 291 orang dan tidak ada
tenaga dokter spesialis di seluruh puskesmas.

2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit menyatakan bahwa
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sumber daya manusia kesehatan
memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan. Sumber daya manusia
kesehatan yang bertugas di rumah sakit pada tahun 2015 dapat dilihat pada
Gambar 7.13

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 194


GAMBAR 7.13
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS DI RUMAH SAKIT
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015
1370

333

69 127 19 9 68 44 111 64 117 21 59

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2015

Gambar 7.13 memperlihatkan bahwa jenis tenaga kesehatan terbanyak yang


bertugas di rumah sakit adalah perawat sebanyak 1.370 orang dan terendah adalah
perawat gigi sebanyak 9 orang.

B. TENAGA KESEHATAN DENGAN STATUS PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)


Permasalahan distribusi tenaga kesehatan masih merupakan isu yang
sampai saat ini masih ada dalam sistem kesehatan di Indonesia. Indonesia
mempunyai ciri geografis yang khusus antara daerah yang satu dengan daerah
yang lainnya dan keadaan sosial ekonomi yang menunjukkan perbedaan yang
cukup tinggi ditambah dengan desentralisasi yang belum mampu menunjukkan
hasil yang diharapkan dalam menyelesaikan permasalahan pemerataan tenaga
kesehatan, terutama pada daerah terpencil, sangat terpencil, dan perbatasan.
Pemenuhan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan terutama puskesmas
dan jaringannya pada daerah terpencil atau sangat terpencil, tertinggal, perbatasan
dan kepulauan (DTPK) serta Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK), salah satunya

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 195


diisi dengan cara pengangkatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Penugasan
Khusus. Pemenuhan tenaga kesehatan dengan status PTT terdiri dari dokter
umum, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis dan bidan. Konstribusi
yang diberikan cukup besar pengaruhnya dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Tahun 2015 tercatat sebanyak 414 tenaga kesehatan PTT Pusat yang
masih aktif bertugas di 863 desa dengan komposisi dokter umum sejumlah 85
orang, dokter gigi sejumlah 35 orang dan bidan sejumlah 294 orang serta bidan di
daerah DTPK/DBK sebanyak 4 orang. Jumlah tenaga kesehatan PTT Pusat yang
masih aktif dapat dilihat pada Gambar 7.14.

GAMBAR 7.14
JUMLAH DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

BIASA TERPENCIL SANGAT TERPENCIL

294

31
0 9 7 0 4 0 0

DOKTER UMUM DOKTER GIGI BIDAN

Sumber : Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2015

C. TENAGA NUSANTARA SEHAT


Fokus kebijakan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) untuk periode 2015 – 2019
adalah penguatan Pelayanan Kesehatan (Yankes) Primer. Prioritas ini didasari oleh
permasalahan kesehatan yang mendesak seperti capaian angka kematian ibu dan bayi
yang masih tinggi, angka gizi buruk, serta angka harapan hidup yang sangat ditentukan
oleh kualitas pelayanan primer. Penguatan yankes primer mencakup tiga hal yaitu Fisik

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 196


(pembenahan infrastruktur), Sarana (pembenahan fasilitas), dan Sumber Daya Manusia
(penguatan tenaga kesehatan).
Program Nusantara Sehat merupakan salah satu bentuk kegiatan yang
dicanangkan oleh Kemenkes RI dalam upaya mewujudkan fokus kebijakan tersebut.
Program ini dirancang untuk mendukung pelaksanaan program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang diutamakan oleh Pemerintah guna
menciptakan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Penguatan Pelayanan
Kesehatan Primer adalah garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang
berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dan melakukan upaya preventif melalui
pendidikan kesehatan, konseling serta skrining (penapisan).
Tujuan Program Nusantara Sehat adalah untuk menguatkan layanan kesehatan
primer melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di DTPK dan
DBK. Selain itu tujuan Program Nusantara Sehat juga bertujuan untuk menjaga
keberlangsungan pelayanan kesehatan, menggerakan dan memberdayakan masyarakat,
memberikan pelayanan kesehatan yang terintegrasi serta meningkatkan retensi tenaga
kesehatan yang bertugas di DTPK. Program ini merupakan program lintas unit utama di
Kemenkes yang fokus tidak hanya pada kegiatan kuratif tetapi juga promotif dan preventif
untuk mengamankan kesehatan masyarakat (public health) dari daerah yang paling
membutuhkan sesuai dengan Nawa Cita.
Program Nusantara Sehat melalui penempatan tenaga kesehatan berbasis tim,
dilakukan berdasarkan hasil kajian terhadap distribusi tenaga kesehatan yang dilaksanakan
oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2012. Salah satu rekomendasi kajian
menunjukkan bahwa penempatan tenaga kesehatan untuk daerah tertentu lebih baik jika
dilakukan berbasis tim. Kajian tersebut ditindaklanjuti dengan uji coba penempatan tenaga
kesehatan berbasis tim pada tahun 2014 di 4 (empat) Puskesmas yang ada pada 4 (empat)
kabupaten di 4 (empat) Provinsi (Prov. Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Maluku dan
Papua) dan berhasil meningkatkan kunjungan puskesmas serta upaya Kesehatan
Masyarakat. Dari segi tenaga kesehatan mereka merasa lebih nyaman karena ditempatkan
dan bekerja dalam satu tim. Pada tahun 2015 telah ditempatkan Tim Nusantara Sehat
Periode I sebanyak 142 orang di 20 puskesmas pada bulan Mei 2015 dan Tim Nusantara
Sehat Periode II sebanyak 552 orang di 100 puskesmas pada bulan Desember 2015. Tim
Nusantara Sehat di Provinsi Maluku hingga Desember 2015 berjumlah 70 orang yang
tersebar di Kabupaten MTB(24 orang), Kabupaten Kepulauan Aru (11 orang) dan
Kabupaten MBD (35 orang)

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 197


D. TENAGA KESEHATAN MELALUI PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
1. Konsep Dan Pengertian Dokter Interensip
Interensip adalah proses pelatihan praktik kedokteran yang diikuti oleh dokter
lulusan fakultas kedoteran atau PSPD yang belum memiliki kewenangan penuh
untuk berpraktik tanpa supervisi, tempat pelaksanaan intersip juga beragam ada
yang di rumah sakit pendidikan, swasta, rumah sakit pemerintah maupun
puskesmas. PIDI merupakan tahap pelatihan keprofesian pra registrasi berbasis
kompetensi pelayanan primer guna memahirkan kompetensi yang telah mereka
capai setelah memperoleh kualifikasi sebagai dokter melalui pendidikan kedokteran
dasar.
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 tentang praktik kedokteran, setiap dokter dan dokter gigi yang akan
berpraktik di Indonesia harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) yang akan
diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Setiap dokter dan dokter gigi
yang telah memiliki STR memiliki kewenangan melakukan praktik kedokteran
sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimilki.
Pasal 27 UU No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran menyebutkan
bahwa untuk memberikan kompetensi kepada dokter, dilaksanakan pendidikan dan
pelatihan kedokteran sesuai dengan standard pendidikan profesi dokter. Setelah
dididik, dilatih dan dinyakan lulus dari institusi kedokteran, diperlukan program
pemahiran sebagai salah satu tahap pelatihan keprofesian pra registrasi berbasis
kompetensi pelayanan primer. Untuk itu kolegium dokter dan dokter keluarga
Indonesia telah merancang Program Interensip dokter Indonesia (PIDI)
Penyelenggara PIDI adalah Kementrian Kesehatan bersama dengan
pemangku kepentingan (Stake holders) terkait diantaranya pemerintah daerah,
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Asosiasi Rumah Sakit
Daerah (ARSADA), dan pihak terkait lainnya. Pelaksanaan program adalah Komite
Interensip Dokter Indonesia (KIDI), baik tingkat pusat maupun tingkat daerah, yang
dibentuk berdasarkan SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
138/Menkes/SK/I/2011. Adapun tugas utama KIDI adalah melakukan koordinasi

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 198


pelaksanaan PIDI dan mengambil langkah penyelamatan kegiatan bila terjadi hal-
hal yang berpotensi menggangu kelancaran proses pelaksanaan PIDI tersebut

2. Tujuan Internsip
Memberikan kesempatan kepada dokter lulusan program studi pendidikan
profesi dokter berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) untuk
menerapkan serta mempraktikan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan
dalam rangka penyelarasan antara hasil pendidikan dan praktik dilapangan antara
lain:
a. Membina kolegalitas antara sesama dokter dan membangun kerjasama dengan
petugas pelayanan kesehatan yang lain
b. Mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang diperoleh
selama proses pendidikan dan mengaplikasikannya dalam pelayanan kesehatan
primer
c. Mengembangkan ketrampilan teknis, klinis, kepribadian dan sikap profesional
yang menjadi dasar praktik kedokteran primer
d. Bertanggung jawab atas pelayanan kepada pasien/keluarga/masyarakat sesuai
dengan kewenangan yang diberikan
e. Membuat keputusan profesional dalam pelayanan pasien/keluarga/masyarakat
secara memadai dengan memanfaatkan layanan diagnostik dan konsultasi
f. Bekerja dalam batas kewenangan hukum dan etika
g. Berperan serta aktif dalam tim pelayanan kesehatan holistik, terpadu dan
paripurna
h. Menggali harapan dan mengenali jenjang karir lanjutan
i. Memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi dalam mengahadapi
tuntutan profesi

3. Sasaran Akhir Program Interensip Dokter Indonesia


Sasaran akhir program interensip disusun berdasarkan prinsip praktik
kedokteran dan berlandaskan pada Standar Kompetensi Dokter (KSKDI 2006),
sasaran akhir program interensip adalah menerapkan serta memahirkan

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 199


kompetensi yang telah diperoleh selama pendidikan, dalam rangka penyelarasan
antara hasil pendidikan dan praktik di lapangan

4. Waktu Pelaksanaan PIDI


Waktu pelaksanaan PIDI adalah satu tahun dengan rincian 8 bulan di rumah
sakit dan 4 bulan di puskesmas. Penerimaan dilaksanakan 2 kali pada tahun 2015.
Berikut adalah data Program Interensip Dokter Indonesia Provinsi Maluku sampai
dengan tahun 2015
TABEL 7.1
JUMLAH PROGRAM INTERENSIP DOKTER INDONESIA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015
NO Kabupaten/Kota Angkatan Periode Peserta Wahana
PIDI/Wahana
1 Maluku Tengah V Februari 2015 7 orang RSUD Tulehu/Puskesmas Suli
7 orang RSUD Saparua/ Puskesmas
Porto-Haria
Maluku Tenggara 3 orang RSUD Karel Sadsuitubun/
Puskesmas Ohoijang
2 Kepulauan Aru VI Mei 2015 17 orang RSUD Cendrawasih / Puskesmas
Dobo
Kota Ambon 6 orang RS AL dr.FX Suhardjo/ PKM Poka
Maluku Tengah 18 orang RSUD Masohi/ Puskesmas
Amahai
Seram Bagian 6 orang RSUD Piru/ PKM Piru
Barat

Sumber : Sub Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2015

E. REGISTRASI TENAGA KESEHATAN


Registrasi tenaga kesehatan (selain tenaga medis dan kefarmasian) diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 dan direvisi
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan. Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan
pekerjaannya wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 200


Salah satu persyaratan untuk mendapatkan STR yaitu tenaga kesehatan
harus memiliki ijazah dan sertifikat kompetensi. Masa berlaku STR selama lima
tahun dan dapat diperpanjang setiap lima tahun. Sampai dengan Desember 2015
jumlah tenaga kesehatan yang sudah menerima STR di Provinsi Maluku sebanyak
6.884 orang. Informasi jumlah tenaga kesehatan yang sudah memilki STR dapat
dilihat pada Gambar 7.15

GAMBAR 7.15
JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

4601

1687

339 128
44 39 10 4 5 3 3 18 1 2

Sumber : Sekretariat Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi Maluku, 2015

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat di seluruh pelosok


Maluku dimana beberapa kabupaten dikategorikan sebagai daerah Daerah
Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK) yaitu Kepulauan Aru, MTB, MBD, dan
Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) yaitu Kepulauan Aru, MBD, MTB, Buru, Buru
Selatan, SBB dan SBT, maka dilakukan beberapa langkah terobosan untuk
meningkatkan layanan kesehatan antara lain Program penempatan Pegawai Tidak
Tetap (PTT) untuk dokter dan program Nusantara Sehat yaitu sebagai satu tim yang
didalamnya terdiri dari dokter, bidan, perawat, analis, anastesi, farmasi dan tenaga
kesehatan lain yang sesuai dengan kebutuhan daerah. Program Interensip

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 201


Dokter Indonesia (PIDI), telah dilaksanakan sejak tahun 2013. Selain itu, dengan
diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010, maka
Puskesmas, Poskesdes, dan Posyandu lebih terbantu dalam mengintensifkan
implementasi upaya kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan kesehatan ibu
nifas yang salah satu kegiatannya adalah sweeping atau kunjungan rumah bagi
yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dukungan Pemerintah makin
meningkat sejak diluncurkannya Jampersal pada tahun 2011, dimana pelayanan
nifas termasuk paket manfaat yang dijamin oleh Jaminan Persalinan (Jampersal).

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 202


BAB VIII
PEMBIAYAAN KESEHATAN

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan memerlukan komponen


pembiyaan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan
pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Pembiayaan kesehatan terdiri dari
pembiayaan bersumber pemerintah dan pembiayaan bersumber masyarakat
Sektor Kesehatan merupakan sektor prioritas, namun alokasi anggaran
untuk kesehatan masih kurang dari 10%. Hal ini tidak sesuai dengan amanat UU
No. 36 RI Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 171 ayat 2 yang menyatakan besar
anggaran kesehatan Pemerintah Daerah Provinsi, Kab/Kota dialokasikan minimal
10% dari APBD di luar gaji

A. ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER APBD


Pemerintah Daerah Provinsi Maluku pada tahun 2015 mengalokasikan
anggaran dana APBD untuk Dinas Kesehatan Provinsi Maluku sebesar Rp.
46.001.962.735,- (Empat puluh enam miliar satu juta sembilan ratus enam puluh
dua ribu tujuh ratus tiga puluh lima rupiah) dengan rincian belanja tidak langsung
Rp. 11.535.157.735,- (Sebelas miliar lima ratus tiga puluh lima juta seratus lima
puluh tujuh ribu tujuh ratus tiga puluh lima rupiah) digunakan untuk pembayaran
Gaji, Tunjangan Pegawai serta Tambahan Penghasilan Pegawai, dan belanja
langsung Rp. 34.466.805.000.-. digunakan untuk pembiayaan 17 program yang
didalamnya terdapat 58 kegiatan dengan rincian sebagai berikut.
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Rp. 1.297.020.000,-
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Rp. 2.465.900.000,-
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur Rp. 45.500.000,-
4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Rp. 304.300.000,-
5. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Rp. 1.966.564.000,-

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 203


6. Program Upaya Kesehatan Masyarakat Rp. 300.000.000,-
7. Program Pengawasan Obat dan Makanan Rp. 202.000.000,-
8. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Rp. 825.000.000,-Masyarakat

9. Program Pengembangan Lingkungan Sehat Rp. 200.000.000,-


10. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Rp. 1.304.595.000,-Menular

11. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Rp. 350.000.000,-


12. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana Rp. 20.000.000.000,-dan
Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan
Jaringannya
13. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rp. 3.000.000.000,-
Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-
paru/Rumah Sakit Mata
14. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Rp. 260.000.000,-
15. Program Sumber Daya Kesehatan Rp. 794.630.000,-
16. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Rp.971.946.000,-
Kesehatan
17. Program Upaya Kesehatan Perorangan Rp. 179.350.000,-

B. ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER APBN


1. DAK (Dana Alokasi Khusus)
Tahun 2015 Kementerian Kesehatan RI mengalokasikan Dana Alokasi
Khusus sebesar Rp. 113.560.446.000 (Seratus tiga belas miliar lima ratus enam
puluh juta empat ratus empat puluh enam ribu rupiah) dengan alokasi untuk 11
kabupaten kota mencapai Rp. 107.027.634.000 (Seratus tujuh miliar dua puluh
tujuh juta enam ratus tiga puluh empat ribu rupiah) dan dinas kesehatan provinsi
sebesar Rp. 6.532.812.000,- ( Enam miliar lima ratus tiga puluh dua juta delapan
ratus dua belas ribu rupiah) dapat dilihat pada gambar berikut :

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 204


GAMBAR 8.2
ANGGARAN DAN REALISASI DAK (DANA ALOKASI KHUSUS) KAB/KOTA
DAN
PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

113,560,446,000

120.000.000.000
82.849.865.795
100.000.000.000

80.000.000.000

60.000.000.000

40.000.000.000

20.000.000.000

-
Pagu Realisasi

Sumber : Sub Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2015

Gambar 8.2 memperlihatkan bahwa realisasi Dana Alokasi Khusus tahun


2015 sebesar 72,9%. Dana Alokasi Khusus Provinsi/Kabupaten/Kota Dapat
dirincikan sebagai berikut
1. DAK Pelayanan Kesehatan Dasar sebesar Rp. 55.159.071.000,- ( Lima puluh
lima miliar seratus lima puluh sembilan juta tujuh puluh satu ribu rupiah)
2. DAK Pelayanan Kefarmasian sebesar Rp.24.699.109.920,- ( Dua puluh empat
miliar enam ratus sembilan puluh sembilan juta seratus sembilan ribu
Sembilan ratus dua puluh rupiah)
3. DAK Pelayanan Kesehatan Rujukan sebesar Rp. 33.701.410.000,- (Tiga
puluh tiga miliar tujuh ratus satu juta empat ratus sepuluh ribu rupiah)

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 205


2. Tugas Pembantuan
 Sumber dan Jumlah Anggaran yang digunakan
Sumber dan Jumlah anggaran Tugas Pembantuan (TP) tahun 2015
bersumber melalui APBN dengan rincian sebagai berikut :
TABEL 8.1
ANGGARAN DANA TP BOK PROVINSI MALUKU TAHUN 2015
Alokasi Realisasi Persentase
NO UNIT KERJA
(Rp) (Rp) %
1 Maluku Tengah 7.978.203.000,- 7.700.754.500,- 97

2 Maluku Tenggara 2.545.312.000,- 2.545.212.000,- 100

3 Maluku Tenggara Barat 2.591.807.000,- 2.444.644.000,- 94

4 Buru 1.918.678.000,- 1.902.396.000,- 99

5 Aru 4.905.838.000,- 4.805.788.000,- 98

6. Seram Bagian Barat 3.803.338.000,- 3.769.554.000,- 99

7. Seram Bagian Timur 3.858.579.000,- 3.858.578.000,- 100

8. Maluku Barat Daya 4.382.625.000,- 3.805.153.000,- 87

9. Buru Selatan 2.254.328.000,- 2.190.735.000,- 97

10. Ambon 2.937.198.000,- 2.899.459.183,- 99

11. Tual 1.654.320.000,- 1.592.300.000,- 96

Total 38.830.226.000,- 37.514.573.683,- 97

Sumber : Sub Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 206


TABEL 8.2
ANGGARAN DANA TP BUK PROVINSI MALUKU TAHUN 2015
Alokasi Realisasi Persentase
NO UNIT KERJA
(Rp) (Rp) %
69.82
1 Maluku Tengah 4.500.000.000,- 3.141.811.818,-

2 Maluku Tenggara 4.625.000.000,- 3.058.533.000,- 66.13

3 Maluku Tenggara Barat 4.000.000.000,- 3.266.539.100,- 81.66

4 Buru 3.350.000.000,- 2.100.870.000,- 62.71

5 Buru Selatan 4.300.000.000,- 3.986.452.900,- 92.71

6. Seram Bagian Barat 4.850.000.000,- 4.597.011.810,- 94.78

7. RS.Masohi 18.000.000.000,- 17.218.632.673,- 95.66

8. RS.Namlea 3.310.000.000,- 2.117.936.050,- 63.99

9. RS.Karel 5.821.000.000,- 4.918.838.260,- 84.50

10. RS.Haulussy 22.000.000.000,- 16.835.755.997,- 76.53

Total 74.756.000.000,- 61.242.381.608,- 81,92

Sumber : Sub Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2015

TABEL 8.3
ANGGARAN DANA TP PENYEHATAN LINGKUNGAN
PROVINSI MALUKU TAHUN 2015
Alokasi Realisasi Persentase
NO UNIT KERJA
(Rp) (Rp) %
51,70
1 ARU 814.640.000,- 421.138.000,-

2 Maluku Tenggara Barat 814.640.000,- 742.222.000,- 91,11

Total 1.629.280.000,- 1.163.260.000,- 71,40

Sumber : Sub Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 207


TABEL 8.4
ANGGARAN DANA TP PENYEHATAN LINGKUNGAN STBM
PROVINSI MALUKU TAHUN 2015
Alokasi Realisasi Persentase
NO UNIT KERJA
(Rp) (Rp) %
1 Seram Bagian Barat 814.640.000,- 421.138.000,- 51,70

2 Maluku Tenggara 814.640.000,- 742.222.000,- 91,11

Total 1.629.280.000,- 1.163.260.000,- 71,40

Sumber : Sub Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2015

3. JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)


Alokasi dana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Provinsi Maluku pada
tahun 2015 sebesar Rp. 1.200.251.000,- (Satu miliar dua ratus juta dua ratus lima
puluh satu ribu rupiah) dengan capaian realisasi Rp. 1,014,939,000,- (Satu miliar
empat belas juta sembilan ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah) Hal ini dapat dilihat
pada gambar 8.5
GAMBAR 8.3
ALOKASI DANA JKN (JAMINAN KESEHATAN NASIONAL)
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2015

1.250.000.000 1.200.251.000

1.200.000.000
1.150.000.000
1.100.000.000
1.014.939.000
1.050.000.000
1.000.000.000
950.000.000
900.000.000
Pagu Realisasi

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Seksi Kesehatan Rujukan Dinas


Kesehatan Provinsi Maluku, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 208


Gambar 8.3 memperlihatkan bahwa realisasi dana JKN mencapai 84,5%.
Adapun Kegiatan JKN adalah sebagai berikut :
1. Pertemuan Sosilaisasi JKN Tingkat Provinsi
2. Bimtek dan Monitoring Pelaksanaan JKN
3. Pengelolaan Data JKN
4. Evaluasi JKN Tingkat Provinsi
5. Honor Tim Save Guarding dan ATK Pengelola Prov/Kab/Kota
6. Konsultasi Program dalam rangka JKN

4. Hibah Luar Negeri (Global Fund) Dinkes Provinsi Maluku


Tahun 2015 Dinas Kesehatan Provinsi Maluku mendapat bantuan dana
Global Fund sebesar Rp. 10.075.831.495 (Sepuluh miliar tujuh puluh lima juta
delapan ratus tiga puluh satu ribu empat ratus sembilan puluh lima rupiah), yang
diperuntukan bagi program Malaria, TB dan AIDS. Presentase realisasi dapat dilihat
pada gambar berikut :
GAMBAR 8.4
ANGGARAN DANA GF (GLOBAL FUND) PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

10.075.831.495

8.586.019.953

PAGU REALISASI

Sumber : Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 209


Gambar 8.4 memperlihatkan bahwa presentase realisasi anggaran Global
Fund sebesar 85,21% dengan rincian alokasi dana sebagai berikut :
1. G.F.AIDS Rp. 725.726.954,-
2. G.F.TB Rp. 2.444.448.023,-
3. G.F.MALARIA Rp. 3.139.820.268,-
4. N.L.R (KUSTA) Rp. 364.785.000,-
5. WHO (SURVEILANS AFP) Rp. 29.950.000,-
6. UNICEF Rp. 2.270.821.250,-
7. GAVI Rp. 1.100.280.000,-

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 210


BAB IX
PENUTUP

Berbagai data dan informasi dalam bentuk buku Profil Kesehatan Maluku
Tahun 2015 ini sangat diperlukan dalam rangka evaluasi kegiatan tahunan dan
sebagai bahan dalam penyusunan rencana program-program kesehatan di tahun
berikutnya. Untuk itu pelaksanaan program/kegiatan secara sungguh-sungguh,
pencatatan yang efektif dan kontinyu, sesuai fakta di lapangan dan jalinan
kerjasama lintas program maupun sektor serta validitasnya data yang baik sangat
diperlukan, sehingga angka-angka, data dan informasi yang ada dalam buku ini
dapat dipertanggungjawabkan.
Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan
dan organisasi dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan manajemen, dan
evaluasi kegiatan maka penyediaan data/informasi yang berkualitas sangat
diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Di bidang
kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan Sistem
Informasi Kesehatan. Salah satu input utama dari penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan.

Demikian, Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 ini telah selesai kami susun,
semoga dengan tersusunnya Buku Profil ini dapat bermanfaat untuk memantau dan
mengevaluasi hasil kinerja Pembangunan Kesehatan di jajaran Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku, yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan program Pembangunan Kesehatan di
tahun berikutnya.

Masukan dan partisipasi dari pihak terkait sangat kami harapkan dalam
rangka mendapatkan laporan yang valid dan akurat. Terimakasih kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini

Akhir kata semoga Buku Profil Kesehatan MALUKU TAHUN 2015


bermanfaat bagi para pembaca.

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 211


DAFTAR PUSTAKA

_________, Buku 1 Pokok – Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Maluku 2013,


Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan
RI Tahun 2013
_________, Buku 2 Riskesdas Dalam Angka Provinsi Maluku 2013,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan
RI Tahun 2013
_________, Dokumen Deskripsi Sumber Daya Manusia Kesehatan
Provinsi Maluku Edisi 2015, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Tahun
2015
_________, Maluku dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku
Tahun 2015
_________, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2015
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Ambon Tahun 2015
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2015
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun
2015
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun
2015
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Buru Tahun 2015
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Tual Tahun 2015
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara Tahun
2015
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Tahun 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 212


_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2015
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Barat Daya
Tahun 2015

Profil Kesehatan Maluku Tahun 2015 213


RESUME PROFIL KESEHATAN
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
2
1 Luas Wilayah 894,713 Km Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 1086 Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 857,130 833,490 1,690,620 Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 4.4 Jiwa Tabel 1
2 2
5 Kepadatan Penduduk /Km 1.9 Jiwa/Km Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 49.3 per 100 penduduk produktif Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 102.8 Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 84.11 83.47 83.79 % Tabel 3
9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi
a. SMP/ MTs 10,652.00 9,329.00 19,981.00 % Tabel 3
b. SMA/ SMK/ MA 6,050.00 4,640.00 10,690.00 % Tabel 3
c. Sekolah menengah kejuruan 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
d. Diploma I/Diploma II 176.00 731.00 907.00 % Tabel 3
e. Akademi/Diploma III 0.00 7.00 7.00 % Tabel 3
f. Universitas/Diploma IV 1,625.00 1,410.00 3,035.00 % Tabel 3
g. S2/S3 (Master/Doktor) 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3

B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup 12,962 10,688 32,531 Tabel 4
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 14 11 12 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4
12 Jumlah Kematian Neonatal 113 96 246 neonatal Tabel 5
13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 9 9 8 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
14 Jumlah Bayi Mati 57 42 117 bayi Tabel 5
15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 4 4 4 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
16 Jumlah Balita Mati 88 64 176 Balita Tabel 5
17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 7 6 5 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
18 Kematian Ibu
Jumlah Kematian Ibu 83 Ibu Tabel 6
Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 260 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6
NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran
L P L+P Satuan
B.2 Angka Kesakitan
19Tuberkulosis
Jumlah kasus baru TB BTA+ 907 790 1,697 Kasus Tabel 7
Proporsi kasus baru TB BTA+ 53.45 46.55 % Tabel 7
CNR kasus baru BTA+ 130.51 110.52 98.54 per 100.000 penduduk Tabel 7
Jumlah seluruh kasus TB 984 783 2,370 Kasus Tabel 7
CNR seluruh kasus TB 141.59 109.54 137.62 per 100.000 penduduk Tabel 7
Kasus TB anak 0-14 tahun 7.22 % Tabel 7
Persentase BTA+ terhadap suspek 26.00 18.96 22.19 % Tabel 8
Angka kesembuhan BTA+ 55.67 70.86 61.58 % Tabel 9
Angka pengobatan lengkap BTA+ 13.62 22.64 17.13 % Tabel 9
Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ 69.29 93.50 78.71 % Tabel 9
Angka kematian selama pengobatan 4.17 2.10 2.55 per 100.000 penduduk Tabel 9
20Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 2.71 2.30 3.08 % Tabel 10
21Jumlah Kasus HIV 75 86 161 Kasus Tabel 11
22Jumlah Kasus AIDS 75 62 137 Kasus Tabel 11
23Jumlah Kematian karena AIDS 28 28 56 Jiwa Tabel 11
24Jumlah Kasus Syphilis 20 49 69 Kasus Tabel 11
25Donor darah diskrining positif HIV 0.19 0.40 0.20 % Tabel 12
26Persentase Diare ditemukan dan ditangani 0.00 0.00 0.00 % Tabel 13
27Kusta
Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 248 160 408 Kasus Tabel 14
Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 28.93 19.20 24.13 per 100.000 penduduk Tabel 14
Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 10.29 % Tabel 15
Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 6.13 % Tabel 15
Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 1.48 per 100.000 penduduk Tabel 15
Angka Prevalensi Kusta 4.76 3.08 3.93 per 10.000 Penduduk Tabel 16
Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 82.00 64.00 79.00 % Tabel 17
Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 43.20 52.25 49.81 % Tabel 17
28Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
AFP Rate (non polio) < 15 th 1.22 per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 18
Jumlah Kasus Difteri 0 0 0Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Difteri #DIV/0! % Tabel 19
Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0Kasus Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 0 0 0Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) #DIV/0! % Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 1 1 2Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum 0% Tabel 19
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
Jumlah Kasus Campak 11 12 50 Kasus Tabel 20
Case Fatality Rate Campak 0% Tabel 20
Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 20
Jumlah Kasus Hepatitis B 0 0 0 Kasus Tabel 20
29 Incidence Rate DBD 4.43 5.28 4.85 per 100.000 penduduk Tabel 21
30 Case Fatality Rate DBD 10.53 4.55 7.32 % Tabel 21
31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 5.18 4.58 9.18 per 1.000 penduduk berisiko Tabel 22
32 Case Fatality Rate Malaria 0.05 0.00 1.72 % Tabel 22
33 Angka Kesakitan Filariasis 1 2 2 per 100.000 penduduk Tabel 23
34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi 14.28 15.13 14.75 % Tabel 24
35 Persentase obesitas 27.27 30.21 29.43 % Tabel 25
36 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun 2.63 % Tabel 26
37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun 0.21 % Tabel 26
38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam 50.00 % Tabel 28

C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 89 % Tabel 29
40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 76.75 % Tabel 29
41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 76.95 % Tabel 29
42 Pelayanan Ibu Nifas 75.86 % Tabel 29
43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 68.03 % Tabel 29
44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 84.54 % Tabel 30
45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 66.22 % Tabel 32
46 Penanganan komplikasi kebidanan 37.67 % Tabel 33
47 Penanganan komplikasi Neonatal #VALUE! #VALUE! 54.42 % Tabel 33
48 Peserta KB Baru 9.80 % Tabel 36
49 Peserta KB Aktif 53.10 % Tabel 36
50 Bayi baru lahir ditimbang 91 91 91 % Tabel 37
51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 1.73 1.95 1.85 % Tabel 37
52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 90.72 93.35 92.32 % Tabel 38
53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 84.75 85.20 85.18 % Tabel 38
54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 30.52 25.53 30.34 % Tabel 39
55 Pelayanan kesehatan bayi 83.29 80.11 80.85 % Tabel 40
56 Desa/Kelurahan UCI 60.23 % Tabel 41
57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 97.61 94.37 88.63 % Tabel 43
58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 91.54 89.19 83.44 % Tabel 43
59 Bayi Mendapat Vitamin A 60.06 56.10 62.57 % Tabel 44
NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran
L P L+P Satuan
60Anak Balita Mendapat Vitamin A 49.72 45.76 #VALUE! % Tabel 44
61Baduta ditimbang 56.43 60.67 56.98 % Tabel 45
62Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) 1.76 1.51 1.63 % Tabel 45
63Pelayanan kesehatan anak balita 65.02 64.57 62.88 % Tabel 46
64Balita ditimbang (D/S) 105.75 102.92 72.10 % Tabel 47
65Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 1.40 1.38 1.73 % Tabel 47
66Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 98.95 100.00 99.42 % Tabel 48
67Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 20.14 20.09 20.83 %
Tabel 49
68Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0.21 Tabel 50
69SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 21.88 sekolah Tabel 51
70SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 60.14 sekolah Tabel 51
71Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 66.59 66.06 66.33 % Tabel 51
72Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 24.97 27.12 25.99 % Tabel 51
73Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan
mulut 24.97 27.12 25.99 % Tabel 51
74Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 64.11 64.70 63.46 % Tabel 52

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


Persentase

75Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan - - 25.79 % Tabel 53


76Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 57.91 79.29 70.14 % Tabel 54
77Cakupan Kunjungan Rawat Inap 2.32 2.95 2.67 % Tabel 54
78Angka kematian kasar/Gross Death Rate (GDR) di RS 32.00 21.84 26.43 per 100.000 pasien keluar Tabel 55
79Angka kematian murni/Nett Death Rate (NDR) di RS 32.61 19.25 25.29 per 100.000 pasien keluar Tabel 55
80Bed Occupation Rate (BOR) di RS 38.23 % Tabel 56
81Bed Turn Over (BTO) di RS 33.44 Kali Tabel 56
82Turn of Interval (TOI) di RS 6.74 Hari Tabel 56
83Average Length of Stay (ALOS) di RS - Hari Tabel 56

C.3 Perilaku Hidup Masyarakat


87Rumah Tangga ber-PHBS 35.64 % Tabel 57
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
C.4 Keadaan Lingkungan
88 Persentase rumah sehat 61.56 % Tabel 58
89 Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak 47.70 % Tabel 59
90 Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan 90.12 % Tabel 60
91 Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) 31.92 % Tabel 61
92 Desa STBM 8.89 % Tabel 62
93 Tempat-tempat umum memenuhi syarat 66.34 % Tabel 63
TPM memenuhi syarat higiene sanitasi 55.27 % Tabel 64
TPM tidak memenuhi syarat dibina 89.47 % Tabel 65
TPM memenuhi syarat diuji petik 60.32 % Tabel 65

D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
94 Jumlah Rumah Sakit Umum 26.00 RS Tabel 67
95 Jumlah Rumah Sakit Khusus 1.00 RS Tabel 67
96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap - Tabel 67
97 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap - Tabel 67
Jumlah Puskesmas Keliling - Tabel 67
Jumlah Puskesmas pembantu - Tabel 67
98 Jumlah Apotek 154.00 Tabel 67
99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 - % Tabel 68
100 Jumlah Posyandu 2,187.00 Posyandu Tabel 69
101 Posyandu Aktif 35.39 % Tabel 69
102 Rasio posyandu per 100 balita 1.25 per 100 balita Tabel 69
103 UKBM
Poskesdes 398.00 Poskesdes Tabel 70
Polindes 136.00 Polindes Tabel 70
Posbindu 257.00 Posbindu Tabel 70
104 Jumlah Desa Siaga 620.00 Desa Tabel 71
105 Persentase Desa Siaga 50.12 % Tabel 71

D.2 Tenaga Kesehatan


106 Jumlah Dokter Spesialis 41.00 31.00 72.00 Orang Tabel 72
107 Jumlah Dokter Umum 80.00 178.00 258.00 Orang Tabel 72
108 Rasio Dokter (spesialis+umum) 19.52 per 100.000 penduduk Tabel 72
109 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis 14.00 47.00 61.00 Orang Tabel 72
NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran
L P L+P Satuan
110 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) 3.61 per 100.000 penduduk
111 Jumlah Bidan #REF! Orang Tabel 73
112 Rasio Bidan per 100.000 penduduk #REF! per 100.000 penduduk Tabel 73
113 Jumlah Perawat #REF! #REF! #REF! Orang Tabel 73
114 Rasio Perawat per 100.000 penduduk #REF! per 100.000 penduduk Tabel 73
115 Jumlah Perawat Gigi #REF! #REF! #REF! Orang Tabel 73
116 Jumlah Tenaga Kefarmasian #REF! #REF! #REF! Orang Tabel 74
117 Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan #REF! #REF! #REF! Orang Tabel 75
118 Jumlah Tenaga Sanitasi #REF! #REF! #REF! Orang Tabel 76
119 Jumlah Tenaga Gizi #REF! #REF! #REF! Orang Tabel 77

D.3 Pembiayaan Kesehatan


120 Total Anggaran Kesehatan ########## Rp Tabel 81
121 APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota 100.00 % Tabel 81
122 Anggaran Kesehatan Perkapita 337,170.56 Rp Tabel 81
TABEL 1

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,


DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN


JUMLAH
NO KECAMATAN WILAYAH DESA + RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
(km 2) DESA KELURAHAN KELURAHAN PENDUDUK TANGGA TANGGA per km 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 KOTA AMBON 40,614.5 30 20 50 411,617 152,034 2.71 10.13
2 MALUKU TENGAH 11,595.6 182 5 187 368,293 72,307 5.09 31.76
3 SERAM BAGIAN BARAT 6,948.4 92 0 92 168,134 34,049 4.94 24.20
4 SERAM BAGIAN TIMUR 660,085.0 160 0 160 107,008 22,771 4.70 0.16
5 BURU 7,595.6 82 0 82 124,022 - #DIV/0! 16.33
6 BURU SELATAN 5,060 81 0 81 59,289 14,650 4.05 11.72
7 KOTA TUAL 23,649.2 27 3 30 81,621 13,013 6.27 3.45
8 MALUKU TENGGARA 1,007.7 86 1 87 98,684 18,402 5.36 97.93
9 MALUKU TENGGARA BARAT 59,305 80 1 81 108,665 24,377 4.46 1.83
10 KEPULAUAN ARU 6,428.8 117 2 119 91,277 18,075 5.05 14.20
11 MALUKU BARAT DAYA 72,423.6 117 0 117 72,010 13,970 5.15 0.99
JUMLAH (KAB/KOTA) 894,713.4 1054 32 1086 1,690,620 383,648 4.41 2

Sumber: - Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Tahun 2015


TABEL 2

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH PENDUDUK
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN
1 2 3 4 5 6

1 0 -4 89,710 85,029 174,739 105.51


2 5 -9 82,910 80,462 163,372 103.04
3 10 - 14 81,166 80,565 161,731 100.75
4 15 - 19 80,282 79,485 159,767 101.00
5 20 - 24 79,464 78,632 158,096 101.06
6 25 - 29 75,307 74,177 149,484 101.52
7 30 - 34 73,158 72,928 146,086 100.32
8 35 - 39 71,419 70,087 141,506 101.90
9 40 - 44 70,734 65,751 136,485 107.58
10 45 - 49 55,308 43,420 98,728 127.38
11 50 - 54 29,944 30,701 60,645 97.53
12 55 - 59 23,365 23,718 47,083 98.51
13 60 - 64 16,984 17,377 34,361 97.74
14 65 - 69 11,312 11,953 23,265 94.64
15 70 - 74 7,929 8,961 16,890 88.48
16 75+ 8,138 10,244 18,382 79.44

JUMLAH 857,130 833,490 1,690,620 102.84


ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 49

Sumber: - Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Tahun 2015


TABEL 3

PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF


DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI+
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 146054 142399 288,453
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG
2 241,709 84.11 83.47 83.79
MELEK HURUF 122851 118858
3 PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG
DITAMATKAN:
a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 5436 5972 11,408 3.72 4.19 3.95
b. SD/MI 17391 16677 34,068 11.91 11.71 11.81
c. SMP/ MTs 10652 9329 19,981 7.29 6.55 6.93
d. SMA/ MA 6050 4640 10,690 4.14 3.26 3.71
e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 0 0.00 0.00 0.00
f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 176 731 907 0.12 0.51 0.31
g. AKADEMI/DIPLOMA III 7 7 0.00 0.00 0.00
h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 1625 1410 3,035 1.11 0.99 1.05
i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 0 0.00 0.00 0.00

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 4

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH KELAHIRAN
NO KECAMATAN NAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
PUSKESMAS
HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 3,723 16 3,739 3,541 13 3,554 7,264 29 7,293
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA 0 NA NA 0 7,496 66 7,562
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 3,480 33 3,513 1,393 10 1,403 4,873 43 4,916
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 844 22 866 842 29 871 1,686 51 1,737
5 BURU 9 666 2 668 629 0 629 1,295 2 1,297
6 BURU SELATAN 12 666 2 668 629 0 629 1,295 2 1,297
7 KOTA TUAL 15 579 13 592 625 11 636 1,204 24 1,228
8 MALUKU TENGGARA 15 1,098 13 1,111 1,140 11 1,151 2,238 24 2,262
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 1,077 38 1,115 1,158 28 1,186 2,235 66 2,301
10 KEPULAUAN ARU 24 829 40 869 731 19 750 1,560 59 1,619
11 MALUKU BARAT DAYA 20 NA NA 0 NA NA 0 1,385 18 1,403
JUMLAH (KAB/KOTA) 199 12,962 179 13,141 10,688 121 10,809 32,531 384 32,915
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) 13.6 11.2 11.7

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
TABEL 5

ENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KEMATIAN


LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN
a a a
NEONATAL BAYI ANAK BALITA NEONATAL BAYI ANAK BALITA NEONATAL BAYI ANAK BALITA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KOTA AMBON 22 13 6 2 8 5 1 0 1 18 7 2 9
2 MALUKU TENGAH 33 23 4 3 7 20 3 0 3 43 7 3 10
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 9 2 0 2 4 0 0 0 12 2 0 2
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 13 7 11 18 15 6 8 14 28 13 19 32
5 BURU 9 NA NA 0 NA NA NA NA 0 34 18 6 24
6 BURU SELATAN 12 6 8 0 8 5 6 2 8 11 14 2 16
7 KOTA TUAL 15 11 6 2 8 5 1 2 3 16 7 4 11
8 MALUKU TENGGARA 15 8 5 3 8 6 4 3 7 14 9 6 15
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 17 10 6 16 21 12 4 16 38 22 10 32
10 KEPULAUAN ARU 24 13 9 4 13 15 9 3 12 28 18 7 25
11 MALUKU BARAT DAYA 20 NA NA NA 0 NA NA NA 0 4 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 113 57 31 88 96 42 22 64 246 117 59 176
ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN) 9 4 2 7 9 4 2 6 8 4 2 5

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
TABEL 6
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

KEMATIAN IBU
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH LAHIR JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
HIDUP < 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34
≥35 tahun JUMLAH ≥35 tahun JUMLAH ≥35 tahun JUMLAH ≥35 tahun JUMLAH
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 KOTA AMBON 22 7,264 0 2 0 2 0 3 0 3 0 0 0 0 0 5 0 5
2 MALUKU TENGAH 33 7,496 NA NA NA 1 NA NA NA 1 NA NA NA 8 NA NA NA 10
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 3,480 0 0 0 0 0 0 12 12 0 0 0 0 0 0 12 12
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1,686 0 1 1 2 1 3 3 7 0 2 1 3 1 6 5 12
5 BURU 9 2,121 0 2 0 2 0 6 0 6 0 0 0 0 0 8 0 8
6 BURU SELATAN 12 1,295 0 1 1 2 0 0 5 5 0 0 2 2 0 1 8 9
7 KOTA TUAL 15 1,204 0 1 0 1 1 2 1 4 0 0 1 1 1 3 2 6
8 MALUKU TENGGARA 15 2,238 0 2 0 2 0 3 5 8 0 0 0 0 0 5 5 10
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 2,235 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 2 0 2
10 KEPULAUAN ARU 24 1,560 0 1 0 1 0 4 0 4 0 0 0 0 0 5 0 5
11 MALUKU BARAT DAYA 20 1,385 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 0 0 4 4
JUMLAH (KAB/KOTA) 31,964 0 10 2 13 2 23 26 52 0 2 8 18 2 35 36 83
ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 260

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan:
- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas
- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi
-
TABEL 7

KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH SELURUH
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KASUS BARU TB BTA+ KASUS TB KASUS TB ANAK
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L P 0-14 TAHUN
L+P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 204,608 207,009 411,617 92 33.82 180 66.18 272 NA 0.00 NA 0.00 603 17 2.82
2 MALUKU TENGAH 33 191,413 203,262 394,675 233 58 170 42.18 403 270 58 198 42.31 468 22 4.70
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 NA NA 168,134 55 54 47 46.08 102 6 60 4 40.00 10 3 30.00
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 51,050 54,685 124,992 69 63 40 36.70 109 81 57 62 43.36 143 15 10.49
5 BURU 9 124,992 59 59 41 41.00 100 84 59 58 40.85 142 4 2.82
6 BURU SELATAN 12 30,470 28,819 59,289 11 61 7 38.89 18 21 54 18 46.15 39 5 12.82
7 KOTA TUAL 15 30,790 36,993 67,783 59 62 36 37.89 95 116 58 84 42.00 200 40 20.00
8 MALUKU TENGGARA 15 48,416 50,268 98,684 114 58 81 41.54 195 145 56 113 43.80 258 14 5.43
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 54,589 54,076 108,665 71 50 70 49.65 141 29 36 52 64.20 81 21 25.93
10 KEPULAUAN ARU 24 47,310 43,967 91,277 115 56 92 44.44 207 199 54 167 45.63 366 25 6.83
11 MALUKU BARAT DAYA 20 36,305 35,705 72,010 29 53 26 47.27 55 33 55 27 45.00 60 5 8.33
JUMLAH (KAB/KOTA) 694,951 714,784 1,722,118 907 53 790 47 1,697 984 42 783 33 2,370 171 7

CNR KASUS BARU TB BTA+ PER 100.000 PENDUDUK 130.51 110.52 98.54
CNR SELURUH KASUS TB PER 100.000 PENDUDUK 141.59 109.54 137.62

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 8

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

TB PARU
SUSPEK % BTA (+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS BTA (+)
TERHADAP SUSPEK
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 522 1,443 1,965 92 180 272 17.62 12.47 13.84
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA 4,922 233 170 403 #VALUE! #VALUE! 8.19
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 703 530 1,233 51 46 97 7.25 8.68 7.87
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 189 185 374 88 53 141 46.56 28.65 37.70
5 BURU 9 NA NA 468 59 41 100 #VALUE! #VALUE! 21.37
6 BURU SELATAN 12 183 153 336 18 13 31 9.84 8.50 9.23
7 KOTA TUAL 15 97 128 225 65 40 105 67.01 31.25 46.67
8 MALUKU TENGGARA 15 780 719 1,499 119 74 193 15.26 10.29 12.88
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 740 731 1,471 71 71 142 9.59 9.71 9.65
10 KEPULAUAN ARU 24 402 362 764 115 92 207 28.61 25.41 27.09
11 MALUKU BARAT DAYA 20 NA NA 189 29 26 55 #VALUE! #VALUE! 29.10
JUMLAH (KAB/KOTA) 3,616 4,251 7,867 940 806 1,746 26.00 18.96 22.19

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 9

ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

ANGKA PENGOBATAN LENGKAP


ANGKA KESEMBUHAN (CURE RATE) ANGKA KEBERHASILAN
BTA (+) DIOBATI* (COMPLETE RATE) PENGOBATAN (SUCCESS JUMLAH KEMATIAN
SELAMA PENGOBATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P L P L+P RATE/SR)
JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA
L P L+P H % H % JUMLAH % H % H % JUMLAH % L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 KOTA AMBON 22 203 86 289 48 23.65 64 74.42 112 38.75 28 13.79 38 44.19 66 22.84 37.44 118.60 61.59 0 0 0
2 MALUKU TENGAH 33NA NA 0 NA 0.00 NA 0.00 0 0.00 NA #VALUE! NA #VALUE! #VALUE! #VALUE! #VALUE! #VALUE! #VALUE! NA NA #VALUE!
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 82 45 127 73 89.02 36 80.00 109 85.83 8 9.76 12 26.67 20 15.75 98.78 106.67 101.57 2 0 2
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 81 53 134 28 34.57 35 66.04 63 47.01 33 40.74 27 50.94 60 44.78 75.31 116.98 91.79 9 7 16
5 BURU 9 61 45 106 33 54.10 22 48.89 55 51.89 2 3.28 4 8.89 6 5.66 57.38 57.78 57.55 4 1 5
6 BURU SELATAN 12 11 13 24 11 100.00 11 84.62 22 91.67 0 0.00 0 0.00 0 0.00 100.00 84.62 91.67 2 1 3
7 KOTA TUAL 15 43 32 75 19 44.19 15 46.88 34 45.33 17 39.53 18 56.25 35 46.67 83.72 103.13 92.00 3 0 3
8 MALUKU TENGGARA 15 74 52 126 64 86.49 47 90.38 111 88.10 7 9.46 5 9.62 12 9.52 95.95 100.00 97.62 2 0 2
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 81 72 153 66 81.48 54 75.00 120 78.43 0 0.00 0 0.00 0 0.00 81.48 75.00 78.43 1 3 4
10 KEPULAUAN ARU 24 84 53 137 51 60.71 31 58.49 82 59.85 5 5.95 4 7.55 9 6.57 66.67 66.04 66.42 4 1 5
11 MALUKU BARAT DAYA 20 29 26 55 24 82.76 23 88.46 47 85.45 2 6.90 0 0.00 2 3.64 89.66 88.46 89.09 2 2 4
JUMLAH (KAB/KOTA) 749 477 1,226 417 55.67 338 70.86 755 61.58 102 13.62 108 22.64 210 17.13 69.29 93.50 78.71 29 15 44
ANGKA KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN PER 100.000 PENDUDUK 4 2 3

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan:
* kohort yang sama dari kasus yang dinilai kesembuhan dan pengobatan lengkap
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 10

PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PNEUMONIA PADA BALITA


JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
NO KECAMATAN PUSKESMAS
PENDERITA L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KOTA AMBON 22 25,097 27,096 52,193 2,510 2,710 5,219 31 1.24 27 1.00 58 1.11
2 MALUKU TENGAH 33 19,555 20,685 40,240 1,956 2,069 4,024 31 1.585272 28 1.353638 59 1.5
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 - 16,813 - - 1,681 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 139 8.3
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 5,498 4,232 9,730 550 423 973 15 2.7 14 3.3 29 3.0
5 BURU 9 15,374 - - 1,537 #DIV/0! #DIV/0! 54 3.5
6 BURU SELATAN 12 4,539 4,293 8,832 454 429 883 2 0.4 0 0.0 2 0.23
7 KOTA TUAL 15 3,252 3,339 6,591 325 334 659 27 8.3 17 5.1 44 6.7
8 MALUKU TENGGARA 15 6,784 6,611 13,395 678 661 1,340 24 3.5 25 3.8 49 3.7
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 5,424 5,443 10,867 542 544 1,087 50 9.2 44 8.1 94 8.7
10 KEPULAUAN ARU 24 7,031 6,553 13,584 703 655 1,358 40 5.7 34 5.2 74 5.4
11 MALUKU BARAT DAYA 20 4,144 4,002 8,146 414 400 815 0 0.0 0 0.0 0 0.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 81,324 82,254 195,765 8,132 8,225 19,577 220 2.705228 189 2.297761 602 3.08

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 11

JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

HIV AIDS JUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS SYPHILIS


NO KELOMPOK UMUR
PROPORSI PROPORSI PROPORSI
L P L+P KELOMPOK L P L+P KELOMPOK L P L+P L P L+P KELOMPOK
UMUR UMUR UMUR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 ≤ 4 TAHUN 1 3 4 2.48 2 0 2 1.46 0 0 0 0 1 1 1.45

2 5 - 14 TAHUN 1 1 2 1.24 0 0 0 0.00 0 0 0 0 1 1 1.45

3 15 - 19 TAHUN 2 2 4 2.48 2 2 4 2.92 0 1 1 1 2 3 4.35

4 20 - 24 TAHUN 9 12 21 13.04 7 8 15 10.95 1 2 3 3 3 6 8.70

5 25 - 49 TAHUN 54 66 120 74.53 58 46 104 75.91 25 22 47 12 40 52 75.36

6 ≥ 50 TAHUN 8 2 10 6.21 6 6 12 8.76 2 3 5 4 2 6 8.70

JUMLAH (KAB/KOTA) 75 86 161 75 62 137 28 28 56 20 49 69


PROPORSI JENIS KELAMIN 46.58 53.42 54.74 45.26 50.00 50.00 28.99 71.01

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 12

PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA/DISKRINING
POSITIF HIV
NO UNIT TRANSFUSI DARAH JUMLAH PENDONOR TERHADAP HIV
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 PMI / Bank Darah Kota Ambon 3,808 3,659 7,467 7,625 200.24 156 4.26 7,781 104.21 10 0.13 0 0.00 10 0.13
2 RSUD CENDRAWASIH 910 150 1,060 716 78.68 97 64.67 813 76.70 6 0.84 1 1.03 7 0.86

JUMLAH 4,718 3,809 8,527 8,341 176.79 253 6.64 8,594 100.79 16 0.19 1 0 17 0.20

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 13

KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

DIARE
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH TARGET DIARE DITANGANI
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENEMUAN L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KOTA AMBON 22 204,608 207,009 411,617 4,379 4,430 8,809 1,159 26.47 1,129 25.49 2,288 25.97
2 MALUKU TENGAH 33 191,413 203,262 394,675 4,096 4,350 8,446 2,760 67 2,789 64 5,549 66
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 NA NA 0 #VALUE! #VALUE! 0 #VALUE! #VALUE! 0 #DIV/0!
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 51,050 54,685 105,735 1,092 1,170 2,263 742 68 874 75 1,616 71
5 BURU 9 NA NA 124,992 #VALUE! #VALUE! 4,627 NA #VALUE! NA #VALUE! 2,025 44
6 BURU SELATAN 12 30,470 28,819 59,289 9,124 8,030 1,269 741 8 687 9 1,428 113
7 KOTA TUAL 15 30,790 36,993 67,783 659 792 1,451 842 128 988 125 1,830 126
8 MALUKU TENGGARA 15 48,416 50,268 98,684 1,036 1,076 2,112 1,717 166 1,808 168 3,525 167
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 54,589 54,076 108,665 1,168 1,157 2,325 927 79 1,045 90 1,972 85
10 KEPULAUAN ARU 24 47,310 43,967 91,277 1,012 941 1,953 715 71 679 72 1,394 71
11 MALUKU BARAT DAYA 20 36,305 35,705 72,010 777 764 1,541 504 65 460 60 964 63
JUMLAH (KAB/KOTA) 694,951 714,784 1,534,727 23,344 22,710 34,795 10,107 43.3 10,459 46.1 22,591 64.9
ANGKA KESAKITAN DIARE PER 1.000 PENDUDUK 214

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 14

KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

KASUS BARU
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah PB + MB
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 0 2 2 37 30 67 37 32 69
2 MALUKU TENGAH 33 2 1 3 11 19 30 13 20 33
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1 3 4 22 17 39 23 20 43
5 BURU 9 17 7 24 38 7 45 55 14 69
6 BURU SELATAN 12 1 0 1 3 2 5 4 2 6
7 KOTA TUAL 15 1 3 4 25 9 34 26 12 38
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 12 14 26 12 14 26
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 27 17 44 30 21 51 57 38 95
10 KEPULAUAN ARU 24 0 0 0 0 2 2 0 2 2
11 MALUKU BARAT DAYA 20 4 2 6 17 4 21 21 6 27
JUMLAH (KAB/KOTA) 53 35 88 195 125 320 248 160 408

PROPORSI JENIS KELAMIN 60.23 39.77 60.94 39.06 60.78 39.22


ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK 28.93 19.20 24.13

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 15

KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

KASUS BARU
PENDERITA KUSTA
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA 0-14 TAHUN CACAT TINGKAT 2
KUSTA
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 KOTA AMBON 22 69 7 10.14 0 0
2 MALUKU TENGAH 33 33 4 12.12 1 3.03
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 43 9 20.93 2 4.65
5 BURU 9 69 12 17.39 3 4.35
6 BURU SELATAN 12 6 0.00 3 50
7 KOTA TUAL 15 38 7 18.42 14 36.84
8 MALUKU TENGGARA 15 26 3 11.54 2 7.69
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 95 0.00 0.00
10 KEPULAUAN ARU 24 2 - 0.00 0 0.00
11 MALUKU BARAT DAYA 20 27 - 0.00 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 408 42 10.29 25 6.13
ANGKA CACAT TINGKAT 2 PER 100.000 PENDUDUK 1

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 16

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

KASUS TERCATAT
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler/Kusta kering Multi Basiler/Kusta Basah JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 5 2 7 99 61 160 104 63 167
2 MALUKU TENGAH 33 2 7 9 61 39 100 63 46 109
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 6 10 16 28 23 51 34 33 67
5 BURU 9 17 7 24 39 9 48 56 16 72
6 BURU SELATAN 12 1 0 1 3 2 5 4 2 6
7 KOTA TUAL 15 7 3 10 24 18 42 31 21 52
8 MALUKU TENGGARA 15 2 0 2 27 30 57 29 30 59
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 27 17 44 30 21 51 57 38 95
10 KEPULAUAN ARU 24 1 0 1 8 2 10 9 2 11
11 MALUKU BARAT DAYA 20 4 2 6 17 4 21 21 6 27
JUMLAH (KAB/KOTA) 72 48 120 336 209 545 408 257 665
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 4.76 3.08 3.93

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 17

PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

KUSTA (PB) KUSTA (MB)


a RFT PB a RFT MB
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA PB L P L+P PENDERITA MB L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 KOTA AMBON 22 5 2 7 5 100 1 50 6 86 96 62 158 43 45 33 53 76 48
2 MALUKU TENGAH 33 2 7 9 0 0 1 14 1 11 61 39 100 2 3 3 8 5 5
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 3 8 11 0 0 0 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 8 19 27 2 25 10 53 12 44 22 19 41 2 9 5 26 7 17
5 BURU 9 0 0 0 15 #DIV/0! 8 #DIV/0! 23 #DIV/0! 0 0 0 20 #DIV/0! 21 #DIV/0! 41 #DIV/0!
6 BURU SELATAN 12 1 0 1 0 0 1 #DIV/0! 1 100 3 3 6 3 100 3 100 6 100
7 KOTA TUAL 15 1 0 1 1 100 0 #DIV/0! 1 100 10 13 23 10 100 13 100 23 100
8 MALUKU TENGGARA 15 2 0 2 2 100 0 #DIV/0! 2 100 27 30 57 12 44 14 47 26 46
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 26 20 46 16 62 11 55 27 59 47 42 89 34 72 23 55 57 64
10 KEPULAUAN ARU 24 1 0 1 0 0.00 0 0.00 0 0.00 8 2 10 1 13 1 50 2 20
11 MALUKU BARAT DAYA 20 4 2 6 NA #VALUE! NA #VALUE! 6 100 17 4 21 NA #VALUE!NA #VALUE! 14 67
JUMLAH (KAB/KOTA) 50 50 100 41 82.0 32 64.0 79 79.0 294 222 516 127 43 116 52 257 50

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 18

JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KASUS AFP


NO KECAMATAN PUSKESMAS
<15 TAHUN (NON POLIO)
1 2 3 4 5
1 KOTA AMBON 22 15,523 0
2 MALUKU TENGAH 33 0 0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 13,571 0
5 BURU 9 43,802 1
6 BURU SELATAN 12 23,998 0
7 KOTA TUAL 15 NA NA
8 MALUKU TENGGARA 15 34,858 1
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 NA NA
10 KEPULAUAN ARU 24 32,661 0
11 MALUKU BARAT DAYA 20 NA 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 164,413 2
AFP RATE (NON POLIO) PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN 1.22

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

Catatan : Jumlah penduduk < 15 tahun kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 2, yaitu se 499,842
TABEL 19

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH KASUS PD3I


DIFTERI TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM
NO KECAMATAN PUSKESMAS PERTUSIS
JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS
MENINGGAL MENINGGAL MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 MALUKU TENGAH 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0
5 BURU 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 BURU SELATAN 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 KOTA TUAL 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 KEPULAUAN ARU 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 MALUKU BARAT DAYA 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0

CASE FATALITY RATE (%) #DIV/0! #DIV/0! 0.00

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 20

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN
PUSKESMAS PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH KASUS PD3I


CAMPAK
NO KECAMATAN PUSKESMAS POLIO HEPATITIS B
JUMLAH KASUS MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 KOTA AMBON 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 MALUKU TENGAH 33 7 4 11 0 0 0 0 0 0 0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 0 0
5 BURU 9 0 0 27 0 0 0 0 0 0 0
6 BURU SELATAN 12 4 8 12 0 0 0 0 0 0 0
7 KOTA TUAL 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 KEPULAUAN ARU 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 MALUKU BARAT DAYA 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 11 12 50 0 0 0 0 0 0 0
CASE FATALITY RATE (%) 0.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 21

JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KASUS MENINGGAL CFR (%)
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 8 17 25 1 0 1 12.5 0.0 4.0
2 MALUKU TENGAH 33 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 4 2 6 0 0 0 0.0 0.0 0.0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
5 BURU 9 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
6 BURU SELATAN 12 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
7 KOTA TUAL 15 11 15 26 1 2 3 9.1 13.3 11.5
8 MALUKU TENGGARA 15 10 9 19 2 0 2 20.0 0.0 10.5
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
10 KEPULAUAN ARU 24 5 1 6 0 0 0 0.0 0.0 0.0
11 MALUKU BARAT DAYA 20 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 38 44 82 4 2 6 10.5 4.5 7.3
INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK 4.4 5.3 4.9

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 22

KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

MALARIA
SEDIAAN DARAH DIPERIKSA
NO KECAMATAN PUSKESMAS SUSPEK POSITIF MENINGGAL CFR
L P L+P
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 KOTA AMBON 22 4,743 4,611 9,354 4,743 4,611 9,354 725 15.29 607 13 1,332 14.24 0 0 0 0 0 0
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA 0 NA NA - 226 #VALUE! 196 #VALUE! 115.31 #DIV/0! 0 0 0 0.00 0.00 0.00
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 3,954 3,450 7,404 3,954 3,450 7,404 1,216 30.75 1,068 31 2,284.00 30.85 0 0 0 0.00 0.00 0.00
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 972 915 1,887 1,192 1,123 2,315 274 22.99 270 24 101.48 4.38 1 0 1 0.36 0 0.99
5 BURU 9 0 0 8,748 - 285 #DIV/0! 109 #DIV/0! 26,147 #DIV/0! 0 0 0 0.00 0.00 0.00
6 BURU SELATAN 12 446 390 836 446 390 836 211 47.31 177 45 388.00 46.41 0 0 0 0.00 0 0.00
7 KOTA TUAL 15 1,610 1,726 3,336 1,610 1,726 3,336 22 1.37 33 2 55.00 1.65 0 0 0 0.00 0.00 0.00
8 MALUKU TENGGARA 15 850 827 1,677 658 623 1,281 128 19.45 82 13 156.00 12.18 0 0 0 0.00 0.00 0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 4,795 4,701 9,496 4,795 4,701 9,496 290 6.05 298 6 588.00 6.19 1 0 1 0.34 0.00 0.17
10 KEPULAUAN ARU 24 2,272 2,099 4,371 2,272 2,099 4,371 385 16.95 388 18 773.00 17.68 0 0 0 0.00 0.00 0.00
11 MALUKU BARAT DAYA 20 1,375 1,412 2,787 1,206 1,212 2,418 567 47.01 505 42 1,072.00 44.33 0 0 0 0.00 0.00 0.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 21,017 20,131 49,896 20,876 19,935 40,811 4,329 20.74 3,733 19 115.97 0.28 2 0 2 0.0462 0 1.724648

JUMLAH PENDUDUK BERISIKO 835,410 814,616 1,650,026


ANGKA KESAKITAN (ANNUAL PARASITE INCIDENCE ) PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO 5.18 4.58 9.18

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 23

PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PENDERITA FILARIASIS
NO KECAMATAN PUSKESMAS KASUS BARU DITEMUKAN JUMLAH SELURUH KASUS
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 KOTA AMBON 22 0 0 0 0 0 0
2 MALUKU TENGAH 33 3 2 5 3 2 5
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 2 2 4 2 2 4
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2 3 5 1 3 4
5 BURU 9 NA NA 1 NA NA 1
6 BURU SELATAN 12 0 0 0 0 0 0
7 KOTA TUAL 15 0 3 3 0 3 3
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 2 4 6
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 0 0 0 0 0 0
10 KEPULAUAN ARU 24 1 2 3 0 0 0
11 MALUKU BARAT DAYA 20 2 2 4 2 2 4
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 10 16 27
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA) 1 2 2

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 24

PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

DILAKUKAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH HIPERTENSI/TEKANAN DARAH TINGGI


JUMLAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN LAKI-LAKI + LAKI-LAKI +
NO KECAMATAN PUSKESMAS LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 109,469 120,439 229,908 39,155 35.77 44,126 36.64 83,281 36.22 6955 17.76 10,557 23.92 17512 21.03
2 MALUKU TENGAH 33 197,698 207,228 404,926 717 0.36 1,489 0.72 2,206 0.54 NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE!
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 542 #DIV/0! 520 #DIV/0! 1,062 #DIV/0! 542 100 520 100 1062 100
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 20,517 14,696 35,213 5,720 27.88 5,974 40.65 11,694 33.21 2281 39.88 1038 17.38 3319 28.38
5 BURU 9 68,122 986 #DIV/0! 3,728 #DIV/0! 4,714 6.92 393 39.86 1402 37.61 1795 38.08
6 BURU SELATAN 12 16,178 15,301 31,479 5,252 32.46 5,332 34.85 10,584 33.62 573 10.91 630 11.82 1203 11.366213
7 KOTA TUAL 15 16,019 21,196 37,215 43 0.27 76 0.36 119 0.32 25 58.14 71 93.42 96 80.67
8 MALUKU TENGGARA 15 33,262 34,470 67,732 48,299 145.21 63,279 183.58 111,578 164.73 3066 6.35 3745 5.92 6811 6.10
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 NA NA 0 NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #DIV/0! NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #DIV/0!
10 KEPULAUAN ARU 24 28,514 26,321 54,835 1,696 5.95 1,385 5.26 3,081 5.62 524 30.90 667 48.16 1191 38.66
11 MALUKU BARAT DAYA 20 NA NA 0 #VALUE! #VALUE! 0 #DIV/0! 266 #DIV/0! 424 #DIV/0! 690 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 421,657 439,651 861,308 102,410 24.29 125,909 28.64 228,319 26.51 14,625 14.28 19,054 15.13 33,679 14.75

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 25

PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH PENGUNJUNG PUSKESMAS DILAKUKAN PEMERIKSAAN OBESITAS OBESITAS


DAN JARINGANNYA BERUSIA ≥ 15
NO KECAMATAN PUSKESMAS TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 58,971 69,651 128,622 784 1.33 1,223 1.76 2,007 1.56 221 28.19 307 25.10 528 26.31
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA 0 NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #DIV/0! NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #DIV/0!
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 5,471 5,954 11,425 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
5 BURU 9 947 3,553 4,500 1,878 198.31 7,074 199.10 8,952 198.93 551 29.34 2266 32.03 2817 31.47
6 BURU SELATAN 12 3,563 3,750 7,313 590 16.56 698 18.61 1,288 17.61 115 19.49 142 20.34 257 19.95
7 KOTA TUAL 15 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
8 MALUKU TENGGARA 15 NA NA 0 NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #DIV/0! NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #DIV/0!
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 NA NA 0 NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #DIV/0! NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #DIV/0!
10 KEPULAUAN ARU 24 30,619 27,997 58,616 4 0.01 9 0.03 13 0.02 1 25 5 55.5555556 6 46.1538462
11 MALUKU BARAT DAYA 20 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 99,571 110,905 210,476 3,256 3.27 9,004 8.12 12,260 5.82 888 27.27 2,720 30.21 3,608 29.43

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 26

CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PEMERIKSAAN LEHER RAHIM


PEREMPUAN IVA POSITIF TUMOR/BENJOLAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS USIA 30-50 TAHUN DAN PAYUDARA
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 KOTA AMBON 22 83,389 544 0.65 16 2.94 3 0.55
2 MALUKU TENGAH 33 NA 0 #VALUE! 4 #DIV/0! 0 #DIV/0!
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 99 5 5 0 0.00 0 0.00
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 8381 297 4 0 0.00 0 0.00
5 BURU 9 15434 206 1 24 11.65 1 0.49
6 BURU SELATAN 12 7098 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
7 KOTA TUAL 15 0 262 #DIV/0! 0 0.00 0 0.00
8 MALUKU TENGGARA 15 17525 480 3 4 0.83 0 0.00
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 NA NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE!
10 KEPULAUAN ARU 24 12499 71 1 1 1.41 0 0.00
11 MALUKU BARAT DAYA 20 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 144,425 1,865 1 49 2.63 4 0.21

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Ket: IVA: Inspeksi Visual dengan Asam asetat
CBE: Clinical Breast Examination
TABEL 27

JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JENIS YANG TERSERANG WAKTU KEJADIAN (TANGGAL) JUMLAH PENDERITA KELOMPOK UMUR PENDERITA JUMLAH KEMATIAN JUMLAH PENDUDUK ATTACK RATE (%) CFR (%)
TERANCAM
NO KABUPATEN/KOTA KEJADIAN JUMLAH JUMLAH
LUAR BIASA KEC DESA/KEL DITANGGU- 0-7 8-28 1-11 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70+
DIKETAHUI LANGI AKHIR L P L+P HARI HARI BLN THN THN THN THN THN THN THN THN THN
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1SERAM BAGIAN BARAT CAMPAK 5 5 4 2 6 3 3 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - - -
2KEPULAUAN ARU DIARE 1 1 14/2/2015 15/2/2015 17/2/2015 18 17 35 1 1 2 11 5 5 5 4 1 0 0 0 1 0 1 126 106 232 14.29 16.04 15.09 5.56 - 2.86
DIARE 1 1 14/5/2015 15/5/2015 19/5/2015 9 16 25 0 0 1 7 6 6 4 1 0 0 0 0 1 0 1 96 92 188 9.38 17.39 13.30 11.11 - 4.00
DIARE 1 1 22/10/2015 23/10/2015 24/10/2015 3 12 15 0 0 0 9 6 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 383 374 757 0.78 3.21 1.98 33.33 - 6.67
DBD 1 2 03/2/2015 03/2/2015 05/2/2015 4 2 6 0 0 0 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 18,178 16,559 34,737 0.02 0.01 0.02 - - -
MALARIA 1 2 20/4/2015 02/2016 05/2016 43 51 94 0 0 2 9 17 16 24 13 5 5 3 0 0 0 0 674 653 1,327 6.38 7.81 7.08 - - -

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 28

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

NO KECAMATAN PUSKESMAS KLB DI DESA/KELURAHAN


JUMLAH DITANGANI <24 JAM %
1 2 3 4 5 6
1KOTA AMBON 22 0 0 -
2MALUKU TENGAH 33 0 0 #DIV/0!
3SERAM BAGIAN BARAT 17 5 5 100.00
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 0 #DIV/0!
5BURU 9 0 0 #DIV/0!
6BURU SELATAN 12 0 0 #DIV/0!
7KOTA TUAL 15 0 0 #DIV/0!
8MALUKU TENGGARA 15 0 0 -
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 0 #DIV/0!
10KEPULAUAN ARU 24 7 1 14.29
11 MALUKU BARAT DAYA 20 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 12 6 50.00

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 29

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

IBU HAMIL IBU BERSALIN/NIFAS


PERSALINAN MENDAPAT IBU NIFAS
NO KECAMATAN PUSKESMAS K1 K4
JUMLAH JUMLAH DITOLONG NAKES YANKES NIFAS MENDAPAT VIT A
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KOTA AMBON 22 9604 8375 87.2 7556 78.7 8,848 7,194 81.3 7,194 81.3 7,255 82.00
2 MALUKU TENGAH 33 10,046 8,917 88.8 8,058 80.2 9,587 7,499 78.2 7,457 77.8 5,254 54.80
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 4253 3983 93.7 3639 85.6 4061 3283 80.8 3,351 82.5 3,501 86.21
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2451 2220 90.6 1863 76.0 2591 1693 65.3 1,577 60.9 1,520 58.66
5 BURU 9 3158 2674 84.7 2123 67.2 3013 1990 66.0 1,974 65.5 2,038 67.64
6 BURU SELATAN 12 1,500 1,435 95.7 1,308 87.2 1,443 1,267 87.8 1,295 89.7 1,295 89.74
7 KOTA TUAL 15 1,561 1,451 93.0 1,141 73.1 1,489 1,087 73.0 1,111 74.6 1,161 77.97
8 MALUKU TENGGARA 15 2,493 2,351 94.3 2,177 87.3 2,379 2,061 86.6 1,978 83.1 1,904 80.03
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 2,749 2,728 99.2 2,188 79.6 2,625 2,258 86.0 2,168 82.6 773 29.45
10 KEPULAUAN ARU 24 2,278 1,904 83.6 1,036 45.5 2,173 1,266 58.3 1,026 47.2 1,371 63.09
11 MALUKU BARAT DAYA 20 2,062 1,311 63.6 1,267 61.4 1,950 1,305 66.9 1,332 68.3 1,250 64.10
JUMLAH (KAB/KOTA) 42,155 37,349 88.6 32,356 76.8 40,159 30,903 77.0 30,463 75.9 27,322 68.03

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 30

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL


JUMLAH IBU
NO KECAMATAN PUSKESMAS HAMIL TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1KOTA AMBON 22 9,604 4,321 45.0 3,694 38.5 1,870 19.5 848 8.8 586 6.1 6,998 72.9
2MALUKU TENGAH 33 10,046 7,269 72.4 7,143 71.1 2,928 29.1 1,247 12.4 942 9.4 12,260 122.0
3SERAM BAGIAN BARAT 17 4,253 3,358 79.0 3,341 78.6 222 5.2 112 2.6 343 8.1 4,018 94.5
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 2,451 1,749 71.4 1,429 58.3 141 5.8 60 2.4 191 7.8 1,821 74.3
5BURU 9 3,158 1,841 58.3 1,475 46.7 1,042 33.0 383 12.1 229 7.3 3,129 99.1
6BURU SELATAN 12 1,500 1,030 68.7 735 49.0 423 28.2 230 15.3 205 13.7 1,593 106.2
7KOTA TUAL 15 1,561 495 31.7 330 21.1 202 12.9 10 0.6 15 1.0 557 35.7
8MALUKU TENGGARA 15 2,493 965 38.7 601 24.1 492 19.7 362 14.5 543 21.8 1,998 80.1
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 2,749 880 32.0 554 20.2 641 23.3 346 12.6 490 17.8 2,031 73.9
10KEPULAUAN ARU 24 2,278 743 32.6 547 24.0 285 12.5 131 5.8 169 7.4 1,132 49.7
11MALUKU BARAT DAYA 20 2,062 151 7.3 93 4.5 0 - 0 - 6 0.3 99 4.8
JUMLAH (KAB/KOTA) 42,155 22,802 54.1 19,942 47.3 8,246 19.6 3,729 8.8 3,719 8.8 35,636 84.5

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 31

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA WUS


JUMLAH WUS
NO KECAMATAN PUSKESMAS (15-39 TAHUN) TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 KOTA AMBON 22 97,355 495 0.5 498 0.5 329 0.3 180 0.2 134 0.1
2 MALUKU TENGAH 33 NA 4,190 #VALUE! 0 #VALUE! 0 #VALUE! 0 #VALUE! 0 #VALUE!
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 NA NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE!
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 18,287 1,594 8.7 1,223 6.7 317 1.7 21 0.1 4 0.0
5 BURU 9 32,497 1,566 4.8 1,197 3.7 992 3.1 513 1.6 1,061 3.3
6 BURU SELATAN 12 11,483 2,234 19.5 1,489 13.0 868 7.6 604 5.3 348 3.0
7 KOTA TUAL 15 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
8 MALUKU TENGGARA 15 35,329 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 28,261 1,892 6.7 1,675 5.9 2,345 8.3 1,750 6.2 2,504 8.9
10 KEPULAUAN ARU 24 18,255 134 0.7 94 0.5 81 0.4 40 0.2 26 0.1
11 MALUKU BARAT DAYA 20 20,733 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
JUMLAH (KAB/KOTA) 262,200 12,105 4.6 6,176 2.4 4,932 1.9 3,108 1.2 4,077 1.6

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 32

JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH FE1 (30 TABLET) FE3 (90 TABLET)


IBU HAMIL JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1KOTA AMBON 22 9604 8,391 87.37 7,792 81.13
2MALUKU TENGAH 33 10046 7,995 79.58 6,932 69.00
3SERAM BAGIAN BARAT 17 4253 - 0.00 2,799 65.81
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 2451 2,097 85.56 1,674 68.30
5BURU 9 3158 2,667 84.45 2,120 67.13
6BURU SELATAN 12 1500 1,435 95.67 1,308 87.20
7KOTA TUAL 15 1561 1,352 86.61 1,072 68.67
8MALUKU TENGGARA 15 2493 874 35.06 714 28.64
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 2749 1,712 62.28 1,313 47.76
10KEPULAUAN ARU 24 2278 1,666 73.13 923 40.52
11MALUKU BARAT DAYA 20 2062 1,311 63.58 1,267 61.45
JUMLAH (KAB/KOTA) 42155 29,500 69.97983632 27,914 66.22

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 33

JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL


MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PERKIRAAN PENANGANAN
PERKIRAAN NEONATAL PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
JUMLAH BUMIL KOMPLIKASI JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KECAMATAN PUSKESMAS DENGAN KEBIDANAN KOMPLIKASI L P L+P
IBU HAMIL KOMPLIKASI
KEBIDANAN  % L P L+P L P L+P  %  %  %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1KOTA AMBON 22 9,604 1,921 1062 55.29 3,728 3,536 7,264 559 530 1,090 451 80.7 410 77.3 861 79.0
2MALUKU TENGAH 33 10,046 2,009 200 10.0 NA NA 7,496 #VALUE! #VALUE! 1,369 NA #VALUE! NA #VALUE! 826 60.3
3SERAM BAGIAN BARAT 17 4,253 851 275 32.3 1,546 2,321 3,867 232 349 581 137 59.1 75 21.5 212 36.5
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 2,451 501 133 26.5 895 980 2,121 134 147 318 6 4.5 7 4.8 112 35.2
5BURU 9 3,158 632 398 63.0 2,121 - - 318 #DIV/0! #DIV/0! 112 35.2
6BURU SELATAN 12 1,500 300 23 7.7 666 629 1,295 100 94 194 12 12.0 10 10.6 22 11.3
7KOTA TUAL 15 1,561 312 139 44.5 579 625 1,204 87 94 181 22 25.3 16 17.1 38 21.0
8MALUKU TENGGARA 15 2,493 499 176 35.30 1,112 1,151 2,263 167 173 339 101 60.6 100 57.9 201 59.2
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 2,749 550 471 85.67 1,077 1,158 2,235 162 174 335 125 77.4 168 96.7 293 87.4
10KEPULAUAN ARU 24 2,278 456 233 51.1 794 716 1,510 119 107 227 66 55.4 66 61.5 132 58.3
11MALUKU BARAT DAYA 20 2,062 412 66 16.0 835 821 1,656 125 123 248 NA #VALUE! NA #VALUE! 21 8.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 42,155 8,431 3176 37.6705 11,232 11,937 33,032 #VALUE! #VALUE! 5,200 920 #VALUE! 852 #VALUE! 2,830 54.4

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 34

PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PESERTA KB AKTIF
NO KECAMATAN PUSKESMAS MKJP NON MKJP MKJP + % MKJP +
IM JUMLA KON OBAT LAIN NON
IUD % MOP % MOW % % % % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH % NON MKJP
PLAN H DOM VAGINA NYA MKJP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1KOTA AMBON 22 3,030 6.3 199 0.4 1,386 2.9 2,722 5.7 7,337 15.3 1,187 2.5 25,639 53.6 13,643 28.5 0 0.0 0 0.0 40,469 84.7 47,806 100.0
2MALUKU TENGAH 33 NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #VALUE! NA ####### NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #VALUE! 0 #VALUE!
3SERAM BAGIAN BARAT 17 151 1.5 0 0.0 0 0.0 376 3.7 527 5.1 180 1.8 6,924 67.6 2,613 25.5 0 0.0 0 0.0 9,717 94.9 10,244 100.0
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 0.0 0 0.0 1 0.0 771 11.1 772 11.1 211 3.0 5,293 75.9 701 10.0 0 0.0 0 0.0 6,205 88.9 6,977 100.0
5BURU 9 66 0.5 7 0.1 94 0.7 2,026 14.9 2,193 16.1 65 0.5 9,099 66.8 2,262 16.6 0 0.0 0 0.0 11,426 83.9 13,619 100.0
6BURU SELATAN 12 0 0.0 0 0.0 0 0.0 33 1.2 33 1.2 0 0.0 1,672 62.5 970 36.3 0 0.0 0 0.0 2,642 98.8 2,675 100.0
7KOTA TUAL 15 14 0.9 0 0.0 24 1.6 84 5.6 122 8.2 118 7.9 904 60.7 346 23.2 0 0.0 0 0.0 1,368 91.8 1,490 100.0
8MALUKU TENGGARA 15 1,074 8.4 8 0.1 390 3.0 1,949 15.2 3,421 26.7 874 6.8 5,977 46.7 2,522 19.7 0 0.0 0 0.0 9,373 73.3 12,794 100.0
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 313 2.2 10 0.1 77 0.5 242 1.7 642 4.5 241 1.7 8,107 56.2 5,384 37.3 0 0.0 27 0.2 13,759 95.4 14,425 99.8
10KEPULAUAN ARU 24 2 0.0 0 0.0 0 0.0 88 1.7 90 1.7 120 2.3 4,236 80.9 792 15.1 0 0.0 0 0.0 5,148 98.3 5,238 100.0
11MALUKU BARAT DAYA 20 2 0.1 0 0.0 0 0.0 35 1.3 37 1.4 31 1.1 1,776 65.8 857 31.7 0 0.0 0 0.0 2,664 98.6 2,701 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 4,652 3.9 224 0.2 1,972 1.7 8,326 7.1 15,174 12.9 3,027 2.6 69,627 59.0 30,090 25.5 0 0.0 27 0.0 102,771 87.1 117,945 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 35

PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PESERTA KB BARU
NO KECAMATAN PUSKESMAS MKJP NON MKJP MKJP + % MKJP +
OBAT LAIN NON NON
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % KONDOM % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH %
VAGINA NYA MKJP MKJP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1KOTA AMBON 22 608 4.8 71 0.6 429 3.4 612 4.9 1,720 13.7 161 1.3 7,566 60.2 3,126 24.9 0 0.0 0 0.0 10,853 86.3 12,573 100.0
2MALUKU TENGAH 33 NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! 0 #VALUE! 0 #VALUE!
3SERAM BAGIAN BARAT 17 151 1.5 0 0.0 0 0.0 376 3.7 527 5.1 180 1.8 6,924 67.6 2,613 25.5 0 0.0 0 0.0 9,717 94.9 10,244 100.0
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 0.0 0 0.0 0 0.0 34 2.0 34 2.0 27 1.6 1,473 84.7 205 11.8 0 0.0 0 0.0 1,705 98.0 1,739 100.0
5BURU 9 25 1.1 0 0.0 7 0.3 273 11.6 305 13.0 22 0.9 1,602 68.2 419 17.8 0 0.0 0 0.0 2,043 87.0 2,348 100.0
6BURU SELATAN 12 0 0.0 0 0.0 0 0.0 19 2.6 19 2.6 0 0.0 455 61.2 269 36.2 0 0.0 0.0 724 97.4 743 100.0
7KOTA TUAL 15 44 0.7 0 0.0 197 3.1 737 11.5 978 15.2 235 3.7 3,744 58.4 1,457 22.7 0 0.0 0 0.0 5,436 84.8 6,414 100.0
8MALUKU TENGGARA 15 0 0.0 0 0.0 16 1.2 239 18.6 255 19.8 42 3.3 774 60.1 216 16.8 0 0.0 0 0.0 1,032 80.2 1,287 100.0
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 23 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 23 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 23 100.0
10KEPULAUAN ARU 24 13 1.0 0 0.0 0 0.0 154 12.0 167 13.0 33 2.6 821 63.7 267 20.7 0 0.0 0 0.0 1,121 87.0 1,288 100.0
11MALUKU BARAT DAYA 20 23 0.4 0 0.0 0 0.0 1,088 19.9 1,111 20.4 1,380 25.3 1,401 25.7 1,563 28.7 0 0.0 0 0.0 4,344 79.6 5,455 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 887 2.1 71 0.2 649 1.5 3,532 8.4 5,139 12.2 2,080 4.9 24,760 58.8 10,135 24.1 0 0.0 0 0.0 36,975 87.8 42,114 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 36

JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF


NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH PUS
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1KOTA AMBON 22 71,568 12,573 17.6 47,806 66.8
2MALUKU TENGAH 33 67,490 0 0.0 29,623 43.9
3SERAM BAGIAN BARAT 17 28,584 510 1.8 10,485 36.7
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 12,934 1,739 13.4 6,977 53.9
5BURU 9 21,110 2,348 11.1 13,619 64.5
6BURU SELATAN 12 10,672 743 7.0 2,675 25.1
7KOTA TUAL 15 11,089 1,483 13.4 6,414 57.8
8MALUKU TENGGARA 15 16,671 1,287 7.7 12,794 76.7
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 18,473 756 4.1 14,425 78.1
10KEPULAUAN ARU 24 15,121 1,288 8.5 5,238 34.6
11MALUKU BARAT DAYA 20 13,967 5,455 39.1 2,701 19.3
JUMLAH (KAB/KOTA) 287,679 28,182 9.8 152,757 53.1

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 37

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

BAYI BARU LAHIR DITIMBANG BBLR


JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P L P L+P
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 3,728 3,536 7,264 3,728 100.00 3,536 100.0 7,264 100.0 131 3.51 107 3.0 238 3.3
2 MALUKU TENGAH 33 3,700 3,626 7,326 3,700 100.0 3,626 100.0 7,326 100.0 13 0.4 6 0.2 19 0.3
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 1,546 2,321 3,867 1,546 100.0 2,321 100.0 3,867 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 953 1,046 1,999 583 61.2 638 61.0 1,221 61.1 19 3.3 24 3.8 43 3.5
5 BURU 9 1,096 1,045 2,121 1,079 98.4 1,027 98.3 2,106 99.3 0 0.0 14 1.4 16 0.8
6 BURU SELATAN 12 666 629 1,295 666 100.0 629 100.0 1,295 100.0 7 1.1 4 0.6 11 0.8
7 KOTA TUAL 15 590 614 1,204 509 86.3 500 81.4 1,009 83.8 15 2.9 17 3.4 32 3.2
8 MALUKU TENGGARA 15 1,112 1,151 2,263 672 60.4 666 57.9 1,338 59.1 17 2.5 10 1.5 27 2.0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 1,077 1,158 2,235 989 91.8 1,062 91.7 2,051 91.8 12 1.2 82 7.7 94 4.6
10 KEPULAUAN ARU 24 794 716 1,510 682 85.9 617 86.2 1,299 86.0 34 5.0 28 4.5 62 4.8
11 MALUKU BARAT DAYA 20 835 821 1,656 509 61.0 507 61.8 1,016 61.4 5 1.0 3 0.6 8 0.8
JUMLAH (KAB/KOTA) 16,097 16,663 32,740 14,663 91.1 15,129 90.8 29,792 91.0 253 1.7 295 1.9 550 1.8

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 38

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

KUNJUNGAN NEONATAL 1 KALI (KN1) KUNJUNGAN NEONATAL 3 KALI (KN LENGKAP)


JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P L P L+P
L P L +P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 3,728 3,536 7,264 3,718 99.7 3,523 99.6 7,241 99.7 3,489 93.6 3,267 92.4 6,756 93.0
2 MALUKU TENGAH 33 3,700 3,626 7,326 3,216 86.9 3,611 99.6 6,827 93.2 2,980 80.5 3,012 83.1 5,992 81.8
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 1,546 2,321 3,867 1,380 89.3 2,068 89.1 3,448 89.2 1,305 84.4 1,959 84.4 3,264 84.4
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 895 980 1,875 675 75.4 768 78.4 1,443 77.0 669 74.7 745 76.0 1,414 75.4
5 BURU 9 0 0 2,121 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 2,037 96.0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 1,866 88.0
6 BURU SELATAN 12 666 629 1,295 666 100.0 629 100.0 1,295 100.0 646 97.0 604 96.0 1,250 96.5
7 KOTA TUAL 15 579 625 1,204 576 99.5 608 97.3 1,184 98.3 537 92.7 573 91.7 1,110 92.2
8 MALUKU TENGGARA 15 1,112 1,151 2,263 1,076 96.8 1,116 97.0 2,192 96.9 1,038 93.3 1,045 90.8 2,083 92.0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 1,077 1,158 2,235 946 87.8 1,109 95.8 2,055 91.9 861 79.9 1,128 97.4 1,989 89.0
10 KEPULAUAN ARU 24 794 716 1,510 737 92.8 657 91.8 1,394 92.3 599 75.4 524 73.2 1,123 74.4
11 MALUKU BARAT DAYA 20 835 821 1,656 557 66.7 439 53.5 996 60.1 531 63.6 403 49.1 934 56.4
JUMLAH (KAB/KOTA) 14,932 15,563 32,616 13,547 90.7 14,528 93.3 30,112 92.3 12,655 84.8 13,260 85.2 27,781 85.2

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 39

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF


JUMLAH BAYI
USIA 0-6 BULAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS 0-6 BULAN
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 3,335 3,833 7,168 1,007 30.2 783 20.4 1,790 25.0
2 MALUKU TENGAH 33 4,329 4,662 8,991 1,443 33.3 1,404 30.1 2,847 31.7
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 1,546 2,321 3,867 NA #VALUE! NA #VALUE! 396 10.2
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1,085 1,141 2,226 397 36.6 404 35.4 801 36.0
5 BURU 9 2,839 #DIV/0! #DIV/0! 1,307 46.0
6 BURU SELATAN 12 785 768 1,553 659 83.9 664 86.5 1,323 85.2
7 KOTA TUAL 15 469 567 1,036 184 39.2 171 30.2 355 34.3
8 MALUKU TENGGARA 15 1,112 1,151 2,263 301 27.1 318 27.6 619 27.4
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 53 42 95 53 100.0 42 100.0 95 100.0
10 KEPULAUAN ARU 24 1,072 999 2,071 145 13.5 148 14.8 293 14.1
11 MALUKU BARAT DAYA 20 NA NA 396 18 #VALUE! 19 #VALUE! 37 9.3
JUMLAH (KAB/KOTA) 13,786 15,484 32,505 4,207 30.5 3,953 25.5 9,863 30.3

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 40

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH BAYI PELAYANAN KESEHATAN BAYI


NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 4,409 4,251 8,660 3,807 86.3 3,543 83.3 7,350 84.9
2 MALUKU TENGAH 33 3,576 3,473 7,049 3,857 107.9 3,725 107.3 7,582 107.6
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 1,546 2,321 3,867 1,306 84.5 1,960 84.4 3,266 84.5
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1,085 1,141 2,226 584 53.8 557 48.8 1,141 51.3
5 BURU 9 2,875 #DIV/0! #DIV/0! 2,050 71.3
6 BURU SELATAN 12 952 891 1,843 646 67.9 656 73.6 1,302 70.6
7 KOTA TUAL 15 567 852 1,419 681 120.1 589 69.1 1,270 89.5
8 MALUKU TENGGARA 15 1,112 1,151 2,263 1,127 101.3 1,054 91.6 2,181 96.4
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 1,233 1,266 2,499 1,061 86.1 1,203 95.0 2,264 90.6
10 KEPULAUAN ARU 24 1,072 999 2,071 669 62.4 588 58.9 1,257 60.7
11 MALUKU BARAT DAYA 20 942 975 1,917 0 0.0 0 0.0 0 0.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 16,494 17,320 36,689 13,738 83.3 13,875 80 29,663 80.8

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 41

CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH DESA/KELURAHAN % DESA/KELURAHAN


NO KECAMATAN PUSKESMAS
DESA/KELURAHAN UCI UCI

1 2 3 4 5 6
1KOTA AMBON 22 50 50 100.0
2MALUKU TENGAH 33 189 173 91.5
3SERAM BAGIAN BARAT 17 160 53 33.1
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 139 54 38.8
5BURU 9 82 42 51.2
6BURU SELATAN 12 79 36 45.6
7KOTA TUAL 15 30 25 83.3
8MALUKU TENGGARA 15 191 149 78.0
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 81 65 80.2
10KEPULAUAN ARU 24 119 73 61.3
11MALUKU BARAT DAYA 20 117 25 21.4
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,237 745 60.2

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 42

CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH LAHIR HIDUP Hb < 7 hari BCG
NO KECAMATAN PUSKESMAS
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 3717 3548 7265 3580 96.31 3524 99.32 7104 97.78 3891 104.68 3758 105.92 7649 105.29
2 MALUKU TENGAH 33 4418 4462 8880 3125 70.73 2997 67.17 6122 68.94 4275 96.76 4166 93.37 8441 95.06
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 2272 2467 4739 1124 49.47 1045 42.36 2169 45.77 2097 92.30 1970 79.85 4067 85.82
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1166 1195 2361 385 33.02 425 35.56 810 34.31 557 47.77 633 52.97 1190 50.40
5 BURU 9 0 0 2121 830 #DIV/0! 731 #DIV/0! 1561 73.60 1218 #DIV/0! 1185 #DIV/0! 2403 113.30
6 BURU SELATAN 12 666 629 1295 253 37.99 214 34.02 467 36.06 559 83.93 493 78.38 1052 81.24
7 KOTA TUAL 15 579 625 1204 519 89.64 516 82.56 1035 85.96 668 115.37 652 104.32 1320 109.63
8 MALUKU TENGGARA 15 1112 1151 2263 743 66.82 707 61.42 1450 64.07 975 87.68 985 85.58 1960 86.61
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 1077 1158 2235 931 86.44 857 74.01 1788 80.00 1229 114.11 1224 105.70 2453 109.75
10 KEPULAUAN ARU 24 794 716 1510 405 51.01 406 56.70 811 53.71 705 88.79 668 93.30 1373 90.93
11 MALUKU BARAT DAYA 20 835 821 1656 218 26.11 159 19.37 377 22.77 620 74.25 530 64.56 1150 69.44
JUMLAH (KAB/KOTA) 16636 16772 35529 12113 72.81 11581 69.05 23694 66.69 16794 100.95 16264 96.97 33058 93.05

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 43

CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI
NO KECAMATAN PUSKESMAS (SURVIVING INFANT) DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 POLIO 4a CAMPAK IMUNISASI DASAR LENGKAP
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1KOTA AMBON 22 4,409 4,251 8,660 4,119 93 4,237 100 8,356 96.49 4,112 93.26 4,277 100.61 8,389 96.87 4,007 90.88 4,061 95.53 8,068 93.164 3,784 85.82 3,963 93.23 7,747 89.457
2MALUKU TENGAH 33 3,576 3,473 7,049 4,269 119 4,289 123 8,558 121 4,120 115.21 4,154 119.61 8,274 117.38 4,199 117.42 4,201 120.96 8,400 119.17 4,119 115.18 4,124 118.74 8,243 116.94
3SERAM BAGIAN BARAT 17 2,256 2,490 4,746 2,105 93 1,998 80 4,103 86 2,078 92.11 1,943 78.032 4,021 84.724 2,052 90.957 1,968 79.036 4,020 84.703 1,880 83.333 1,784 71.647 3,664 77.202
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 1,085 1,141 2,226 591 54 721 63 1,312 59 637 58.71 684 59.947 1,321 59.344 661 60.922 726 63.628 1,387 62.309 737 67.926 815 71.429 1,552 69.721
5BURU 9 0 0 2,875 1,130 #DIV/0! 1,060 #DIV/0! 2,190 76 1,124 #DIV/0! 1,063 #DIV/0! 2,187 76.07 1,084 #DIV/0! 1,082 #DIV/0! 2,166 75.339 1,271 #DIV/0! 1,212 #DIV/0! 2,483 86.365
6BURU SELATAN 12 952 891 1,843 588 62 543 61 1,131 61 622 65.336 548 61.504 1,170 63.483 650 68.277 570 63.973 1,220 66.196 515 54.097 442 49.607 957 51.926
7KOTA TUAL 15 567 852 1,419 721 127 614 72 1,335 94 707 124.69 633 74.296 1,340 94.433 652 114.99 589 69.131 1,241 87.456 610 107.58 562 65.962 1,172 82.593
8MALUKU TENGGARA 15 1,112 1,151 2,263 1,194 107 1,160 101 2,354 104 1,146 103.06 1,140 99.044 2,286 101.02 1,095 98.471 1,035 89.922 2,130 94.123 1,035 93.076 961 83.493 1,996 88.202
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 1,233 1,266 2,499 1,203 98 1,274 101 2,477 99 1,257 101.95 1,136 89.731 2,393 95.758 1,084 87.916 1,096 86.572 2,180 87.235 1,029 83.455 1,046 82.622 2,075 83.033
10KEPULAUAN ARU 24 1,072 999 2,071 944 88 852 85 1,796 87 938 87.5 815 81.582 1,753 84.645 872 81.343 766 76.677 1,638 79.092 591 55.131 492 49.249 1,083 52.294
11MALUKU BARAT DAYA 20 942 975 1,917 285 30 272 28 557 29 437 46.391 430 44.103 867 45.227 437 46.391 410 42.051 847 44.184 178 18.896 198 20.308 376 19.614
JUMLAH (KAB/KOTA) 17,204 17,489 37,568 17,149 100 17,020 97 34,169 91 17,178 99.849 16,823 96.192 34,001 90.505 16,793 97.611 16,504 94.368 33,297 88.631 15,749 91.543 15,599 89.193 31,348 83.443

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan: a = khusus provinsi yang menerapkan 3 dosis polio maka diisi dengan polio 3
TABEL 44

CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

BAYI 6-11 BULAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) BALITA (6-59 BULAN)
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH BAYI MENDAPAT VIT A JUMLAH MENDAPAT VIT A JUMLAH MENDAPAT VIT A
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P Ʒ %  %  % L P L+P  %  %  % L P L+P  %  %  %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 KOTA AMBON 22 2,208 2,223 4,431 2,038 92.30 2,165 97.39 4,203 94.85 20,995 21,210 42,205 11,767 56.05 12,873 60.69 24,640 58.38 23,203 23,433 46,636 23,033 99.27 15,038 64.17 38,071 81.63
2 MALUKU TENGAH 33 3,576 3,473 7,049 2,817 78.78 2,762 79.53 5,579 79.15 NA NA 41,629 NA #VALUE! NA #VALUE! 22,330 53.64 3,576 3,473 7,049 2,817 78.78 2,762 79.53 5,579 79.15
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 1,546 2,321 3,867 NA #VALUE! NA #VALUE! 2,120 54.82 6,712 10,067 16,815 NA #VALUE! NA #VALUE! 12,703 75.55 8,258 12,388 20,646 6,712 81.28 - 0.00 6,712 32.51
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1,085 1,141 2,226 642 59.17 556 48.73 1,198 53.82 3,858 4,168 8,026 2,460 63.76 2,747 65.91 5,207 64.88 4,943 5,309 10,252 4,500 91.04 3,303 62.22 7,803 76.11
5 BURU 9 - - 1,537 #DIV/0! #DIV/0! 932 60.64 12,501 #DIV/0! #DIV/0! 6,829 54.63 - - 14,038 - #DIV/0! - #DIV/0! 7,761 55.29
6 BURU SELATAN 12 952 891 1,843 382 40.13 374 41.98 756 41.02 3,543 3,446 6,989 2,838 80.10 2,727 79.14 5,565 79.63 4,495 4,337 8,832 3,925 87.32 3,101 71.50 7,026 79.55
7 KOTA TUAL 15 567 852 1,419 355 62.61 343 40.26 698 49.19 2,636 3,534 6,170 2,366 89.76 2,287 64.71 4,653 75.41 3,203 4,386 7,589 2,991 93.38 2,630 59.96 5,621 74.07
8 MALUKU TENGGARA 15 1,112 1,151 2,263 945 84.98 992 86.19 1,937 85.59 4,839 4,919 9,758 3,392 70.10 3,331 67.72 6,723 68.90 5,951 6,070 12,021 5,784 97.19 4,323 71.22 10,107 84.08
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 1,233 1,266 2,499 369 29.93 373 29.46 742 29.69 5,431 5,436 10,867 NA #VALUE! NA #VALUE! #VALUE! #VALUE! 6,664 6,702 13,366 5,800 87.03 373 5.57 6,173 46.18
10 KEPULAUAN ARU 24 1,072 999 2,071 292 27.24 294 29.43 586 28.30 5,959 5,554 11,513 1,744 29.27 1,678 30.21 3,422 29.72 7,031 6,553 13,584 6,251 88.91 1,972 30.09 8,223 60.53
11 MALUKU BARAT DAYA 20 942 975 1,917 745 79.09 720 73.85 1,465 76.42 4,647 4,570 9,217 4,578 98.52 3,143 68.77 7,721 83.77 5,589 5,545 11,134 5,392 96.48 3,863 69.67 9,255 83.12
JUMLAH (KAB/KOTA) 14,293 15,292 31,122 8,585 60.06 8,579 56.10 19,474 62.57 58,620 62,904 175,690 29,145 49.72 28,786 45.76 #VALUE! #VALUE! 72,913 78,196 165,147 67,205 92.17 37,365 47.78 112,331 68.02

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan: Pelaporan pemberian vitamin A dilakukan pada Februari dan Agustus, maka perhitungan bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A dalam setahun
dihitung dengan mengakumulasi bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan yang mendapat vitamin A di bulan Agustus
TABEL 45

JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

ANAK 0-23 BULAN (BADUTA)

NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH BADUTA DITIMBANG BGM


DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 7,710 8,080 15,790 7,369 7,726 15,095 95.6 95.6 95.6 19 0.3 11 0.1 30 0.2
2 MALUKU TENGAH 33 5,041 4,886 9,927 3,692 3,528 7,220 73.2 72 72.7 0 0.0 0 0.0 0 0.0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 9,014 9,335 18,349 5,313 5,794 11,107 58.9 62 60.5 39 0.7 54 0.9 93 0.8
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2,854 2,709 5,563 1,853 2,066 3,919 64.9 76 70.4 178 9.6 101 4.9 279 7.1
5 BURU 9 2,875 931 931 1,862 #DIV/0! #DIV/0! 64.8 0 0.0 0 0.0 0 0.0
6 BURU SELATAN 12 1,875 1,764 3,639 1,581 1,517 3,098 84.3 86 85.1 64 4.0 82 5.4 146 4.7
7 KOTA TUAL 15 1,315 1,972 3,287 1,076 1,617 2,693 81.8 82 81.9 0 0.0 0 0.0 0 0.0
8 MALUKU TENGGARA 15 3,626 3,757 7,383 2,419 2,336 4,755 66.7 62 64.4 0 0.0 0 0.0 0 0.0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 11,864 10,035 21,899 1,612 1,677 3,289 13.6 17 15.0 5 0.3 11 0.7 16 0.5
10 KEPULAUAN ARU 24 5,457 5,513 10,970 2,284 2,771 5,055 42 50 46 178 7.8 187 6.7 365 7.2
11 MALUKU BARAT DAYA 20 4,235 4,227 8,462 1,771 1,756 3,527 41.8 42 41.7 42 2.4 32 1.8 74 2.1
JUMLAH (KAB/KOTA) 52,991 52,278 108,144 29,901 31,719 61,620 56.4 61 57.0 525 1.8 478 1.5 1,003 1.6

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 46

CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

ANAK BALITA (12-59 BULAN)


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 20,995 21,210 42,205 12,926 61.6 12,816 60.4 25,742 61.0
2 MALUKU TENGAH 33 16,420 15,966 32,386 10,531 64.1 10,752 67.3 21,283 65.7
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 6,712 10,067 16,779 6,515 97.1 7,420 73.7 13,935 83.1
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 5,141 5,504 10,645 1,974 38.4 1,993 36.2 3,967 37.3
5 BURU 9 0 0 12,501 #DIV/0! #DIV/0! 4,875 39.0
6 BURU SELATAN 12 3,543 3,446 6,989 2,369 66.9 2,266 65.8 4,635 66.3
7 KOTA TUAL 15 2,636 3,534 6,170 2,134 81.0 2,392 67.7 4,526 73.4
8 MALUKU TENGGARA 15 4,839 4,919 9,758 3,771 77.9 3,645 74.1 7,416 76.0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 5,431 5,436 10,867 4,560 84.0 4,556 83.8 9,116 83.9
10 KEPULAUAN ARU 24 5,959 5,554 11,513 1,506 25.3 1,380 24.8 2,886 25.1
11 MALUKU BARAT DAYA 20 4,647 4,570 9,217 3,341 71.9 4,570 100.0 7,911 85.8
JUMLAH (KAB/KOTA) 76,323 80,206 169,030 49,627 65.0 51,790 64.6 106,292 62.9

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 47

JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

BALITA

NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH BALITA DILAPORKAN DITIMBANG BGM


(S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 24,599 25,707 50,306 16,088 16,140 32,228 65.4 62.8 64.1 83 0.5 78 0.5 161 0.5
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA 50,820 13,375 12,958 26,333 #VALUE! #VALUE! 51.8 NA #VALUE! NA #VALUE! 522 2.0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 10,334 10,781 21,115 8,241 8,251 16,492 79.7 77 78.1 84 1.0 112 1.4 196 1.2
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 6,452 6,630 13,082 14,143 14,113 28,256 219.2 213 216.0 106 0.7 114 0.8 220 0.8
5 BURU 9 15,374 3,511 3,516 7,027 #DIV/0! #DIV/0! 45.7 50 1.4 61 1.7 111 1.6
6 BURU SELATAN 12 4,458 4,374 8,832 3,700 3,645 7,345 83.0 83 83.2 202 5.5 162 4.4 364 5.0
7 KOTA TUAL 15 3,267 4,322 7,589 2,703 2,802 5,505 82.7 65 72.5 16 0.6 22 0.8 38 0.7
8 MALUKU TENGGARA 15 5,949 6,163 12,112 4,695 4,492 9,187 78.9 73 75.9 42 0.9 39 0.9 81 0.9
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 5,207 5,972 11,179 3,823 5,024 8,847 73.4 84 79.1 69 1.8 69 1.4 138 1.6
10 KEPULAUAN ARU 24 7,031 6,553 13,584 3,707 4,303 8,010 52.7 66 59.0 361 9.7 355 8.3 716 8.9
11 MALUKU BARAT DAYA 20 5,209 5,198 10,407 2,686 2,669 5,355 51.6 51 51.5 64 2.4 67 2.5 131 2.4
JUMLAH (KAB/KOTA) 72,506 75,700 214,400 76,672 77,913 154,585 105.7 103 72.1 1,077 1.4 1,079 1.4 2,678 1.7

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 48

CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

KASUS BALITA GIZI BURUK


MENDAPAT PERAWATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH DITEMUKAN
L P L+P
L P L+P  %  %  %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 9 8 17 9 100.0 8 100.0 17 100.0
2 MALUKU TENGAH 33 11 8 19 11 100.0 8 100.0 19 100.0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 5 6 11 5 100.0 6 100.0 11 100.0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 14 6 20 14 100.0 6 100.0 20 100.0
5 BURU 9 1 - 1 1 100.0 - #DIV/0! 1 100.0
6 BURU SELATAN 12 1 - 1 1 100.0 #DIV/0! 1 100.0
7 KOTA TUAL 15 4 2 6 4 100.0 2 100.0 6 100.0
8 MALUKU TENGGARA 15 7 7 14 7 100.0 7 100.0 14 100.0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 3 4 7 3 100.0 4 100.0 7 100.0
10 KEPULAUAN ARU 24 33 32 65 32 97.0 32 100.0 64 98.5
11 MALUKU BARAT DAYA 20 7 5 12 7 100.0 5 100.0 12 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 95 78 173 94 98.9 78 100.0 172 99.4

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 49

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT SD DAN SETINGKAT


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN)
JUMLAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P MENDAPAT
PELAYANAN
JUMLAH %
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KESEHATAN
(PENJARINGAN)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KOTA AMBON 22 3,418 3,050 6,468 3,418 100.0 3,050 100.0 6,468 100.0 203 203 100.00
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA 3,727 2,114 #VALUE! 1,953 #VALUE! 4,067 109.1 199 199 100.00
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 1,787 2,681 4,468 1,787 100.0 2,681 100.0 4,468 100.0 219 219 100.00
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2,365 2,503 4,868 1,810 76.5 1,904 76.1 3,714 76.3 4,277 2,729 63.81
5 BURU 9 3,380 #DIV/0! #DIV/0! 2,423 71.7 142 123 86.62
6 BURU SELATAN 12 783 741 1,524 535 68.3 533 71.9 1,068 70.1 92 65 70.65
7 KOTA TUAL 15 896 850 1,746 808 90.2 657 77.3 1,465 83.9 61 56 91.80
8 MALUKU TENGGARA 15 1,372 1,383 2,755 1,280 93.3 1,290 93.3 2,570 93.3 143 135 94.41
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 53,589 54,076 107,665 1,083 2.0 922 1.7 2,005 1.9 123 123 100.00
10 KEPULAUAN ARU 24 939 1,052 1,991 284 30.2 335 31.8 619 31.1 1,991 619 31.09
11 MALUKU BARAT DAYA 20 NA NA 0 NA #VALUE! NA #VALUE! #VALUE! #VALUE! 6 5 83.33
JUMLAH (KAB/KOTA) 65,149 66,336 138,592 13,119 20.1 13,325 20.1 28,867 20.8 7,456 4,476 60.03
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT 20.1 20.1 20.8

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 50

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


NO KECAMATAN PUSKESMAS PENCABUTAN GIGI RASIO TUMPATAN/
TUMPATAN GIGI TETAP
TETAP PENCABUTAN
1 2 3 4 5 6
1KOTA AMBON 22 1,032 5,717 0.2
2MALUKU TENGAH 33 8 92 0.1
3SERAM BAGIAN BARAT 17 26 121 0.2
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 64 342 0.2
5BURU 9 156 0.0
6BURU SELATAN 12 68 34 2.0
7KOTA TUAL 15 171 487 0.4
8MALUKU TENGGARA 15 210 485 0.4
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 116 58 2.0
10KEPULAUAN ARU 24 33 688 0.0
11 MALUKU BARAT DAYA 20 28 156 0.2
JUMLAH (KAB/ KOTA) 1,756 8,336 0.2

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 51

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

UPAYA KESEHATAN GIGI SEKOLAH

JUMLAH JUMLAH JUMLAH MURID SD/MI MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH SD/MI DGN SD/MI
SD/MI SIKAT GIGI % MENDAPAT %
MASSAL YAN. GIGI
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1KOTA AMBON 22 203 4 2.0 203 100.0 18,916 17,498 36,414 17,942 94.9 16,492 94.3 34,434 94.6 3,658 2,953 6,611 899 24.6 773 26.2 1,672 25.3
2MALUKU TENGAH 33 236 - 0.0 6 2.5 424 378 802 NA #VALUE! NA #VALUE! - 0.0 1 3 4 NA #VALUE! NA #VALUE! - 0.0
3SERAM BAGIAN BARAT 17 219 - 0.0 219 100.0 1,789 2,679 4,468 1,789 100.0 2,679 100.0 4,468 100.0 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 112 111 99.1 57 50.9 4,432 4,736 9,168 1,411 31.8 1,763 37.2 3,174 34.6 576 673 1,249 119 20.7 118 17.5 237 19.0
5BURU 9 126 0.0 0.0 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
6BURU SELATAN 12 92 47 51.1 37 40.2 4,507 4,356 8,863 1,806 40.1 1,820 41.8 3,626 40.9 469 487 956 64 13.6 61 12.5 125 13.1
7KOTA TUAL 15 54 45 83.3 45 83.3 4,491 4,422 8,913 615 13.7 483 10.9 1,098 12.3 - - - - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
8MALUKU TENGGARA 15 140 - 0.0 140 100.0 1,513 1,573 3,086 1,280 84.6 1,290 82.0 2,570 83.3 220 308 528 220 100.0 308 100.0 528 100.0
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 110 79 71.8 79 71.8 2,404 2,491 4,895 1,083 45.0 922 37.0 2,005 41.0 101 109 210 13 12.9 21 19.3 34 16.2
10KEPULAUAN ARU 24 #DIV/0! #DIV/0! 1,602 1,313 2,915 714 44.6 580 44.2 1,294 44.4 115 93 208 - 0.0 - 0.0 - 0.0
11MALUKU BARAT DAYA 20 15 - 0.0 - 0.0 300 269 569 246 82.0 207 77.0 453 79.6 126 98 224 - 0.0 - 0.0 - 0.0
JUMLAH (KAB/ KOTA) 1,307 286 21.9 786 60.1 40,378 39,715 80,093 26,886 66.6 26,236 66.1 53,122 66.3 5,266 4,724 9,990 1,315 25.0 1,281 27.1 2,596 26.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 52

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

USILA (60TAHUN+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 3,890 3,647 7,537 2,036 52.34 2,058 56.43 4,094 54.32
2 MALUKU TENGAH 33 5,653 6,017 11,670 5,653 100.00 6,017 100.00 11,670 100.00
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 3,539 3,637 7,176 1,868 52.78 2,135 58.70 4,003 55.78
5 BURU 9 1,758 #DIV/0! #DIV/0! 597 33.96
6 BURU SELATAN 12 1,489 1,410 2,899 1,049 70.45 1,009 71.56 2,058 70.99
7 KOTA TUAL 15 2,248 2,941 5,189 1,844 82.03 1,740 59.16 3,584 69.07
8 MALUKU TENGGARA 15 2,651 4,188 6,839 1,709 64.47 2,599 62.06 4,308 62.99
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 1,496 1,706 3,202 1,496 100.00 1,701 99.71 3,197 99.84
10 KEPULAUAN ARU 24 3,962 3,689 7,651 985 24.86 1,024 27.76 2,009 26.26
11 MALUKU BARAT DAYA 20 1,027 1,024 2,051 0 - 0 - 0 -
JUMLAH (KAB/KOTA) 25,955 28,259 55,972 16,640 64.11 18,283 64.70 35,520 63.46

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 53

CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PESERTA JAMINAN KESEHATAN


NO JENIS JAMINAN KESEHATAN JUMLAH %
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8

1 Jaminan Kesehatan Nasional 0 0 0.00 0.00 33.42


565,056

1.1 Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN 0.00 0.00 20.15


340,694

1.2 PBI APBD 0.00 0.00 0.60


10,225

1.3 Pekerja penerima upah (PPU) 0.00 0.00 1.95


33,041

1.4 Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/mandiri 0.00 0.00 0.05


829

1.5 Bukan pekerja (BP) 0.00 0.00 0.06


1,087

2 Jamkesda 0.00 0.00 2.96


50,002

3 Asuransi Swasta 0.00 0.00 0.01


148

4 Asuransi Perusahaan 0 0.00 0.00 0.00

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 436,026 0.00 0.00 25.79

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 54

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA


JUMLAH
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 103,698 145,131 248,829 220 271 491 665 503 1,168
2 MALUKU TENGAH 34 52,189 64,580 116,769 370 433 803 171 157 328
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 4 1 5 0 0 0 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 5,141 7,327 12,468 66 85 151 8 2 10
5 BURU 9 28,631 212 175 173 348
6 BURU SELATAN 12 9,644 10,419 20,063 16 26 42 7 7 14
7 KOTA TUAL 15 25,149 66,888 92,037 22 54 76 23 34 57
8 MALUKU TENGGARA 15 65,965 82,598 148,563 320 603 923 226 146 372
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 321 101 422 7 0 7 0 0 0
10 KEPULAUAN ARU 24 203,461 178,783 382,244 76 76 152 0 0 0
11 MALUKU BARAT DAYA 20 6,379 6,158 12,537 418 6 2 8
SUB JUMLAH I 199 471,951 561,986 1,062,568 1,097 1,548 3,275 1,281 1,024 2,305
JUMLAH
KABUPATEN/KOTA
RUMAH SAKIT
1 MALUKU TENGGARA BARAT 3 528 857 1,385 231 237 468 0 0 0
2 MALUKU TENGGARA 2 14,891 19,317 34,208 3,677 4,997 8,674 27 14 41
3 MALUKU TENGAH 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 BURU 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 BURU SELATAN 1 954 786 1,740 153 136 289 0 0 0
6 SERAM BAGIAN BARAT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 SERAM BAGIAN TIMUR 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 KEPULAUAN ARU 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 MALUKU BARAT DAYA 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 AMBON 10 8,004 77,932 85,936 14,724 17,637 32,361 48,232 43,879 92,111
11 TUAL 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH II 24,377 98,892 123,269 18,785 23,007 41,792 48,259 43,893 92,152
1 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
2 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
3 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
4 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
0 0 0
SUB JUMLAH III 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 496,328 660,878 1,185,837 19,882 24,555 45,067 49,540 44,917 94,457
JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA 857,130 833,490 1,690,620 857,130 833,490 1,690,620
CAKUPAN KUNJUNGAN (%) 57.9 79.3 70.1 2.3 2.9 2.7

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Catatan: Puskesmas non rawat inap hanya melayani kunjungan rawat jalan
TABEL 55

ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PASIEN KELUAR PASIEN KELUAR MATI


a JUMLAH PASIEN KELUAR MATI GDR NDR
NO NAMA RUMAH SAKIT (HIDUP + MATI) ≥ 48 JAM DIRAWAT
TEMPAT TIDUR
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 RS Bergerak MTB 14 148 159 307 3 3 6 - - - 20.3 18.9 19.5 - - -
2 RS Fatimah Saumlaki 56 250 576 826 - 2 2 - - - - 3.5 2.4 - - -
3 RS DR. Anatototy 50 96 125 221 - 8 8 - - - - 64.0 36.2 - - -
4 RSUD PP Margaretty 70 902 1,373 2,275 25 19 44 9 7 16 27.7 13.8 19.3 10.0 5.1 7.0
5 RSUD Karel Sadsuitubun 146 2,265 3,162 5,427 115 90 205 55 48 103 50.8 28.5 37.8 24.3 15.2 19.0
6 RS Hati Kudus Langgur 90 1,400 1,831 3,231 18 9 27 10 5 15 12.9 4.9 8.4 7.1 2.7 4.6
7 RSU Tulehu 115 2,710 2,820 5,530 50 57 107 24 38 62 18.5 20.2 19.3 8.9 13.5 11.2
8 RSU Saparua 54 320 450 770 7 5 12 4 4 8 21.9 11.1 15.6 12.5 8.9 10.4
9 RSU Masohi 105 3,134 1,190 4,324 109 81 190 68 47 115 34.8 68.1 43.9 21.7 39.5 26.6
10 RSU Banda 50 103 140 243 3 9 12 2 4 6 29.1 64.3 49.4 19.4 28.6 24.7
11 RSU Namlea 54 568 948 1,516 39 60 99 8 9 17 68.7 63.3 65.3 14.1 9.5 11.2
12 RSU Namrole 30 153 136 289 5 5 10 3 - 3 32.7 36.8 34.6 19.6 - 10.4
13 RSU Piru 50 560 428 988 40 39 79 15 12 27 71.4 91.1 80.0 26.8 28.0 27.3
14 RSU Bula 75 1,254 2,342 3,596 8 7 15 - - - 6.4 3.0 4.2 - - -
15 RSUD Cendrawasih 74 1,029 1,482 2,511 21 32 53 1 1 2 20.4 21.6 21.1 1.0 0.7 0.8
16 RS Bergerak MBD 12 126 282 408 9 2 11 5 2 7 71.4 7.1 27.0 39.7 7.1 17.2
17 RSUD Haulussy 353 5,844 7,974 13,818 426 294 720 231 173 404 72.9 36.9 52.1 39.5 21.7 29.2
18 RSKD 76 76 1,711 1,787 7 7 14 6 3 9 92.1 4.1 7.8 78.9 1.8 5.0
19 RS J.A. Latumeten 109 1,737 2,872 4,609 41 47 88 28 23 51 23.6 16.4 19.1 16.1 8.0 11.1
20 RSU Bhakti Rahayu 59 1,328 1,799 3,127 4 3 7 - - - 3.0 1.7 2.2 - - -
21 RS Hative 50 2,106 1,075 3,181 40 34 74 20 21 41 19.0 31.6 23.3 9.5 19.5 12.9
22 RS Al Fatah 100 532 313 845 7 2 9 510 320 830 13.2 6.4 10.7 958.6 1,022.4 982.2
23 RS Bhayangkara Ambon 92 1,320 756 2,076 18 11 29 16 11 27 13.6 14.6 14.0 12.1 14.6 13.0
24 RS Sumber Hidup 63 1,894 1,931 3,825 - - - - - - - - - - - -
25 RS AL Ambon 45 122 143 265 1 1 2 - 1 1 8.2 7.0 7.5 - 7.0 3.8
26 RS Lanud Pattimura 17 1,012 1,294 2,306 1 - 1 1 - 1 1.0 - 0.4 1.0 - 0.4
27 RS Hi. Nohorenuat 50 230 555 785 2 - 2 2 - 2 8.7 - 2.5 8.7 - 2.5
KABUPATEN/KOTA 2,059 31,219 37,867 69,086 999 827 1,826 1,018 729 1,747 32.0 21.8 26.4 32.6 19.3 25.3

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
TABEL 56

INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH PASIEN KELUAR JUMLAH HARI JUMLAH LAMA


NO NAMA RUMAH SAKITa TEMPAT TIDUR (HIDUP + MATI) PERAWATAN DIRAWAT BOR (%) BTO (KALI) TOI (HARI) ALOS (HARI)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1RS Bergerak MTB 14 307 3 3 0.1 21.93 16.64 0.0
2RS Fatimah Saumlaki 56 826 689 689 3.4 14.75 23.91 0.8
3RS DR. Anatototy 50 221 1,105 1,547 6.1 4.42 77.58 7.0
4RSUD PP Margaretty 70 2,275 9,801 728 38.4 32.50 6.92 0.3
5RSUD Karel Sadsuitubun 146 5,427 26,553 21,059 49.8 37.17 4.93 3.9
6RS Hati Kudus Langgur 90 3,231 9,870 9,986 30.0 35.90 7.11 3.1
7RSU Tulehu 115 5,530 0.0 48.09 7.59 0.0
8RSU Saparua 54 770 0.0 14.26 25.60 0.0
9RSU Masohi 105 4,324 23,907 19,258 62.4 41.18 3.33 4.5
10RSU Banda 50 243 300 490 1.6 4.86 73.87 2.0
11 RSU Namlea 54 1,516 1,160 908 5.9 28.07 12.24 0.6
12RSU Namrole 30 289 531 484 4.8 9.63 36.05 1.7
13RSU Piru 50 988 4,483 144 24.6 19.76 13.93 0.1
14RSU Bula 75 3,596 20,052 4,524 73.2 47.95 2.04 1.3
15RSUD Cendrawasih 74 2,511 10,304 2,511 38.1 33.93 6.65 1.0
16RS Bergerak MBD 12 408 864 19.7 34 8.6 0.0
17RSUD Haulussy 353 13,818 86,225 66.9 39.14 3.08 0.0
18RSKD 76 1,787 21,657 20,794 78.1 23.51 3.40 11.6
19RS J.A. Latumeten 109 4,609 16,207 16,207 40.7 42.28 5.12 3.5
20RSU Bhakti Rahayu 59 3,127 365 13,166 1.7 53.00 6.77 4.2
50 785 1,994 2,512 10.9 15.70 20.71 3.2
KABUPATEN/KOTA 1692 56588 236,070 38.2 33.44 6.7 0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
TABEL 57

PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSIMALUKU
TAHUN 2015

RUMAH TANGGA
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH JUMLAH
JUMLAH % DIPANTAU % BER- PHBS
DIPANTAU BER- PHBS
1 2 3 4 5 6 7 8
1 KOTA AMBON 22 78,299 46,256 59.1 21,864 47.3
2 MALUKU TENGAH 33 5,452 32 0.6 NA #VALUE!
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 43,342 12,098 27.9 4,211 34.8
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 17,826 5,716 32.1 1,623 28.4
5 BURU 9 27,632 15,941 57.7 1,213 7.6
6 BURU SELATAN 12 14,650 9,602 65.5 2,883 30.0
7 KOTA TUAL 15 12,673 3,407 26.9 691 20.3
8 MALUKU TENGGARA 15 23,570 14,065 59.7 5,861 41.7
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 25,412 3,788 14.9 1,258 33.2
10 KEPULAUAN ARU 24 8,873 5,185 58.4 1,260 24.3
11 MALUKU BARAT DAYA 20 6,756 1,450 21.5 1,033 71.2
JUMLAH (KAB/KOTA) 264,485 117,540 44.4 41,897 35.6

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 58

PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

2014 2015
JUMLAH
JUMLAH RUMAH MEMENUHI SYARAT RUMAH YANG RUMAH DIBINA RUMAH DIBINA MEMENUHI RUMAH MEMENUHI SYARAT
NO KECAMATAN PUSKESMAS SELURUH (RUMAH SEHAT) BELUM SYARAT (RUMAH SEHAT)
RUMAH
JUMLAH % MEMENUHI JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
SYARAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1KOTA AMBON 22 58,996 44,267 75.03 13,564 13,564 100.00 7,490 55.22 51,757 87.73
2MALUKU TENGAH 33 12342 7,603 61.60 3601 3,042 84.48 2016 66.27 9,619 77.94
3SERAM BAGIAN BARAT 17 38286 16,049 41.92 22,237 16,049 72.17 16049 100.00 16,049 41.92
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 16656 1,783 10.70 0.00 1,807 #DIV/0! 871 48.20 2,654 15.93
5BURU 9 18556 586 3.16 NA 6,455 #VALUE! 6455 100.00 7,041 37.94
6BURU SELATAN 12 12658 2,962 23.40 9696 2,269 23.40 268 11.81 3,230 25.52
7KOTA TUAL 15 9,696 3,886 40.08 5,194 4,451 85.70 3175 71.33 7,061 72.82
8MALUKU TENGGARA 15 17453 9,241 52.95 8194 2,139 26.10 527 24.64 9,768 55.97
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 23278 10,892 46.79 12386 12,386 100 12040 97.21 22,932 98.51
10KEPULAUAN ARU 24 13833 8,013 57.93 5820 456 7.84 221 48.46 8,234 59.52
11MALUKU BARAT DAYA 20 8180 3,206 39.19 4974.00 - 0.00 0 #DIV/0! 3,206 39.19
JUMLAH (KAB/KOTA) 229,934 108,488 47.18 85,666 62,618 73.10 49112 78.43 141,551 61.56
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015
TABEL 59

PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

BUKAN JARINGAN PERPIPAAN


PENDUDUK DENGAN
AKSES
PERPIPAAN (PDAM,BPSPAM) BERKELANJUTAN
SUMUR GALI TERLINDUNG SUMUR GALI DENGAN POMPA SUMUR BOR DENGAN POMPA TERMINAL AIR MATA AIR TERLINDUNG PENAMPUNGAN AIR HUJAN TERHADAP AIR MINUM
LAYAK

NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDUDUK


MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI
MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT
SYARAT SYARAT SYARAT

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA
JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA

JUMLAHPENDUDUKPENGGUNA
SARANA

SARANA

SARANA

SARANA
SARANA
JUMLAH
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
JUMLAHSARANA

JUMLAHSARANA

JUMLAHSARANA

JUMLAHSARANA

JUMLAHSARANA

JUMLAHSARANA
SARANA

SARANA

SARANA

JUMLAH
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

%
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1KOTA AMBON 22 411,617 1,598 27657 1598 27657 1 1564 1 1564 4978 26,711 4978 26771 8 1,519 8 1519 0 0 0 0 970 4748 970 4748 75 308998 75 309007 371266 90.20
2MALUKU TENGAH 33 394,675 8,141 NA NA NA NA NA NA NA 69 NA NA NA 0 - - 0 0 0 0 0.00 1145NA NA NA 13780 NA NA NA 0 0.00
3SERAM BAGIAN BARAT 17 168,134 3,361 49,213 2777 49213 81 136 69 136 1313 8,774 1145 8774 8 380 8 380 144 31007 144 31007 1036 240 27 240 5597 76055 3897 93647 132751 55.70
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 124,992 2,708 36860 941 7241.00 73 543 44 255 5 16 5 16.00 2 420 1 140 39 4796 238 2692.00 178 616 146 641 58 1671 140 962.00 11947 9.56
5BURU 9 124,992 4,398 4224 2304 2605 - 0 0 0 599 184 470 157 0 - - 0 22 7700 18 7489 0 0 0 0 0 0 0 0.00 10251 8.20
6BURU SEATAN 12 59,289 1,983 26354 1549 19132 214 1693 186 1288 68 663 52 324 0 - - 0 60 10627 42 7209 0 0 0 0 38 19952 29 15912 43865 73.99
7KOTA TUAL 15 67,783 1,217 16731 877 18,945 507 2665 436 2594 115 1,648 113 1580 520 5,816 700 6191 14 1168 14 1302 370 1398 216 1517 1578 11784 1536 15785.00 47914 70.69
8MALUKU TENGGARA 15 98,684 840 23108 615 18150 47 3685 35 3197 1 137 1 137 12 1,461 10 1233 94 23094 67 21889 169 2558 40 720 600 40895 559 38997 84323 85.45
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 108,665 2,410 63850 1605 40125 - 0 0 0 0 - 0 0.00 0 - - 0 70 0 0 0.00 408 4080 136 1360 5667 28335 4577 22885.00 64370 59.24
10KEPULAUAN ARU 24 91,277 2,112 47281 504 38758 - 0 0 0 0 - 0 0.00 0 - - 0 13 7925 12 4614.00 63 4294 38 413 507 4824 2908 10997.00 54782 60.02
11MALUKU BARAT DAYA 20 72,010 1,097 12208 0 0 - 0 0 0 0 - 0 0.00 0 - - 0 167 16369 0 0.00 1666 8688 0 0 2421 22327 0 0.00 0 0.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,722,118 29,865 307486 12770 221826 923 10286 771 9034 7148 38133 6764 37759 550 9596 727 9463 623 102686 535 76202 6005 26622 1573 9639 30321 514841 13721 508192 821469 47.70

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 60

PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH MEMENUHI SYARAT


JUMLAH SAMPEL
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENYELENGGARA (FISIK, BAKTERIOLOGI, DAN KIMIA)
DIPERIKSA
AIR MINUM
JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7
1KOTA AMBON 22 1114 258 254 98.45
2MALUKU TENGAH 33 NA NA NA #VALUE!
3SERAM BAGIAN BARAT 17 28682 38 38 100
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 193 12 0 0
5BURU 9 56 42 39 92.86
6BURU SELATAN 12 14 13 13 100
7KOTA TUAL 15 384 194 165 85.05
8MALUKU TENGGARA 15 207 30 19 63.33
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 0 0 0 #DIV/0!
10KEPULAUAN ARU 24 10 8 8 100
11MALUKU BARAT DAYA 20 12 2 2 100
JUMLAH (KAB/KOTA) 30672 597 538 90.12

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 61

PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JENIS SARANA JAMBAN PENDUDUK


KOMUNAL LEHER ANGSA PLENGSENGAN CEMPLUNG DENGAN AKSES
SANITASI LAYAK

JUM LAHPENDUDUK

J UM LAH SAR ANA

J UM LA HPE NDU DUK PEN NG AU


JU ML AHSA RAN A

JU ML AHSA RAN A

JU ML AHSA RAN A

JU ML AHSA RAN A

JU ML AHSA RAN A

JU ML AHSA RAN A

JU ML AHSA RAN A
JU ML AH PEN DU UKP ENG GUNA

JU ML AH PEN DU UKP ENG GUNA

JU ML AH PEN DU UKP ENG GUNA

JU ML AH PEN DU UKP ENG GUNA

JU ML AH PEN DU UKP ENG GUNA

JU ML AH PEN DU UKP ENG GUNA

JU ML AH PEN DU UKP ENG GUNA


MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT

%P EN DU DUK PEN G UNA

%P EN DU DUK PEN G UNA

%P EN DU DUK PEN G UNA

%P EN DU DUK PEN G UNA


(JAMBAN SEHAT)
NO KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 KOTA AMBON 22 411,617 8 5,435 8 1,649 30.3 17,552 109,083 17,343 115,649 106.02 30,336 191,084 29,666 186,480 97.59 13,048 77,433 10,729 59,936 77.40 360,083 87.5
2 MALUKU TENGAH 33 394675 - - - - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - - - - #DIV/0! 0 0.0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 168134 434 6,456 780 6,456 100 8,868 45,037 7,233 45,037 100 490 389 326 389 100 787 3,509 446 3,509 100 69104 41.1
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 124992 37 112 3 50 44.64 1,265 392 807 34 8.6735 - - - - #DIV/0! - - - - #DIV/0! 0 0.0
5 BURU 9 124992 45 #DIV/0! 1,616 5,241 1,616 5,241 100 1,856 2,982 1,248 1,685 56.51 2,349 7,755 1,786 3,273 42.205 10199 8.2
6 BURU SELATAN 12 59289 - - - - #DIV/0! 5,820 32,538 5,509 30,400 93.429 27 258 20 203 78.68 46 407 31 264 64.86 30867 52.1
7 KOTA TUAL 15 67783 314 3,533 258 3,543 100.28 7,097 35,151 5,884 39,441 112.2 385 117 10 61 52.14 125 1,042 78 415 39.83 44117 65.1
8 MALUKU TENGGARA 15 98684 7 677 7 677 100 11,065 65,473 8,466 47,403 72.401 1 2 1 2 100 469 2,446 142 812 33.1971 0 0.0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 108665 - - - - #DIV/0! 10,700 53,500 5,825 29,125 54.439 - - - - #DIV/0! 139 695 - - 0 29125 26.8
10 KEPULAUAN ARU 24 91277 - - - - #DIV/0! 4,123 6,800 3,916 6,135 90.221 - - - - #DIV/0! 11,441 5,729 - - 0 6135 6.7
11 MALUKU BARAT DAYA 20 72010 - - - - #DIV/0! 1,743 7,833 - - 0 180 79 - - 0 644 63 - - 0 0 0.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,722,118 845 16,213 1,056 12,375 76.3276 69,849 361,048 56,599 318,465 88.206 33,275 194,911 31,271 188,820 96.87498 29,048 99,079 13,212 68,209 68.843 549,630 31.9

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 62

DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH DESA/ DESA MELAKSANAKAN DESA STOP BABS


KELURAHAN STBM (SBS) DESA STBM
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1KOTA AMBON 22 50 - 0 0 0 - 0
2MALUKU TENGAH 33 189 - 0.0 0 0 - 0
3SERAM BAGIAN BARAT 17 160 102 63.8 31 19.375 54 33.75
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 139 13 9.4 0 0 6 4.32
5BURU 9 82 27 32.9 0 0
6BURU SELATAN 12 79 48 60.8 0 0 - 0
7KOTA TUAL 15 30 25 83.3 5 16.67 29 96.67
8MALUKU TENGGARA 15 191 41 21.5 2 1.05 2 1.05
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 81 17 21.0 38 46.91 17 20.99
10KEPULAUAN ARU 24 119 64 53.8 2 1.68 2 1.68
11 MALUKU BARAT DAYA 20 117 17 14.5 0 0 - 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,237 354 28.6 78 6.31 110 8.89

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 63

PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

TEMPAT-TEMPAT UMUM
YANG ADA MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

SARANA PENDIDIKAN SARANA KESEHATAN HOTEL


SARANA PENDIDIKAN SARANA HOTEL TEMPAT-TEMPAT
KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM

TTU
NO KECAMATAN PUSKESMAS SD SLTP SLTA PUSKESMAS UMUM BINTANG NON BINTANG

PUSKESMAS

RUMAHSAKITUMUM

BINTANG

NONBINTANG

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
SLTP

SLTA
SD

%
%

%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1KOTA AMBON 22 205 55 48 24 10 8 44 394 205 100.0 54 98.2 48 100.0 24 100.0 10 100.0 8 100.0 43 97.7 392 99.5
2MALUKU TENGAH 33 262 92 60 111 4 - 46 575 137 52.3 46 50.0 41 68.3 69 62.2 1 25.0 0 #DIV/0! 39 84.8 333 57.9
3SERAM BAGIAN BARAT 17 NA NA NA 16 1 1 - 568 NA #VALUE! NA #VALUE! NA #VALUE! 16 100.0 - - 0 - - #DIV/0! 16 2.8
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 121 52 31 35 11 - 11 261 92 76.0 36 69.2 26 83.9 27 77.1 3 27.3 0 #DIV/0! - - 184 70.5
5BURU 9 106 41 14 75 - - - 236 96 90.6 39 95.1 14 100.0 60 80.0 8 #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 217 91.9
6BURU SELATAN 12 92 41 19 12 1 - 12 177 53 57.6 22 53.7 16 84.2 12 100.0 1 100.0 0 #DIV/0! 7 58.3 111 62.7
7KOTA TUAL 15 56 25 20 13 1 1 4 120 42 75.0 18 72.0 18 90.0 11 84.6 1 100.0 1 100.0 3 75.0 94 78.3
8MALUKU TENGGARA 15 154 50 29 18 2 - 7 260 133 86.4 47 94.0 26 89.7 15 83.3 2 100.0 0 #DIV/0! 7 100.0 230 88.5
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 93 46 17 83 4 4 4 251 57 61.3 20 43.5 5 29.4 24 28.9 1 25.0 2 50.0 - - 109 43.42629
10KEPULAUAN ARU 24 135 21 11 46 1 - 9 223 57 42.2 11 52.4 7 63.6 46 100.0 1 100.0 0 #DIV/0! 7 77.8 129 57.8
11MALUKU BARAT DAYA 20 134 41 22 20 - - 4 221 - - - - - - - #DIV/0! 0 #DIV/0! - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,358 464 271 453 35 14 141 2,736 872 64.2 293 63.1 201 74.2 304 67.1 28 80.0 11 78.6 106 75.2 1,815 66.33772

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 64

TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
JUMLAH RUMAH DEPOT AIR RUMAH DEPOT AIR
NO KECAMATAN PUSKESMAS MAKANAN MAKANAN
TPM JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL % JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL %
JAJANAN JAJANAN
RESTORAN (DAM) RESTORAN (DAM)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 KOTA AMBON 22 770 15 281 111 20 427 55.45 2 74 7 260 343 44.55
2 MALUKU TENGAH 33 431 8 33 20 106 167 38.75 0 21 3 129 153 35.50
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 207 0 1 97 40 138 66.67 0 69 0 29 98 47.34
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
5 BURU 9 358 0 60 45 146 251 70.11 0 27 4 0 31 8.66
6 BURU SELATAN 12 247 0 8 13 96 117 47.37 0 8 0 122 130 52.63
7 KOTA TUAL 15 176 1 41 29 70 141 80.11 0 4 5 20 29 16.48
8 MALUKU TENGGARA 15 65 0 50 11 0 61 93.85 0 6 2 0 8 12.31
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 392 0 20 5 116 141 35.97 0 31 4 82 117 29.85
10 KEPULAUAN ARU 24 107 0 31 10 34 75 70.09 0 32 0 15 47 43.93
11 MALUKU BARAT DAYA 20 26 0 13 5 0 18 69.23 0 8 0 0 8 30.77
JUMLAH (KAB/KOTA) 2779 24 538 346 628 1536 55.27 2 280 25 657 964 34.69

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 65

TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

JUMLAH TPM DIBINA JUMLAH TPM DIUJI PETIK

PERSENTASETPMDIUJIPETIK
MEMENUHISYARAT

PERSENTASETPMDIBINA

JUMLAHTPMMEMENUHISYARATHIGIENESANITASI
JUMLAHTPMTIDAK

RUMAHMAKAN/RESTORA

RUMAHMAKAN/RESTORA
DEPOTAIRMINUM(DAM)

DEPOTAIRMINUM(DAM)
MAKANANJAJANA

MAKANANJAJANA
TOTAL
JASABOGA

JASABOGA

TOTAL
N

N
N

N
NO KABUPATEN PUSKESMAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 KOTA AMBON 22 343 5 67 7 260 339 98.83 427 2 58 7 191 258 60.42
2 MALUKU TENGAH 33 153 8 52 16 235 311 203.27 167 17 43 16 235 311 186.23
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 98 0 1 69 21 91 92.86 138 0 1 55 12 68 49.28
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2 0 7 0 50 57 2850.00 91 0 1 0 0 1 1.10
5 BURU 9 140 0 5 1 10 16 11.43 174 0 0 1 1 0.57
6 BURU SELATAN 12 130 0 7 0 86 93 71.54 117 0 6 13 72 91 77.78
7 KOTA TUAL 15 29 0 4 5 20 29 100.00 141 1 106 28 70 205 145.39
8 MALUKU TENGGARA 15 16 0 8 1 0 9 56.25 61 0 0 0 0 0 0.00
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 117 0 0 0 0 0 0.00 141 0 0 0 0 0 0.00
10 KEPULAUAN ARU 24 47 0 18 0 6 24 51.06 75 0 0 0 0 0 0.00
11 MALUKU BARAT DAYA 20 8 0 0 0 0 0 0.00 18 0 0 0 0 0 0.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 1083 13 169 99 688 969 89.47 1550 20 215 120 580 935 60.32

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 66

PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT TERKECIL KEBUTUHAN PENGGUNAAN SISA STOK OBAT/VAKSIN KETERSEDIAAN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Alopurinol tablet 100 mg tablet 1,193,234 312,388 97,532 409,920 34.35
2 Aminofilin tablet 200 mg tablet 549,800 182,956 82,800 265,756 48.34
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml tablet 4,564 1,706 392 2,098 45.97
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) tablet 8,000 3,886 4,300 8,186 102.33
5 Amoksisilin kapsul 250 mg kapsul 3,557,526 1,037,895 377,307 1,415,202 39.78
6 Amoksisilin kaplet 500 mg kaplet 6,943,200 2,413,318 893,480 3,306,798 47.63
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg botol 249,130 71,386 128,373 199,759 80.18
8 Metampiron tablet 500 mg tablet 6,330,044 1,081,006 114,350 1,195,356 18.88
9 Metampiron injeksi 250 mg ampul 86,288 4,327 57,680 62,007 71.86
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium tablet 1,516,105 25.06
Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg 6,049,400 1,382,935 133,170
11 Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g + tube 5,000 100.00
polimiksin 10.000 IU/g 5,000 5,000
12 Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg + supp 1,468 88.97
Heksaklorofen 250 mg 1,650 336 1,132
13 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam pot 840 100.00
Salisilat 3% 840 840
14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg tablet 6,500 2,037 1,400 3,437 52.88
15 Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg + tablet - #DIV/0!
Levodopa 250 mg
16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen vial 3,240 3,240 3,240 100.00
17 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg tablet 27,288,000 2,615,807 1,117,454 3,733,261 13.68
18 Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) tablet 30,000 30,000 30,000 100.00
19 Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) tablet 200 200 #DIV/0!
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg tablet 1,800 -
21 Atropin tetes mata 0,5% botol 2 -
22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat) ampul 60 548 608 #DIV/0!
23 Betametason krim 0,1 % krim 53,605 7,775 5,775 13,550 25.28
24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml ampul 44,394 4,032 11,897 15,929 35.88
25 Deksametason tablet 0,5 mg tablet 8,155,100 2,188,992 111,628 2,300,620 28.21
26 Dekstran 70-larutan infus 6% steril botol - #DIV/0!
27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) botol - #DIV/0!
28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) tablet - #DIV/0!
29 Diazepam Injeksi 5mg/ml ampul 8,215 512 1,002 1,514 18.43
30 Diazepam tablet 2 mg tablet 15,900 15,900 15,900 100.00
31 Diazepam tablet 5 mg tablet - #DIV/0!
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) ampul 8,125 2,705 3,828 6,533 80.41
33 Diagoksin tablet 0,25 mg tablet 40,092 11,078 6,322 17,400 43.40
34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) tablet - #DIV/0!
35 Ekstrks belladona tablet 10 mg tablet 540,000 100 100 0.02
36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) ampul 5,280 5,280 5,280 100.00
37 Etakridin larutan 0,1% botol 9,258 899 582 1,481 16.00
38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml ampul 120 120 #DIV/0!
39 Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml ampul 8,790 849 659 1,508 17.16
40 Fenobarbital tablet 30 mg tablet 78,112 19,250 13,210 32,460 41.56
41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg tablet - #DIV/0!
42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg tablet - #DIV/0!
43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% botol - #DIV/0!
44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml ampul 36,355 4,952 10,421 15,373 42.29
45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg tablet 39,500 10,606 8,942 19,548 49.49
46 Furosemid tablet 40 mg tablet 102,220 2,323 47,900 50,223 49.13
47 Gameksan lotion 1 % botol - #DIV/0!
48 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g, Kalium sach 146,224 48.87
klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g 299,183 107,768 38,456
49 Gentian Violet Larutan 1 % botol 26,794 1,708 500 2,208 8.24
50 Glibenklamida tablet 5 mg tablet 88,192 88,192 88,192 100.00
51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg tablet 5,151,162 2,431,469 1,561,000 3,992,469 77.51
52 Gliserin botol 172 94 30 124 72.09
53 Glukosa larutan infus 5% botol 28,916 7,199 4,658 11,857 41.00
54 Glukosa larutan infus 10% botol 3,854 1,075 625 1,700 44.11
55 Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal) ampul 90 -
56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized tablet 227,200 227,200 227,200 100.00
57 Haloperidol tablet 0,5 mg tablet 2,410 329 1,400 1,729 71.74
58 Haloperidol tablet 1,5 mg tablet 5,345 1,430 14,200 15,630 292.42
59 Haloperidol tablet 5 mg tablet - #DIV/0!
60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg tablet 55,647 55,647 55,647 100.00
61 Hidrkortison krim 2,5% tube 13,530 13,530 13,530 100.00
62 Ibuprofen tablet 200 mg tablet 622,900 622,900 622,900 100.00
63 Ibuprofen tablet 400 mg tablet 992,300 652,817 320,218 973,035 98.06
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg tablet 38,386 10,213 25,600 35,813 93.30
65 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg tablet 23,851,000 3,457,172 1,150,845 4,608,017 19.32
66 Kaptopril tablet 12,5 mg tablet 92,400 92,400 92,400 100.00
67 Kaptopril tablet 25 mg tablet 440,500 31,235 228,000 259,235 58.85
68 Karbamazepim tablet 200 mg tablet 32,380 2,050 9,200 11,250 34.74
69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml vial 227 -
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT TERKECIL KEBUTUHAN PENGGUNAAN SISA STOK OBAT/VAKSIN KETERSEDIAAN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine kapsul - #DIV/0!
71 Kloramfenikol kapsul 250 mg kapsul 121,796 121,796 121,796 100.00
72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % botol 6,018 858 858 14.26
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg tablet 8,129,000 2,900,700 1,091,804 3,992,504 49.11
74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) ampul - #DIV/0!
75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) ampul 483 483 483 100.00
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) tablet 27,000 27,000 27,000 100.00
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) tablet 7,559 7,559 7,559 100.00
78 Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg + tablet 1,194 166.99
Sulfadoxin 500 mg 715 1,194
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg botol 25,368 80.78
+ Trimetoprim 40 mg/ 5 ml 31,404 12,808 12,560
80 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : tablet 1,185,401 57.33
Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg 2,067,700 755,801 429,600
81 Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi : tablet 125,400 100.00
Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg 125,400 125,400
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg tablet 35,590 15,503 3,008 18,511 52.01
83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml ampul 2,090 522 700 1,222 58.47
84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml vial 527,188 505,027 4,031 509,058 96.56
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml vial 496 154 300 454 91.53
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml vial 864 207 207 23.96
87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram sach 208 84 118 202 97.12
88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml botol 500 500 #DIV/0!
89 Mebendazol tablet 100 mg tablet 196 190 190 96.94
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 tablet 42,190 42.93
mg 98,272 42,020 170
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml ampul 14,264 8,686 3,084 11,770 82.52
92 Metronidazol tablet 250 mg tablet 625,600 162,253 114 162,367 25.95
93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg tablet 18,874 2,337 2,337 12.38
94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % botol - #DIV/0!
95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % botol 34,356 9,590 3,461 13,051 37.99
96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % ampul - #DIV/0!
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g tablet 4,400 4,400 4,400 100.00
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g tablet 9,346 7,681 7,681 82.18
99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) botol 515,436 508,596 3,986 512,582 99.45
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % tube 117,116 2,054 1,000 3,054 2.61
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml vial 9,935 299 1,012 1,311 13.20
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml ampul 517,350 517,350 517,350 100.00
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml botol 153,175 40,417 30,326 70,743 46.18
104 Paracetamol tablet 100 mg tablet - #DIV/0!
105 Paracetamol tablet 500 mg tablet 19,352,300 2,829,969 982,468 3,812,437 19.70
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) botol - #DIV/0!
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg tablet 530,232 127,187 72,168 199,355 37.60
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) tablet 8,224,036 753,176 558,000 1,311,176 15.94
109 Povidon Iodida larutan 10 % botol 3,241 3,241 3,241 100.00
110 Povidon Iodida larutan 10 % botol 821 455 455 55.42
111 Prednison tablet 5 mg tablet 7,151,000 1,499,282 2,418,050 3,917,332 54.78
112 Primakuin tablet 15 mg tablet 233,126 162,225 162,225 69.59
113 Propillitiourasil tablet 100 mg tablet 47,818 1,007 12,200 13,207 27.62
114 Propanol tablet 40 mg (HCL) tablet 7,408 832 1,000 1,832 24.73
115 Reserpin tablet 0,10 mg tablet - #DIV/0!
116 Reserpin tablet 0,25 mg tablet - #DIV/0!
117 Ringer Laktat larutan infus botol 50,449 15,494 9,016 24,510 48.58
118 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap tube 9,668 48.53
4% 19,920 5,660 4,008
119 Salisil bedak 2% kotak 140,392 2,595 4,936 7,531 5.36
120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I) vial - #DIV/0!
121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II) vial - #DIV/0!
122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.) vial - #DIV/0!
123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.) ampul 101 101 101 100.00
124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.) vial 13,503 -
125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg ampul 199,319 39,060 16,013 55,073 27.63
126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 % botol - #DIV/0!
127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5% botol - #DIV/0!
128 Tetrasiklin kapsul 250 mg kapsul 22,027 5,040 2,963 8,003 36.33
129 Tetrasiklin kapsul 500 mg kapsul 1,801,579 251,999 146,380 398,379 22.11
130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml ampul 42,410 41,010 41,010 96.70
131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) tablet 5,128,000 486,323 82,550 568,873 11.09
132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp ampul 110 110 #DIV/0!
133 Triheksifenidil tablet 2 mg tablet 6,566 1,880 1,880 28.63
134 Vaksin Rabies Vero vial 162 142 142 87.65
135 Vitamin B Kompleks tablet tablet 9,196,443 2,457,414 1,108,300 3,565,714 38.77
VAKSIN 504,000 499,600 4,400 504,000
136 BCG vial 7,322 968 427 1,395 19.05
137 T T vial 6,292 3,320 828 4,148 65.92
138 D T vial 1,722 36 258 294 17.07
139 CAMPAK 10 Dosis vial 9,064 9,064 9,064 100.00
140 POLIO 10 Dosis vial 9,014 628 795 1,423 15.79
141 DPT-HB vial 9,260 366 95 461 4.98
142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS vial 7,100 2,881 535 3,416 48.11
143 POLIO 20 Dosis vial 650 560 90 650 100.00
144 CAMPAK 20 Dosis vial - #DIV/0!

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 67

JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PEMILIKAN/PENGELOLA
NO FASILITAS KESEHATAN
KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
RUMAH SAKIT
1 RUMAH SAKIT UMUM 2 15 4 5 26
2 RUMAH SAKIT KHUSUS 1 1
PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
1 PUSKESMAS RAWAT INAP 66
- JUMLAH TEMPAT TIDUR 353
2 PUSKESMAS NON RAWAT INAP 133
3 PUSKESMAS KELILING 133
4 PUSKESMAS PEMBANTU 487
SARANA PELAYANAN LAIN
1 RUMAH BERSALIN 4 4
2 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 3 6 12 21
3 PRAKTIK DOKTER BERSAMA 2 2
4 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 33 33
5 PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL -
6 BANK DARAH RUMAH SAKIT -
7 UNIT TRANSFUSI DARAH 4 4
SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
1 INDUSTRI FARMASI -
2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL -
3 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL 1 1
4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN -
5 PEDAGANG BESAR FARMASI 2 11 13
6 APOTEK 4 2 1 147 154
7 TOKO OBAT 17 104 121
8 PENYALUR ALAT KESEHATAN 6 6

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 68

PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL
I PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I


NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA
JUMLAH %
1 2 3 4 5

1RUMAH SAKIT UMUM 26 -

2RUMAH SAKIT KHUSUS 1 -

JUMLAH (KAB/KOTA) 27 0 -

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 69

JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

STRATA POSYANDU
POSYANDU AKTIF
NO KECAMATAN PUSKESMAS PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 KOTA AMBON 22 123 41.14 82 27.42 72 24.08 22 7.36 299 94 31.44
2 MALUKU TENGAH 33 28 6.26 134 29.98 283 63.31 2 0.45 447 447 100.00
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 148 61.67 48 20.00 44 18.33 0 0.00 240 44 18.33
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 84 46.93 95 53.07 0 0.00 0 0.00 179 0 0.00
5 BURU 9 7 5.60 74 59.20 44 35.20 0 0.00 125 44 35.20
6 BURU SELATAN 12 106 100.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 106 0 0.00
7 KOTA TUAL 15 71 82.56 13 15.12 2 2.33 0 0.00 86 2 2.33
8 MALUKU TENGGARA 15 87 37.83 94 40.87 49 21.30 0 0.00 230 49 21.30
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 18 13.53 39 29.32 73 54.89 3 2.26 133 76 57.14
10 KEPULAUAN ARU 24 126 79.75 20 12.66 12 7.59 0 0.00 158 12 7.59
11 MALUKU BARAT DAYA 20NA #VALUE! NA #VALUE! 6 3.26 NA #VALUE! 184 6 3.26
JUMLAH (KAB/KOTA) 798 36.49 599 27.39 585 26.75 27 1.23 2187 774 35.39
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA 1

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 70

JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA/ UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)


KELURAHAN POSKESDES POLINDES POSBINDU
1 2 3 4 5 6 7
1 KOTA AMBON 22 50 50 0 0
2 MALUKU TENGAH 33 189 92 0 141
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 160 55 88 53
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 139 14 1.00 -
5 BURU 9 82 23 29 38
6 BURU SELATAN 12 79 4 8 2
7 KOTA TUAL 15 30 32 0 4
8 MALUKU TENGGARA 15 191 58 16
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 81 10 9 -
10 KEPULAUAN ARU 24 119 48 0 3
11 MALUKU BARAT DAYA 20 117 12 1.00 -
JUMLAH (KAB/KOTA) 198 1,237 398 136 257

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 71

JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

DESA/KELURAHAN SIAGA
JUMLAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA/
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %
KELURAHAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1KOTA AMBON 22 50 50 0 - 0 50 100
2MALUKU TENGAH 33 189 28 75 83 2 188 99.47
3SERAM BAGIAN BARAT 17 160 27 0 - 0 27 16.88
4SERAM BAGIAN TIMUR 19 139 56 1 - 0 57 41.01
5BURU 9 82 23 0 - 0 23 28.05
6BURU SELATAN 12 79 12 0 - 0 12 15.19
7KOTA TUAL 15 30 29 0 - 0 29 96.67
8MALUKU TENGGARA 15 191 82 0 - 0 82 42.93
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 81 80 1 - 0 81 100
10KEPULAUAN ARU 24 119 29 0 - 0 29 24.37
11 MALUKU BARAT DAYA 20 117 42 0.00 - 0 42 35.90
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,237 458 77 83 2 620 50.12

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


TABEL 72

JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

DOKTER
NO KABUPATEN/KOTA DR SPESIALIS a DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI GIGI SPESIALIS TOTAL
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1KOTA AMBON - 12 18 30 12 18 30 3 11 14 1 1 3 12 15
2MALUKU TENGAH - 20 33 53 20 33 53 6 15 21 1 1 6 16 22
3SERAM BAGIAN BARAT - 1 2 3 1 2 3 - - - - -
4SERAM BAGIAN TIMUR - 1 5 6 1 5 6 2 2 - - 2 2
5BURU - 1 1 - 1 1 - - - - -
6BURU SELATAN - 1 1 - 1 1 - - - - -
7KOTA TUAL - 1 1 - 1 1 - - - - -
8MALUKU TENGGARA - 1 1 2 1 1 2 - - - - -
9MALUKU TENGGARA BARAT - 15 15 - 15 15 1 1 - - 1 1
10KEPULAUAN ARU - 1 1 - 1 1 1 1 - - 1 1
11MALUKU BARAT DAYA - 1 3 4 1 3 4 1 1 - - 1 1
JUMLAH Kab/Kota (PUSKESMAS) - - - 36 81 117 36 81 117 9 31 40 - 2 2 9 33 42
RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA - - - - - - - - - -
1 RS Bergerak MTB - 1 1 1 - 1 - - - - -
2 RS Fatimah Saumlaki - 1 1 1 - 1 - - - - -
3 RS Anatototy - 1 1 1 - 1 - - - - -
4 RSUD PP Margaretty 2 2 1 3 4 1 5 6 1 1 2 - 1 1 2
5 RSUD Karel Sadsuitubun - 2 2 - 2 2 - - - - -
6 RS Hati Kudus Langgur - - - - - - - - - -
7 RSU Tulehu - 4 9 13 4 9 13 1 2 3 - 1 2 3
8 RSU Saparua - 1 1 1 - 1 - - - - -
9 RSU Masohi 3 4 7 2 6 8 5 10 15 2 2 - - 2 2
10 RSU Banda - 1 1 - 1 1 - - - - -
11 RSU Namlea 1 3 4 5 5 1 8 9 1 1 - - 1 1
12 RSU Namrole - 6 6 - 6 6 - - - - -
13 RSU Piru - 3 4 7 3 4 7 - - - - -
14 RSU Bula 2 2 1 2 3 3 2 5 - - - - -
15 RSUD Cendrawasih - 5 4 9 5 4 9 - - - - -
16 RS Bergerak MBD - 1 3 4 1 3 4 - - - - -
17 RSUD Haulussy 12 11 23 6 16 22 18 27 45 2 2 1 1 - 3 3
18 RSKD 1 1 1 3 4 2 3 5 1 1 - - 1 1
19 RS J.A. Latumeten 6 6 1 1 6 1 7 1 1 - - 1 1
20 RSU Bhakti Rahayu 1 1 1 6 7 1 7 8 - - - - -
21 RS Hative - 1 2 3 1 2 3 1 1 - - 1 1
22 RS Al Fatah 4 4 8 3 5 8 7 9 16 - - - - -
23 RS Bhayangkara Ambon 9 3 12 1 2 3 10 5 15 1 1 2 - 1 1 2
24 RS Sumber Hidup 1 1 1 3 4 1 4 5 - - - - -
25 RS AL Ambon 1 1 2 2 2 4 3 3 6 1 1 1 1 2 - 2
26 RS Lanud Pattimura - 1 1 - 1 1 - - - - -
27 RS Hi. Nohorenuat - 1 3 4 1 3 4 1 1 - - 1 1
SUB JUMLAH RUMAH SAKIT KAB/KOTA 39 30 69 38 89 127 77 119 196 4 13 17 1 1 2 5 14 19
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat - 2 2 - 2 2 - - - - -
2 Laboratorium Kesehatan 1 1 2 - 1 1 2 - - - - -

3 Balai Penelitian dan Pelatihan Kesehatan - - - - - - - - - -


SUB JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN LAIN 1 1 2 - 2 2 1 3 4 - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
1Politeknik Kesehatan
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - -
1KOTA AMBON 1 1 4 1 5 5 1 6 - - - - -
2MALUKU TENGAH - - - - - - - - - -
3SERAM BAGIAN BARAT - 1 1 1 - 1 - - - - -
4SERAM BAGIAN TIMUR - - - - - - - - - -
5BURU - - - - - - - - - -
6BURSEL - - - - - - - - - -
7KOTA TUAL - - - - - - - - - -
8MALUKU TENGGARA - - - - - - - - - -
9MALUKU TENGGARA BARAT - 1 2 3 1 2 3 - - - - -
10KEPULAUAN ARU - 1 1 - 1 1 - - - - -
11MALUKU BARAT DAYA - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH KABUPATEN/KOTA 1 - 1 6 4 10 7 4 11 - - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN PROVINSI - - - - 2 2 - 2 2 - - - - - - - - -
JUMLAH PROVINSI 41 31 72 80 178 258 121 209 330 13 44 57 1 3 4 14 47 61
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 4.2588 15.261 19.519 3.3715 0.2366 3.6081

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 73

JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

PERAWAT PERAWAT GIGI


NO KABUPATEN/KOTA BIDAN
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1KOTA AMBON 106 22 187 209 2 3 5
2MALUKU TENGAH 292 100 190 290 -
3SERAM BAGIAN BARAT 112 58 90 148 1 1
4SERAM BAGIAN TIMUR 34 95 95 190 -
5BURU 59 34 88 122 1 1 2
6BURU SELATAN 36 44 58 102 -
7KOTA TUAL 29 30 69 99 -
8MALUKU TENGGARA 81 57 130 187 1 1
9MALUKU TENGGARA BARAT 47 89 109 198 1 1 2
10KEPULAUAN ARU 31 104 122 226 -
11MALUKU BARAT DAYA 35 98 122 220 1 1
JUMLAH Kab/Kota (PUSKESMAS) 862 731 1,260 1,991 4 8 12
RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA - -
1 RS Bergerak MTB 2 2 15 17 1 1
2 RS Fatimah Saumlaki 1 3 13 16 -
3 RS Anatototy - -
4 RSUD PP Margaretty 2 5 51 56 2 2
5 RSUD Karel Sadsuitubun 19 24 70 94 1 2 3
6 RS Hati Kudus Langgur 4 4 8 -
7 RSU Tulehu 30 21 78 99 -
8 RSU Saparua 12 9 13 22 1 1
9 RSU Masohi 27 39 62 101 1 1
10 RSU Banda 5 4 6 10 -
11 RSU Namlea 26 42 48 90 -
12 RSU Namrole 16 5 29 34 -
13 RSU Piru 7 12 24 36 -
14 RSU Bula 32 10 65 75 -
15 RSUD Cendrawasih 3 11 47 58 1 1
16 RS Bergerak MBD 2 2 12 14 -
17 RSUD Haulussy 74 67 232 299 -
18 RSKD 2 12 17 29 -
19 RS J.A. Latumeten 11 19 53 72 -
20 RSU Bhakti Rahayu 11 9 25 34 -
21 RS Hative 3 4 27 31 -
22 RS Al Fatah 14 9 9 -
23 RS Bhayangkara Ambon 9 15 31 46 -
24 RS Sumber Hidup 9 13 44 57 -
25 RS AL Ambon 3 12 10 22 -
26 RS Lanud Pattimura 7 7 -
27 RS Hi. Nohorenuat 13 10 24 34 -
SUB JUMLAH RUMAH SAKIT KAB/KOTA 333 354 1,016 1,370 2 7 9
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat 4 20 24 -
2 Laboratorium Kesehatan 1 1 -
3 Balai Penelitian dan Pelatihan Kesehatan 1 1 1 -
SUB JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN LAIN 1 4 22 26 - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
1Politeknik Kesehatan
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - -
1KOTA AMBON 5 11 12 23 -
2MALUKU TENGAH - -
3SERAM BAGIAN BARAT - -
4SERAM BAGIAN TIMUR - -
5BURU - -
6BURSEL - -
7KOTA TUAL - -
8MALUKU TENGGARA - -
9MALUKU TENGGARA BARAT - -
10KEPULAUAN ARU 5 7 2 9 -
11MALUKU BARAT DAYA - -
SUB JUMLAH KABUPATEN/KOTA 10 18 14 32 - - -
DINAS KESEHATAN PROVINSI - - - - -
JUMLAH PROVINSI 1,206 1,107 2,312 3,419 6 21
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 71.33 202.23 1.2421

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 74

JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

TENAGA KEFARMASIAN
NO KABUPATEN/KOTA TENAGA KEFARMASIAN APOTEKER TOTAL
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 KOTA AMBON 2 16 18 2 2 2 18 20
2 MALUKU TENGAH - - - - -
3 SERAM BAGIAN BARAT 3 7 10 3 3 3 10 13
4 SERAM BAGIAN TIMUR 1 2 3 1 1 1 3 4
5 BURU 1 4 5 1 1 1 5 6
6 BURU SELATAN - 1 1 - 1 1
7 KOTA TUAL 2 6 8 5 5 2 11 13
8 MALUKU TENGGARA 1 3 4 1 3 4 2 6 8
9 MALUKU TENGGARA BARAT 3 4 7 2 2 4 5 6 11
10 KEPULAUAN ARU 1 2 3 1 3 4 2 5 7
11 MALUKU BARAT DAYA 1 1 1 1 2 1 2 3
JUMLAH Kab/Kota (PUSKESMAS) 14 45 59 5 22 27 19 67 86
RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA - - - - -
1 RS Bergerak MTB - - - - -
2 RS Fatimah Saumlaki - - - - -
3 RS Anatototy 1 1 - - 1 1
4 RSUD PP Margaretty 1 1 1 1 - 2 2
5 RSUD Karel Sadsuitubun 3 7 10 2 2 3 9 12
6 RS Hati Kudus Langgur - - - - -
7 RSU Tulehu 1 3 4 4 4 1 7 8
8 RSU Saparua - - - - -
9 RSU Masohi 3 3 2 4 6 2 7 9
10 RSU Banda - - - - -
11 RSU Namlea 5 5 2 2 - 7 7
12 RSU Namrole 5 5 2 2 - 7 7
13 RSU Piru 2 2 4 4 4 2 6 8
14 RSU Bula 1 1 - - 1 1
15 RSUD Cendrawasih 1 1 2 2 2 1 3 4
16 RS Bergerak MBD - 1 1 1 - 1
17 RSUD Haulussy 3 12 15 9 9 3 21 24
18 RSKD 1 1 1 1 - 2 2
19 RS J.A. Latumeten 2 1 3 - 2 1 3
20 RSU Bhakti Rahayu 1 1 1 1 - 2 2
21 RS Hative 1 1 - - 1 1
22 RS Al Fatah - 1 4 5 1 4 5
23 RS Bhayangkara Ambon 2 2 - 2 - 2
24 RS Sumber Hidup 1 1 1 1 - 2 2
25 RS AL Ambon 1 4 5 - 1 4 5
26 RS Lanud Pattimura - - - - -
27 RS Hi. Nohorenuat 3 3 3 3 - 6 6
SUB JUMLAH RUMAH SAKIT KAB/KOTA 15 53 68 4 40 44 19 93 112
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat - 2 2 - 2 2
2 Laboratorium Kesehatan 8 8 - - 8 8
3 Balai Penelitian dan Pelatihan Kesehatan - - - - -
SUB JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN LAIN - 8 8 - 2 2 - 10 10
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
1 Politeknik Kesehatan
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - -
1 KOTA AMBON 2 1 3 1 1 2 3 2 5
2 MALUKU TENGAH - - - - -
3 SERAM BAGIAN BARAT - - - - -
4 SERAM BAGIAN TIMUR - - - - -
5 BURU - 1 1 - 1 1
6 BURSEL - - - - -
7 KOTA TUAL - - - - -
8 MALUKU TENGGARA - - - - -
9 MALUKU TENGGARA BARAT - 1 2 3 1 2 3
10 KEPULAUAN ARU - - - - -
11 MALUKU BARAT DAYA - - - - -
SUB JUMLAH KABUPATEN/KOTA 2 1 3 2 4 6 4 5 9
DINAS KESEHATAN PROVINSI - 2 2 - 3 3 -
JUMLAH PROVINSI 31 109 140 11 71 82 42 175 217
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 8.281 4.8503 12.836

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 75

JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN


NO KABUPATEN/KOTA
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
1 KOTA AMBON 3 4 7 11 27 38
2 MALUKU TENGAH 1 3 4 8 12 20
3 SERAM BAGIAN BARAT 2 17 19 4 4
4 SERAM BAGIAN TIMUR 13 20 33 11 13 24
5 BURU 10 12 22 5 4 9
6 BURU SELATAN 2 2 9 18 27
7 KOTA TUAL 15 15 8 8
8 MALUKU TENGGARA 3 3 9 11 20
9 MALUKU TENGGARA BARAT 4 9 13 13 6 19
10 KEPULAUAN ARU 2 8 10 5 4 9
11 MALUKU BARAT DAYA 2 2 2 10 12
JUMLAH Kab/Kota (PUSKESMAS) 35 95 130 73 117 190
RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA - -
1 RS Bergerak MTB - -
2 RS Fatimah Saumlaki 1 1 -
3 RS Anatototy - -
4 RSUD PP Margaretty 1 1 1 1
5 RSUD Karel Sadsuitubun 1 14 15 1 2 3
6 RS Hati Kudus Langgur 2 2 -
7 RSU Tulehu 4 8 12 -
8 RSU Saparua 1 1 2 2
9 RSU Masohi 6 6 2 4 6
10 RSU Banda 2 4 6 1 1
11 RSU Namlea 4 4 8 3 4 7
12 RSU Namrole 2 3 5 4 4
13 RSU Piru 4 4 2 3 5
14 RSU Bula 2 9 11 2 3 5
15 RSUD Cendrawasih 1 4 5 1 1 2
16 RS Bergerak MBD 1 1 -
17 RSUD Haulussy 8 10 18 8 7 15
18 RSKD 1 2 3 3 4 7
19 RS J.A. Latumeten 1 1 1 1
20 RSU Bhakti Rahayu 1 1 -
21 RS Hative 1 1 -
22 RS Al Fatah - 1 1 2
23 RS Bhayangkara Ambon - 1 1
24 RS Sumber Hidup 3 3 1 1
25 RS AL Ambon 1 1 -
26 RS Lanud Pattimura - -
27 RS Hi. Nohorenuat 5 5 1 1
SUB JUMLAH RUMAH SAKIT KAB/KOTA 28 83 111 26 38 64
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat 1 1 2 1 1
2 Laboratorium Kesehatan 1 1 1 1
3 Balai Penelitian dan Pelatihan Kesehatan 2 4 6 4 4
SUB JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN LAIN 3 6 9 1 5 6
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
1 Politeknik Kesehatan
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - -
1 KOTA AMBON 2 7 9 -
2 MALUKU TENGAH - -
3 SERAM BAGIAN BARAT - -
4 SERAM BAGIAN TIMUR - -
5 BURU - -
6 BURSEL - -
7 KOTA TUAL - -
8 MALUKU TENGGARA - -
9 MALUKU TENGGARA BARAT 12 12 2 2
10 KEPULAUAN ARU - -
11 MALUKU BARAT DAYA - -
SUB JUMLAH KABUPATEN/KOTA 2 19 21 - 2 2
DINAS KESEHATAN PROVINSI 29 8 37 5 8 13
JUMLAH PROVINSI 97 211 308 105 170 275
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 18.2181685 16.266222

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 76

JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

NUTRISIONIS DIETISIEN TOTAL


NO KABUPATEN/KOTA
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 KOTA AMBON 3 33 36 - 3 33 36
2 MALUKU TENGAH 9 37 46 - 9 37 46
3 SERAM BAGIAN BARAT 4 14 18 14 18 32 18 32 50
4 SERAM BAGIAN TIMUR 4 15 19 - 4 15 19
5 BURU 3 14 17 - 3 14 17
6 BURU SELATAN 24 24 - - 24 24
7 KOTA TUAL 4 14 18 - 4 14 18
8 MALUKU TENGGARA 6 20 26 - 6 20 26
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 10 23 - 13 10 23
10 KEPULAUAN ARU 3 11 14 - 3 11 14
11 MALUKU BARAT DAYA 2 16 18 - 2 16 18
JUMLAH Kab/Kota (PUSKESMAS) 51 208 259 14 18 32 65 226 291
RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA - - - - -
1 RS Bergerak MTB - - - - -
2 RS Fatimah Saumlaki 1 1 - - 1 1
3 RS Anatototy 1 1 2 - 1 1 2
4 RSUD PP Margaretty 2 2 - - 2 2
5 RSUD Karel Sadsuitubun 3 6 9 - 3 6 9
6 RS Hati Kudus Langgur 1 4 5 - 1 4 5
7 RSU Tulehu 4 9 13 - 4 9 13
8 RSU Saparua 1 1 - - 1 1
9 RSU Masohi 1 1 - - 1 1
10 RSU Banda 1 1 2 - 1 1 2
11 RSU Namlea 2 4 6 - 2 4 6
12 RSU Namrole 2 8 10 - 2 8 10
13 RSU Piru 1 2 3 - 1 2 3
14 RSU Bula 1 9 10 - 1 9 10
15 RSUD Cendrawasih 1 3 4 - 1 3 4
16 RS Bergerak MBD 1 1 - 1 - 1
17 RSUD Haulussy 5 22 27 - 5 22 27
18 RSKD 1 6 7 - 1 6 7
19 RS J.A. Latumeten 2 2 - - 2 2
20 RSU Bhakti Rahayu 1 1 - - 1 1
21 RS Hative 1 1 - - 1 1
22 RS Al Fatah 4 4 1 1 - 5 5
23 RS Bhayangkara Ambon 1 1 - - 1 1
24 RS Sumber Hidup - 1 1 - 1 1
25 RS AL Ambon - - - - -
26 RS Lanud Pattimura - - - - -
27 RS Hi. Nohorenuat 2 2 - - 2 2
SUB JUMLAH RUMAH SAKIT KAB/KOTA 24 91 115 - 2 2 24 93 117
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat 6 6 - - 6 6
2 Laboratorium Kesehatan - - - - -
3 Balai Penelitian dan Pelatihan Kesehatan 1 1 - - 1 1
SUB JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN LAIN - 7 7 - - - - 7 7
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
1 Politeknik Kesehatan
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - -
1 KOTA AMBON 1 3 4 - 1 3 4
2 MALUKU TENGAH - - - - -
3 SERAM BAGIAN BARAT - - - - -
4 SERAM BAGIAN TIMUR - - - - -
5 BURU - - - - -
6 BURSEL - - - - -
7 KOTA TUAL - - - - -
8 MALUKU TENGGARA - - - - -
9 MALUKU TENGGARA BARAT 4 1 5 - 4 1 5
10 KEPULAUAN ARU - - - - -
11 MALUKU BARAT DAYA - - - - -
SUB JUMLAH KABUPATEN/KOTA 5 4 9 - - - 5 4 9
DINAS KESEHATAN PROVINSI - - - - -
JUMLAH PROVINSI 80 310 390 14 20 34 94 330 424
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 23.068 2.0111 25.08

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 77

JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

TENAGA KETERAPIAN FISIK


TOTAL
NO KABUPATEN/KOTA FISIOTERAPIS OKUPASI TERAPIS TERAPIS WICARA AKUPUNTUR
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 KOTA AMBON - - - - - - -
2 MALUKU TENGAH - - - - - - -
3 SERAM BAGIAN BARAT - - - - - - -
4 SERAM BAGIAN TIMUR - - - - - - -
5 BURU - - - - - - -
6 BURU SELATAN - - - - - - -
7 KOTA TUAL 1 1 - - - - 1 1
8 MALUKU TENGGARA 1 1 2 - - - 1 1 2
9 MALUKU TENGGARA BARAT 2 1 3 - - - 2 1 3
10 KEPULAUAN ARU - - - - - - -
11 MALUKU BARAT DAYA - - - - - - -
JUMLAH Kab/Kota (PUSKESMAS) 3 3 6 - - - - - 3 3 6
RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA - - - - - - -
1 RS Bergerak MTB 1 3 4 - - - 1 3 4
2 RS Fatimah Saumlaki - - - - - - -
3 RS Anatototy - - - - - - -
4 RSUD PP Margaretty 1 1 2 - - - 1 1 2
5 RSUD Karel Sadsuitubun 2 1 3 - - - 2 1 3
6 RS Hati Kudus Langgur 1 1 - - - - 1 1
7 RSU Tulehu - - - - - - -
8 RSU Saparua - - - - - - -
9 RSU Masohi - - - - - - -
10 RSU Banda - - - - - - -
11 RSU Namlea - - - - - - -
12 RSU Namrole - - - - - - -
13 RSU Piru - - - - - - -
14 RSU Bula 1 1 - - - - 1 1
15 RSUD Cendrawasih - - - - - - -
16 RS Bergerak MBD - - - - - - -
17 RSUD Haulussy 2 2 4 - - - 2 2 4
18 RSKD 2 2 - - - - 2 2
19 RS J.A. Latumeten 1 1 - - - - 1 1
20 RSU Bhakti Rahayu - - - - - - -
21 RS Hative - - - - - - -
22 RS Al Fatah - - - - - - -
23 RS Bhayangkara Ambon - - - - - - -
24 RS Sumber Hidup - - - - - - -
25 RS AL Ambon - - - - - - -
26 RS Lanud Pattimura - - - - - - -
27 RS Hi. Nohorenuat 1 2 3 - - - 1 2 3
SUB JUMLAH RUMAH SAKIT KAB/KOTA 7 14 21 - - - - - 7 14 21
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat - - - - - - -

2 Laboratorium Kesehatan - - - - - - -

3 Balai Penelitian dan Pelatihan Kesehatan - - - - - - -

SUB JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - -

KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT


1 Politeknik Kesehatan - - - - - - -

KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - -

1 KOTA AMBON - - - - - - -

2 MALUKU TENGAH - - - - - - -

3 SERAM BAGIAN BARAT - - - - - - -

4 SERAM BAGIAN TIMUR - - - - - - -

5 BURU - - - - - - -

6 BURSEL - - - - - - -

7 KOTA TUAL - - - - - - -

8 MALUKU TENGGARA - - - - - - -

9 MALUKU TENGGARA BARAT - - - - - - -

10 KEPULAUAN ARU - - - - - - -

11 MALUKU BARAT DAYA - - - - - - -

SUB JUMLAH KABUPATEN/KOTA - - - - - - - - - - -

DINAS KESEHATAN PROVINSI - - - - - - -

JUMLAH PROVINSI 10 17 27 - - - - - 10 17 27
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 1.597 0 0 0 1.597

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


Keterangan : a termasuk S3
TABEL 78

JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

TENAGA KETEKNISIAN MEDIS


TEKNISI REFRAKSIONIS REKAM MEDIS DAN TEKNISI TRANSFUSI TEKNISI TOTAL
NO KABUPATEN/KOTA RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI GIGI ANALISIS KESEHATAN ORTETIK PROSTETIK
ELEKTROMEDIS OPTISIEN INFORMASI DARAH KARDIOVASKULER
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1KOTA AMBON - - - - 8 8 - - - - - - 8 8
2MALUKU TENGAH - - - - 1 1 - - - - - - 1 1
3SERAM BAGIAN BARAT - - - - - - - - - - - - -
4SERAM BAGIAN TIMUR - - - - - - - - - - - - -
5BURU - - - - - - - - - - - - -
6BURU SELATAN - - - - - - - - - - - - -
7KOTA TUAL - - - - 2 2 - - - - - - 2 2
8MALUKU TENGGARA - - - - - - - - - - - - -
9MALUKU TENGGARA BARAT - - - - - - - - - - - - -
10KEPULAUAN ARU - - - - - 1 1 - - - - - 1 1
11MALUKU BARAT DAYA 1 1 - - - - - - 1 1 - - 1 1 2
JUMLAH Kab/Kota (PUSKESMAS) 1 - 1 - - - - - 11 1 - 1 - - 1 13 14
RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA - - - - - - - - - - - - -
1 RS Bergerak MTB 1 1 - - - 1 1 - - - - - 1 1 2
2 RS Fatimah Saumlaki - - - - - - - - - - - - -
3 RS Anatototy - - - - - - - - - - - - -
4 RSUD PP Margaretty 2 2 - - - - - - - - - 2 - 2
5 RSUD Karel Sadsuitubun 2 2 - 1 1 2 - 1 3 4 2 2 - 1 1 - - 4 7 11
6 RS Hati Kudus Langgur - - - - - - - - - - - - -
7 RSU Tulehu - - - - - - - - - - - - -
8 RSU Saparua - - - - - - - - - - - - -
9 RSU Masohi 3 1 4 - - - - - - - - - 3 1 4
10 RSU Banda - - - - 1 1 - - - - - - 1 1
11 RSU Namlea 2 2 - - - - - - - - - 2 - 2
12 RSU Namrole - - - - 2 2 - - 4 4 - - - 6 6
13 RSU Piru - - - - - - - - - - - - -
14 RSU Bula - - - 1 1 - - - 1 1 - - - 2 2
15 RSUD Cendrawasih 1 1 - 1 1 - - - - - - - 2 - 2
16 RS Bergerak MBD - - - - - - - - - - - - -
17 RSUD Haulussy - - - - - - - - - - - - -
18 RSKD - - 1 1 - - - - 1 1 - - 1 1 2
19 RS J.A. Latumeten 1 1 2 - - - 1 3 4 - - 1 1 1 1 - 3 5 8
20 RSU Bhakti Rahayu 1 1 - - - - 1 1 - 1 1 - - 2 1 3
21 RS Hative - - - - 2 2 - - 1 1 - - - 3 3
22 RS Al Fatah - - - - - - - - - - - - -
23 RS Bhayangkara Ambon - - - 1 1 2 2 - - - - - - 3 3
24 RS Sumber Hidup - - - - 1 1 - - 1 1 - - - 2 2
25 RS AL Ambon 1 1 - - - - - - - - - 1 - 1
26 RS Lanud Pattimura - - - - - - - 1 1 - - 1 - 1
27 RS Hi. Nohorenuat - - 1 1 - 3 3 - - - - - 1 3 4
SUB JUMLAH RUMAH SAKIT KAB/KOTA 13 3 16 - - - 5 2 20 3 - 12 1 - 23 36 59
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat - 2 2 - - 2 2 - - 1 1 - - - 5 5
2 Laboratorium Kesehatan - - - - 2 12 14 - - - - - 2 12 14

3 Balai Penelitian dan Pelatihan Kesehatan - - - - - - - - - - - - -


SUB JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - 2 2 - - 16 - - 1 - - 2 17 19
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
1Politeknik Kesehatan - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - -
1KOTA AMBON - - 2 2 - - - - - - - 2 - 2
2MALUKU TENGAH - - - - - - - - - - - - -
3SERAM BAGIAN BARAT - - - - - - - - - - - - -
4SERAM BAGIAN TIMUR - - - - - - - - - - - - -
5BURU - - - - - - - - - - - - -
6BURSEL - - - - - - - - - - - - -
7KOTA TUAL - - - - - - - - - - - - -
8MALUKU TENGGARA - - - - - - - - - - - - -
9MALUKU TENGGARA BARAT - - - - - - - - - - - - -
10KEPULAUAN ARU - - - - - - - - - - - - -
11MALUKU BARAT DAYA - - - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH KABUPATEN/KOTA - - - - - - 2 - - - - - - - 2 - 2
DINAS KESEHATAN PROVINSI - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH PROVINSI 14 3 17 - 2 2 7 2 47 4 - 14 1 - 28 66 94
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 1.0055 0.1183 0.414 0.1183 2.78 0.2366 0 0.8281 0.0591 0 5.5601

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 79

JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

TENAGA KESEHATAN LAIN


PENGELOLA PROGRAM TENAGA KESEHATAN TOTAL
NO KABUPATEN/KOTA KESEHATAN LAINNYA
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 KOTA AMBON 11 87 98 1 16 17 12 103 115
2 MALUKU TENGAH - 18 13 31 18 13 31
3 SERAM BAGIAN BARAT - - - - -
4 SERAM BAGIAN TIMUR 2 3 5 1 1 2 4 6
5 BURU - 2 2 - 2 2
6 BURU SELATAN - - - - -
7 KOTA TUAL 1 1 1 1 1 1 2
8 MALUKU TENGGARA - - - - -
9 MALUKU TENGGARA BARAT - 19 9 28 19 9 28
10 KEPULAUAN ARU - 1 9 10 1 9 10
11 MALUKU BARAT DAYA - - - - -
JUMLAH Kab/Kota (PUSKESMAS) 13 91 104 40 50 90 53 141 194
RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA - - - - -
1 RS Bergerak MTB - - - - -
2 RS Fatimah Saumlaki - 1 1 - 1 1
3 RS Anatototy - 1 1 1 - 1
4 RSUD PP Margaretty - - - - -
5 RSUD Karel Sadsuitubun - 2 2 - 2 2
6 RS Hati Kudus Langgur - - - - -
7 RSU Tulehu - - - - -
8 RSU Saparua - 6 2 8 6 2 8
9 RSU Masohi - - - - -
10 RSU Banda - 1 1 - 1 1
11 RSU Namlea - - - - -
12 RSU Namrole - - - - -
13 RSU Piru - - - - -
14 RSU Bula - 1 1 2 1 1 2
15 RSUD Cendrawasih - - - - -
16 RS Bergerak MBD - - - - -
17 RSUD Haulussy - - - - -
18 RSKD 1 2 3 - 1 2 3
19 RS J.A. Latumeten - - - - -
20 RSU Bhakti Rahayu 1 6 7 - 1 6 7
21 RS Hative - 2 2 - 2 2
22 RS Al Fatah - - - - -
23 RS Bhayangkara Ambon - - - - -
24 RS Sumber Hidup 5 5 1 1 - 6 6
25 RS AL Ambon - - - - -
26 RS Lanud Pattimura 2 2 - - 2 2
27 RS Hi. Nohorenuat - - - - -
SUB JUMLAH RUMAH SAKIT KAB/KOTA 2 15 17 8 10 18 10 25 35
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat 4 4 8 1 1 5 4 9
2 Laboratorium Kesehatan - - - - -
3 Balai Penelitian dan Pelatihan Kesehatan 2 2 4 - 2 2 4
SUB JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN LAIN 6 6 12 1 - 1 7 6 13
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
1 Politeknik Kesehatan
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - -
1 KOTA AMBON - 5 6 11 5 6 11
2 MALUKU TENGAH - - - - -
3 SERAM BAGIAN BARAT - - - - -
4 SERAM BAGIAN TIMUR - - - - -
5 BURU - - - - -
6 BURSEL 7 17 24 2 2 7 19 26
7 KOTA TUAL - - - - -
8 MALUKU TENGGARA - - - - -
9 MALUKU TENGGARA BARAT 6 11 17 4 5 9 10 16 26
10 KEPULAUAN ARU - - - - -
11 MALUKU BARAT DAYA - - - - -
SUB JUMLAH KABUPATEN/KOTA 13 28 41 9 13 22 22 41 63
DINAS KESEHATAN PROVINSI - - - - -
JUMLAH PROVINSI 34 140 174 58 73 131 92 213 305
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 10.292 7.7486 18.041

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 80

JUMLAH TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN


STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG TENAGA TENAGA PENUNJANG TOTAL
NO KABUPATEN/KOTA PEJABAT STRUKTURAL TENAGA PENDIDIK JURU
ADMINISTRASI TEKNOLOGI PERENCANAAN KEPENDIDIKAN KESEHATAN LAINNYA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1KOTA AMBON - 1 11 12 - - - - - - 1 11 12
2MALUKU TENGAH - - - - - - - - - - -
3SERAM BAGIAN BARAT - - - - - - - - - - -
4SERAM BAGIAN TIMUR 1 1 - - - - - - - - 1 1
5BURU - 2 2 4 - - - - - - 2 2 4
6BURU SELATAN - - - - - - - - - - -
7KOTA TUAL 9 4 13 3 10 13 - - 1 1 - - - 12 15 27
8MALUKU TENGGARA - - - - - - - - - - -
9MALUKU TENGGARA BARAT 12 12 6 8 14 - 1 1 - - - - 18 9 27
10KEPULAUAN ARU 19 9 28 2 4 6 - - - - - - 21 13 34
11MALUKU BARAT DAYA - - - - - - - - - - -
JUMLAH Kab/Kota (PUSKESMAS) 40 14 54 14 35 49 - 1 1 - - - 54 51 105
RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA - - - - - - - - - - -
1 RS Bergerak MTB 1 1 - - - - - - - 1 - 1
2 RS Fatimah Saumlaki 1 1 - - - - - - - 1 - 1
3 RS Anatototy - - - - - - - - - - -
4 RSUD PP Margaretty 2 2 4 7 7 - 1 1 - - - - 2 10 12
5 RSUD Karel Sadsuitubun 2 5 7 7 11 18 - - - - - - 9 16 25
6 RS Hati Kudus Langgur - - - - - - - - - - -
7 RSU Tulehu - - - - - - - - - - -
8 RSU Saparua - - - - - - - - - - -
9 RSU Masohi - - - - - - - - - - -
10 RSU Banda - - - - - - - - - - -
11 RSU Namlea - - - - - - - - - - -
12 RSU Namrole 2 7 9 4 4 - 1 1 - - - - 3 11 14
13 RSU Piru - - - - - - - - - - -
14 RSU Bula 4 7 11 - - - - - - - 4 7 11
15 RSUD Cendrawasih 6 4 10 2 6 8 - 1 1 2 - - - - 9 11 20
16 RS Bergerak MBD - - - - - - - - - - -
17 RSUD Haulussy 7 10 17 - - - - - - - 7 10 17
18 RSKD 2 3 5 6 9 15 1 1 2 2 1 1 2 - 2 3 5 - 12 18 30
19 RS J.A. Latumeten - - - - - - - - - - -
20 RSU Bhakti Rahayu 1 1 7 7 1 1 1 1 1 1 - - - 1 10 11
21 RS Hative 1 2 3 2 2 4 1 1 1 2 3 - - - - 5 6 11
22 RS Al Fatah 4 3 7 1 2 3 - - - - - - 5 5 10
23 RS Bhayangkara Ambon 6 7 13 5 5 10 - 1 1 - - 5 5 - 12 17 29
24 RS Sumber Hidup 9 7 16 - - - - - - - 9 7 16
25 RS AL Ambon 4 4 8 1 2 3 - - - - - - 5 6 11
26 RS Lanud Pattimura - - - - - - 4 4 - - 4 4
27 RS Hi. Nohorenuat 1 1 1 1 - - - - - - 2 - 2
SUB JUMLAH RUMAH SAKIT KAB/KOTA 53 61 114 25 55 80 3 11 3 - 14 - 87 138 225
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat 2 2 - - 1 1 - - 1 1 - 1 3 4
2 Laboratorium Kesehatan - - - - - - 1 1 2 9 11 3 9 12
3 Balai Penelitian dan Pelatihan Kesehatan - - - - - - 1 1 2 5 7 3 5 8
SUB JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN LAIN - 2 2 - - - - 1 - - 3 18 7 17 24
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
1Politeknik Kesehatan - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - -
1KOTA AMBON 2 2 4 2 7 9 - - - - - - 4 9 13
2MALUKU TENGAH - - - - - - - - - - -
3SERAM BAGIAN BARAT - - - - - - - - - - -
4SERAM BAGIAN TIMUR - - - - - - - - - - -
5BURU - - - - - - - - - - -
6BURSEL 6 5 11 10 1 11 1 1 4 4 8 - - - 12 16 28 33 26 59
7KOTA TUAL - - - - - - - - - - -
8MALUKU TENGGARA - - - - - - - - - - -
9MALUKU TENGGARA BARAT 9 7 16 - - - - - - - 9 7 16
10KEPULAUAN ARU 8 9 17 4 10 14 2 2 - - - - - 14 19 33
11MALUKU BARAT DAYA 8 5 13 - - - - - - - 8 5 13
SUB JUMLAH KABUPATEN/KOTA 33 28 61 16 18 34 3 8 - - - 28 68 66 134
DINAS KESEHATAN PROVINSI - - - - - - - - - - -
JUMLAH PROVINSI 126 105 231 55 108 163 6 21 4 - 17 46 216 272 488
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 13.664 9.6414 0.3549 1.2421 0.2366 0 1.0055 2.7209 28.865

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015


a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 81

ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2015

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN


NO SUMBER BIAYA
Rupiah %
1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:

1APBD KAB/KOTA 464,193,142,043 81.43


a. Belanja Langsung 264,938,384,274
b. Belanja Tidak Langsung 199,254,757,769

2APBD PROVINSI 46,001,962,735 8.07


a. Belanja Langsung 34,466,805,000
b. Belanja Tidak Langsung 11,535,157,735
c. Bantuan Keuangan Khusus

3APBN : 59,832,179,000 10.50


- Dekonsentrasi Provinsi 28,931,727,000
- Dana Alokasi Khusus (DAK) Provinsi 8,900,452,000
- Dana Tugas Pembantuan Provinsi (BUK) 22,000,000,000
'- JKN (Provinsi) 756,561,000
'- Dana Alokasi Khusus (DAK) Kab/Kota 106,982,172,000 18.77
'- Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota (BOK) 38,830,226,000 6.81
'- BPJS (Kab/Kota) 0.00
'- Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota (BUK) 52,756,000,000 9.25

4PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 0.00


'- Global Fund Provinsi 10,075,831,495
'- Global Fund Kab/Kota

5SUMBER PEMERINTAH LAIN 0.00

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 570,027,283,778


TOTAL APBD KAB/KOTA 464,193,142,043
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA 100.00
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA 337,170.56

Sumber: ……................ (sebutkan)

Anda mungkin juga menyukai